Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seni Budaya

Perkembangan Musik kontemporer di Indonesia

Guru Pembimbing : Antonius Toto Widyatmoko


Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Audrey Thalia Ananto (06)
2. Catherine Angelica (07)
3. Dhea Sandrina (17)
4. Dominggo Ngadiman (19)
5. Evelyn (20)
6. Johnathan (27)
7. Maria Edelin Fortuna (32)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat karunia-Nya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas seni budaya yang diberikan , serta untuk memuaskan rasa
keingintahuan tentang seni musik kontemporer Indonesia yang sudah terkenal. Makalah ini
berisikan tentang perkembangan musik kontemporer di inonesia. Manusia yang tinggal di
dunia ini pasti mengenal musik, karena musik adalah bahasa internasional. Dan musik sudah
ada sejak lama. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam dan memperluas
pengetahuan tentang perkembangan musik kontemporer. Dalam proses pendalaman dan
perluasan materi tentu kami mendapat banyak bimbingan, arahan, dan masukan dari bapak
Antonius Toto Widyatmoko sebagai guru seni budaya, oleh karena itu kami ucapkan banyak
terima kasih kepada bapak Antonius Toto Widyatmoko sebagai guru seni budaya. Demikian
makalah yang telah kami buat, kami pun menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini,
sehingga jauh dari kata sempurna, oleh karena iru kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

Jambi, 1 Agustus 2018

Page 1 of 8
Contents
BAB I ....................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang............................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan dan maksud ....................................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5
2.1 Konteks Istilah Kontemporer ....................................................................................................... 5
2.2 Pengaruh budaya Barat terhadap awal perkembangan MKI .................................................... 6
2.3 Ciri khas musik kontemporer di Indonesia .................................................................................. 7
BAB III .................................................................................................................................................... 8
PENUTUP ............................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 8
3.1 Saran............................................................................................................................................. 8

Page 2 of 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam proses perjalanan seni musik, sejarah menguak beberapa perkembangan yang
dialami oleh seni musik itu sendiri. “Dimulai dari musik Renaissance (1350-1600), musik
Barok (1600-1750) dan kemudian pada 1750-1820 berganti menjadi musik klasik”
(Purwidodo, 1983: 12). Setelah itu masih banyak lagi jenis musik yang berubah mengikuti
perkembangan zaman pada waktu itu. Perkembangan ini, menunjukkan keberadaan musik
sebagai satu kesatuan yang ikut berkembang seiring jaman.

Sekitar zaman Renaissance, abad ke-15 ke atas, muncul satu fenomena, yakni
pemahaman “karya musik otonom” yang kemudian disebut “karya seni”. Sejak itulah
pengertian seni musik Barat sepenuhnya menuju ke karya seni otonom. Dari perkembangan
ini, akhirnya muncullah “musik kontemporer” (Neue Musik). Sejajar dengan perkembangan
ini pada abad ke-20 muncul sesuatu yang sangat baru lagi, yaitu musik populer. Musik populer
ini tidak dapat disamakan dengan musik rakyat, seperti misalnya dalam tradisi etnik-etnik di
Indonesia.

Sementara dalam proses perdebatan tentang seni yang aktual di Indonesia, seni musik
paling sering dipermasalahkan. Untuk pemahaman permasalahan seni musik kontemporer, kita
harus menyinggung situasi tersebut terlebih dahulu, fenomena perbedaan persepsi antara jenis-
jenis seni kontemporer tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di Barat sendiri sering terdapat hal
yang sama. Persepsi dan pendapat yang terjadi didasarkan oleh kesalahpahaman yang fatal.
Kenyataan ini harus kita maklumi, siapapun bisa memilih yang diinginkan. Ini dapat
memperkuat bahwa perkembangan musik kontemporer di Indonesia jangan dianggap sebagai
“Penjajahan baru” melainkan sebagai sebuah tawaran pemikiran lain.

Adapun proses perselisihan atau dialog antarbudaya merupakan kenyataan yang


sekaligus global dan alami. Segala perbedaan pendapat yang muncul dari para pengamat seni
ini dapat menimbulkan kesalahpahaman. Hal inilah yang menjadi masalah pokok dan
menghambat perkembangan musik kontemporer di Indonesia. Namun dalam hal ini, berbagai
hambatan yang amat mendalam tersebut mampu diatasi, apabila hanya ada satu pandangan
yang tegas dan bisa menghasilkan berbagai daya tarik yang efektif.

