Anda di halaman 1dari 46

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN

NORMA STANDAR PROSEDUR DAN KRITERIA


PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN
PETA DASAR DARING

Jakarta, Desember 2018


1
KATA PENGANTAR

Data geospasial nasional yang didefinisikan dalam Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan
Informasi Geospasial Tematik (IGT) berperan signifikan pada pengambilan kebijakan strategis
berkelanjutan yang disiapkan untuk mendukung RPJMN 2020-2024 yang mampu
mensukseskan prioritas pembangunan nasional sesuai cita-cita dan janji presiden. Beberapa
isu strategis terkait penyelenggaraan IG di antaranya adalah implementasi kebijakan Satu
Data, Geostatistik, dan Sustainable Development Goal's (SDG's) dalam rangka mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di berbagai bidang.

Norma Standar Pedoman dan Kriteria Pemetaan Dasar (NSPK) ini disusun dalam rangka
percepatan Pendaftaran Tanah di Indonesia sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2 tahun
2018 tentang Percepatan PTSL dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional nomor 1 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap.
Penyediaan data dasar merupakan amanat Menteri ATR/Kepala BPN dalam Peraturan
Menteri aTr/KPB nomor 6 tahun 2018 tentang percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap dalam rangka menyediakan peta kerja untuk kegiatan tersebut.

Semoga dengan adanya NSPK ini kegiatan pengukuran dan pemetaan dasar dapat secara
penuh mendukung pelaksanaan PTSL di daerah sesuai dengan program strategis
Kementerian ATR/BPN dan tujuan nasional dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.

Jakarta, Desember 2018

Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Ir. R Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc

2
DAFTAR ISI

BAB 1. UMUM ........................................................................................................................... 5


1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 5
1.2. Maksud............................................................................................................. 6
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 6
1.4. Ruang Lingkup ................................................................................................. 6
BAB 2. NORMA PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN PETA DASAR DALAM
JARINGAN .................................................................................................................. 7
2.1. Acuan Normatif ................................................................................................ 7
2.2. Definisi.............................................................................................................. 7
2.3. Konsep Peta Dasar Dalam Jaringan ............................................................... 8
2.4. Sistem Geospasial Pemetaan Dasar .............................................................. 8
2.4.1. Komponen Data ................................................................................. 9
2.4.2. Komponen Perangkat ........................................................................ 9
2.4.3. Komponen Manusia ......................................................................... 10
BAB 3. STANDAR PENGELOLAAN PETA DASAR DALAM JARINGAN .......................... 12
3.1. Arsitektur Pengelolaan Peta Dasar Dalam Jaringan..................................... 12
3.1.1. Sistem Perangkat Lunak ................................................................. 12
3.1.2. Komponen Perangkat Keras Server ............................................... 14
3.2. Pengelolaan Basis Data Spasial ................................................................... 15
3.3. Konversi Format Raster Citra ........................................................................ 16
BAB 4. PEDOMAN PEMANFAATAN PETA DASAR DALAM JARINGAN ......................... 18
4.1. Pedoman Penggunaan Aplikasi Katalog Metadata Peta Dasar ................... 18
4.2. Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Jaringan Dengan Aplikasi SIG ................. 24
4.2.1. ArcGIS.............................................................................................. 24
4.2.2. QGIS ................................................................................................ 27
4.3. Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Jaringan Dengan Aplikasi CAD ............... 31
4.3.1. Direct Connection ............................................................................ 31
4.3.2. Dengan tool GeoKKP ...................................................................... 33
BAB 5. KRITERIA PETA DASAR DALAM JARINGAN ........................................................ 36
5.1. Open Geospatial Consortium Web Services (OWS) .................................... 36
5.2. Open Street Map ............................................................................................ 37
BAB 6. PENUTUP ................................................................................................................... 38
LAMPIRAN. PANDUAN MEMBUAT OSM TILE DENGAN MAPTILER ................................. 39

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemanfaatan Peta Dasar Pertanahan Dalam Jaringan (Daring) ........................... 6


Gambar 2. Arsitektur pengelolaan peta dasar daring ............................................................. 12
Gambar 3. Komponen perangkat keras .................................................................................. 14

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 3 Komponen Web Services ......................................................................................... 9


Tabel 2. Format data pada sistem pengelolaan data dasar daring .......................................... 9
Tabel 3. Sub komponen pada perangkat penunjang pengelolaan data dasar....................... 10
Tabel 4. Tabel Sub komponen perangkat lunak ..................................................................... 10
Tabel 5. Komponen manusia untuk pengelolaan data dasar daring ...................................... 11
Tabel 6. Detail spesifikasi perangkat server ........................................................................... 15
Tabel 7 Identifikasi server basis data ...................................................................................... 16
Tabel 8. Spesifikasi data raster ............................................................................................... 16
Tabel 9. Spesifikasi Image Tile ................................................................................................ 17
Tabel 10. Kriteria Penggunaan Peta Dasar Daring ................................................................. 37

