1
Perkalian matriks tidak bersifat mengalikan dengan sekawan (untuk
komutatif bentuk akar)
A.B ≠ B.A f (x)
lim ¿ ¿
Bentuk g (x)
❑ , cara
x→
b. Invers Matriks
Jika A.B = B.A = I (I = matriks penyelesaiannya adalah : dengan
identitas), maka kedua matriks saling membagi x pangkat tertinggi dari
pembilang atau penyebut
invers , A=B−1 atau B= A−1. Bentuk ¿ ¿ , cara penyelesaiannya
Sehingga A . A−1= A−1 . A=I dengan adalah : dikalikan dengan sekawan dari
I= ( 10 01) akar tersebut, sehingga ¿ ¿ , kemudian
dibagi dengan x pangkat tertinggi
a b b− p
Jika A=(
c d)
, maka ¿¿ =
2 √a
1 d −b
ad−bc ( −c a )
−1
A = , dengan ad – 8. TURUNAN FUNGSI
bc disebut determinan A sedangkan a. Turunan Fungsi Aljabar
1. Turunan f ( x )=a x n adalah
matriks (−cd −b
a )
disebut adjoint A
f ' ( x )=an x n−1
dy
=an.x n−1
Jika det A = 0 maka matriks A tidak atau dx
mempunyai invers, yang disebut dengan 2. Untuk u dan v suatu fungsi, c bilangan
matriks singular Real dan n bilangan Rasional berlaku:
c. Persamaan matriks a. y=u ± v → y ’=v ’ ±u ’
Jika A . X=B maka X =A −1 . B b. y=c . u → y ’=c .u ’
Jika X . A=B , maka X =B . A−1 c. y=u . v → y ’=u ’ v +u . v ’
6. BARISAN DAN DERET u u' v−u . v '
'
d. y= → y=
a. Barisan dan Deret Aritmatika v v2
Rumus suku ke: n adalah e. y=u n → y ’=n .u n−1 . u ’
U n =a+ ( n−1 ) b, dengan a = suku
pertama, b = beda , b = U2 – U1= U3 – U2 f. y=f (u) → y ’=f ’ (u). u ’
Rumus Deret/ Jumlah n suku pertama
n
Sn= ( 2 a+ ( n−1 ) b ) atau
2 b. Pemakaian/aplikasi turunan fungsi
n Jika diketahui fungsi y = f(x), maka
Sn= (a+ U n ) persamaan garis singgung kurva di titik
2
(a,b) adalah : y – b = m(x – a) , dengan
b. Barisan dan Deret Geometri gradien m = f’(a)
Rumus suku ke: n adalah Fungsi y = f(x) naik jika f ’(x) > 0
U n =a r n−1, dengan a = suku pertama, Fungsi y = f(x) turun jika f ’(x) < 0
U2 U3 Nilai stasioner dari y = f(x) jika f ’(x) =
r = rasio , r = = 0
U1 U2
Untuk mencari nilai
Rumus Deret/ Jumlah n suku pertama
maksimum/minimum, dengan cara:
a (1−r n ) a (r n−1) menentukan nilai x yang diperoleh dari
Sn= atau Sn=
1−r r −1 f’(x) = 0, kemudian nilai x tersebut di
substitusikan pada fungsi y = f(x)
c. Deret tak Hingga
Untuk – 1 < r < 1 dan r ≠ 0, disebut 9. INTEGRAL FUNGSI
a a. Integral fungsi aljabar
deret konvergen dengan S = Rumus-rumus integral fungsi aljabar
1−r
Untuk |r|> 1 disebut deret devergen a
1. ∫ axn dx= n+1 x n +1+C
dengan S =
2. ∫ a dx=ax +C
a
2
2. ∫ ( 3 x 2−4 ) √(x 3−4 x ¿ )dx ¿
, 1. Fungsi y=a sin k x dan y=a cos k x ,
caranya dengan memisalkan U = untuk 0 ≤ x ≤ 2 π
Nilai: maks = a dan minim = –a
x 3−4 x
( 4 x−6) dx 360o 2 π
Periode = =
3. ∫ , caranya dengan k k
√2 x 2−6 x e. Aturan Sinus
memisalkan U = 2 x2 −6 x Aturan sin digunakan pada segitiga
d. Integral parsial yang diketahui salah satu sisi dan sudut
Integral parsial digunakan untuk fungsi yang saling berhadapan. Pada segitiga
gabungan antara aljabar dan a b c
ABC berlaku : = =
trigonometri, missal : ∫ x Sinx dx atau sin A sin B sin C
Misal: diketahui sisi a, sudut A dan
∫ ax Cosx dx . Cara cepatnya : Turunan sudut B, ditanyakan panjang sisi b
| Integral
ax Cos x f. Aturan Cosinus
a Sin x Aturan Cos digunakan pada segitiga
0 - Cos yang diketahui semua sisi-sisinya atau
x diketahui dua sisi mengapit sebuah
sudut.