1.2 Rumusan masalah


Adanya perbedaaan pendapat mengenai layaknya keberadaan musik kontemporer tentu
menjadi penghambat untuk perkembangan musik nantinya. Dari berbagai permasalahan yang
timbul dari perkembangan musik kontemporer khususnya di Indonesia sendiri inilah, maka
kami mencoba mengangkat tiga segmen hal yang menjadi rumusan permasalahan tersebut.
Adapun rumusan masalah tersebut yang akan dibahas pada bab selanjutnya, yaitu :
1. Bagaimana konteks istilah Kontemporer itu sendiri ?
2. Sejauh mana pengaruh budaya Barat terhadap awal perkembangan Musik Kontemporer di
Indonesia ?
3. Bagaimana ciri khas Musik Kontemporer di Indonesia ?

Page 3 of 8
1.3 Tujuan dan maksud
Tujuan kami untuk membuat makalah yang berisi tentang perkembangan musik
kontemporer di Indonesia adalah untuk mempelajari musik kontemporer Indonesia tersebut
dengan segala maksud untuk memperkaya informasi yang bermula dari asal usul masuknya
musik kontemporer tersebut ke Indonesia hingga musik tersebut berkembang di kalangan
masyarakat. Dengan maksud untuk meneliti musik kontemporer di Indonesia.

Page 4 of 8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konteks Istilah Kontemporer
Kontemporer merupakan bentuk seni yang baru. Kriteria kontemporer atau masa kini
bukan semata-mata ditentukan oleh bentuk baru, tetapi terutama ditentukan oleh kreasi yag
baru. “Bentuk seni kontemporer dapat imitative, ekpresif, realistis, non realisits atau abstrak”
(Bastomi, 1992:46). Seni kontemporer cenderung melepaskan diri dari keterikatan bentuk
objek, seniman kontemporer berusaha menemukan ide dan kreasi baru yang lain sama sekali
dari penemuan-penemuan sebelumnya.

Sering terjadi kerancuan antara pengertian seni kontemporer dan seni modern, bahkan rancu
pula dengan seni abstrak. Seni modern dianggap sebagai seni yang baru atau yang baru lahir
sehingga tidak terlepas kaitannya dengan masa kini. Karya-karya modern dianggap sebagai
karya yang abstrak dimana perkembangannya tumbuh dari gagasan para seniman. Dengan
demikian seni kontemporer mencakup seni modern. Namun cakupan pengertian kontemporer
lebih luas daripada pengertian modern.

Kontemporer dianggap sebagai salah satu gaya tertentu, padahal kontemporer mesti diartikan
sebagai suatu sikap menggarap di ujung perkembangan seni yang digeluti. Secara spesifik,
musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan perkembangan sejarah
musik Barat di Eropa dan Amerika. Atau dengan kata lain, pengertian kata ini di Barat adalah
sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan waktu. Itulah sebabnya, terutama bagi mereka
yang awam, seni atau musik kontemporer banyak menimbulkan kesalahpahaman yang
berlarut-larut.

Apabila kehadiran budaya baru ini hendak ditransmisikan ke Indonesia sebagai salah
satu transformasi budaya modern kita, maka dasar-dasar pijak dan posisinya cepat atau lambat
harus ditegaskan. Kalau tidak demikian adanya, maka fenomena budaya besar dunia itu hanya
akan kita tangkap sebagai hobi dan klangenan, sebagaimana kita menangkap seni klasik,
modern dan sebagainya hingga saat ini (Hardjana, 1992: 7).

Penegasan Suka Hardjana memang benar. Hanya kalau kita mengetahui konteks istilah
“kontemporer”di Barat sendiri, kita baru bisa memahami artinya. Bahkan hal ini berlaku untuk
semua jenis musik lain yang dari Barat, termasuk proses sebaliknya, yaitu kalau unsur-unsur
budaya Indonesia ditransfer kepada suatu jenis karya di Barat. Perlu diwaspadai proses
“perpaduan” yang juga sudah cukup “ngetrend” di Barat, terutama dalam lingkungan yang
disebut “world music (musik campuran dengan unsur dari berbagai musik etnis)”, sedangkan
hasil usaha-usaha itu rata-rata amat sederhana oleh karena salahpaham dan kedangkalan
persepsi sendiri.