4
BAB 1. UMUM

1.1. Latar Belakang


UUD 1945 pasal 33 secara ekspilit mengamanatkan bahwa tanah sebagai bagian dari
permukaan bumi dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Langkah strategis dari perwujudan pasal 33 tersebut adalah dengan
digalakannya Reforma Agraria. Reforma Agraria atau secara legal formal disebut juga
dengan Pembaruan Agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan)
kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian (khususnya tanah).
Dalam pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa "Pembaruan agraria
mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan
dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia".
Dalam tataran operasional Reforma Agraria di Indonesia dilaksanakan melalui 2 (dua)
langkah yaitu:
 Penataan kembali sistem politik dan hukum pertanahan berdasarkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
 Proses Penyelenggaraan Land Reform Plus, yaitu penataan aset tanah bagi
masyarakat dan Penataan akses masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi
dan politik yang memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan tanahnya secara
baik. Di dalam penyelenggaraan Land Reform Plus diselenggarakan dua hal penting
yaitu Aset Reform dan Akses Reform.
Tanah merupakan komponen dasar dalam reforma agraria, maka pada dasarnya tanah
yang ditetapkan sebagai objek reforma agraria adalah tanah-tanah negara dari berbagai
sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek
reforma agraria. Karenanya kegiatan penyediaan tanah merupakan langkah strategis bagi
keberhasilan reforma agraria.
Penataan aset dan akses seperti tersebut di atas dapat terselenggara apabila infrastruktur
pertanahan yang menopang program pengelolaan pertanahan dapat dimanfaatkan.
Ketersediaan peta dasar pertanahan akan berdampak secara nyata pada implementasi
Reforma Agraria apabila dalam pemanfaatannya memperhatikan beberapa faktor, antara
lain aksesibilitas, kekinian, dan berkelanjutan.
Aksesibilitas terhadap peta dasar merupakan faktor yang utamanya perlu diperhatikan.
Peta dasar pertanahan harus dapat dimanfaatkan baik bagi internal Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/BPN di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota serta bagi pihak
eksternal seperti instansi Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah serta publik secara
luas. Faktor kemutakhiran dari peta dasar pertanahan harus mendapatkan perhatian lebih
mengingat informasi yang terdapat dalam peta dasar pertanahan harus mencerminkan
kondisi sebenarnya di lapangan sehingga validitas informasi peta dasar tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. Faktor terakhir yang perlu diperhatikan adalah pemanfaatan peta
dasar yang berkelanjutan. Informasi peta dasar yang diakses dan dimanfaatkan oleh
berbagai pihak tersebut harus dapat dikelola secara terus menerus.
Untuk memenuhi faktor – faktor pemanfaatan peta dasar tersebut maka Direktorat
Jenderal Infrastruktur Keagrariaan berkewajiban melaksanakan pengelolaan dan
pengembangan informasi peta dasar pertanahan dengan mengimplementasikan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang terintegrasi dan sistematis. Sistem tersebut akan lebih
handal apabila informasinya dapat diakses dari berbagai lokasi di seluruh wilayah

5
Indonesia. Dengan kemajuan teknologi informasi komunikasi mulai dari akses internet,
akses data mobile serta kemajuan teknologi komputasi maka SIG yang dikelola harus
dilengkapi dengan fitur aplikasi yang mendukung web application dan mobile application.

Gambar 1. Pemanfaatan Peta Dasar Pertanahan Dalam Jaringan (Daring)

1.2. Maksud
Maksud dari dokumen ini adalah tersedianya layanan peta dasar pertanahan dalam
jaringan dengan menerapkan sistem informasi geografis berbasis teknologi informasi
dan komunikasi.

1.3. Tujuan
 Tersedianya Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria yang dapat digunakan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan peta dasar pertanahan dalam jaringan;
 Termanfaatkannya peta dasar pertanahan dalam jaringan guna mendukung
pelayanan pertanahan dan penataan ruang nasional.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup NSPK ini adalah Peta Dasar Daring yang dikelola oleh Direktorat
Pengukuran dan Pemetaan Dasar mencakup:
1. Citra Tegak Satelit Resolusi Sangat Tinggi
- Digital Globe WorldView
- Airbus Pleiades
2. Foto udara di kota/kabupaten tertentu
3. Mosaik Citra Tegak Resolusi Tinggi Airbus SPOT6/7

Peta dasar yang dimaksud bersumber dari:


1. Pengadaan peta dasar pertanahan dari Direktorat Jenderal Infrastruktur
Keagrariaan;
2. Citra Tegak hasil penegakan CSRST dari Badan Informasi Geospasial Dasar;
3. Mosaik CSRT dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional.
6
BAB 2. NORMA PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN PETA
DASAR DALAM JARINGAN

2.1. Acuan Normatif


1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
2. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
3. Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan
4. Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik
5. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
6. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang
7. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
9. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah.
10. SNI 7335:2008 Metadata spasial
11. SNI Ketelitian Peta
12. Undang – Undang transaksi elektronik

2.2. Definisi
1. Informasi Geospasial Dasar (IGD) adalah IG yang berisi tentang objek yang
dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan
yang tidak berubah dalam waktu yang relatif lama;
2. Informasi Geospasial Tematik (IGT) adalah IG yang menggambarkan satu atau
lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD;
3. Basis data spasial adalah database yang dioptimalkan untuk menyimpan dan
permintaan data yang terkait dengan objek dalam ruang, termasuk poin, dan baris
polygon;
4. Citra tegak satelit adalah citra satelit optis yang memiliki karakteristik sama
seperti peta;
5. Daring adalah singkatan dari “dalam jaringan” yang merupakan padanan bahasa
Indonesia untuk pengertian online, dimana suatu perangkat atau unit fungsional
dalam kondisi terhubung dengan internet;
6. Informasi geospasial adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantuk dalam perumusan kebijakan, pengambilan

7
keputusan, dan atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang
kebumian;
7. Infrastruktur data spasial adalah satu kumpulan berbasis teknologi, kebijakan,
dan kerangka institusional yang relevan dalam memfasilitasi keberadaan dan
akses terhadap data spasial;
8. Layanan web (webservice) adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang
untuk mendukung interoperabilitas dan interaksi antar sistem pada suatu jaringan
web;
9. Mosaik citra/foto adalah hasil proses menggabungkan/menempelkan dua atau
lebih citra/foto yang tumpang tindih (overlapping) sehingga menghasilkan citra
yang representatif dan kontinyu.
10. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur alam dan buatan manusia, yang
berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala,
penomoran, sistem proyeksi dan georeferensi tertentu;
11. Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi
geospasial;
12. Server adalah sistem komputer, baik berupa perangkat lunak dan atau perangkat
keras, yang menyediakan jenis layanan (service) tertentu dalam sebuah jaringan
komputer;
13. Teknologi informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer,
untuk menyimpan, menganalisis, serta mendistribusikan informasi, termasuk kata-
kata, bilangan, dan gambar.