Atau fungsi aljabar yang derajat
Rumus untuk mencari panjang sisi:
majemuk dan bukan majemuk sama.
a 2=b2 +c 2−2 bc cos A atau
Misal : (2 x −3) √ ( 4 x+ 5)dx , atau
∫ b 2=a2 +c 2−2 ac cos B atau
∫ (3 x +5) √(4 x 2 +2 x−3) dx
2
c 2=a2+ b2−2 ab cos C
GEOMETRI DAN TRIGONOMETRI Rumus untuk mencari besar sudut:
10. TRIGONOMETRI b2 +c 2−a 2
cos A= atau
a. Perbandingan Trigonometri Δ siku-siku 2 bc
depan a 2+ c 2−b2
1. sin ∝= 4. cos B= atau
miring 2 ac
1 a2 +b 2−c 2
Cosec ∝= cos C=
sin ∝ 2 ab
samping Catatan: Pada segitiga ABC, sisi a
2. cos ∝= 5.
miring berada di depan sudut A, sisi b berada di
1 depan sudut B, dan sisi c berada di
Sec ∝= depan sudut C
cos ∝
depan 11. BANGUN RUANG/DEMENSI TIGA
3. tan∝= 6.
samping a. Jarak Titik, garis dan Bidang dalam
1 ruang
Cotan ∝= Jarak antara titik A dengan garis g
tan ∝
b. Perbandingan di berbagai kuadran Adalah AB, karena AB tegak lurus
1. Kuadran I : semua (+) Dengan garis g
A
2. Kuadran II: sin ∝¿ ¿ →(180o −α )
3. Kuadran III: tan∝ ¿ ¿ →(180o + α ) g
4. Kuadran IV: cos ∝ ¿ ¿ →(360o −α ) B
5. Nilai Trigonometri Sudut Istimewa Jarak titik A ke bidang H Adalah AB,
karena garis AB Tegak lurus dengan
α 00 300 450 600 900 bid. H A
sin 1 1 1
α 0 √2 2
√2
2
√3 1
2
cos 1 1 1
α 1 √3 √2 0
2 2 2 B
tan 1 H
α 0 √3 1 √3
3
b. Sudut antara garis dan bidang dalam
c. Nilai Trigonometri di Berbagai Kuadran ruang
Sudut antara garis dengan bidang.
Searah jarum jam Berlawanan jarum
sudut negatif 900 jam sudut positif Garis g menembus bidang H dititik A.