Namun, selama konteks dan kepentingan perkembangan historis (yang amat


dititikberatkan di Barat) tidak dipahami, estetika musik Barat dan fenomena musik Barat tidak
bisa dipahami juga apalagi dengan aplikasinya. Maka langkah pertama di dunia masa kini
adalah saling perkenalan ciri khas dan latar belakang perbedaan yang berada di dunia kita.
Masalahnya, semua yang disebut kontemporer di Indonesia tidak selalu bisa dimuat di bawah

Page 5 of 8
payung kontemporer, baik secara historis maupun secara fenomenologis. Segala perbedaan
pendapat yang muncul dan perkembangan musik itu sendiri menjadi pertanyaan medasar atas
perkembangan musik di Indonesia. Namun, sejauh mana istilah “kontemporer” bisa
diaplikasikan di Indonesia masih memerlukan pembahasan yang luas.

2.2 Pengaruh budaya Barat terhadap awal perkembangan MKI


Kalau kita berbicara tentang “tradisi Barat”, bagi seorang Barat apa yag dimaksud
“tradisi Barat” akan membingungkan. Ternyata di Indonesia sendiri “tradisi musik Barat”
selalu dihubungkan dengan musik tonal sederhana yang muncul sekitar pada abad ke-17.
Walaupun sistem tonal sendiri memang amat berperan. Di Indonesia persepsi dan pemahaman
akan tradisi Barat tertentu itu belum mencapai hasil yang memadai, terkecuali pencapaian
beberapa orang saja. Demikianlah kalau kita analisis sebagian bentuk musik di Indonesia
penggarapannya dengan gaya barat itu. Perkembangan seni musik yang terjadi khususnya di
Indonesia tentunya mampu menjelaskan seberapa besar peranan sistem tonal itu sendiri.

Namun penggunaan istilah kontemporer di Indonesia, terutama cara yang ditawarkan


Franki, mengarah kepada sesuatu yang bagi orang Barat sama sekali tidak berhubungan dengan
aspek “kontem-porer”, melainkan dengan suatu saat atau masa dalam perkembangan musik
Barat yang telah menyerbu Indonesia melalui jalur kolonialisme, dalam hal ini, yaitu peranan
kolonialisme saya setuju dengan Franki (Mack, 2004:12).

Sampai saat ini tidak ada suatu alasan pun, kenapa MKI dikaitkan secara mutlak dengan
pengaruh musik tonal Barat. Penalaran semacam ini mengabaikan kenyataan bahwa dalam
berbagai budaya musik Indonesia terdapat pembaharuan yang juga bisa dibandingkan dengan
pengertian kontemporer di Barat. Akan tetapi selalu berhubungan dengan gramatika atau
bahasa seni musik yang asli Indonesia, misalnya gaya Kebyar di Bali.

Memang sulit untuk mengumpulkan data yang akurat mengenai pengaruh budaya Barat
terhadap MKI. Karena musik itu sendiri dimulai dari barat sendiri. Namun, bukan berarti MKI
yang terdapat di Indonesia sepenuhnya mendapat pengaruh dari budaya Barat. MKI masuk ke
Indonesia memang mengikuti perkembangan dari gaya barat. Tetapi itu bukan argumentasi
yang dapat menyatakan bahwa MKI keluar dari tradisi musik dalam negeri sendiri.

Pembangunan suatu bangsa yang mengabaikan kebudayaannya akan melemahkan


sendi-sendi kehidupan bangsa itu sendiri. Pembangunan yang tidak berakal pada nilai
fundamental budaya bangsanya, akan berakibat pada hilangnya kepribadian dan jati diri bangsa
yang bersangkutan ( Sutrisno, 1993:15).

Pendapat dari seorang pengamat seni seperti Franki bisa saja menimbulkan
kesalahpahaman yang besar karena pendapatnya mencoba menggabungkan komersialisasi
dengan aspek seni itu sendiri. Sementara analisisnya hanya diperkuat dengan alibi yang
menghubungkan MKI dengan objek komersial sebagai tujuan utama dari jenis musik maka
dapat disimpulkan bahwa, argumentasi Franki yang menyatakan MKI sepenuhnya berkembang
berdasarkan musik Barat tidak sepenuhnya benar. Banyak argumen lainnya yang menyatakan
musik barat memang berpengaruh terhadap perkembangan MKI namun MKI tetap berpegang
pada kebudayaan sendiri.

