Anda di halaman 1dari 78

Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU

Kabupaten Minahasa Utara

BAB 5

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

5.1 UMUM

Konsultan dalam Bab ini menyajikan pendekatan umum untuk pelaksanaan dan

metodologi berdasar pengertian konsultan tentang maksud dan tujuan dan

lingkup pekerjaan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja, apresiasi terhadap

latar belakang proyek dan jangka waktu pelaksanaan yang telah ditentukan.

Tenaga ahli Konsultan yang akan ditugaskan pada proyek ini, adalah gabungan

dari tenaga ahli yang mempunyai keahlian multi disiplin. Para anggota tim telah

mempunyai pengalaman kerja dan telah terbiasa dengan pekerjaan desain,

PENGAWASAN konstruksi, manajemen konstruksi, dan prosedur operasi.

Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang berkaitan dengan

ruang lingkup pekerjaan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja, konsultan dalam

menyusun pendekatan untuk pelaksanaan dan metodologi telah

memperhitungkan faktor waktu dan biaya yang efektif dan efisien.

Konsultan telah memiliki beberapa pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan

yang sejenis dengan pekerjaan ini. Oleh karena itu, konsultan telah mengerti

standar PENGAWASAN yang berlaku dan prosedur yang harus dipenuhi.

5.2 URAIAN UMUM KEGIATAN PENGAWASAN

Bab ini menguraikan tentang pendekatan secara teknik dan metodologi

yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan, dimana keduanya didasarkan

kepada pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan

JOSLLY FD SASAUW 5. 1
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

lingkup pekerjaan, serta pengalaman yang spesifik dalam melaksanakan

pekerjaan sejenis.

Hasil dari PENGAWASAN Teknis Pembangunan Gedung ICCU ini adalah mencakup

kumpulan dokumen teknik yang dapat memberikan gambaran produk yang ingin

diwujudkan, dengan memperhatikan ketentuan teknis serta keadaan serta faktor

lingkungan dan menggambarkan hasilnya dengan optimal sesuai dengan kebutuhan

pemakai serta penghematan biaya.

Secara Umum bagian pokok dari pekerjaan ini mencakup :

1. Tahap Persiapan.

2. Pengumpulan Data Lapangan :

a. Survai Pendahuluan (Reconnaissance Survey).

b. Survai Detail:

- Pengukuran Topografi.

- Survai Geologi.

- Penyelidikan Tanah dan Material.

- Survai Hidrologi.

3. PENGAWASAN Teknis :

a. Analisis Data Lapangan.

b. PENGAWASAN dan Penggambaran.

4. Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang.

5.3 STANDART DAN REFERENSI

Dalam melaksanakan PENGAWASAN, jika tidak ditetapkan lain oleh Pemberi

Tugas, referensi seperti di bawah ini akan diterapkan dan dipakai sebagai dasar

perhitungan dan PENGAWASAN, antara lain ;

 Tata Cara Pelaksanaan Survey Lalu Lintas, No. 01/T/BNKT/1990.

JOSLLY FD SASAUW 5. 2
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Tata Cara PENGAWASAN Drainase Permukaan Jalan, SK SNI T-22-1991-

03.

 Petunjuk PENGAWASAN Marka Jalan, No. 021/T/BNKT/1990.

 Tata Cara PENGAWASAN Geometrik Untuk Jalan Antar Kota, No.

038/T/BM/1997.

 Peraturan Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode

Analisa Komponen, SNI-1732-1989-F (SK BI-2.3.26.1987).

 Petunjuk/ Tata Cara/ Standar lainnya yang berhubungan.

5.4 PELAKSANAAN SURVEY

5.4.1 Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)

Survei ini meliputi kegiatan pengumpulan data primer, penentuan rencana

awal trase jalan berdasarkan data primer dan melakukan survai lapangan untuk,

menganalisis dan menentukan trase definitif yang memenuhi syarat teknis, ekonomis

dan lingkungan.

Dalam survai pendahuluan dan pengumpulan data sekunder, konsultan akan

mengumpulkan sebanyak mungkin data yang diperlukan untuk PENGAWASAN lebih

lanjut. Untuk itu konsultan akan melakukan hal-hal sebagai berikut.

Menyiapkan peta dasar berupa peta topografi skala 1 : 100.000 samapai dengan

1 : 50.000 dan peta-peta pendukung lainnya seperti peta geologi skala 1 : 250.000

sampai dengan 1 : 25.000, tata guna lahan dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan

dengan studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan. Rencana trase

jalan yang disurvai adalah rencana trase terbaik yang diperoleh dari beberapa

alternatif trase jalan.

Mempelajari lokasi trase jalan dan daerah-daerah di sekitarnya dari sisi :

- Demografi, Sosial Ekonomi dan Lingkungan.

- Geografi, Geoteknik dan Hidrologi.

Pengumpulan data-data sekunder lainnya, mencakup :

JOSLLY FD SASAUW 5. 3
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

- Harga satuan upah/bahan pada dinas teknis setempat.

- Harga satuan upah/bahan pada proyek yang sedang berjalan di sekitar lokasi

pekerjaan.

Survai Reconnaissance di lapangan, mencakup berbagai hal berikut ini.

Survey Kondisi dan Geometrik Jalan.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum

mengenai kondisi perkerasan yang ada dan kondisi geometrik jalan yang

bersangkutan.

Pemeriksaan dilakukan dengan metode sederhana, yaitu cukup mencatat kondisi

rata-rata setiap 1,0 km yang tercatat selama berkendaraan dan mengisikannya dalam

formulir.

Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:

1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.

2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya kerikil, tanah, soil cement, dll.

3. Nilai kekasaran jalan (Road Condition (ndex)yang dapat diperoleh dari survey

NAASRA Roughness Meter atau ketentuan secara visual dengan ketentuan

skala ukur tabel berikut:

4.
R.C.I. KONDISI VISUAL TYPE PERMUKAAN TIPIKAL

8-10 Sangat Rata dan Halu Hotmix (AC dan HRS) yang beru dibuat/ditingkatkan dengan
beberapa lapisan aspa
7-8 Sangat baik dan Rata. Hotmix setelah dipakai beberapa tahun atau lapisan tipis hotmix
diatas Penetrasi Macadam
6-7 Baik Hotmix lama. Nacas / Lasbutog baru
5-6 Cukap, sedikit/tidak ada .ubang, Penetrasi. Macadam. Lata-bum :>aru, Lasbutog baru
tetapi permukaan jalan tidak rata
4-5 Jelek, kadang-kadang ada Penetrasi Macadam setelah pemakaian 2 atau 3 tahun. jalan
lubang, permukaan jalan kerikil yang tidak terpelihara.
Tidak rata
3-4 Rusak, bergelombang, Banyakl Penetrasi Macadam lama, Latasbum lama, Jalan kerikil yang tidak
ubang terpeiihara.
2-3 Rusak berat, banyak lubang dan Semua type perkerasan yang diabaikan
seluruh daerah Perkerasan
hancur

JOSLLY FD SASAUW 5. 4
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

2 Tidak dapat dilewati kecuali


oleh Jeep4 WD

5. Kondisi daerah samping ja!an serta sarana utilitas yang ada seperti saluran

samping, gorong-gorong, kerb, kondisi drainase samping, jarak

pagar/bangunan penduduk/tebing ke pinggir perkerasan.

6. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang

ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.

7. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir terlampir.

8. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan sekurang-kurangnya

1 (satu) buah foto perkilometer tergantung pertimbangan geometris.

9. Foto ditempel pada formulir tersedia dengan mencantumkan hal-hal yang

diperoleh seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto, tanggal

pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang Sta.

Selain melakukan tersebut diatas perlu juga dilakukan :

 Identifikasi trase, yang didasarkan pada gambar rencana trase yang telah

ditetapkan. Kemudian dilakukan pematokan sepanjang rencana trase jalan

dengan patok kayu bernomor dengan inteval 50 m. Untuk kemudahan dalam

identifikasi, pada lokasi-lokasi tertentu harus dipasang tanda-tanda khusus

seperti pemasangan tiang berbendera dengan warna mencolok.

 Pada tinjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, data diambil sejauh 200 m

sebelum titik awal dan 200 m sesudah titik akhir.

 Pemeriksaan Kelandaian.

Untuk mendapatkan kelandaian yang memenuhi Persyaratan

PENGAWASAN Geometrik Jalan, maka dilakukan hal-hal berikut ini.

a. Pada setiap segmen jalan yang diperkirakan merniliki kelandaian lebih

besar dari kelandaian maksimum, maka dilakukan pemeriksaan

JOSLLY FD SASAUW 5. 5
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

kelandaian segmen jalan tersebut dengan menggunakan

Helling meter yang bersamaan dengan pembacaan jarak.

b. Membuat draft desain alinemen vertikal.

c. Bila persyaratan kelandaian tidak memenuhi, maka rencana trase jalan

harus diganti dengan trase yang memenuhi syarat.

 Inventarisasi Kondisi dan Rencana Jembatan dan Gorong-gorong.

Informasi yang diperoleh dan harus dicatat dalam formulir tersedia adalah

sebagai berikut:

1. Nama dan lokasi Jembatan

2. Dimensi Jembatan meliputi bentang, lebar, tinggi bebas, jenis bangunan

atas dan bawah Jembatan.

3. Perkiraan kasar jenis pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau

pemeliharaan.

4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir

5. Foto dokumentasi sebanyak 4 (empat) lembar untuk 'setiap Jembatan yang

diambil dari arah memanjang dan melintang, foto diambil pada formulir

terlampir.

6. Sketsa Jembatan (denah pot. Memanjang / melintang)

Inventarisasi dilakukan dengan mengadakan pencatatan data-data lokasi-lokasi

yang diperkirakan memerlukan Jembatan (misalnya sungai/alur), gorong-

gorong, penanganan khusus dan pencatatan lokasi sumber material/quarry.

Pencatatan data dilakukan dengan mengikuti contoh berikut.

a. Rencana Jembatan pertama, ditandai dengan patok bernomor/anjir

berbendera dengan tulisan : J-1 Sta. ...+..., dan seterusnya.

b. Rencana Gorong-gorong pertama, ditandai dengan patok bernomor/anjir

berbendera dengan tulisan : G-1 Sta. ...+..., dan seterusnya.

 Pembuatan Dokumentasi.

JOSLLY FD SASAUW 5. 6
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Pada survai pendahuluan ini, foto dokumentasi lapangan dibuat

sekurang-kurangnya pada :

a. Titik awal dan titik akhir rencana trase.

b. Tiap 1 km dengan identifikasi arah pengambilan foto.

c. Lokasi yang diperkirakan membutuhkan jembatan, misal : sungai, alur.

d. Lokasi yang memerlukan penanganan khusus.

e. Persimpangan/pertemuan dengan jalan lain.

f. Lokasi Quarry.