2.3. Konsep Peta Dasar Dalam Jaringan


Perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini memberikan dampak yang signifikan
bagi implementasi sistem informasi geografis (SIG). Informasi geospasial (IG) yang
ditunjang dengan infrastruktur jaringan komunikasi (Local Area Network/LAN, internet,
paket data selular) telah dapat disebarluaskan dari satu sumber pemegang data
kepada masyarakat umum dalam waktu yang bersamaan. Peta sebagai informasi
geospasial tidak hanya disajikan dalam wujud lembaran kertas (analog) namun sudah
dapat diakses dan dipergunakan dengan berbagai perangkat pintar yang terhubung
dengan jaringan TI yang disebut peta dalam jaringan (peta daring).

2.4. Sistem Geospasial Pemetaan Dasar


Pemanfaatan peta dasar daring tidak terlepas dari keberadaan sistem informasi
sebagai penunjang. Sistem informasi tersebut pada prinsipnya terdiri dari 3 (tiga)
komponen, yaitu data geospasial dasar, perangkat komputasi, serta sumber daya
manusia (Tabel di bawah).

8
Tabel 1. 3 Komponen Web Services

2.4.1. Komponen Data


Komponen data dalam sistem pengelolaan peta dasar daring dapat dikategorikan
berdasarkan format data (data raster citra dan data vektor) dan tingkat data (data
mentah, peta dasar, data peta dasar daring). Kondisi eksisting data terkait dengan
pengelolaan peta dasar daring dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Format data pada sistem pengelolaan data dasar daring

Tingkatan Format Deskripsi Volume


Data Mentah Raster Pleiades (tif)
WorldView (tif) 48 TB
Foto Udara (tif)
Peta Dasar Vektor Garis Jalan (db)
Garis Batas Administrasi (db) <1 TB
Nama Tempat (db)
Raster Citra Tegak Satelit (tif)
7 TB
Ortofoto (tif)
Peta dasar daring Raster Tile image (png)
10 TB
Tile vector (png)
TOTAL 65 TB

2.4.2. Komponen Perangkat


Perangkat penunjang dalam pengelolaan dan pemanfaatan peta dasar daring terdiri
dari sub komponen perangkat keras dan perangkat lunak. Sub kompenen perangkat
keras terdiri dari rangkaian perangkat komputer server aplikasi dan server penyimpan
data (tabel 3).

9
Tabel 3. Sub komponen pada perangkat penunjang pengelolaan data dasar

ITEM SPESIFIKASI KAPASITAS VOL TOTAL

CPU 24 Core 7 Unit Server 168 CORE


Server Aplikasi
Memory 48 Gb 336 GB RAM

Server Storage HDD 9 Tb 6 Unit 54 TB


(Warehouse) SSD 186 Gb 1.116 TB

Server Storage 4 Data


HDD 5 Tb 20 TB
(Publikasi)* Directory

* Disediakan Oleh Pusdatin

Sub komponen perangkat lunak yang merupakan kumpulan aplikasi basisdata spasial,
aplikasi map renderer, aplikasi tileserver, aplikasi (tabel).

Tabel 4. Tabel Sub komponen perangkat lunak

FUNGSI APLIKASI SPESIFIKASI LISENSI JUMLAH


BASISDATA SPASIAL Vector Data Terbuka dan tidak berbayar
Management (point,
line, polygon) 1 unit
Spatial Index
Topology Persistent
MAP RENDERER DB Connector Terbuka dan tidak berbayar
Carto CSS Reader 3 unit
Graphic Renderer
TILESERVER Tile Seeding Terbuka dan tidak berbayar
Tile Merge
WMS Publisher 3 unit
WMTS Publisher
OSM Tile Publisher
KATALOG Layer Catalog Terbuka dan tidak berbayar
METADATA Metadata Crawling
1
2D/3D Renderer
Region Mapping
TILE CREATOR Tile Creator Berbayar
1
Mbtiles Creator
PROXY Load Balancing Terbuka dan tidak berbayar 1
WEBSERVER Rewrite URL Terbuka dan tidak berbayar
1
wsgi

2.4.3. Komponen Manusia


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan peta dasar daring diperlukan sumber daya
manusia selaku petugas pelaksana. Adapun sumber daya manusia yang diperlukan
terdapat pada tabel 5.

10
Tabel 5. Komponen manusia untuk pengelolaan data dasar daring

Sumber Daya Manusia Jumlah Deskripsi Tugas


Administrator SIG 1 Orang Menyiapkan infrastruktur SIG untuk pengelolaan data dasar
Melakukan koordinasi teknis pengelolaan dan
pengembangan SIG peta dasar
Melakukan evaluasi teknis pengembangan SIG data dasar
Membantu penyiapan bahan pelaporan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan data dasar

Petugas Penyunting 2 Orang Melakukan klasifikasi data dasar


Data Melakukan evaluasi standar data peta dasar
Membantu penyiapan bahan pelaporan penyuntingan data
Membantuk entri data pengelolaan data dasar

Progammer SIG 2 Orang Mengindentifikasikan kebutuhan aplikasi pengelola peta


dasar daring
Melakukan pembangunan dan pengembangan aplikasi
pengelola peta dasar daring
Memastikan kelangsungan aplikasi pengelola peta dasar
daring
Melakukan dokumentasi pembangunan dan
pengembangan aplikasi peta dasar daring
Membuat dokumentasi pemanfaatan aplikasi peta dasar
daring
Petugas Entry Data 2 Orang Melakukan entri data ke dalam server aplikasi
Melakukan sinkronisasi server aplikasi dan aplikasi portal
Melakukan entri metadata dalam aplikasi portal
Membantu penyiapan bahan pelaporan entri data dasar
Membantu evaluasi standardata dasar

11
BAB 3. STANDAR PENGELOLAAN PETA DASAR DALAM
JARINGAN
3.1. Arsitektur Pengelolaan Peta Dasar Dalam Jaringan
Alur proses dalam pengelolaan peta dasar dalam jaringan dapat dilihat pada diagram
berikut:

Gambar 2. Arsitektur pengelolaan peta dasar daring

3.1.1. Sistem Perangkat Lunak


Komponen perangkat lunak sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya terdiri dari:

a. Basisdata Spasial
Aplikasi basisdata spasial diperlukan untuk menyimpan dan mengelola data
geospasial dalam bentuk vektor. Aplikasi basisdata memungkinkan dilakukannya
pencarian, analisis atribut, maupun analisis spasial pada sejumlah besar data
geospasial. Selain itu, manipulasi data dapat dilakukan oleh beberapa pengguna
dalam waktu bersamaan. Untuk implementasi sistem pengelolaan peta dasar
daring, aplikasi basisdata yang digunakan adalah PostgreSQL/PostGIS yang
merupakan aplikasi dengan lisensi terbuka dan tidak berbayar.