Proyeksi garis g pada bidang H adalah
Kuadran II Kuadran I
sin > 0 All > 0
g1. Sudut antara garis g dengan bidang H
1800 00/3600 . Adalah sudut yang dibentuk garis g dg
Kuadran III Kuadran IV
tan > 0 cos > 0 g1 g
2700
4
Pencerminan thdp garis y= -x : i .n
( 0 −1
−1 0 )
Pencerminan thdp titik (0,0) :
kuartil = Qi =
I = 1,2,3
t b+
4
−∑ F
fi [p, ]
−1 0
( 0 −1 ) Ukuran Penyebaran
1
0 −1 1. Rataan kuartil = (Q +Q )
2 1 3
Rotasi R(O,90o) adalah:
1 0 ( ) 2. Rataan tiga =
1
(Q +2 Q 2+ Q 3)
STATISTIKA 4 1
3. Jangkauan = J = Xmax – Xmin
14. STATISTIK DAN PELUANG 4. Hamparan = H = Q3 – Q1
a. Statistik 1
Ukuran Pemusatan Data tunggal 5. Simpangan kuartil = Qd = (Q3 –
2
1. Mean/Rata-rata: X́ =
∑ xi Q1)
n 6. Simpangan Rata-rata = SR =
2. Median adalah : data yang berada ∑ |x i− X́| dan
ditengah-tengah setelah data SR =
n
diurutkan dari kecil ke data yang
besar. ∑ f .|x i− X́| , (data berkelompok)
3. Modus adalah: data yang paling ∑f
sering muncul 2
2 ∑ ( x i− X́ )
Ukuran Pemusatan Data 7. Ragam (Varian)= S =
n
Berkelompok
,Untuk distribusi frekuensi S2 =
1. Mean/Rata-rata: X́ =
∑ f i xi ∑ f . ( x i− X́ ) 2
∑ fi ∑f
Dengan f i = Frekuensi kelas ke i
x i = titik tengah kelas ke i 8. Simpangan baku = S = √ S 2 =
∑ ( x i− X́ ) 2
2. Median = Q2 =
t b+
n
2
[ ]
−∑ F
f2
p √
frekuensi
n
Untuk distribusi
S=
2
Dengan: tb = Tepi kelas median
n= ∑ f = jumlah frek.
∑ F = jumlah semua frek. sebelum
kelas median
15. PELUANG
√ ∑ f . ( x i− X́ )
∑f
a. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan
p = panjang kelas = ta – tb Kombinasi
f 2 = Frekuensi kelas median Faktorial, n! = 1.2.3…….(n – 2)(n – 1)n
d1 atau n! = n(n – 1)(n – 2)……..4.3.2.1
3. Modus = M o=t b +
[ ]
d 1 +d 2
p Aturan perkalian/aturan pengisiam
tempat
Dengan: tb = Tepi kelas modus, Permutasi adalah susunan yang
d1 = Selisih frek. kelas Mo dg kelas memperhatikan urutan
sebelumnya Permutasi dari n unsur yang berbeda P =
d2 = Selisih frek. kelas Mo dg kelas n!
sesudahnya Permutasi n unsur yang berbeda di
ambil r unsur adalah :
n!
Ukuran Letak P(n , r) =
(n−r)!
1. Kuartil data tunggal
Kuartil adalah : tiga buah nilai yang Permutasi n unsur yang diantaranya ada
membagi data yang telah terurut p unsur, q unsur dan r unsur yang
menjadi empat bagian yang sama n!
sama , adalah: P= ,
p!.q!.r!
dengan p + q + r = n
Permutasi siklis adalah: pemutasi
X1 Q1 Q2 Q3 Xn dengan bentuk susunan melingkar
Q1 = kuartil bawah Permutasi siklis dari n unsur adalah
Q2 = Median P = (n – 1)!
Q3 = kuartil atas Kombinasi adalah susunan yang tidak
2. Kuartil data berkelompok memperhatikan urutan. Kombinasi n
unsur di ambil r unsur
n!
C(n ,r )=
( n−r ) ! .r !
5
b. Peluang
Peluang kejadian A dirumuskan dengan
n( A)
P ( A )= , dengan
n(S )
n(A) = banyaknya kejadian A yang
muncul , n(S) = banyaknya ruang
sampel (banyaknya seluruh kejadian
yang mungkin terjadi)
Peluang Komplemen (Peluang kejadian
bukan A) yaitu: P ( A ' )=1−P( A )
Frekuensi Harapan munculnya kejadian
A, yaitu: Fh(A) = P(A)xN . Dengan
P(A) = peluang kejadian A dan N =
banyaknya percobaan
Peluang majemuk (kejadian saling
lepas). Jika A ∩ B=∅ ,maka
P ( A atau B )=P ( A ) + P( B) .
Jika A ∩ B≠ ∅ , maka
P ( A atau B )=P ( A ) + P ( B )−P( A ∩ B)
Peluang kejadian yang saling bebas
yaitu: P ( A dan B ) =P ( A ) . P(B)
Peluang kejadian yang saling
bergantung (tidak bebas).
P ( Adan B )=P ( A ) . P( B/ A)
Peluang kombinasi adalah peluang yang
pengambilamnya bersama-
sama(sekaligus)