5.4.2 Pengukuran Topografi

Survai topografi dilaksanakan pada pembuatan jalan baru maupun pada daerah-

daerah yang akan direlokasi serta daerah-daerah khusus. Tujuan survai topografi

dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan

bumi sepanjang rencana trase jalan d'i dalam koridor yang ditetapkan. Dalam hal ini

diperlukan peta topografi skala 1 : 1.000 yang akan digunakan untuk PENGAWASAN

geometri jalan.

Pekerjaan pengukuran topografi ini meiiputi kegiatan-kegiatan berikut

ini.

1. Pekerjaan Perintisan

Pekerjaan ini bertujuan merintis atau membuka sebagian daerah yang akan

dilakukan pengukuran. Peralatan yang dibutuhkan adalah peralatan perintisan

konvensional (misalnya parang, kampak) atau gergaji mesin

apabila diijinkan. Pekerjaan perintisan tidak diperkenankan dengan cara

pembakaran. Untuk perintisan arah melintang jalan, dilakukan pada setiap patok

ukuran yang akan diukur penampang melintangnya.

2. Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana as

jalan dengan mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah

JOSLLY FD SASAUW 5. 7
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

persilangan dengan sungai dan jalan lain, sehingga memungkinkan diperoleh as

jalan yang sesuai dengan standar yang ditentukan.

Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan arnan,

kemudian dilakukan pembuatan titik awal (BM) yang diambil dari titik triangulasi

yang ada atau lokal.

3. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal

 Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon terbuka/tertutup.

 Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter diukur

dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur elektronis.

 Patok kayu digunakan untuk titik poligon, sedangkan patok beton .

digunakan untuk titik-titik ikat. Patok poligon dan profil dibuat dari kayu

dengan ukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm atau sesuai dengan kebutuhan. Pada

patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan

merah yang diletakkan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran. Khusus

untuk profil memanjang, titik yang terletak di sumbu jalan diberi paku

dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

Patok beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 75 cm ditanam sedemikian rupa

sehingga bagian patok yang ada di bagian atas tanah adalah kurang lebih 25

cm atau dengan patok besi berdiameter 5 cm sebagai titik ikat poligon

maupun sebagai BM.

 Sudut-sudut poligon diukur dengan theodolit dengan tingkat ketelitian

dalam second.

4. Pengukuran Titik Vertikal

 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2 (dua) kali

berdiri alat, dengan perbedaan pembacaan maksimum 5 mm.

 Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam

satuan kilometer

JOSLLY FD SASAUW 5. 8
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), dengan

kontrol pembacaan : 2 BT = BA = BB.

5. Pengukuran Situasi, Penampang Memanjang dan Melintang

a. Pengukuran situasi

 Pengukuran situasi akan dilakukan secara cermat, semua data

lapangan/bangunan permanen diukur misalnya : bangunan-bangunan

gedung, rumah-rumah permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan,

letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang-tiang telepon serta

bangunan-bangunan lain yang dianggap perlu.

 Patok Km dan Hm jika ada, serta patok-patok tanda-tanda penting

lainnya yang ada ditepi jalan akan diambil dan dihitung koordinatnya.

b. Pengukuran Penampang Memanjang

 Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu dari lintasan

yang diusulkan.

 Pemgukuran beda tinggi titik-titik stasiun diambil setiap jarak yang

mewakili. Titik-titik tersebut diberi tanda patok di lapangan.

c. Pengukuran Penampang Melintang

 Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak yang mewakili,

pada daerah yang datar dan landai serta tikungan/pegunungan

menyesuaikan dengan tipikal dilapangan.

 Lebar pengukuran sesuai kebutuhan atau selebar jalur jalan

 Khusus untuk perptongan dengan sungai, dilakukan dengan

ketentuaan khusus

6. Perhitungan dan Penggambaran Peta

Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang

dipergunakan.

JOSLLY FD SASAUW 5. 9
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Titik poligon utama dihitung koordinatnya berdasarkan pada metoda kuadrat

terkecil. Penggambaran titik poligon tersebut tidak menggunakan cara gratis.

Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambar pada kertas milimeter dengan

skala 1 : 1.000 dan garis ketinggian dengan interval 1 m. Garis-garis grid dibuat

setiap 10 cm. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis

(x) dan ordinat (y). Ketinggian titik detail dicantumkan dalam gambar ukur,

begitu pula semua keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik

ikat baru dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Koordinat

beserta ketinggian poligon utama dicantumkan dalam gambar dan dilampiri daftar

data koordinat dan ketinggiannya akan dilampirkan.

7. Pengukuran Khusus

Pengukuran khusus dilakukan pada :

a. Daerah perpotongan dengan sungai (lebar 5 - 2 0 m).

Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari

perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang

melintang sungai sebesar 25 m. Koridor pengukuran searah rencana trase jalan

masing-masing 100 m dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran

penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 m.

b. Daerah perpotongan dengan jalan yang ada.

Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing 100 m

dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang

melintang sebesar 25 m.

Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala objek yang dibertuk alam

maupun manusia sekitar persilangan tersebut.

8. Prosedur Pekerjaan Pengukuran

a. Pemeriksaan dan Koreksi alat ukur

JOSLLY FD SASAUW 5. 10
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan

diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut:

• Pemeriksaan theodolith :

> Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung

> Sumbu II tegak lurus sumbu I

> Garis bidik tegak lurus sumbu II

> Kesalahan kolimasi horisontal = 0

> Kesalahan indeks vertikal = 0

• Pemeriksaan alat sipat datar :

> Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung > Garis

bidik ha'rus sejajar dengan garis arah nivo.

b. Pemasangan patok-patok

Patok-patok BM (Benchmark), yang dibuat dari beton ukuran 10 x 10 x 75 cm

atau pipa pralon ukuran A inchi yang diisi adukan beton dan di atasnya

dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah

terlihat. Patok dipasang tiap 1 (satu) km dan pada tiap lokasi rencana

jembatan masing-masing 1 (satu) buah di tiap sisi sungai/alur.

Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat. Bagian atas atau yang tampak di

atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang PL), notasi

dan nomor BM dengan warna hitam.

Untuk setiap titik poligon dan sipat datar harus digunakan patok kayu

yang cukup keras, lurus dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-

kurangnya 50 cm, bagian bawah diruncingkan, bagian atas diratakan dan

diberi paku, kemudian ditanam kuat. Bagian yang masih tampak diberi

nomor dan dicat kuning- Dalam keadaaan khusus dapat ditambahkan

patok bantu.

Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok

diberi tanda-tanda khusus.

JOSLLY FD SASAUW 5. 11
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Pada lokasi-lokasi khusus di mana tidak mungkin dipasang

patok, misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas

permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai

dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

c. Pengukuran titik kontrol horizontal

 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan. sistem poligon,

dan semua titik ikat (BM) dijadikan sebagai titik poligon.

 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon, diukur dengan meteran atau

dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.

 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolith dengan

ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolith

jenis T2 atau yang setingkat.

 Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut:

> Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10" kali akar

jumlah titik poligon.

> Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5"

 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir

pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 2 seri (4 biasa

dan 4 luar biasa).

d. Pengukuran titik kontrol vertikal

 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan

(double stand).

 Pengukuran sipat datar mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat

datar, dan potongan melintang) dan titik BM.

 Pengukuran sipat datar disarankan dilakukan dengan alat sipat datar

orde II dengan ketelitian tidak'boleh lebih besar dari 10 mm kali akar

jumlah jarak (km).

JOSLLY FD SASAUW 5. 12
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala

benar, jelas dan sama.

 Pada setiap pengukuran sipat datar dilakukan pembacaan ketiga

benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang

Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus

dipenuhi 2 BT = BA + BB.

e. Pengukuran situasi

 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetry, yang mencakup

semua objek yang dibentuk oleh alam, maupun manusia yang ada di

sepanjang jalur pengukuran.

 Dalam pengambilan data perlu diperhatikan keseragaman penyebaran

dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang

benar.

 Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan

yang sudah ada) pengukuran perlu dilakukan dengan tingkat kerapatan

yang lebih tinggi.

 Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolith.

f. Pengukuran penampang melintang

 Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.

 Pengukuran penampang melintang dilakukan harus mengikuti

persyaratan, seperti berikut ini.

Kondisi Lebar Koridor (m) Interval

Datar, landai, lurus 75 + 75 50


(m)'
Pegunungan 75 + 75 25
Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 25

JOSLLY FD SASAUW 5. 13
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

g. Pengamatan matahari

Pencatatan data pengamatan dan perhitungan azimut matahari menggunakan

formulir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga.

Perhitungan mengacu pada tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Dit

Top TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan dilakukan di lokasi

pekerjaan.

h. Perhitungan koordinat

Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan

matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak

boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan

panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi

yang lebih besar), dan dilakukan di iokasi pekerjaan.

i. Perhitungan sipat datar

Perhitungan sipat datar dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan

perlu dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan

dengan menjumlahkan beda tingginya.

j. Perhitungan ketinggian detail

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai

sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetric.

5.4.3. Survey Penyelidikan Tanah Dan Material (Geoteknik & Material)

Tujuan dari penyelidikan geoteknik adalah untuk meiakukan pemefaan

penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan,

memberikan informasi mengenai stabilitas badan jalan, menentukan jenis dan

JOSLLY FD SASAUW 5. 14
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

karaktersitik bahan jalan serta identifikasi Iokasi sumber bahan termasuk

perkiraan kuantitasnya.

Lingkup pekerjaan pada penyelidikan geoteknik ini adalah sebagai berikut ini.

1. Penyelidikan Geologi.

Dilakukan pemetaan jenis batuan secara visual, dengan bantuan loupe

dan alat lainnya yang representatif untuk menentukan penyebaran

tanah/batuan dasar dan kisaran tebal tanah pelapukan, untuk

menentukan jenis galian tanah atau batu.

2. Penyelidikan Lapangan.

Meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar topografi

skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000. Pencatatan kondisi geoteknik di sepanjang

rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1.000 meter difakukan

menggunakan lembar isian sesuai standar.

Peralatan yang dibutuhkan dalam penyelidikan ini adalah antara lain :

- palu geologi untuk mengambil contoh batuan, .

- kompas geologi untuk menetukan jurus dan kemiringan lapisan batuan,

- loupe atau kaca pembesar untuk mengidentifikasi jenis mineral yang ada.

3. Pemetaan.

Pemetaan dilakukan pada jenis batuan yang ada di sepanjang rencana trase

jalan. Batas-batas harus ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data

pengukuran untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala

1 : 2.000 ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada

antara lain : sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan dan perlipatan.

Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,

kemudian diplot di atas peta geologi teknik termasuk di dalamnya

pengamatan tentang :

JOSLLY FD SASAUW 5. 15
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 gerakan tanah,

 tebal pelapukan tanah dasar,

 kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air

tanah,

 tata guna lahan,

 kedalaman rawa bila terdapat rawa.

4. Stabilitas badan jalan.

Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang

ada, jenis dan karakteristik batuan, kondisi lereng, serta kekerasan batuan.

Pengkajian stabilitas badan jalan mencakup :

 gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan,

 perkiraan longsoran yang mungkin terjadi (hasil analisis) akibat jenis,

arah dan struktur lapisan batuan,

 longsoran yang dapat terjadi akibat pembangunan jalan.

Ketiga hal di atas diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebab dan usaha-

usaha penanggulangannya.

5. Lokasi Quarry.

Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan maupun untuk bahan

timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada di sekitar badsn jaian. Bila

tidak dijumpai, maka harus terdapat informasi lokasi quarry lain yang dapat

dimanfaatkan.

Penjelasan quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan

kuantitas, jarak ke lokasi rencana trase jalan serta kesulitan-kesulitan yang

mungkin timbul dalam proses penambangannya.

6. Penyelidikan Tanah dan Bahan Kegiatan yang dilakukan antara lain :

JOSLLY FD SASAUW 5. 16
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data dan material yang

ada dan selanjutnya mengadakan penyelidikan tanah dan material

sepanjang proyek jalan/jembatan, yang akan dilakukan berdasarkan survei

langsung dari lapangan maupun di laboratorium.

• Pada tiap lubang bor yang dikerjakan, dilakukan pencatatan lokasi,

evaluasi permukaan pemboran, tanggal dimulainya pemboran, tanggal

selesai, dan alat yang digunakan.

Penyelidikan tanah dan bahan dilakukan dengan cara pengamatan

langsung di lapangan dan pengujian laboratorium .

a. Penyelidikan Lapangan

Pengamatan visual

Meliputi pemerian sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkira'an

persentase butiran kasar/halus) sesuai dengan metoda USCS.

Pengambilan contoh tanah terganggu

Dilakukan dari sumuran uji sekurang-kurangnya 40 kg untuk setiap

contoh tanah. Setiap contoh tanah diberi identitas yang jelas (nomor

sumur uji, lokasi, kedalaman). Setiap sumuran uji yang digali dan contoh

tanah yang diambil di-foto. Dalam foto diberi identitas nomor sumur uji

dan lokasi.

Pengambilan contoh tanah tak terganggu

Dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh tanah (split

tube untuk tanah keras atau piston tube untuk tanah iunak). Setiap contoh

tanah diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi dan kedalaman).

Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil di-foto. Dalam foto

diberi identitas nomor bor tangan dan lokasi.

Semua contoh tanah diamankan dengan baik selama penyimpanan

dilapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.

JOSLLY FD SASAUW 5. 17
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

b. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan tanah dasar

yang dilakukan pada ruas-ruas jalan belum diaspal seperti jalan tanah, jalan

atau jalan aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya at'au

untuk pelebaran jalan.

Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan -ketentuan, sebagai

berikut:

(1). AIat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan ketentuan ukuran

yang disyaratkan.

(2). Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 m

sepanjang ruas jalan yang ditetapkan.

(3). Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan untuk permukaan jalan tanah

kerikil dan pada permukaan lapisan tanah dasar.

(4). Harus dicatat ketebalan don, jenis setiap bahan perkerasan yang ada

seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dsb.

(5). Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan

Japis'an dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras

(lapis batuan).

(6). Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu

diperhatikan seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu dsb.

(7). Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

(8). Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat dalam formulir HR

2.2.1.

c.Penyelidikan Laboratorium

Semua contoh tanah yang diambil dari lapangan diuji di laboratorium.

Pengujian di laboratorium meliputi antara lain (jika tidak ditentukan lain oleh

Pengguna Jasa) :

JOSLLY FD SASAUW 5. 18
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Penentuan klasifikasi tanah (SNI 1965-1990-F, SNI 1967-1990-F, SNI

1966-1990-F, AASHTO T88-81).

 Pemeriksaan CBR (SNI 1744-1989-F).

 Pemeriksaan konsolidasi (SK SNI M-107-1990-03).

Pemeriksaan pemadatan (SNI 1742-1989-F).

Pemeriksaan kadar air asli (SNI 1965-1990-F).

Pemeriksaan berat jenis (SNI 1964-1990).

Pemeriksaan kuatgeser langsung (SNI 03-2813-1992, ASTM D 3080-

90), Pemeriksaan triaksial (SNI 03-2455-1991, AASHTO T 234-74

71982).

5.4.4 Survey Hidrologi

Tujuan dari survai hidrologi adalah untuk mengumpulkan data hidrologi

,dan bangunan air yang ada, guna keperluan anaiisis hidrologi, penentuan debit

banjir rencana, PENGAWASAN drainase dan bangunan air yang diperlukan di

sepanjang rencana trasejalan.

Lingkup kegiatan survai hidrologi meliputi:

1. Mengumpulkan data curah hujan dan banjir tahunan pada daerah

tangkapan (catchment area) dari Badan Meteprologi dan Geofisika

dan/atau instansi terkait di kota terdekat dari rencana trase jalan.

2. Mengumpulkan data bangunan air yang ada, seperti gorong-gorong,

jembatan, selokan. Data-data ini meliputi : iokasi (STA), dimensi, kondisi,

dan tinggi muka air banjir.

3. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan rencana,

debit, dan tinggi muka air banjir rencana dengan metoda yang sesuai.

4. Menganalisis pola aliran air pada daerah recana trass jalan untuk

memberikan masukan dalam penentuan trasejalan yang aman.

5. Menghitung dimensi dan jenis bangunan air yang diperlukan.

JOSLLY FD SASAUW 5. 19
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

5.4.5 Survey Data Lalu-Lintas

Survey pengumpulan data perhitungan lalu-lintas, peta, lokasi dan lainnya

disesuaikan dengan kelas jalan yang bersangkutan.

5.4.6 Analisa Lapangan

1. Analisa lendutan balik dan CBR

Lendutan balik rencana dan nilai CBR rencana ditentukan dengan

menggunakan program komputer yang tersedia, dimana untuk lendutan balik

(D) ditentukan berdasarkan formula 6 = % + 1.0s

Dimana D = Lendutan balik rencana pada section tertentu.

% = Lendutan balik rata-rata pada section tertentu.

s= Standar deviasi pada section terttentu.

2. Analisa data lalu lintas

Untuk menghitung besarnya beban ganclar kumulattf selama umur rencana dan

menghitung besarnya ADT pada pertengahan umur rencana.

3. Penentuan unique section,

yaitu suatu seksi jalan yang mempunyai karakteristik seragam dalam beberapa

variabel disain seperti

(1). Lebar perkerasan yang ada/rencana

(2). Lendutan balik dan CBR rencana

(3). Nilai beban lalu lintas

(4). Perubahan situasi

5.4.7. PENGAWASAN Geometri

Kriteria Desain :

a. Umur desain jalan diambil 10 (sepuluh) tahun.

b. Kenaikan awal LHR segera sesudah jalan yang direhabilitasi telah dibuka

untuk lalulintas maupun kenaikan normal arus lalulintas tahunan sebesar 3

-6% atau disesuaikan dengan hasil studi terdahulu .

JOSLLY FD SASAUW 5. 20
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

c. Pertimbangan lain : kelas rencana lalulintas, campuran lalulintas, dan

beban, gandar standar.

1. Penetapan alinemen horisontal

Konsultan akan mengevaluasi kembaii alinemen horisontal yang mungkin

berbeda dari kondisi yang ada dengan memperhatikan :

• Lokasi (STA) dan nomor-nomortitik kontrol horisontal.

• Pertimbangan ekonomi.

• Data lengkung horisontal (curve data) yang direncanakan.

Lokasi dari bangunan pelengkap rencana jembatan.

2. Penetapan alinemen vertikal

Konsep alinemen vertikal (penampang memanjang) dapat dimulai setelah

konsep alinemen horisontal disetujui Pengguna Jasa dan digambar di bagian

bawah dari gambar alinemen horisontal;

Penetapan alinemen vertikal didasarkan pada :

 Tinggi muka tanah asli.

 Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.

 Data lengkung vertikal.

 Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan

drainase, dan bangunan di sekitar rencana jalan.

 Elevasi jembatan.

 Pertimbangan ekonomi.

 Ketentuan panjang kritis landai maksimum.

3. Penetapan potongan melintang

Di dalam merencanakan standar potongan melintang Konsultan akan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

JOSLLY FD SASAUW 5. 21
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Rencana pengaturan lalulintas, bangunan pelengkap lainnya yang

diperlukan.

 Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan.

 Penetapan rencana drainase.

 Penetapan rencana lansekap.

4. Keselamatan lalulintas

Dalam PENGAWASAN geometri jalan konsultan akan mempertimbangkan

aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan

konstruksi maupun pada saat pengoperasian jalan. Konsultan perlu

menjamin bahwa semua elemen geometri yang direncanakan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam standar geometri jalan dan sesuai dengan

kondisi lingkungan setempat.

5. Tinjauan geometri jalan

Standar PENGAWASAN geometri yang perlu diperhatikan antara lain dan

tidak terbatas pada :

a) Klasifikasi PENGAWASAN

b) Lalulintas (traffic)

c) Kecepatan rencana

d) Potongan melintang

e) Jalur lalulintas

f) Bahu jalan

g) Alinemen horisontal

• Jari-jari tikungan minimum

• Jari-jari minimum untuk bagian jalan dengan kemiringan normal

• Superelevasi

• Bagian peralihan

h) Kemiringan melintang

JOSLLY FD SASAUW 5. 22
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

i) Alinemen vertikal

• Landai maksimum

• Panjang landai kritis

• Jalur pendakian

• Lengkung vertikal

j) Persimpangan sebidang

• Kontrol/pengendalian lalulintas pada persimpangan

• Kecepatan rencana

• Alinemen dan konfigurasi

• Jarak antara persimpangan

• Jari-jari minimum persimpangan

Potongan melintang dekat persimpangan, pergeseran jalur (lane

shife) jalur belok kanan

• Jalur belok kiri

6. Alinemen horisontal

Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi dari rencana

sumbu jalan, tegak lurus pada bidang datar (peta).

7. Alinemen vertikal

• Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal

melalui sumbu jalan.

• Alinemen vertikal menyatakan bentuk geometri jalan dalam arah vertikal

(naik/turunnya jalan).

8. Diagram superelevasi

Diagram ini merupakan suatu cara untuk menggambarkan pencapaian

superelevasi dari lereng normal ke kemiringan melintang.