12
b. Map Renderer
Aplikasi map renderer adalah aplikasi yang berfungsi untuk menterjemahkan
bahasa komputer dalam format bit ke format grafis sehingga dapat ditinjau secara
visual pada layar komputer. Aplikasi ini ditujukan untuk menggambarkan data
geospasial dalam bentuk vektor dan atribut labelnya. Pada sistem ini, aplikasi
yang digunakan adalah Mapnik yang merupakan aplikasi dengan lisensi terbuka
dan tidak berbayar.
Untuk melakukan fungsinya, Mapnik membutuhkan koneksi ke basisdata
(PostgreSQL/PostGIS) serta skema yang mengatur simbologi dari fitur spasial
yang akan ditampilkan.

c. Tile Creator
Aplikasi tile creator adalah aplikasi yang mengkonversi data geospasial dengan
bentuk raster citra konvensional (format *.tif, *.ecw, dsb) ke format piramida raster
yang lebih efektif dalam penyajian data melalui jaringan TI. Aplikasi tile creator
yang digunakan dalam sistem ini adalah MapTiler yang merupakan aplikasi
dengan lisensi berbayar.
Aplikasi MapTiler hanya dapat memproses data geospasial format raster citra
(data foto udara tegak dan citra tegak satelit), proses konversi untuk data
geospasial vektor (poligon, garis, dan titik) menggunakan aplikasi tileserver.

d. Tileserver
Aplikasi tileserver yang digunakan pada sistem ini adalah MapProxy (lisensi
terbuka dan tidak berbayar). Fungsi dari aplikasi MapProxy adalah:
- Menggabungkan data tile raster menjadi 1 (satu) webservice peta dasar yang
meliputi seluruh wilayah nasional (seamless);
- Menampung hasil keluaran dari aplikasi Mapnik untuk dikelola menjadi
webservice komponen vektor peta dasar;
- Mengelola webservice peta dasar dalam berbagai format standar (WMS,
WMTS, OSM)

e. Katalog Metadata
Aplikasi Katalog Metadata adalah aplikasi yang memfasilitasi pihak – pihak yang
hendak melakukan penelusuran dan pencarian data geospasial berupa peta dasar
pertanahan/pendaftaran yang telah tersedia secara daring. Selain itu, aplikasi
tersebut juga menyematkan berbagai sumber informasi geospasial yang berasal
dari beberapa kementerian/lembaga, seperti BIG, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Dalam sistem ini, aplikasi Katalog Metadata
menggunakan aplikasi berbasis Node.JS yang disebut TerriaJS. Aplikasi TerriaJS
adalah aplikasi geoportal yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah Australia
dan bersifat terbuka dan tidak berbayar.

f. Proxy
Proxy adalah aplikasi server yang diletakkan antara suatu aplikasi pengguna dan
aplikasi server. Aplikasi ini bertindak sebagai penghubung antara pengguna yang
berada di jaringan luar dengan kumpulan aplikasi pada jaringan lokal. Proxy dapat
berfungsi sebagai filter untuk melindungi jaringan lokal terhadap gangguan dari

13
jaringan luar, menolak akses dari situs web tertentu, dan dapat mengatur sambungan
dari jaringan luar yang akan mengakses kedalam aplikasi pada jaringan lokal.
g. Webserver
Aplikasi webserver adalah perangkat lunak yang mampu menyediakan dan
memproses permintaan yang berasal dari jaringan internet. Pada umumnya,
webserver digunakan untuk menampung sebuah website. Fungsi utama
webserver adalah untuk menyimpan, mengolah, dan menyampaikan suatu
informasi berupa halaman web kepada pengguna yang memintanya. Sebuah
halam web sendiri dapat berupa berkas teks, gambar, video, dan informasi
lainnya.

3.1.2. Komponen Perangkat Keras Server


Komponen penunjang dalam pengelolaan peta dasar daring adalah perangkat keras
server seperti ditunjukkan pada tabel. Adapun relasi antar perangkat server tersebut
ditunjukkan pada diagram berikut:

Gambar 3. Komponen perangkat keras

14
Detail spesifikasi perangkat server dalam kegiatan ini adalah sesuai dengan tabel
berikut:

Tabel 6. Detail spesifikasi perangkat server

Nama hqsvrgs01 Nama hqsvrgs05


IP address 10.11.21.81 IP address 10.11.21.85
CPU 24 CPU 24
Memory 48 GB Memory 48 GB
OS Ubuntu OS Ubuntu
Aplikasi Geoserver (4 instances) Aplikasi Geoserver (4 instances)

Nama hqsvrgs02 Nama hqsvrgs06


IP address 10.11.21.82 IP address 10.11.21.86
CPU 24 CPU 24
Memory 48 GB Memory 48 GB
OS Ubuntu Server OS Ubuntu Server
Aplikasi Apache2 Webserver Aplikasi Apache2 Webserver
Mapnik Mapnik
Mapproxy Mapproxy

Nama hqsvrgs03 Nama hqsvrgs07


IP address 10.11.21.83 IP address 10.11.21.87
CPU 24 CPU 24
Memory 48 GB Memory 48 GB
OS Ubuntu Server OS Ubuntu Server
Aplikasi Apache2 Aplikasi Apache2 Webserver
Mapnik TerriaJS
Mapproxy

Nama hqsvrgs08 Nama Svrtile1


IP address 10.11.21.88 IP address 10.11.20.107
CPU 24 CPU 24
Memory 48 GB Memory 48 GB
OS Windows Server OS Windows Server
Aplikasi PostgreSQL Aplikasi MapTiler
PostGIS

Nama Hagport01 Nama haproxy01


IP address 10.11.20.78 IP address 10.11.20.79
CPU 24 CPU 24
Memory 48 GB Memory 48 GB
OS Linux Ubuntu Server OS Linux Ubuntu Server
Aplikasi Apache2 Webserver Aplikasi HAProxy
Geonode GeoCMS

3.2. Pengelolaan Basis Data Spasial


Informasi tekstual yang menjelaskan karakter suatu obyek di permukaan bumi dalam
peta dasar pertanahan terdiri dari beberapa unsur yaitu batas administrasi, jalan,
perairan, bangunan permanen, dan obyek lainnya yang dapat memberikan referensi
terhadap penentuan posisi di atas peta dasar. Unsur – unsur tersebut
direpresentasikan sebagai fitur dalam data vektor dan disimpan dalam suatu basis
data spasial. Setiap unsur dimodelkan dalam satu fitur dan setiap fitur terdiri dari
beberapa atribut yang menjelaskan karakteristik dari fitur tersebut. Standar dari
pengelolaan fitur dan atribut yang digunakan dalam peta dasar daring mengikuti
standarisasi katalog fitur yang diatur dalam dokumen Norma, Standar, Pedoman dan
Kriteria Petugas Ukur dan Pemetaan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan.
Adapun ringkasan dari standar tersebut dapat dilihat pada lampiran.

15
Informasi mengenai fitur dan atribut dalam peta dasar daring ditampung dan dikelola
dalam suatu sistem basis data spasial. Dalam implementasinya, sistem basis data
yang digunakan adalah PostgreSQL yang dilengkapi dengan ekstensi spasial
PostGIS. Sistem tersebut terpasang pada satu mesin server yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:

Tabel 7 Identifikasi server basis data

Alamat mesin 10.11.21.88


Port 5432
Username postgres
Password P@ssw0rd
Database datastore

Akses serta berbagai manipulasi data spasial dalam basis data (menambah tabel,
menambah fitur, editing fitur, dan lain sebagainya) dapat menggunakan aplikasi GIS
(ArcGIS, QGIS, dan uDIG). Panduan untuk melakukan manipulasi data dengan QGIS
dapat dilihat pada lampiran.

3.3. Konversi Format Raster Citra


Data raster CSRT dan atau foto udara merupakan komponen yang memberikan
informasi posisi dari suatu obyek permukaan bumi. Nilai pasangan koordinat dari suatu
posisi direpresentasikan dengan posisi suatu pixel pada data tersebut. Selain itu,
rangkaian nilai pixels dapat memberikan informasi mengenai kondisi obyek tersebut.
Untuk dapat disajikan dalam jaringan, data raster harus memenuhi standar spesifikasi
sebagai berikut (Tabel 8).

Tabel 8. Spesifikasi data raster

Format Tagged Image File Format (TIFF)


Resolusi Geometrik Sesuai dengan file orisinil
4 kanal
Resolusi Spektral
Red Green Blue Alpha (RGBA)
Resolusi Radiometrik 8 bit per kanal warna
Sistem Koordinat Geografis (EPSG:4326)

Umumnya file raster format TIFF akan menghasilkan file dengan volume yang sangat
besar (terutama data raster dengan cakupan wilayah provinsi. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu dipertimbangkan untuk membagi file keluaran dalam beberapa
file.
Tahapan konversi selanjutnya adalah merubah data raster ke format image tile. Image
tile adalah suatu format penyajian data raster dalam lingkungan jaringan internet
dimana data disimpan dalam bentuk potongan file raster dan diatur sedemikan rupa
berdasarkan tingkatan pembesaran atau resolusi. Standar spesifikasi image tile
adalah sebagai berikut (Tabel 9).

16
Tabel 9. Spesifikasi Image Tile

Format png

Jumlah band 3 (RGB)

Jumlah pixel dalam 1 baris 256

Jumlah pixel dalam 1 kolom 256

Tingkatan perbesaran, Zoom Resolusi Data


resolusi dan jenis data
6 < 104000cm SPOT

7 < 52000 cm SPOT

8 < 26000 cm SPOT

9 < 13000 cm SPOT/WV/DG

10 < 6500 cm SPOT/WV/DG

11 < 3200 cm SPOT/WV/DG/foto udara

12 < 1600 cm SPOT/WV/DG/foto udara

13 < 800 cm SPOT/WV/DG/foto udara

14 < 500 cm SPOT/WV/DG/foto udara

15 < 250 cm SPOT/WV/DG/foto udara

16 < 150 cm SPOT/WV/DG/foto udara

17 < 100 cm WV/DG/foto udara

18 < 60 cm WV/DG/foto udara

19 < 30 cm foto udara

20 <10cm foto udara

Proses konversi image tile dilakukan dengan aplikasi MapTiler. Panduan penggunaan
aplikasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 (Panduan Membuat OSM Tile dengan
Maptiler).

17
BAB 4. PEDOMAN PEMANFAATAN PETA DASAR DALAM
JARINGAN
4.1. Pedoman Penggunaan Aplikasi Katalog Metadata Peta Dasar
Aplikasi Katalog Meta Data Peta Dasar merupakan aplikasi penelusuran dan
pencarian data mengenai peta dasar pertanahan/pendaftaran yang bersumber dari
Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Kementerian Agraria Dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Aplikasi Ini dapat diakses melalui
http://geospasial.bpn.go.id/globe/index.html. Tata cara penggunaan Aplikasi Web
tersebut sebagai berikut:

1. Buka Aplikasi Browser anda seperti Google Chrome, Mozila FireFox, Internet
Explorer dll

2. Ketik alamat Aplikasi Katalog Metadata diakses melalui


http://geospasial.bpn.go.id/globe/index.html maka akan muncul tampilan seperti
berikut.