Page 6 of 8
2.3 Ciri khas musik kontemporer di Indonesia
Menggambarkan kekhasan musik kontemporer di Indonesia adalah (walaupun hanya
satu kelompok, yaitu yang nonkarawitan) tidak mungkin karena pasti terdapat beberapa
komponis yang menarik, tetapi tidak sesuai sepenuhnya dengan kriteria-kriteria utama tentang
musik kontemporer. Kalau suatu ciri khas kemudian dapat dikaitkan dengan satu orang saja,
maka pasti masih ada beberapa di belakangnya yang juga mesti disebut. Keanekaragaman
individual musik kontemporer di Indonesia barangkali tidak disangka sebelumnya oleh
beberapa orang, terutama ditinjau dari peranan kesadaran hidup secara individual yang masih
belum menonjol sebagai ciri khas budaya Indonesia (pengutamaan kesadaran kelompok dan
gotong royong misalnya, untuk menyebut berbagai aspek saja).

Bagi telinga orang Barat, mula-mula kebanyakan komposisi kontemporer di Indonesia


barangkali dirasakan agak sederhana, improvisatif, bahkan seperti “main-main saja”. Ternyata
hal tersebut bisa ditafsirkan sebagai salah satu benang merah hampir antara semua komponis
di lingkungan kontemporer. Namun, tetap saja ada konotasi negatif. Tafsiran seperti ini kurang
cocok untuk sebagian karya-karya komponis Indonesia, karena justru unsur “main-main” itu
adalah metode tertentu untuk mentransfer unsur kesadaran kolektif pada suatu konsep karya
seni yang lebih otonom.

Dengan demikian, bentuk musikal sering terjadi pada saat pementasan salah satu karya
melalui proses interaksi antar musisi. Dimana esensi kualitatif sebagai karya seni tidak bisa
dipelajari dari notasi partitur. Maka tidak mengherankan kalau beberapa musikolog atau
kritikus Barat cenderung pada kesalahpahaman karya-karya komponis Indonesia dalam proses
penilaiannya.

Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang menjadi sanggar musik dengan anggota
berumur antara 16-30 tahun merupakan semacam “play ground” untuk semua eksperimen dan
perwujudan konsep-konsep Harry (Komponis Indonesia). Sekali lagi terasa bahwa konsep
Harry adalah suatu ide kerjasama antar orang dalam bentuk yang unik, akan tetapi sekaligus
sesuai dengan salah satu ciri khas budaya Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu contoh
dari berbagai komponis di Indonesia yang mampu menunjukkan identitas dari budaya
Indonesia sendiri.

Page 7 of 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses perjalanan seni musik, sejarah menguak beberapa perkembangan yang
dialami oleh seni musik itu sendiri. Dari perkembangan ini, akhirnya muncullah “musik
kontemporer” (Neue Musik). Kontemporer dianggap sebagai salah satu gaya tertentu, padahal
kontemporer mesti diartikan sebagai suatu sikap menggarap di ujung perkembangan seni yang
digeluti. Namun perkembangan musik kontemporer itu sendiri memunculkan banyak
pertanyaan akan keberadaan musik kontemporer di Indonesia.

Terlepas dari persoalan yang timbul, perlu diperhatikan bentuk musikal yang
dimunculkan dalam bentuk kontemporer. Hal tersebut dapat menggambarkan secara jelas
bentuk musik kontemporer yang masih berkaitan dengan budaya dalam negeri sendiri.
Demikianlah kalau kita analisis, dimana sebagian bentuk musik di Indonesia penggarapannya
dengan gaya barat itu meskipun tetap menggambarkan ciri khas budaya Indonesia.

3.1 Saran
Untuk para pencinta musik, terutama musik kontemporer ada baiknya juga untuk tidak
selalu cenderung pada jenis musik yang satu ini apabila kalian nantinya akan melupakan ciri
khas dari Indonesia kita yaitu keragaman budaya nya(dalam konteks ini merupakan musik
tradisional).

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai