Jika anda berdua ingin hidup tentram Bunga setaman kami cacapkan Janganlah lupa sholat lima waktu Doa yang indah kami panjatkan Semoga mempelai seiring sejalan Jamu diramu dengan teliti Ada dimakan tak ada ditahan Dicampur air dalam cawan Kami mendoakan seikhlas hati Banyak kembang tumbuh ditanam Semoga cepat dapat keturunan. Semerbak wangi bunga melati Saling cinta dan kasih sayang Itulah harapan sampai mati
Diatas kepala air disiram
Waktu sedikit tapi bermakna Kasih sayang tak pernah padam Dari kecil hingga dinikahkan
Sejak berbunga daun pandan
Banyak kembang di pematang Kami yang hadir semua mendoakan Hidup kalian tiada penghalang
Mengayuh biduk di sungai musi
Air hujan tenang sekali Wajah mempelai pun berseri-seri Untuk berjanji sehidup semati
Bunga melati dalam jambangan
Siramlah dia jangan diabaikan Doa sekeluarga sudah dipanjatkan Mudah-mudahan Allah kabulkan
Bukan cacap sembarang cacap
Bungan melur bunga melati Seandainya diantara kalian ada berselisih cakap Yang satu hendaklah berdiam diri Agar pertengkaran tidak terjadi
Air bungan dalam tempayan
Di ubun-ubun kami cacapkan Dua keluarga kami satukan Hidup rukun berkasih-kasihan
Aneka bunga dari taman semangi
Semua harum semerbak mewangi Ananda berdua hendaklah saling mengerti Agar biduk tidak oleng kekanan atau kekiri SUAP-SUAPAN Kasih sayang Allah telah dilimpahkan Mempelai berdua tentu merasakan Sholat lima waktu kalian kerjakan Seiya sekata adalah pangkal utama Agar selamat dunia akhirat kita panjatkan Dalam hidup berumah tangga Disaat duka marilah berbagi rasa Malam ini malam Jum’at Insya Allah akan terasa ringan semua Basok malam malam Sabtu Derita yang menimpa Jika keluargamu ingin selamat Bak pepatah ke bukit sama mendaki Kerjakan sholat lima waktu Ke lembah sama menurun Selasih jalan ke talang Semoga ananda berdua senantiasa bahagia Kayu hidup dilalap api Hati kami pun yang hadir pada hari ini berbunga- Bila kasih jangan kepalang bunga Dari hidup sampai ke mati Demikian bagi seluruh keluarga Betapa tidak karena lampu berubah Kota Palembang dibelah Musi Menjadi pelita Kota terkenal sejak bahari Anak tadinya satu sekarang sudah menjadi dua Program pemerintah baik dipatuhi Bak pinang pulang ke tampuk Keluarga sejahtera kalian jalani Bak sirih pulang ke tangkai Rusa terdampar di luar rimba Nasi kunyit panggangan ayam Ekornya hitam kena bara Makanan khas kota Palembang Suami istri sepakat sekata Kami suapi Ananda berdua dengan Hidup bahagia harapan kita Hati ikhlas yang dalam Disaat hatimu penuh rasa sedih Ambillah air wudhu, serahkan lah Saling Suap Dirimu pada Illahi Anak buaya datang pula Agar hati yang sedih dapat terobati Daun selasih tambah banyak Jangan lupa baca kalam Illahi Banyak bahaya yang menimpa Kasih sayang berpaling tidak Kalau Allah hendak berbuat Racun pun bisa jadi obat Ado kain masih nak baju Kalau ananda minta nasihat Sebab baju kembang melati Orang Tua lah yang paling tepat Ado yang lain masih nak kamu Sebab kamu pujaan hati Jangan kalian melupakan Orang Tua mu Sang suami hendaklah berhati suci Sebaliknya sebagai istri hendaklah jujur Serta berbakti agar membuahkan cinta sejati
Siapa berlari ke tepiah
Jangan dahulu balik pulang Kalian berlayar mencari impian Hidup berkeluarga banyak penghalang
Keagungan Allah Malikul Manan
Ridho-Nya selalu kita harapkan Nasi kuning kami suapkan Selamat bahagia kami ucapkan Penutup Serah-serahan Perahu berlayar ke tepi pantai Awak duduk dalam sampan Bukan kacang sembarang kacang Akhir acara sudah usai Kacang melilit di terowongan Bila salah harap maafkan Kami datang bukan sembarang datang Kami datang beserta rombongan Kalau kita pergi ke Mekah Jangan lupa beli sejadah Kami lewat diterowongan Kalau hidupmu ingin bahagia Anak biawak di pelataran Jangan lupa ayah dan bunda Kami datang beserta rombongan Dengan membawak hantar-hantaran Belayar sampai ke batas Berhenti sampai ke tepi Selasih jalan ketalang Kayu hidup dilalap api Rasa terima kasih kami tidak kepalang Kalau masih ada boleh ditambah lagi