18
3. Tombol Map adalah tombol untuk memilih Backgroud/tampilan Base
Map.

Beberapa jenis Background dapat dipilih yang isinya berupa peta 2D atau 3D.

Catatan : Apabila tidak muncul lokasi peta dasar maka harus di anda harus
memilih background 2D

4. Untuk melihat Peta Dasar yang sudah terdapat di katalog, tekan Add Data

19
a. Klik Dataset Kementerian Agraria dan Tata Ruang

b. Pilih Direktorat Pengukuran dan Pemetaan dasar

c. Pilih Tileserver Data Geospasial Dasar

d. Pilih Data Lokasi Citra yang sudah teregistrasi (Contoh: Citra Tegak
Provinsi DIY)

5. Pada Jendela yang tampil akan terlihat beberapa data Peta Dasar yang
sudah teregistrasi pada aplikasi, dilengkapi dengan metadatanya.

20
6. Untuk melihat Peta Dasar yang dipilih dapat dilakukan dengan cara Klik
tombol Add Data to the map

7. Data yang dipilih akan tampil pada jendela utama

21
8. Datasets akan menerangkan bahwa Lokasi yang sedang dipilih yang
didalamnya berisi pilihan untuk mengatur tampilan di map peta dasar meliputi:

a. : Tombol yang berfungsi menampilkan keseluruhan lokasi yang


dipilih
b. : Tombol yang berfungsi menampilkan metadata lokasi yang
dipilih

c. : Tombol yang berfungsi membagi


tampilan lokasi
d. : Menghilangkan data set lokasi yang dipilih

e. : berfungsi mengatur tingkat transparan data


peta dasar

9. Data juga dapat dilakukan Perbesaran dan Pengecilan Lokasi yang akan
dilihat dengan cara meng klik

tombol hide workbench

Tampilan dapat di sesuaikan dengan pilihan tools sebagai berikut:

a. Zoom In : Berfungsi untuk Memperbesar Lokasi


b. Reset Zoom : kembali ke semula
c. Zoom Out : Berfungsi Memperkecil Lokasi
d. Go To My Location : Pergi Ke Lokasiku
e. Toggle Splitter Control : Alihkan Kontrol Splitter
f. Measure Distandce Between To Point : Menghitung Jarak antara ke titik

22
10. Menampilkan Peta Dasar dapat menggunakan data yang dipilih pada
aplikasi seperti (ArcGis, QGIS) dengan melihat alamat sumber pada
metadata.
a. Klik tombol About this Data pada Kolom Data Sets
b. Setelah muncul metadatanya selanjutnya klik informasi Data URL

c. Lalu muncul tampilan seperti ini:

d. Klik tombol pada

e. Ikuti petunjuk yang tertera dengan cara klik

Selesai.
23
4.2. Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Jaringan Dengan Aplikasi SIG
4.2.1. ArcGIS
ArcGIS merupakan aplikasi SIG berbayar yang paling umum digunakan. Aplikasi ini
digunakan dalam berbagai analisis spasial dan disertai kemampuan untuk membuka
peta dasar daring dari berbagai sumber terbuka, yang salah satunya adalah Peta
Dasar Dalam Jaringan (Daring) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Infrastruktur
Keagrariaan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
melalui webservice Web Map Tile Service (WMTS).

Alamat URL webservice Peta Dasar adalah:


http://geospasial.bpn.go.id/mapproxy/tiledataset/service?

Tata cara penggunaan ArcGIS untuk membuka akses Peta Dasar Daring adalah
sebagai berikut:

1. Buka aplikasi ArcMap (minimum spesifikasi adalah ArcMap versi 10) dan pastikan
perangkat komputer terhubung dengan jaringan internet;

24
2. Buka Catalog pada kolom paling kanan dan arahkan ke GIS Server dan pilih Add
WMTS Server dengan cara tekan atau klik dua kali;

3. Pada tampilan jendela berikutnya dilakukan pengisian alamat URL Peta Dasar
Daring yaitu
http://geospasial.bpn.go.id/mapproxy/tiledataset/service?
dan tekan Get Layers kemudian pilih OK;

25
4. Setelah tahapan tersebut di atas maka webservice Peta Dasar Daring telah
teregistrasi pada aplikasi ArcMap.

5. Untuk membuka Peta Dasar Daring pada tampilan kerja ArcMap lakukan pemilihan
webservice yang diregistriasi dengan cara klik dua kali maka akan tampil layer
Peta Dasar Daring berdasarkan tahun pengambilan data

26
6. Pilih layer dengan tahun terkini untuk dibawa ke tampilan jendela kerja dengan
cara drag layer (klik kiri dan tahan pada layer dan geser ke arah jendela kerja)
maka Peta Dasar Daring telah siap untuk digunakan.

Tutorial dalam bentuk video dapat dilihat di


https://youtu.be/-wpf0Xdhp8I

4.2.2. QGIS
QGIS adalah aplikasi sistem informasi geografis desktop sumber terbuka dan bebas
lintas platform yang menyediakan tampilan, penyuntingan, dan analisis data. Aplikasi
Open Source QGIS dapat digunakan untuk mengakses Peta Dasar Dalam Jaringan
(Daring) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Pemanfaatan
Peta Dasar Daring dengan aplikasi QGIS webservice yang digunakan adalah OSM
(Open Street Map) Tile.

Alamat URL Webservice Peta Dasar adalah :


http://geospasial.bpn.go.id/mapproxy/tiledataset/tiles/hires_idn/GLOBAL_WEBMERC
ATOR/{z}/{x}/{y}.png.

Tata cara penggunaan Aplikasi QGIS untuk mengakses Peta Dasar tersebut sebagai
berikut:

1. Buka Aplikasi QGIS Desktop 3.0.1 ataupun dapat menggunakan QGIS versi
terbaru dapat di download di https://www.qgis.org/en/site/forusers/download.html

27
 Tampilan Awal Aplikasi QGIS

2. Pada browser klik kanan pada XYZ Tile dan pilih New Connection

28
3. Setelah itu muncul kotak New XYZ connection:

4. Klik Kotak Name yang digunakan sebagai pengenal selanjutnya pada kotak
tersebut diisi nama pengenal (Misal:petadasarkkp)

5. Pada Kotak URL diisi dengan alamat URL webservice peta dasar Daring berikut :
http://geospasial.bpn.go.id/mapproxy/tiledataset/tiles/hires_idn/GLOBAL_WEBMERCAT
OR/{z}/{x}/{y}.png

29
6. Selanjutnya Klik ok dan setting koneksi webservice akan tersimpan pada Browser
di aplikasi QGIS

7. Pilih koneksi dengan nama “petadasarkkp” dan selanjutnya klik kanan pada

Lalu Pilih Add Selected Layer (s) to Canvas

 Lalu muncul “petadasarkkp” di kotak Layers

30
8. Peta Dasar Daring siap digunakan.

Tutorial dalam bentuk Video dapat di akses ke alamat:


https://youtu.be/liYpaa8G5CI

4.3. Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Jaringan Dengan Aplikasi CAD


4.3.1. Direct Connection
Aplikasi CAD merupakan aplikasi penggambaran digital yang digunakan dalam
kegiatan pemetaan bidang tanah di Badan Pertanahan Nasional. Aplikasi CAD yang
umum digunakan adalah Autodesk AutoCAD Map. Pada bagian selanjutnya akan
dijelaskan penggunaan aplikasi AutoCAD Map (Versi 3D 2012) untuk membuka Peta
Dasar Daring sebagai peta dasar untuk penggambaran peta. Proses menghubungkan
server dilakukan secara langsung tanpa menggunakan ekstensi GeoKKP, webservice
yang digunakan adalah Web Map Service (WMS) dengan alamat URL

1. Buka AutoCAD Map dan pastikan perangkat terhubung dengan jaringan internet;
2. Pada tampilan utama AutoCAD, pilih managa data content kemudian pilih
Connect to Data;

31
3. Pada jendela Data Connections by Provider pilih Add WMS Connection

Pada baris Connection name diisi nama dari koneksi (disesuaikan)

Pada baris server name or URL diisi dengan alamat webservice Peta Dasar
Daring
http://geospasial.bpn.go.id/mapproxy/tiledataset/service?

Kemudian tekan Connect;

4. Apabila diminta otorisasi, username dan password tidak perlu diisi (dikosongkan)
dan kemudian tekan Login, setelah proses ini maka webservice Peta Dasar Daring
akan tersimpan dalam aplikasi AutoCad dan penggunaan seterusnya tahapan
nomor 1 hingga 4 tidak perlu dilakukan lagi namun cukup dengan klik dua kali pada
nama koneksi yang sudah ada (dalam hal ini nama koneksi adalah PDP);

5. Pada koneksi PDP Add Data to Map dan pilih layer yang akan dibuka dan tekan
Add to Map;

32
6. Peta Dasar Daring telah terhubung pada jendela kerja utama AutoCAD Map

Catatan:

Panduan di atas dilakukan tanpa melakukan pengaturan sistem koordinat peta


sehingga apabila Peta Dasar Daring terhubung maka sistem koordinat yang
digunakan akan mengikuti konfigurasi dari webservice Peta Dasar Daring yaitu
sistem koordinat Geografis Lintang Bujur. Untuk bekerja pada sistem koordinat
tertentu maka sebelum membuka webservice perlu dilakukan konfigurasi sistem
koordinat.

4.3.2. Dengan tool GeoKKP


Catatan:

Peta dasar daring masih dalam tahap integrasi dengan tools Gettile pada
GeoKKP. Panduan berikut menunjukkan simulasi penggunaan tools tersebut
dengan menggunakan sumber peta dasar lain.

Cara lain untuk menampilkan peta dasar daring dari aplikasi CAD adalah dengan
menggunakan tools Gettile pada GeoKKP. Tahapan dengan menggunakan Gettile
adalah sebagai berikut:

1. Buka AutoCAD MAP (pastikan komputer terhubung dengan jaringan internet dan
telah tersedia sistem GeoKKP);
2. Lakukan otorisasi sebagai user GeoKKP yang telah terdaftar;

33
3. Pada menu command ketikan geocoding dan tekan
Enter, atau dari menu icon pilih dan tahan hingga
tampil pilihan menu berikut

4. Pilih atau klik dan akan tampil jendela dialog seperti gambar berikut

5. Pilih zona TM-3 yang sesuai

6. Pilih Peta Dasar Pertanahan

7. Sesuaikan zoom level yang dikehendaki

Lalu klik dan akan tampil perintah di menu command

Klik sebuah titik dalam koordinat TM3 (tekan esc untuk keluar.

8. Akan tampil potongan peta dasar daring seperti gambar berikut


34
35
BAB 5. KRITERIA PETA DASAR DALAM JARINGAN

Implementasi peta daring tidak terlepas dari keberadaan infrastruktur data spasial (spatial
data infrastructure/SDI) yang dalam tataran hukum nasional dikenal sebagai Jaring Informasi
Geospasial Nasional. Penyebarluasan data dan informasi geospasial dalam konteks SDI yang
muktakhir tidak terlepas dari konsep layanan web (webservices), yakni suatu modul aplikasi
mandiri yang dapat dideskripsikan, dipublikasikan, ditemukan, dan diungkapkan dalam
jaringan web (World Wide Web/WWW). Implementasi konsep layanan web dalam peta dasar
daring mengadopsi 2 (dua) jenis standar webservices, yaitu Standar Open Geospatial
Consortium, dan Standar Open Street Map.

