- Analisa data,
Metodologi untuk perencanaan teknik jalan yang diuraikan di sini adalah survey
pendahuluan, survey teknik (survey topografi, survey hidrologi, survey tanah dan
upaya pemanfaatan lingkungan), Pengujian di Laboratorium dan perencanaan
detail (perencanaan geometrik, tebal perkerasan, drainase dan
struktur/jembatan) dengan tahapan kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2-1. Tahapan Kegiatan Detail Perencanaan
Gambar 2-2. Tahapan Kegiatan Detail Perencanaan
2.2 Survey Pendahuluan
2.2.1 Umum
Pengumpulan data pendukung sebagai pertimbangan untuk menetapkan
perencanaan perkerasan, drainase maupun geometrik jalan dilakukan secara
sekunder maupun primer.
Dari kegiatan survey pendahuluan ini juga diharapkan, konsultan sudah dapat
mengusulkan metode penelitian dan perencanaan yang akan diterapkan,
alternatif konstruksi jalan dan jembatan (bila ada) yang akan dipakai antara
lain : kriteria perhitungan geometrik, batasan kelandaian, konfigurasi bentang,
bahan konstruksi, bentuk pilar dan abutment serta lainnya.
Didalam melaksanakan kegiatan ini, Tim Konsultan mempunyai tugas antara
lain:
Meninjau lokasi jalan yang telah ditentukan untuk melihat kemungkinan
survey apa saja dan peralatan yang cocok pada daerah tersebut.
Menyiapkan alat atau fasilitas yang akan digunakan untuk pelaksanaan
survey.
Menentukan atau mencari alternatif calon lokasi as jalan
Adapun informasi yang harus diperoleh dari pemeriksanan ini adalah :
Data mengenai kondisi jalan dan bagian-bagiannya yang rusak
o Data banjir dan erosi
o Bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam konstruksi
yang paling efisien dan efektif.
Data lain yang diperlukan dan dianggap penting.
Jaringan jalan serta kelas jalan.
Usulan lainnya dari pemberi tugas.
Semua hasil survey pendahuluan bila memungkinkan dan diminta dalam "TOR"
akan dilaporkan dalam bentuk laporan survey pendahuluan lengkap dengan
photo dokumentasi aslinya.
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui instansi terkait seperti Kantor
SKNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, Dinas Pekerjaan
Umum Propinsi, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten dan instansi lainnya seperti
Badan Meteorologi dan Geofisika (data curah hujan), Direktorat Geologi dsb.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan survey langsung di
lapangan.
8 – 10 Sangat rata dan halus Hotmix (AC dan HRS) yang baru
dibuat/ditingkatkan dengan
beberapa lapisan aspal
7–8 Sangat baik dan rata Hotmix setelah dipakai beberapa
tahun atau lapisan tipis hotmix
diatas penetrasi macadam
6–7 Baik Hotmix lama, Nacas/Lasbutang
baru
5–6 Cukup, sedikit/tidak ada Penetrasi macadam, latasbum
lubang, tetapi permukaan baru, lasbutang baru
jalan tidak rata
4–5 Jelek, kadang-kadang ada Penetrasi macadam setelah
lubang, permukaan jalan pemakaian 2 atau 3 tahun, jalan
tidak rata kerikil yang tidak terpelihara
3–4 Rusak, bergelombang, Penetrasi macadam lama,
banyak lubang latasbum lama, jalan kerikil yang
tidak terpelihara
2–3 Rusak berat, banyak Semua tipe perkerasan yang
lubang dan seluruh daerah diabaikan
perkerasan hancur
2 Tidak dapat dilewati kecuali
oleh Jeep 4 WD
Data beban lalu lintas merupakan salah satu parameter terpenting dalam
perencanaan struktur perkerasan jalan, beban tersebut merupakan akumulasi
beban kendaraan yang melintas. setiap jenis kendaraan memiliki karakteristik
bobot total maupun distribusinya pada tiap sumbunya yang sekalipun jenis
kendaraannya sama tetapi dapat berbeda nilainya tergantung dari karakteristik
ruas jalannya, untuk itu perlunya mengetahui faktor perusak setiap jenis
kendaraan dimasing-masing lokasi pembangunan jalan.