JOSLLY FD SASAUW 5. 23
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

9. Disain penampang melintang

Penampang melintang jalan umumnya terdiri dari bagian : lajur lalulintas,

shoulder, saluran tepi jalan, median.

10. Lebar lajur (lane width)

Pada saat sebuah kendaraan menyiap kendaraan lain yang bergerak lebih lambat,

posisi yang dipilih pengemudi terutama tergantung pada lebar jalan atau bagian

jalan yang diperkeras.

Hasil penelitian terakhir menunjukkan adanya alasan yang kuat untuk .

penggunaan lebar lajur yang cukup besar pada jalan-jalan dimana kendaraan

penumpang dan truk-truk besar sering saling menyiap. Alasan yang

dikemukakan adalah bahwa apabila muncui angin samping'(cross wind) yang

kuat, tekanan angin dapat mengakibatkan kendaraan menyimpang atau bahkan

keluar dari jalurnya.

Lebar kendaraan penumpang umumnya antara 1,50 -1,75 m. Bina Marga

mengambil lebar kendaraan rencana :

• Mobil penumpang : 1,70m

• Truk/bus/semitrailer : 2,50 m

Lebar per lajur lalulintas untuk jalan umumnya 3,50 m.

11. Jumlah lajur (number of lane)

Banyaknya lajur yang diperlukan sangat tergantung dari volume lalulintas yang

diharapkan.

12. Kemiringan melintang jalur lalulintas

Kemiringan melintang dijalan lurus diperuntukkan terutama untuk

drainase, kemiringan melintang antara 1 - 3 % untuk jalan beraspal.

JOSLLY FD SASAUW 5. 24
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

13. Bahu jalan

Bahu jalan adalah jaiur yang terletak berdampingan dengan jalur

lalulintas, berfungsi:

• Ruangan untuk tempat berhenti sementara.

• Ruangan untuk menghindarkan diri dalam keadaan darurat.

• Memberikan kelegaan pengemudi.

• Memberikan sokongan konstruksi jalan dari arah samping.

• Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan jalan.

• Ruangan untuk lintasan kendaraan patroli, ambulan.

Lebar bahu jalan : umumnya 0,75 - 2,50 m.

14. Saluran samping

Fungsi saluran samping :

• Mengalirkan air dari permukaan jalan atau dari luar jalan.

Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium atau segiempat.

Lebar saluran berdasar debit rencana. Kelandaian dasar saluran

biasanya mengikuti kelandaian jalan. Bila kelandaian dasarsaluran

cukup besar, perlu dibuat terasering.

15. Talud

Talud umumnya dibuat kemiringan 1 H : 1 V s/d 2 H : 1 V, atau di sesuai dengan

landai yang aman. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan, mungkin juga

dibuat dinding penahan tanah (retaining wall).

16. Pengaman tepi

Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika

terjadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan.

Umumnya dipergunakan pada :

• sepanjang jalan yang menyusur jurang,

JOSLLY FD SASAUW 5. 25
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• tanah timbunan dengan tikungan yang tajam.

Jenis pengaman tepi :

• Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail)

• Pengaman tepi dari beton (parapet)

17. Parameter PENGAWASAN geometri jalan

a. Kendaraan rencana

Kendaraan rencana umumnya dikelompokkan :

• Mobil penumpang

• Bus, truk

• Semi trailer, traile

Ukuran kendaraan rencana diperlihatkan sebagai berikut:

Ukuran Kendaraan Rencana (dalam meter)

Jenis kendaraan Panjang Lebar Tinggi Depan Jarak gandar Belakang Radius

Kendaraan 4,7
Total 1,7
total 2,0 0,8
tergantung 1,2 2,7
tergantun 6,0min.
putar
penumpang
Truk/bus ' 12,0 2,5 4,5 1,5 6,5 4,0 12,0,
tanpa gandengan '
Kombinasi 16,5 2,5 4,0 1,3 4,0 (depan) 2,2 12,0

9,0

b. Kecepatan rencana

Kecepatan rencana adalah suatu kecepatan yang ditetapkan untuk disain

dan korelasi segi-segi fisik dari suatu jalan yang mempengaruhi operasi

kendaraan.

Kecepatan ini adalah kecepatan maximum yang aman yang dapat

dipertahankan pada tempat tertentu di jalan itu apabila kondisinya

begitu menyenangkan sehingga kendaraan hanya diatur oleh aspek

disain jalan raya.

JOSLLY FD SASAUW 5. 26
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Sebagai acuan lain, AASHTO (American Association of State Highway

and Transportation Office) menyarankan agar kecepatan rencana

ditetapkan pada tingkat terbesar yang masih mungkin memenuhi

tuntutan pengemudi pada saat ini maupun diwaktu mendatang selama

umur rencana jalan. Menurut AASHTO, pertama kali harus diadakan

klasifikasi jalan. Jalan dikelompokkan sebagai datar, perbukitan dan

pegunungan.

Perubahan kecepatan rencana yang dipilih disepanjang jalan tidak boleh

terlalu besar dan tidak dalam jarak yang terlalu pendek. Perbedaan sebesar

10 km/jam dapat dipertimbangkan karena akan menghasilkan beda

rencana geometri yang cukup berarti, kecuaii terdapat hal-hal yang sangat

khusus.

c. Volume dan kapasitas jalan

Volume lalulintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik

pengamatan dalam satu satuan waktu.

Satuan volume lalulintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan

penentuan jumlah dan lebar lajur adalah : Lalulintas harian -rata (LHR).

Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu

penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus

lalulintas tertentu.

d. Tingkat pelayanan jalan

Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan

baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena

tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan

rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar

jika pelayanan jalan diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang

dirasakan pengemudi akan lebih baik pada jalan-jalan dengan kebebasan

JOSLLY FD SASAUW 5. 27
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

samping yang memadai. Pada keadaan volume lalulintas rendah,

pengemudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan

dibandingkan jika berada pada daerah dengan volume lalulintas besar.

Kenyamanan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume

lalulintas.

Kenyamanan dari kondisi arus lalulintas yang ada tidak cukup hanya

digambarkan dengan volume lalulintas tanpa disertai data kapasitas jalan

dan kecepatan pada jalan tersebut.

Tingkat pelayanan jalan merupakan kondisi gabungan yang ditunjukkan

dari hubungan antara V/C dan kecepatan.

American Highway Capacity Manual 2000 membagi tingkat pelayanan

jalan menjadi 6 keadaan :

Tingkat pelayanan A

Dengan ciri-ciri:

• Arus lalulintas bebas tanpa hambatan

• Volume dan kepadatan lalulintas rendah

• Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

Tingkat pelayanan B

Dengan ciri-ciri:

• Arus lalulintas stabil

• Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalulintas, tetapi

tetap

dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi

Tingkat pelayanan C

Dengan ciri-ciri:

• Arus lalulintas masih stabil

JOSLLY FD SASAUW 5. 28
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah

dipengaruhi oleh besarnya volume lalulintas sehingga

pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan yang

diinginkannya.

Tingkat pelayanan D

Dengan ciri-ciri:

• Arus lalulintas sudah mulai tidak stabil

• Perubahan volume lalulintas sangat mempengaruhi besarnya

kecepatan perjalanan

Tingkat pelayanan E

Dengan ciri-ciri:

• Arus lalulintas sudah tidak stabil

• Volume kira-kira sama dengan kapasitas

• Seeing terjadt kemacetan

Tingkat pelayanan F

Dengan ciri-ciri :

• Arus lalulintas tertahan pada kecepatan rendah

• Soring terjadi kemacetan

• Arus lalulintas rendah

18. Jarak pandangan

Jarak pandangan adalah panjang jalan didepan kendaraan yang masih dapat

dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.

Jarak pandangan berguna untuk :

• Menghindarkan terjadinya tabrakan.

• Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain. ' ;

JOSLLY FD SASAUW 5. 29
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Menambah efisiensi jalan.

• Sebagai pedoman bagi pengatur lalulintas dalam penempatan rambu-

rambu lalulintas.

a. Jarak pandangan henti

Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk

menghentikan kendaraan.

Jarak pandangan henti minimum adalah jarak yang ditempuh

pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak

setelah melihat adanya rintangan pada lajur jalannya.

b. Jarak pandangan menyiap

Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat menyiap

kendaraan lain yang berada pada jalur jalannya dengan

menggunakan lajur lain.

Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan beberapa

asumsi terhadap sifat arus lalulintas, yaitu :

• kendaraan yang akan disiap harus mempunyai kecepatan

tetap,

sebelum menyiap, kendaraan harus mengurangi kecepatannya

dan mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan

yang sama, ':

• bila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap, maka

pengemudi harus mempunyai waktu untuk mene'ntukan

apakah gerakan menyiap dapat diteruskan atau tidak,

• kecepatan kendaraan yang menyiap mempunyai perbedaan

sekitar 15 km/jam dengan kecepatan kendaraan yang akan

disiap,

JOSLLY FD SASAUW 5. 30
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali pada

lajur jalannya, maka harus tersedia cukup jarak dengan

kendaraan yang berada didepannya,

• tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan perkerasan

menurut AASHTO '90 = 1,06 m (3,5 ft) dan tinggi obyek yaitu

kendaraan yang akan disiap 1,25 m (4,25 ft), sedangkan Bina

Marga (urban) mengambil tinggi mata pengemudi sama dengan

tinggi 1,00 m.

c. Jarak pandangan pada malam hari

Pandangan malam hari dibatasi oleh kemampuan penyinaran dan

ketinggian letak lampu besar. Keadaan yang menentukan pada

malam hari adalah pandangan henti.

Faktor yang paling menentukan pada malam hari adalah faktor

lampu besar. Penurunan kemampuan untuk melihat pada malam

hari terutama akibat kesilauan lampu besar dari kendaran yang

berlawanan arah.

5.4.8. PENGAWASAN Perkerasan

Pertimbangan pemilihan tipe dan material perkerasan akan didasarkan pada

segi ekonomi, kondisi setempat, tingkat kebutuhan, kemampuan pelaksanaan

dan syarat teknis lainnya.

5.4.8.1. Flexible Pavement (Perkerasan Lentur)

1. Pemilihan jenis bahan

Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat sesuai

dengan masukan dari laporan penyelidikan tanah dan survai material.

Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan

konstruksi, maka konsultan akan mengusulkan usaha-usaha

JOSLLY FD SASAUW 5. 31
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

peningkatan sifat-sifat teknis dan fisis bahan (jika memungkinkan)

sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi jalan.

2. Prinsip-prinsip PENGAWASAN tebal perkerasan

a. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan

Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalulintas dari suatu arus

jalan yang menampung lalulintas terbesar. Koefisien distribusi

kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada

jalur rencana ditentukan sesuai dalam "daftar koefisien distribusi

kendaraan (C)".

b. Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)

LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,

yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa media'n atau

masing-masing arah pada jalan dengan median.

c. Lintas Harian Rata-Rata (LHR)

LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,

yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa media'n atau

masing-masing arah pada jalan dengan median.

d. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

e. Daya Dukung Tanah Dasar (DOT) dan CBR

Daya dukung tanah dasar ditetapkan b'erdasarkan grafik koreksi

dengan CBR dalam buku standar Bina Marga.

f. Faktor Regional (FR)

• Kelandaian.

• Persentase kendaraan berat ( > 5 ton ).

• Curah hujan.

Faktor regional dapat diambil dari nilai dalam standar.

JOSLLY FD SASAUW 5. 32
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

g. Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada' kerataan serta

kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat peiayanan

bagi lalulintas yang lewat.

h. Indeks permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana

perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan

(kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana.

i. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya

sebagai lapis permukaan, pondasi ditentukan/digunakan seperti

pada "Daftar Koefisien Kekuatan Relatif (a)" dalam buku standar.

j. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP

ITP = a1D1 + a2.D2 + a3.D3

a1, a2 a3 = Koefesien kekuatan relatif bahan.

D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan.

3. Penggunaan program komputer

Konsultan menggunakari program komputer dalam perhitungan tebal

perkerasan tersebut di atas.

:
5.4.8.2. Rigid Pavement (Perkerasan Kaku)

1. Pertimbangan penggunaan rigid pavement

Tuntutan akibat perkembangan lalulintas :

• Pertumbuhan volume dan berat lalulintas.

• Overspeed dan overload.

Tuntutan perkembangan jalan :

• 40 % aspal minyak masih harus diimpor.

JOSLLY FD SASAUW 5. 33
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Masalah pemeliharaan jalan aspal.

2. Sifat umum rigid pavement

a. Mempunyai keandalan tinggi

• Urnur panjang : 20-40 tahun.

• Tahan terhadap proses peiapukan, oksidasi, abrasi dll.

• Pemeliharaan ringan.

b. Konstruksi lapis tunggal

• Secara struktural terdiri dari satu lapis beton mutu tinggi.

• Sub-base tidak terlalu struktural.

c. Sangat kaku

• E rigid pavement ~ 15 - 25 E flexible pavement.

• Penyebaran beban ke tanah dasar iebih luas.

• Peranan kekuatan tanah dasar "kecil".


r
d. Perilaku ,

• Sistem satu lapis.

• Faktor internal: tanah dasar, temperatur.

• Faktor eksternal: Islulintas.

3. Susunan konstruksi rigid pavement

• Tanah dasar.

• Pondasi.

• Slab beton.

• Sambungan :

susut (construction joint), muai (expansion joint), konstruksi

(construction joint).

4. Bahan

 Perkerasan beton semen (rigid pavement) adalah campuran

agregat dan portland cement.

JOSLLY FD SASAUW 5. 34
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Beton harus mempunyai kekuatan atas dasar flexurat strength

45 kg/cm atau kekuatan tekan 350 kg/cm2.

 Semen : memenuhi syarat Sll 0013-77 atau AASHTO M25

(jenis I).

 Air: bersih, bebas minyak, garam, asam basa, zat organik.

 Tulangan baja : mengacu pada Sll 0 1984, AASHTO M55,

batang pengikat ulir, dowel tulangan polos.

5. Slab beton

Tidak boleh terlalu tipis : > 25 cm.

6. Grooving

Fungsi:

• Skid resistance.

• Texture depth.

Jenis :

• Transversal : skid resistance tinggi, surface drain bagus, kurang

nyaman.

• Longitudinal: skid resistance cukup, surface drain kurang bagus,

lebih nyaman.

7. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

 Pelaksanaan penggergajian sambungan dilakukan antara 8 - 1 8

jam.

 Plastic voile tebal minimum 250 p.

 Slab : slump antara 4 - 6 cm, ketebalan sesuai rencana

 Dowel: ujung tanpa dudukan diberi pelumas atau ditutup

plastik agar tidak menghambat gerakan kembang susut,

tulangan sambungan melintang, sambungan susut-muai,

JOSLLY FD SASAUW 5. 35
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

sebagai sliding & transfer of load devices, satu bagian sisi harus

unbound terhadap beton.

 Tie bar : tulangan sambungan memanjang, sambungan lenting,

sebagai unsliding & rotation devices, seluruh bagian bound

terhadap beton.

5.4.9. PENGAWASAN Drainase

Air hujan (air) yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang.

Untuk keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan

yang mengalir di permukaan tanah dan mengalirkannya ke daiam saluran

pembuangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi lebih lanjut ke sungai

atau tempat pembuangan air lain.

5.5. ANALISA DATA

Analisa Parameter

Setelah dilihat hasil analisa data kedua metoda ternyata secara umum

metoda Mekanik dengan prosedur TRRL memberikan hasil tebal lapis overlay

lebih besar daripada Metoda Empirik dengan prosedur Bina Marga. Hal ini terjadi

karena beberapa hal yang mempengaruhinya (parameter).

Parameter kedua metoda dapat dilihat pada tabel berikut :

Parameter Bina Marga TRRL


Faktor Ekivalen 2.0 – 3.0 3.0 – 4.0

Faktor Koreksi suhu 350c 350c

Faktor koreksi muka air tanah 1,5 -

Lalu lintas yang sama (0,5 x Mengurangi lendutan Mengurangi lendutan

106) sampai 1,17 mm sampai o,75 mm

JOSLLY FD SASAUW 5. 36
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Untuk jumlah repetisi beban lalu lintas yang sama misalnya 0,5 x 10 6

standar axle maka overlay yang direncanakan menurut TRRL akan mereduksi

defleksi sampai 0,75 mm sedangkan menurut Bina Marga overlay akan mereduksi

defleksi sapai 1,17 mm. Hal ini berarti TRRL membutuhkan tebal overlay yang

lebih besar dari Bina Marga karena mereduksi defleksi 0,42 mm lebih besar dari

pada Bina Marga.

Sedangkan tingkat keefektifan dari tiap material overlay dalam mereduksi

defleksi dapat diukur dengan membandingkan tebalnya dengan tebal dari

material standar yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sama, dalam hal

ini yang dimaksud adalah granular material untuk base CGRA (Canadian Good

Road Assosiation). Perbandingan dari masing-masing ketebalan disebut sebagai

“Faktor Ekivalen” (FE) dari material overlay. Dalam hal ini TRRL menggunakan

faktor ekivalen berkisar 3.0 – 4.0 sedangkan Bina Marga berkisar 2.0 – 3.0 sehingga

besarnya faktor ekivalen ini juga mempengaruhi tebal overlay yang dihasilkan

TRRL lebih besar dari Bina Marga.

Adapun faktor koreksi temperatur pada kedua metoda sama yaitu 35 0c karena

temperatur rata-rata perkerasan di daerah tersebut berkisar 350c.

Tegangan dan regangan perkerasan eksisting tidak mempengaruhi tebalnya

overlay tetapi berpengaruh pada base apabila tidak memadai maka perlu

dilakukan rekontruksi base, dalam kasus ini tegangan dan regangannya masih

memadai.

Perbandingan tebal overlay dari kedua metoda dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik
Tebal Overlay

15
10 Series1
5 Bina
Series2
0 Marga
I II III IV V TRRL
Seksi

JOSLLY FD SASAUW 5. 37
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Grafik Perbandingan Nilai Ketebalan Overlay Bina Marga – TRRL

5.6. PEKERJAAN TANAH

Umum
1) Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau

penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang

diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.

a) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran

air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong,

pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak

terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan

pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan

pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan

bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk

pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini

dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang

ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan.

b) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini

berlaku untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan

Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa :

i) Galian Biasa

ii) Galian Batu

iii) Galian Struktur

iv) Galian Perkerasan Beraspal

JOSLLY FD SASAUW 5. 38
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

c) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak

diklasifikasikan sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan

(borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal

d) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan

volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang

menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak praktis menggali tanpa

penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian

ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar

dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat

maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK

(Tenaga Kuda).

e) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah

dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar

untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau

Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok beton

penahan tanah, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam

Spesifikasi ini.

Pekerjaan galian struktur mencakup : penimbunan kembali dengan

bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang

tidak terpakai; semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan,

penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta

pembongkarannya.

Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan

pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling

Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang

JOSLLY FD SASAUW 5. 39
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan

terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok

untuk proses daur ulang.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Transportasi dan Penanganan. : Seksi 1.5


b) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Selokan Tanah dan Saluran Air : Seksi 2.1
f) Gorong-gorong dan Drainase Beton : Seksi 2.3
g) Drainase Porous : Seksi 2.4
h) Timbunan : Seksi 3.2
i) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
j) Beton : Seksi 7.1
k) Pasangan Batu : Seksi 7.9
l) Pembongkaran Struktur Lama : Seksi 7.15
m) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
n) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada : Seksi 8.2

Jalan Berpenutup Aspal


o) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain

galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang

ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal

tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.

b) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan

terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus

JOSLLY FD SASAUW 5. 40
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas

dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini,

sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada

Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang yang

menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan dan

pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.

b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan

gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang

diperintahkan untuk digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku

(bracing), cofferdam, dan dinding penahan rembesan (cut-off wall), dan

gambar-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Direksi

Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan

dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.

c) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap

galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai

dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh

dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan

pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan, seperti yang

disebutkan dalam Pasal 3.1.2.

d) Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak

yang digunakan, yang menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus

disimpan oleh Kontraktor untuk diperiksa Direksi Pekerjaan.

e) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu

catatan tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan

beraspal yang akan dikupas atau digali. Pencatatan pengukuran harus

JOSLLY FD SASAUW 5. 41
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah dikupas atau

digali.

5) Pengamanan Pekerjaan Galian

a) Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam

menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian,

penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.

b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian

yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di

sekitarnya, harus dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong

(shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang

bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana

diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur di

sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau

rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja

maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga

dengan teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan

Direksi Pekerjaan.

d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau

keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5

m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi

untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang

telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali

dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.

e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara

lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang

sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa

JOSLLY FD SASAUW 5. 42
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan

cepat, tidak akan terjadi.

f) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada

dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya

kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka

Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi

kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan.

Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum

dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja

galian.

g) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus

disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah

pengendalian yang ekstra ketat sesuai dengan Peraturan dan

Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus

bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan

yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin

bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang

yang berpengalaman dan bertanggungjawab.

h) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan

penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang

lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur

lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada

malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta

lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna

jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

i) Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8, Pemeliharaan dan

Pengaturan Lalu Lintas harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah

Milik Jalan.

JOSLLY FD SASAUW 5. 43
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

6) Jadwal Kerja

a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus

dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap

dalam kondisi yang mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat

dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi

pekerjaan berikutnya.

b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus

dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan

tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.

c) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan

atau operasi-operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan

persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak

yang berwenang dan juga dari Direksi Pekerjaan.

d) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan maka setiap

galian perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran

aspal pada hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor

harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang

diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air

dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut-

off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus

senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak

akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.

b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama

atau tempat lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin

sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara

tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh

JOSLLY FD SASAUW 5. 44
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan

yang memadai.

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan

dalam Pasal 3.1.1(3) di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :

i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang

melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar

atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan harus

digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.

ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan

ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana

yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau lokasi yang

mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun

kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi

agregat sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

iii) Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan

kedalaman yang melebihi yang telah ditetapkan oleh Direksi

Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggunakan bahan-bahan

yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai mencapai

elevasi rancangan.

9) Utilitas Bawah Tanah

a) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi

tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk

memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang

diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam

Kontrak.

JOSLLY FD SASAUW 5. 45
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

b) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi

setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel,

atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin

dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat

operasi kegiatannya.

10) Restribusi Untuk Bahan Galian

Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk

campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber

bahan di luar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan pengaturan

yang diperlukan dan membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah

maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-

bahan tersebut.

11) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai

dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus

digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan

kembali.

b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik,

tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan

lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan

akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang

mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang

tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak

memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan

permanen.

JOSLLY FD SASAUW 5. 46
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau

tiap bahan galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk

digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh

Kontraktor di luar Daerah Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan

Direksi Pekerjaan.

d) Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh

pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan

galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk

bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian yang diuraikan

dalam Pasal 3.1.1.(8).(ii) dan (iii), juga termasuk pengangkutan hasil

galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang

disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(2).(f) dan perolehan ijin dari pemilik atau

penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

12) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara

a) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua

struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan

pengaku (bracing) harus dibongkar oleh Kontraktor setelah struktur

permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus

dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak

struktur atau formasi yang telah selesai.

b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap

menjadi milik Kontraktor atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh

Direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan

dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang

terdapat dalam Daftar Penawaran.

c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk

ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah

JOSLLY FD SASAUW 5. 47
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

saluran air.

d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang

digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi

yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran

drainase yang memadai.

5.7 TIMBUNAN

UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,

penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui

untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau

struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk

dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang

melintang yang disyaratkan atau disetujui.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan

timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer)

untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah

saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan

dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi

lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang

lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan

lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

JOSLLY FD SASAUW 5. 48
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi

daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat

Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara yang

diatur dalam Spesifikasi ini.

c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan

yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun

bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau

untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan.

Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.

d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual

atau dengan derek, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat

mendekati garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau

sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Transportasi dan Penanganan : Seksi 1.5


b) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Drainase Porous : Seksi 2.4
f) Galian : Seksi 3.1
g) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
h) Beton : Seksi 7.1
i) Pasangan Batu : Seksi 7.9
j) Pemeliharaan Jalan Samping Dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak

lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau

disetujui.

JOSLLY FD SASAUW 5. 49
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus

cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk

menjamin aliran air permukaan yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih

dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal

padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat

kurang dari 10 cm.

4) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah

(AASHTO T 88 - Dengan Alat Hidrometer.

90)
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat

(AASHTO T 89 - Casagrande.

90)
SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.

(AASHTO T 90 -

87)
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk

(AASHTO T 99 - Tanah.

90)
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk

(AASHTO T180 - Tanah.

90)
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan

(AASHTO T191- Dengan Alat Konus Pasir.

86)
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.

JOSLLY FD SASAUW 5. 50
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

(AASHTO T193 -

81)

AASHTO :

AASHTO T145 - 73 : Classification of Soils and Soil Aggregate

Mixtures for Highway Construction Purpose


AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial

Actions

5.8 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk

persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi

bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan

dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber

bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang

mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan,

menurut pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi

lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin

harus dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang

dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang

diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu

pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(2).(c).

2) Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

JOSLLY FD SASAUW 5. 51
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi

tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum

yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung

lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering

maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran

lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi

tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering

maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis

timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil

setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan

maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8)

dari Seksi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada

lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh

berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur

atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus

dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang

telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian

pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter

kubik bahan timbunan yang dihampar.

3) Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan

menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan

berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah

memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah

sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di

JOSLLY FD SASAUW 5. 52
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus

dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan

batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15

cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak

diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4) Percobaan Pemadatan

Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan

untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor

tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan

berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan

peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai

sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini

selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis

peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

5.9 PENYIAPAN BADAN JALAN

UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan

permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama, untuk

penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa

Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal

di daerah jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan

persimpangan) yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian

Kondisi.

JOSLLY FD SASAUW 5. 53
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Menurut Seksi dari Spesifikasi ini pembayaran tidak boleh dilakukan

terhadap Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama yang diuraikan

dalam Seksi 8.1 maupun Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada

Jalan Berpenutup Aspal yang diuraikan dalam Seksi 8.2.

b) Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat

dengan motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa

penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.

c) Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan

timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan,

pengujian tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang

disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya, yang

semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimana

yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Galian : Seksi 3.1
d) Timbunan : Seksi 3.2
e) Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1
f) Bahu Jalan : Seksi 4.2
g) Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1
h) Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal : Seksi 5.2
i) Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4
j) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
k) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
l) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada : Seksi 8.2

Jalan Ber-penutup Aspal


m) Pemeliharaan Jalan Samping Dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

JOSLLY FD SASAUW 5. 54
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih

rendah satu centimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki

kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air

permukaan.

4) Standar Rujukan

Standar rujukan yang relevan adalah yang diberikan dalam Pasal 3.2.1(4)

dari Spesifikasi ini.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Pengajuan yang berhubungan dengan Galian, Pasal 3.1.1.(4),

dan Timbunan, Pasal 3.2.1.(5) harus dibuat masing-masing untuk seluruh

Galian dan Timbunan yang dilaksanakan untuk Penyiapan Badan Jalan.

b) Kontraktor harus menyerahkan dalam bentuk tertulis kepada

Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya suatu ruas pekerjaan dan

sebelum setiap persetujuan yang dapat diberikan untuk penghamparan

bahan lain di atas tanah dasar atau permukaan jalan, berikut ini :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam Pasal

3.3.3.(2) di bawah ini.

ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang

menun-jukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam

Pasal 3.3.1.(3) dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di

bawah elevasi tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan

sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus

telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau

permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi

berfungsi sehingga menjamin keefektifan drainase, dengan demikian dapat

JOSLLY FD SASAUW 5. 55
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

mencegah kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air

permukaan.

b) Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa

segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan

tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan

tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi

sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara

dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan

tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan

lainnya berjarak cukup dekat.

7) Kondisi Tempat Kerja

Ketentuan dalam Pasal 3.1.1.(7) dan 3.2.1.(7), yang berhubungan dengan

kondisi tempat kerja yang disyaratkan, masing-masing untuk Galian dan

Timbunan, harus juga berlaku bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan

Penyiapan Badan Jalan, bahkan pada tempat-tempat yang tidak memerlukan

galian maupun timbunan.

8) Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Ketentuan yang ditentukan dalam Pasal 3.1.1.(8) dan 3.2.1.(8) yang

berhubungan dengan perbaikan Galian dan Timbunan yang tidak

memenuhi ketentuan, harus juga berlaku bilamana berhubungan dengan

semua pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, bahkan untuk tempat-tempat

yang tidak memerlukan galian atau timbunan.

b) Kontraktor harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur

(rutting) atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian pekerja atau lalu

lintas atau oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya

kembali, menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang

diperlukan untuk pekerjaan perbaikan ini.

JOSLLY FD SASAUW 5. 56
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

c) Kontraktor harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi

akibat pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam

lainnya.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Ketentuan dalam Pasal 3.2.1.(9) harus berlaku.

10) Pengendalian Lalu Lintas

a) Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan dalam

Seksi 1.8 Pemeli-haraan Lalu Lintas.

b) Kontraktor harus bertanggungjawab atas seluruh konsekuensi

dari lalu lintas yang diijinkan melewati tanah dasar, dan Kontraktor harus

melarang lalu lintas yang demikian bilamana Kontraktor dapat

menyediakan sebuah jalan alih (detour) atau dengan pelaksanaan setengah

lebar jalan.

5.10 CAMPURAN ASPAL DINGIN

UMUM
1) Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan, penghamparan dan pemadatan campuran

bitumen dingin untuk pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan,

termasuk : penambahan dan pekerjaan-pekerjaan kecil, perbaikan bentuk

permukaan, pelebaran tepi untuk jalan dengan volume lalu lintas rendah dan

sedang, dan pelapisan kembali jalan dengan volume lalu lintas rendah.

Campuran dirancang agar sesuai dihampar dan dipadatkan secara dingin

setelah disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu. Kelas C adalah

campuran bergradasi semi padat dengan menggunakan aspal cair (cut-back).

JOSLLY FD SASAUW 5. 57
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Campuran kelas E adalah bergradasi terbuka dan sesuai untuk digunakan

dengan aspal emulsi.

Untuk setiap kelas tersedia dua amplop gradasi. Gradasi yang lebih halus

(C/10 dan E/10) harus digunakan juka tersedia agregat yang memenuhi syarat,

karena pengerjaannya lebih mudah dan tidak mudah tersegregasi.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
e) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
f) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SK SNI M-02-1994- : Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam

03 Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0,075

(AASHTO T11 - 90) mm)


SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan

(AASHTO T27 - 88) Agregat Halus dan Kasar.


SNI 03-1975-1990 : Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan

(AASHTO T87 - 86) Tanah Menagndung Agregat.


SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan

(AASHTO T96 - 87) Mesin Los Angeles.


SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat

(AASHTO T182 - Terhadap Aspal.

84)
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk

(AASHTO T104 - Agregat Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat

JOSLLY FD SASAUW 5. 58
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

86) dan Magnesium Sulfat.


Pd M-03-1996-03 : Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir

(AASHTO T176 - Yang Me-ngandiung Bahan Plastis Dengan

86) Cara Setara Pasir.


Pd S-02-1995-03 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.

(AASHTO M82 - 75)


Pd S-01-1995-03 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik.

(AASHTO M208 -

87)
AASHTO :

AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt.

5.11 KUANTITAS AGREGAT DAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3 dan harus

disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang

perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang

disyaratkan.

Tabel 6.6.3 : Lapis Perata Penetrasi Macadam

Tebal Agregat Pokok Aspal Residu Agregat

Lapisan (kg/m2) (kg/m2) Pengunci


7 - 10 5 - 8 4-5
(cm) (kg/m2)
8,5 200 8,5 25
7,5 180 7,5 25
6,5 160 6,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 105 3,7 25
3,7 80 2,5 25

JOSLLY FD SASAUW 5. 59
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Catatan :

Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut

atau pengemulsi telah menguap.

5.12 PERALATAN

Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :

a) Penumpukan Bahan

 Dump Truck

 Loader

b) Di Lapangan

i) Mekanis.

 Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda

tiga 6 - 8 ton.

 Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan).

 Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan

ketentuan da-lam Pasal 6.1.3.

 Truk Penebar Agregat.

ii) Manual.

 Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop,

gerobak dorong, dan peralatan kecil lainnya.

 Ketel aspal.

 Penggilas seperti cara mekanis.

1) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisa Saringan

(AASHTO T27 - 88) Agregat Halus dan Kasar.

JOSLLY FD SASAUW 5. 60
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan

(AASHTO T96 - 87) Mesin Los Angeles.


SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat

(AASHTO T182 - Terhadap Aspal.

84)
Pd S-03-1995-03 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.

(AASHTO M81 - 90)


Pd S-02-1995-03 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.

(AASHTO M82 - 75)


Pd S-01-1995-03 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik.

(AASHTO M208 -

87)
AASHTO :
AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement.
AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt.

5.13 PERLENGKAPAN JALAN DAN PENGATUR LALU LINTAS

UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang perlengkapan jalan

baru atau penggantian perlengkapan jalan lama seperti rambu jalan, patok

pangarah, patok kilomater, rel pengaman, paku jalan, mata kucing, kerb, trotoar,

lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan pengecatan marka jalan

baik pada permukaan perkerasan lama maupun yang selesai di-overlay, pada

lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan

oleh Direksi Pekerjaan.

Pekerjaan pemasangan perlengkapan jalan harus meliputi semua penggalian,

pondasi, penimbunan kembali, penjangkaran, pemasangan, pengencangan

dan penunjangan yang diperlukan.

2) Penerbitan Gambar Penempatan dan Detil Pelaksanaan

JOSLLY FD SASAUW 5. 61
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Gambar penempatan yang menunjukkan lokasi perlengkapan jalan dan

perangkat pengatur lalu lintas dan detil pelaksanaan semua jenis

perlengkapan jalan yang tidak terdapat di dalam Dokumen Kontrak pada saat

pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan setelah Kontraktor

menyelesaikan laporan hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.9 dari

Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Beton : Seksi 7.1
e) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, : Seksi 10.1

Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan


f) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2

4) Standar Rujukan

a) AASHTO M247 - 81 : Glass Beads Used in Traffic Paint

(type 2).

b) AASHTO M248 - 90 : Ready Mixed White and Yellow

Traffic Paints.

c) AASHTO M249 - 79 : White and Yellow Thermoplastic

Stripping Material (Solid Form).

d) Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan harus memenuhi

Peraturan dan Perundang-undangan tentang Rambu

Keamanan Jalan Repubik Indonesia.

e) Rambu jalan harus mempunyai ukuran, warna, jenis dan luas

permukaan yang memantul sesuai ketentuan dari Dinas Lalu

Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR). Setiap perbedaan yang

terjadi antara ketentuan untuk rambu-rambu tersebut dan yang

JOSLLY FD SASAUW 5. 62
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

ditunjukkan dalam Gambar harus diperiksa oleh Direksi

Pekerjaan sebelum pelaksanaan dimulai.

5.14 PENGGAMBARAN

5.14.1. Rancangan (Draft) PENGAWASAN Teknis

Gambar teknik diproduksi pada skala yang sesuai dan dalam setail yang

cukup mewakili lokasi secara utu, tipologi, cakupan dan skala dari pekerjaan yang

diusulkan termasuk batas konstruksi.

Gambar-gambar disesuaikan dengan usulan yang berlaku pada kondisi fisik

lapangan, termasuk topografi, prasarana saat ini, gambar menyajikan rencana,

ketinggian, penampang melintang, penampang memanjang dan detail khusus

konstruksi.

Detail PENGAWASAN teknis yang perlu dibuat konsep

PENGAWASANnya adalah antara lain :

 Alinyemen horisontal (Plan) digambar diatas peta sistuasi skala 1 : 1000

dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi data :

 Lokasi STA dan nomor-nomor titik kontrol horisontal/vertikal

 Lokasi dan batas-batas obyek-obyek penting seperti rawa, kebun,

hutan lindung, rumah, sungai, dll.

 Data lengkung horisontal (curve data) yang direncanakan

 Lokasi dan data bangunan pelengkap.

JOSLLY FD SASAUW 5. 63
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 1.000 dan

skala Vertikal 1 : 100 yang mencakup hal-hal sbb :

 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan

 Diagram superelevasi

 Data lengkung vertikal

 Lokasi bangunan vertikal

 Potongan melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA

(interval 50 meter), tapi pada segmen-segmen khusu harus dibuat dengan

interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan skala

horisontal 1 : 100 dan akala vertikal 1 : 10. Dalam gambar potongan

melintang harus tercakup :

 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan

 Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana

 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan

 Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada)

 Potongan melintang Tipikal (Tyical Cross Section) harus digambar dengan

skala yang pantas dan membuat semua informasi yang diperlukan,

misalnya :

 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota

 Rincian konstruksi perkerasan

 Penampang bangunan pelengkap

 Bentuk konstruksi bahu jalan, median

 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)

 Gambar-gambar standar yang mencakup antara lain ; gambar bangunan

pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dsb.

JOSLLY FD SASAUW 5. 64
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

5.14.2. Gambar PENGAWASAN Akhir (FinalDesign)

Pembuatan gambar trase jalan selengkapnya dilakukan setelah rancanagn

PENGAWASAN disetujui oleh proyek dengan memperhatikan koreksi-koreksi

dan saran-saran yang diberikan proyek.

Gambar PENGAWASAN akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan

yang telah diperbaiki dan dilengkapi dengan :

 Sampul luar (cover) dan sampul dalam

 Peta lokasi proyek

 Peta lokasi sumber bahan (Quarry)

 Lembar simbol dan singkatan

 Lembar daftar volume pekerjaan

 Daftar bangunan pelengkap & volume pekerjaannya.

5.15 PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN PELAKSANAAN FISIK

5.15.1 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Pelaksanaan Fisik

Pada bagian ini konsultan memerlukan ketelitian sehingga penyimpangan

volume dan biaya konstruksi dapat ditekan sekecil mungkin saat hasil

PENGAWASAN ini diaplikasikan di lapangan.

1. Perhitungan volume pekerjaan

Volume pekerjaan disiapkan dari perhitungan desain, gambar-gambar dan

spesifikasi, dalam sebuah format dan pada sebuah tingkatan rinci. Hal ini ditinjau

setefiti mungkin dari jumlah atau volume dari pekerjaan yang diperlukan untuk

masing-masing jenis pekerjaan. Setiap paket pekerjaan yang direncanakan

dihitung volume pekerjaan untuk tiap bagian sesua'i masing-masing kontrak

pelaksanaannya dan dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan utama.

Pekerjaan yang dihitung volumenya adalah :

JOSLLY FD SASAUW 5. 65
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

a. Pekerjaan Jalan (termasuk drainase).


Untuk kebutuhan taksiran biaya dan daftar penawaran kontrak, pengukuran
diambil dari gambar rencana dan volume dihitung dengan metoda
pengukuran standar.

b. Pekerjaan Jembatan :
- jalan pendekat,
- jembatan.

2. Perhitungan Biaya

Analisa harga satuan menggunakan metoda Bina Marga (Kimpraswil) dan

acuan lain yang baku berdasarkan faktor-faktor : tenaga, material, peralatan,

sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yang berlaku di daerah setempat.

a. Persiapan lembar kerja.

Penentuan harga satuan biaya konstruksi, dimulai dengan prinsip-prinsip

dasar dan penggunaan lembar kerja analisis biaya untuk tiap kegiatan

konstruksi, dengan menggunakan biaya setempat yang telah ditetapkah

untuk bahdn-bahan dan tenaga kerja dan biaya rata-rata nasional untuk

plant (peralatan produksi) dan peralatan. Lembar kerja mengikuti format

yang telah ditetapkan oleh Ditjen Prasarana Wilayah.

b. Biaya Tenaga Kerja.


c. Biaya Bahan.
d. Harga Plant dan Peralatan, yang mencakup :

 biaya untuk menjalankan peralatan dan biaya operasi, termasuk

bahan-bahan, pemberian minyak dan sejenis, dan componen

perbaikan dan suku cadang

JOSLLY FD SASAUW 5. 66
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

 biaya pemilikan yang mencakup depresiasi/penyusutan, asuransi dan

bunga.

e. Penentuan Harga Satuan.

5.15.2 Manajemen Peralatan Konstruksi

Sub-bab ini akan mengulas manajemen peralatan yang dapat dipergunakan

sebagai pengendali waktu yang telah ditentukan berdasarkan volume pekerjaan

rencana. Agar tepat waktu, maka perlu pendekatan analisis alat berat dengan

keakuratan tinggi sehingga akan didapat Jenis alat, jumlah alat, kapasitas alat minimal

yang harus dioperasikan di lapangan.

Pelaksanaan proyek dan tahapan awal jadwal disiapkan untuk tiap-tiap

komponen. Jadwal menunjukkan pelaksanaan khusus yang diperlukan untuk

dikoordinasikan dengan prasarana proyek lain dan untuk meminimalkan gangguan.

Konsultan menyiapkan metoda pelaksanaan pekerjaan dan jadwal

pelaksanaan. Selanjutnya dengan berdasarkan pada volume pekerjaan maka dibuat

skedul pelaksanaan dengan bar-chart untuk item pekerjaan utama sehingga dapat

diketahui perkiraan jangka waktu konstruksi yang dibutuhkan. Skedul pelaksanaan

yang dibuat disertai data pendukung mengenai jumlah dan kapasitas peralatan yang

dipakai.

Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan

pelaksanaan fisik proyek secara mekanis.

Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :

a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu

b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti

kita harus menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut.

JOSLLY FD SASAUW 5. 67
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Dari butir a, dan b di atas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek

yang konseptionai, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu

pelaksanaan tidak meleset dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung

dengan analisis kapasitas alat berat dengan cermat.

Dengan adanya analisis yang baik dalam Construction Method diharapkan

peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk

menangani proyek tersebut.

Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan


peralatan tersebut pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah
sesuai kebutuhan. Misalnya untuk aktivitas : Pengangkutan raw material
dari quarry dibawa ke crushing plant, pekerjaan overlay hot-mix, pekerjaan
excavation dan embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan
jenis dan jumlah alat yang berbeda-beda.
Sedangkan metode pelaksanaan pekerjaan akan ditinjau pekerjaan utama saja
(major work) atau pekerjaan khusus yang tingkat kesulitannya tinggi.

Pada umumnya, pada proyek jalan, aktivitas pekerjaan utama terdiri dari:

• Pengangkutan raw material dari quarry ke Crushing Plant.

• Crushing Plant Operation.

• AMP operation, transportation hotmix & overlay.

• Pekerjaan Subbase & Base Coarse.

• Pekerjaan Timbunan Tanah

• Pekerjaan Galian Tanah

Tinjauan aktivitas ditekankan pada pekerjaan tersebut di atas karena yang

dominan (major item) berkaitan terhadap alat berat.

1. Pengangkutan raw material dari quarry ke Crushing Plant

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut:

• Estimasi kebutuhan raw material.

JOSLLY FD SASAUW 5. 68
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Jarak angkut dari quarry ke tempat pemecahan batu (Crushing Plant).

• Waktu yang disediakan

Alat berat yang digunakan untuk aktivitas ini umumnya adalah :

• Excavator

• Dump Truck

atau bisa menggunakan kombinasi alat lain, misalnya ;

• Wheel Loader/Shovel Loader

• Bulldozer

• Dump Truck

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumla'hnya bisa 'ditentukan dan dihitung

berdasarkan volume material dan waktu yang disediakan.

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan

kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

2. Crushing Plant Operation

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut:

• Estimasi kebutuhan batu pecah/aggregate

• Waktu yang disediakan

Alat berat yang digunakan :

• Stone Crusher

• Wheel Loader

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung

berdasarkan volume batu pecah yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan.

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan

kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

3. AMP Operation, Transportation Hotmix & Overlay

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut:

JOSLLY FD SASAUW 5. 69
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Kuantitas hotmix

• Jarak angkut rata-rata dari AMP ke lokasi overlay

• Waktu yang disediakan

Alat yang digunakan umumnya :

• Asphalt Mixing Plant (AMP)

• Dump Truck

• Asphalt Finisher

• Tandem Roller • .

• Pneumatic Tire Roller

• Asphalt Sprayer atau Asphalt Distributor

• Air Compressor

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung

berdasarkan kuantitas hotmix dan waktu yang disediakan.

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan

kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

4. Pekerjaan Subbase & Base Coarse

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut:

• Volume pekerjaan Subbase & Base Coarse

• Jarak angkut rata-rata dari Crushing Plant ke lokasi pekerjaan

• Waktu yang disediakan

Alat yang digunakan umumnya :

• Wheel Loader

• Motor Grader

• Vibratory Roller

• Dump Truck

• Water Tank Truck

JOSLLY FD SASAUW 5. 70
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung

berdasarkan volume pekerjaan dan waktu yang disediakan.

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan

kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

5. Pekerjaan timbunan tanah

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut:

• Volume timbunan

• Jarak angkut dari quarry ke tempat pekerjaan

• Waktu yang disediakan

Alat yang digunakan:

• Wheel Loader

• Motor Grader

• Dump Truck

• Three Wheel Roller

• Water Tank Truck

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dap

dihitung berdasarkan volume timbunan dan waktu yang disediakan. -

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan

kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

6. Pekerjaan galian tanah

Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :


• Volume galian
• Jarak angkut dari galian ke tempat buangan
• Waktu yang disediakan

Alat yang digunakan umumnya :


• Bulldozer atau Excavator

JOSLLY FD SASAUW 5. 71
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

• Wheel Loader
• Dump Truck
Tipe atau kapasitas alat berat bsserta jumlahnya bisa ditentukan dan
dihitung berdasarkan volume galian dan waktu yang disediakan.

Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan


kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

5.16. DOKUMEN LELANG


Dokumen lelang adalah kumpulan ketentuan teknis dan persyaratan
admlnistrasi, untuk bahan rujukan bagi calon pelaksana pembangunan fisik
(kontraktor) dalam menyusun usulan penawaran pekerjaan.
Dokumen lelang khusus untuk proyek pembangunan jalan raya, biasanya
terdiri atas :
1. Bab I Instruksi Kepada Peserta Lelang
2. Bab Il Data Lelang
3. Bab III Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan dan
Surat Perjanjian
4. Bab IV Syarat-syarat Umum Kontrak
5. Bab V Syarat-syarat Khusus Kontrak
6. Bab VI Spesifikasi Teknis
7. Bab VII Gambar-gambar
8. Bab VIII Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metoda
Pelaksanaan
9. Bab IX Bentuk-bentuk Jaminan

Spesifik
Menurut ketentuan Bina Marga, pekerjaan pembangunan jalan terdiri dari
empat bagian yang mencakup sepuluh kelompok pekerjaan. Satu
kelompok pekerjaan terdiri dari beberapa seksi atau item kegiatan.

JOSLLY FD SASAUW 5. 72
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

Tiap seksi memiliki nomor yang sekaligus menunjukkan nomor item


pekerjaan, yang juga digunakan sebagai nomor item mata pembayaran. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan prestasi yang telah
dikerjakan oleh pihak pelaksana di samping untuk memudahkan
penentuan jenis pekerjaan yang akan dibuat.

Bagian-1 : UMUM
Terdiri dari satu kelornpok pekerjaan yang mencakup semua seksi secara
umum. Bagian ini meliputi [Mobilisasi dan Manajemen Lapangan.

Bagian - 2 : PEKERJAAN UTAMA


Terdiri dari enam kelompok pekerjaan yang mencakup : Drainase,
Pekerjaan Tanah, Pelebaran Tepi Perkerasan dan Bahu Jalan, Perkerasan
Berbutir, Perkerasan Aspal dan Struktur,

3. Bagian - 3 : PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR


Terdiri dari dua kelompok pekerjaan, yaitu : Pengembalian Kondisi dan
Pekerjaan Minor dan Pekerjaan Harian.

4. Bagian - 4 : PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN


Terdiri dari satu kelompok yaitu Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.
Analisis Analisis yang dilakukan di sini adalah analisis harga satuan.

5.17 KEGIATAN ASISTENSI

Untuk mendapatkan produk kerja sesuai dengan yang diharapkan oleh

Pengguna Jasa, menghindari terjadinya kekeliruan yang makin meningkat,

fnengakomodasi ketentuan-ketentuan baru dari Pengguna Jasa, serta persetujuan-

persetujuan hasil kerja oleh Pengguna Jasa, konsultan akan melakukan asistensi,

konsultasi, diskusi secara berkala dengan Tim Teknis Pengguna Jasa.

Terdiri dari satu kelompok pekerjaan yang mencakup semua seksi secara

umum. Bagian ini

JOSLLY FD SASAUW 5. 73
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

5.18. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Mutu pekerjaan dan waktu pelaksanaan perlu diutamakan untuk itu keselamatan

dan keamanan kerja menjadi perhatian bagi Konsultan Perencana dengan

demikian proses pelaksanaan tidak melanggar ketentuan K3.

A. KESELAMATAN KERJA

Sebagai kelengkapan dari engineering services maka PENGAWASAN khusus

dilakukan terhadap team personil yang akan memperhatikan keselamatan

kerja dilapangan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada karyawan,

peralatan berat dan pada pihak ketiga, dan menjaga keselamatan umum

karyawan serta kebersihan di lapangan kerja proyek.

Masalah pokok keselamatan kerja adalah sejauh mungkin mematuhi ketentuan


MULAI

peraturan yang ditetapkan didalam

standar kerja dan prosedur RESIKO BHY KECELAKAAN

pelaksanaan.
PEK. PERSIAPAN

Tidak
B. ASURANSI
Ya

Tanpa mengurangi tanggung jawab PEK. M E P PEK. STRUKTUR PEK. ARSITEKTUR


1. Pek. Tanah 1. Wet Finish
Tidak Tidak Tidak
2. Pondasi
PENGAWASAN, maka asuransi 1. Pek. Hydrant/ Sprinkler
Plumbing
2. Air Condition 3. Struktur Gedung
Dry Finish
2. Landscaping.
Elevator 4. Dll

untuk proyek gedung ini harus


Ya Ya Ya

ditutup dari segala resiko yakni

terhadap tuntutan dan atau gugatan

yang timbul akibat pelaksanaan

pekerjaan oleh berbagai pihak, baik tuntutan atau kerugian-kerugian atau

kerusakan-kerusakan yang diderita oleh seseorang atau segala harta milik

siapapun yang mungkin terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

JOSLLY FD SASAUW 5. 74
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

JOSLLY FD SASAUW 5. 75
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

HEXAMATRA

PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN
(PRA-RK3K)

KERJA KONTRAK

1. KEBIJAKAN K3

(Berupa pernyataan/komitmen Direktur atas nama perusahaan untuk

menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

melakukan kegiatan konstruksi.

2. PENGAWASAN

1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya

IDENTIFIKASI
JENIS/TYPE PENGENDALIAN RISIKO
NO JENIS BAHAYA &
PEKERJAAN K3
RISIKO K3
1 2 3 4
“Survey Jenis bahaya & risiko: Pengendalian risiko K3
Pengukuran a) Terjatuh ke lubang -> a) Asuransi
Lapangan Luka berat b) Pakai alat pelindung
b) Tangan terluka

2 Perjalanan ke Jenis bahaya & risiko: Pengendalian risiko K3


lokasi a) Kecelakaan dalam a) Di asuransikan
perjalanan

2) Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

JOSLLY FD SASAUW 5. 76
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

(Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait

dengan K3, sesuai dengan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang akan

dilaksanakan)

Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib

dipunyai dan dipenuhi dalam melaksanakan paket pekerjaan ini adalah:

a. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. UU No.18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

c. Peraturan menteri PU No.09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang

PU

d. dst

3) Sasaran K3 dan Program K3

(sasaran dan program K3 yang akan dilaksanakan, harus disusun

berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penetapan pengendalian risiko.

sasaran harus terukur secara kualitatif maupun kuantitatif)

CONTOH:

Sasaran K3:

a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (zero fatal

accident)

b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%

c. semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko

pekerjaannya masing-masing

d. dst

Program K3:

JOSLLY FD SASAUW 5. 77
Pengawasan Pembangunan Gedung ICCU
Kabupaten Minahasa Utara

a. melaksanakan rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD,

Rambu-rambu, spanduk, poster, pagar pengaman, jaring pengaman dsb)

secara konsisten

b. melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja

berbahaya

c. memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan

d. dst

4) Organisasi K3:

menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan

contoh:

Penanggung Jawab K3

Emergency / kedaruratan P3K Kebakaran

JOSLLY FD SASAUW 5. 78

Anda mungkin juga menyukai