Pengklasifikasian jenis kendaraan dalam analisis perhitungan beban lalu lintas
akan sejajar dengan pencacahan arus lalu lintas.
Nilai atau besarnya perusakan jalan ditentukan berdasarkan berat sumbu (P) dan
jenis sumbu (konfigurasi sumbu). Salah satu teknik dalam menghitung daya
rusak adalah dengan menggunakan persamaan Liddle. Persamaan ini berlaku
untuk 3 konfigurasi sumbu kendaraan yaitu sumbu tunggal, sumbu tandem, dan
sumbu triple.
Tabel 2-2. Perhitungan Faktor Perusakan Jalan
per Sumbu Kendaraan
1 Sumbu Tunggal [P/8.16]4 8.0 atau 10.0 ton ESA 8.16 ton
2 Sumbu Tandem 0.0S6[P/8.16]4 15.0 atau 18.0 ton ESA 8.16 ton
3 Sumbu Triple 0.053[P/8.16]4 20.0 atau 21.0 ton ESA 8.16 ton
Pengumpulan data beban lalu lintas dilakukan untuk mendapatkan data berat
sumbu dan konfigurasi sumbu untuk masing-masing jenis kendaraan sekaligus,
alat yang digunakan adalah Weight in Motion (WIM). WIM adalah suatu alat
yang dapat mendeteksi berat dan konfigurasi sumbu kendaraan secara otomatis
dalam keadaan bergerak sehingga proses penimbangan tidak mengganggu lalu !
intas. Data yang diukur antara lain adalah waktu kedatangan, jenis kendaraan,
kecepatan, panjang kendaraan, konfigurasi berat dan jarak sumbu kendaraan.
Untuk "maksud seperti diuraikan tersebut" di atas, maka alur penggunaan data
dari aspek karakteristik lalu lintas dan pendukungnya dalam perencanaan
jaringan dan konstruksi jalan seperti yang diilustrasikan pada bagan alir
pendekatan sebagai berikut :
Gambar 2-3. Pendekatan Aspek Lalu Lintas
Mulai
Intensitas hujan
Debit r encana m ax
Koefisien
Radius hidrolik Kemiringan dasar sal. kekasaran
Kecepatan pengaliran
Ya
Selesai
2.6 Survey Lalu Lintas
2.6.1 Survey Volume Kendaraan
Survey volume kendaraan dilakukan didua tempat yaitu :
1. Ruas jalan
2. Persimpangan
Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun dari arah
belakang harus dicatat.
Setiap lajur minimal 2 orang dengan peralatan yang digunakan 1 orang 1
counter serta format survey yang telah ditentukan.
A. Pos-Pos Perhitungan Lalu Lintas Yang Terbagi Dalam Beberapa
Tipe Pos :
a. Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR ≥ 10.000
kendaraan.
b. Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000
<LHR< 10.000 kendaraan.
c. Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR ≤ 5.000
kendaraan.
D. Periode Perhitungan
a. Pos Kelas A : Untuk Pos Kelas A perhitungan dilakukan dengan periode 40
jam selama 2 hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan
berakhir 22.00 pada hari kedua. Pembina jalan akan menginformasikan
jadual perhitungan pada awal tahun anggaran. Apabila ada perubahan
jadual, waktu survey akan ditentukan lebih lanjut oleh pembina jalan
yang bersangkutan.
b. Pos Kelas B : Untuk pos kelas B, pelaksanaan perhitungan seperti pada
pos kelas A. Pelaksanaan perhitungan pada pos-pos kelas B sesuai jadual
yang telah ditentukan.
c. Pos Kelas C : Perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul
06.00 pagi dan berakhir pada pukul 22.00 pada hari yang sama yang
ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.
D. Bor Mesin
1. Boring harus dikerjakan dengan alat bor yang digerakkan dengan
mesin yang mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata
bor harus mempunyai diameter besar sehingga undisturb sample
yang diinginkan didapat dengan baik, dengan core 54,70 mm.
Untuk tanah clay, silt atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat,
dapat dipakai steelbit sebagai mata bor, bor intan (diamond bit)
atau mata bor tungten sehingga dapat diambil undisturb
samplenya dari lapisan tanah tersebut.
2. Pada setiap interval kedalaman 3,0 meter harus dilakukan
Standard Penetration Test (SPT) dan contoh tanahnya (tidak perlu
undisturbed) disimpan dalam tempat yang dapat menjaga kadar
air aslinya. Standard Penetration Test dilakukan sesuai ketentuan
sebagai berikut :
- Berat Palu = 63,50 K
- Tinggi jatuh = 75, 00 Cm
Pengujian dilakukan hingga alat masuk 30 cm ke dalam tanah
yang jumlah pukulannya mencapai 50 kali/30 cm. Pelaksanaan
dilakukan N/15, N/15, N/15 nilai yang diperhitungkan adalah dua
kali nilai pengujian terakhir. Contoh tanah tersebut diperlukan
untuk menyusun lithologie description lapisan tanah.
3. Pada setiap kedalaman yang ditentukan bila tidak ditentukan lain,
maka rata-rata kedalaman diambil undisturbed sample untuk test
di laboratorium guna mendapatkan harga index dan engineering
properties lapisan tanah. Undisturb Sample harus dengan cara
sebagai berikut :
- Tabung Sampel (yang terbuat dari baja tipis tetapi keras dan
berbentuk silinder dengan rata-rata 7,0 cm, panjang minimal
50 cm) dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman dimana
undisturb sample akan diambil kemudian ditekan perlahan-
Iahan sehingga tabung tersebut dapat penuh terisi tanah.
- Tanah tersebut harus tetap berada dalam tabung sampel
sampai saatnya untuk dites di laboratorium. Tabung yang
berisi tanah tersebut harus segera ditutup dengan parafin
setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor.
C. Material Konstruksi
1. Borrow Area
Penyelidikan lapangan yang dilakukan pada daerah borrow area
berupa tes pits, bertujuan untuk mengetahui lebih jelas
mengenai jenis, sifat dan ketebalan lapisan tanah yang dapat
digunakan sebagai material timbunan. Ketentuan pelaksanaan
pekerjaan tes pits adalah sebagai berikut :
- Ukuran tes pits adalah 1.00 - 1,60 m2 dengan kedalaman
maksimum 3.00 meter.
- Penamaan dan deskripsi masing-masing jenis tanah, warna
dan tebalnya sesuai dengan kedalamannya dilakukan pada
pelaksanaan pekerjaan test pits.
- Dilakukan pengambilan contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample) dan contoh tanah terganggu (disturbed
sample).
2. Quarry
Pada setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai
sumber quarry, perlu dianalisa dan di-plot pada peta Geologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Jenis Quarry
- Perkiraan volume yang dapat dieksploitasi
- Lokasi/jarak dari rencana jalan
- Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam eksploitasi,
dsb.
Untuk bahan berbutir kasar akan dilakukan pengambilan contoh
sirtu di daerah penggalian atau penambangan batu yang ada di
sekitar proyek yang kemudian dianalisa di laboratorium.
Sebagian dari hal-hal yang disebutkan di atas akan masuk ke dalam Dokumen
Kontrak/Tender yang disiapkan oleh Konsultan.
2.8.3 Perencanaan Teknis Pekerjaan Geometrik Jalan
Elemen dalam perencanaan geometric jalan diantaranya adalah alinyemen
horizontal dan alinyemen vertikal.
A. Alinyemen Horizontal
a. Umum
- Alinyemen horizontal terdiri dari bagian lurus dan bagian
lengkung (disebut juga tikungan).
- Perencanaan geometrik pada bagian lengkung dimaksudkan
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh
kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR.
- Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah
bebas samping jalan harus diperhitungkan.
b. Panjang Bagian Lurus
- Dengan memepertimbangkan faktor keselamatan pemakai
jalan, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang
maksimum bagian yang lurus harus ditempuh dalam waktu
tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
- Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel berikut :
-
Tabel 2-3. Panjang Bagian Lurus Maksimum
Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)
Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
Kolektor 2.000 1.750 1.500
c. Tikungan
- Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
1. Spiral-Circle-Spiral (SCS);
2. Full Circle (FC); dan
3. Spiral-Spiral (SS).
Dengan
e. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara
bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap
R; berfungsi mengantisipasi perubahan Alinyemen jalan dari
bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan
berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja
pada kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara
berangsur-angsur baik ketika kendaraan mendekati tikungan
maupun meninggalkan tikungan.
Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral
(clothoid). Dalam metodologi ini digunakan bentuk spiral.
Panjang lengkung peralihan (Ls), ditetapkan atas
pertimbangan bahwa :
- lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi
untuk menghindarkan kesan perubahan Alinyemen yang
mendadak, ditetapkan 3 detik (pada kecepatan V R);
- gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat
diantisipasi berangsur-angsur pada lengkung peralihan
dengan aman; dan
- tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (r c) dari
bentuk kelandaian normal ke kelandaian superelevasi
penuh tidak boleh melampaui r e-max yang ditetapkan
sebagai berikut :
- untuk VR 70 km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik.
- untuk VR 80 km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik.
Ls ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang
terbesar :
1. Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan.
Dimana
dimana T = waktu tempuh pada lengkung peralihan
ditetapkan 3 detik.
VR = kecepatan rencana (km/jam)
Dimana e = superelevasi
C = perubahan percepatan, diambil 1-3
m/detik
R = jari-jari busur lingkaran, m
3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
Dengan
f. Pencapaian Superelevasi
- Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan
melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai ke
kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.
- Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara
linear lihat (Gambar 6 – 6), diawali dari bentuk normal sampai
awal lengkung peralihan (TS) pada bagian lurus jalan, lalu
ditunjukkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan (SC).
- Pada tikungan TC, pencapaian superelevasi dilakukan secara
linear (lihat Gambar 6 – 7), diawali dari bagian lurus sepanjang
2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3
bagian panjang Ls.
- Pada tikungan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya
dilakukan pada bagian spiral.
Gambar 2-8. Metode Pencapaian Superelevasi pada Tikungan Tipe SCS
Dengan :
L = panjang lengkung vertical (m),
A = perbedaan grad (m),
S = jarak pandang henti (m),
Y = factor penampilan kenyamanan, didasarkan
pada tinggi objek 10 cm dan tinggi mata
120 cm.
v. Koordinasi Alinyemen
Alinyemen vertikal, Alinyemen horizontal, dan potongan
melintang jalan adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran
perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya
dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen
jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau
petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan
antisipasi lebih awal.
Koordinasi Alinyemen vertikal dan Alinyemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Alinyemen horizontal sebaiknya berimpit dengan Alinyemen
vertikal, dan secara ideal Alinyemen horizontal lebih
panjang sedikit melingkupi Alinyemen vertical;
- Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal
cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung
harus dihindarkan;
- Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus
dan panjang harus dihindarkan;
- Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horizontal harus dihindarkan; dan
- Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus
dan panjang harus dihindarkan.
KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi Jalan
Fungsi Vo lum e & sifat lalu lintas Adm . pem ilikan Konstruksi
LALU LINTAS
Lalu lintas
Volum e lalu lintas Kendaraan rencana Kom posisi lalu lintas Proyeksi lalu lintas Kecepatan
KAPASITAS JALAN
Kapasitas Jal an
1. Lebar jalan
2. Kebebasan samping
3. Keadaan permukaan jalan
4. Lebar dan keadaan bahu
5. Letak dan bentuk pertemuan tak sebidang
6. Kendaraan komersil (bus dan truk)
7. Aliny emen sehubungan jarak pandang dan landai jalan
For m ula
Km = Ki x Wc x Tc x Bc x N
A B C D E F
PERENCANAAN GEOMETRIK
KEAMANAN
K eam anan
STANDAR PERENCANAAN
KRITERIA DASAR
Kriteria Dasar
JARAK PANDANGAN
Jar ak Pan d an g an
PENAMPANG MELINTANG
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyem en Horizontal
ALINYEMEN VERTIKAL
Mulai
Tebal Perkerasan
D1, D2, D3, D4
Selesai
BA GA N A LIR PERENCA NAA N PERK ERA SAN CARA A NA LISA KOMPONEN
( PELA PISA N TA MB A HA N )
Mulai
Traffic Te st CBR
Indek Te bal
Te st Pit Perkerasan (ITP)
Te bal Perkerasan
Pelapisan Ta mbahan
Selesai
2.8.5 Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay)
Tebal lapis tambah dihitung dengan menggunakan metoda analisa komponen
Bina Marga (SNI 03-1732-1989). Prinsip dasar perhitungan dengan
menggunakan metoda analisa komponen adalah menentukan tebal lapis tambah
yang diperlukan oleh perkerasan untuk mendukung lalu lintas rencana
berdasarkan nilai kekuatan masing-masing lapis perkerasan yang ada saat ini.
keterangan :
LHR : lalu lintas harian rata-rata (dari survey dan analisa lalu
lintas)
C : koefisien distribusi kendaraan
E : angka ekivalen beban sumbu kendaraan
j : jenis kendaraan
keterangan :
LHR : lalu lintas harian rata-rata (dari survey dan analisa lalu
lintas)
C : koefisien distribusi kendaraan
E : angka ekivalen beban sumbu kendaraan
j : jenis kendaraan
i : perkembangan lalu lintas
.
Nilai ITP dihitung untuk kondisi perkerasan eksisting dan ITP rencana
yang diperlukan untuk mendukung lalu lintas rencana. Selisih nilai ITP
eksisting dan ITP yang diperlukan digunakan untuk menghitung tebal
lapis tambah yang diperlukan
.
Keterangan:
LHR : lalu lintas harian rata-rata (dari survey dan analisa lalu lintas)
C : koefisien distribusi kendaraan
E : angka ekivalen beban sumbu kendaraan
j : jenis kendaraan
Keterangan :
LHR : lalu lintas harian rata-rata (dari survey dan analisa lalu lintas)
C : koefisien distribusi kendaraan
E : angka ekivalen beban sumbu kendaraan
j : jenis kendaraan
i : perkembangan lalu lintas
b. Analisa Hidrologi
Hidrologi adalah bidang pengetahuan yang mempelajari kejadian-
kejadian serta penyebab air alamiah di bumi. Faktor hidrologi yang
sangat berpengaruh adalah curah hujan (presipitasi). Curah hujan pada
suatu daerah merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya
debit banjir yang terjadi pada daerah yang menerimanya.
dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2 … …dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2,
…n
n = banyaknya pos penakar
(Sumber : C.D. Soemartono, Hidrologi Teknik )
di mana :
C = Koefisien Thiessen
Ai= Luas pada daerah pengamatan
A = Luas total dari DAS
R = Curah hujan rata-rata
RI, R2 = Curah hujan ditiap titik pengukuran (stasiun)
(Sumber : C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik)
Gambar 2-21.Metode Thiessen
3. Cara Isohyet
Dengan cara ini, kita menggambar dulu kontur tinggi hujan
yang sama (isohyet), seperti terlihat pada Gambar 6 – 22.
kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang
berdekatan diukur, dan nilai rata-ratanya dihitung sebagai
nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai berikut :
dimana :
A = A1+A2+….An = luas area total
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
do, d1, …dn = curah hujan pada isohyet 0, 1, 2, ….n
(Sumber : C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik)
Dimana :
Dimana :
Rt = besarnya curah hujan yang mungkin terjadi
pada periode ulang T tahun
S = standar deviasi
X = curah hujan rata-rata
Kt = standar variable untuk periode ulang T
tahun
(Sumber : Sri Harto, Dipl, H, Hidrologi Terapan)
Tabel 2-15. Standard Variabel (Kt)
T Kt T Kt T Kt
1 -186 20 1.89 96 3.34
-
2 0.22 25 2.10 100 3.45
3 0.17 30 2.27 110 3.53
4 0.44 35 2.41 120 3.62
5 0.64 40 2.54 130 3.70
6 0.81 45 2.65 140 3.77
7 0.95 50 2.75 150 3.84
8 1.06 55 2.86 160 3.91
9 1.17 60 2.93 170 3.97
10 1.26 65 3.02 180 4.03
11 1.35 70 3.08 190 2.09
12 1.43 75 3.60 200 4.14
13 1.50 80 3.21 221 4.24
14 1.57 85 3.28 240 4.33
15 1.63 90 3.33 260 4.42
Dimana :
c. Uji Keselarasan
Untuk menentukan pola distribusi data curah hujan rata-rata yang
paling sesuai dari beberapa perhitungan metode distribusi statistic
yang telah dilakukan , digunakan uji keselarasan. Ada dua jenis uji
keselarasan (Godnes of fit test), yaitu uji keselarasan Chi cquare
dan Smirniv Kolmogorof. Pada test ini biasanya yang diminati
adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan.
Dimana :
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = lamanya curah hujan
Menurut Ishiguro
Rumus I = a / (t+b)
DimanaI = intensitas hujan
t = lama hujan
a,b = konstanta yang tergantung
pada lama curah hujan di daerah aliran
Keterangan :
Q = debit saluran drainase
w = lebar jagaan
L = lebar tanggul
m = kemiringan talud
H = tinggi muka saluran drainase
B = lebar saluran
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
n = koefisien manning
I = kemiringan saluran
Rumus Desain :
Q = A.V
A = (B + m.H)H
P = B + 2H
R =
V =
2. Penampang Ganda
Keterangan :
Q = debit saluran drainase
w = lebar jagaan
L = lebar tanggul
m = kemiringan talud
H = tinggi muka saluran drainase
B = lebar saluran
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
n = koefisien manning
I = kemiringan saluran
Rumus Desain :
2.8.9 Perencanaan Teknis Pekerjaan Struktur
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan penelitian ini
meliputi antara lain :
- Survey Instansional,
- Pengukuran, pengujian dan survey lapangan,
- Evaluasi dan Analisis Data,
- Metode Penanganan dan Perencanaan,
- Pelaporan.
a. Survey Instansional
Kegiatan ini diharapkan mendapatkan data dan informasi penunjang
dari instansi terkait, seperti Bagian Proyek, Konsultan Perencana,
Kontraktor Pelaksana atau Pihak Lain yang diperlukan untuk
keperluan evaluasi dan analisis data. Data tersebut berupa laporan
perhitungan struktur jembatan, Laporan Penyelidikan Tanah, As Built
Drawing, dan data mutu beton pada saat pelaksanaan. Di dalam
penilaian kapasitas box culvert, data-data tersebut sangatlah penting
karena akan diketahui asumsi-asumsi yang diambil pada saat
perencanaan, kejadian maupun perubahan desain pada saat box
culvert tersebut dibangun. Khusus untuk perencanaan persimpangan,
maka diperlukan data mengenai jarak bebas horizontal dan vertikal
dari pipa gas. Selain itu diperlukan pula mengenai tingkat resiko dari
pipa gas tersebut terhadap pelaksanaan konstruksi seperti getaran
tanah, karena akan terkait dengan bentuk struktur pada
persimpangan tersebut.
b. Survey Lapangan
Kegiatan ini dilakukan langsung di lokasi box culvert. Dari kegiatan ini
akan diperoleh data mengenai dimensi aktual dari box culvert
tersebut, jarak antar pipa gas dan diameter pipa. Selain itu data
geoteknik pada lokasi box culvert dan pada jalur pipa.
e. Pelaporan
Konsultan harus membuat laporan baik untuk kegiatan pekerjaan
maupun hasil pekerjaan yang meliputi :
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
1. Laporan Pendahuluan berisi :
- Latar Belakang
- Maksud dan Tujuan
- Kondisi / Gambaran Studi
- Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
- Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung lainnya
- Jadwal kegiatan Penyedia Jasa
- Sistimatika Pelaporan
Laporan ini harus diserahkan selambat - lambatnya 1 ( satu )
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 1 ( satu ) Buku
laporan format laporan A4 untuk masing masing lokasi.