5.1. Open Geospatial Consortium Web Services (OWS)


Web Map Service (WMS)
WMS adalah implementasi webservices yang mendukung pembuatan dan desiminasi
peta secara grafis dari data spasial yang berasal dari satu sumber (server) yang
terpisah atau beberapa data secara bersamaan dari beberapa sumber yang terpisah.
WMS dapat melayani data spasial dengan format vektor dan raster. Data spasial
disajikan dalam bentuk grafis dengan format png atau jpeg. Salah satu kelebihan dari
WMS adalah kemampuannya melayani data yang bersifat dinamis dimana perubahan
data dapat terjadi secara terus menerus, akan tetapi hal tersebut juga mempengaruhi
tingkat kecepatan dari layanan tersebut.
Web Map Tile Service (WMTS)
WMTS adalah protokol standar untuk menyajikan informasi geospasial yang disajikan
dalam bentuk kumpulan set citra digital yang telah dipersiapkan (pre-rendered) dan
tersimpan dalam satu sumber (server). WMTS adalah webservice yang memiliki
keunggulan dalam hal penyajian data karena data terlebih dahulu disiapkan dalam
bentuk potongan – potongan citra. Oleh sebab itu, WMTS lebih cocok untuk
menyajikan data spasial yang bersifat statis atau tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu lama.
Web Feature Service (WFS)
WFS adalah implementasi webservice yang memungkinkan pengguna untuk
mengambil dan memperbaharui data spasial (vektor) yang tersandi dalam bahasa
program Geography Markup Language (GML) dari satu atau beberapa sumber.
Web Coverage Service (WCS)
WCS adalah implementasi dari spesifikasi OWS yang memungkinkan pengguna untuk
mengakses data spasial yang berupa data citra atau raster yang tersimpan dalam satu
atau beberap sumber.
Web Processing Service (WPS)
WPS merupakan implementasi dari spesifikasi OWS yang mendefinisikan dan
memfasilitasi proses dan analisis spasial yang dipublikasikan suatu sumber yang
terpisah.
Catalogue Service for the Web (CSW)
CSW adalah implementasi OWS yang mendefinisikan antarmuka yang umum terkait
dengan penemuan, eksplorasi, dan query metadata dan sumber data geospasial.
CSW memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan metadata
sesuai dengan standar ISO 19115:2003 Geographic Information Metadata dan ISO
19119:2005 Geographic Information Services.

36
5.2. Open Street Map
Selain protokol standar OWS, dalam geomatika juga dikenal implementasi protokol
standar Open Street Map (OSM) untuk mendistribusikan informasi geospasial melalui
jaringan informasi (internet). Standar OSM menyediakan akses ke sumber data
geospasial dimana data tersebut tersimpan dalam struktur piramida yang berisi
potongan – potongan citra, disusun berdasarkan tingkatan perbesaran/skala dan
ketajaman resolusi untuk mendukung efesiensi akses data citra/foto udara. Peta dasar
daring Direktorat Jenderal Infrastruktur yang dipublikasikan dalam sistem
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (kkp.atrbpn.go.id) merupakan implementasi dari
standar OSM.

5.3. Kriteria Penggunaan Peta Dasar Daring


Berdasarkan definisi standar webservice dan best practice pada aplikasi SIG dan CAD
maka diketahui kriteria sebagai berikut.

Tabel 10. Kriteria Penggunaan Peta Dasar Daring

Format Jenis Aplikasi Sistem


Webservice URL
Data Data Pengguna Koordinat
WMS vektor dinamis SIG, Geografis http://geospasial.bpn.go.id/mapp
raster CAD Web Mercator roxy/tiledataset/service
WMTS vektor statis SIG Web Mercator http://geospasial.bpn.go.id/mapp
raster roxy/tiledataset/service
OSM vektor statis SIG Web Mercator http://geospasial.bpn.go.id/mapp
raster roxy/tiledataset/tiles/hires_idn/G
LOBAL_WEBMERCATOR/{z}/{x
}/{y}.png

37
BAB 6. PENUTUP

Dari pemaparan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa link data dasar yang dimiliki
oleh Kementerian ATR/BPN dapat diakses melalui katalog metadata peta dasar. Katalog
tersebut sudah disediakan per Provinsi dengan data dasar berupa Citra Satelit Tegak (ortho),
Peta RDTR, dan Ortofoto wilayah khusus (Kawasan Ekonomi Khusus, dll), serta Citra Tegak
SPOT. Data Dasar yang disediakan melalui katalog link tersebut sudah berupa peta tegak
yang diakuisisi dan ditegakkan selama 2006-2017 dengan supervisi dari BIG sehingga sesuai
Petunjuk Teknis PTSL 2018 sudah bisa digunakan sebagai peta kerja maupun sebagai bahan
pemetaan metode fotogrametris.

Keterbatasan data yang disediakan dalam katalog tersebut diantaranya adalah adanya
beberapa data lama yang diakuisisi lebih dari lima tahun yang lalu, sehingga untuk kawasan
urban maupun rural kemungkinan tidak sesuai dengan realita di lapangan. Pengukuran
secara kadastral dapat mengatasi masalah tersebut. Juga adanya kemungkinan pergeseran
antar citra antarwaktu, hal ini bisa diatasi dengan pengukuran kadastral. Citra yang ada tidak
mencakup keseluruhan kawasan di Indonesia (baru tersedia ~45% dari wilayah Indonesia non
kawasan hutan), sehingga dimungkinkan masih ada daerah yang belum tersedia peta dasar.
Kantor BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan agar merujuk kepada Petunjuk Teknis
pemanfaatan drone untuk mengatasi hal tersebut.

Demikian NSPK ini disusun, keterbatasan-keterbatasan yang muncul di lapangan, koreksi dan
masukan kami harap dapat disampaikan kepada redaksi melalui email
dit.pengukurandasar@atrbpn.go.id. Semoga NSPK ini dapat mendukung kegiatan PTSL di
lapangan. Dan Semoga Allah SWT selalu meridhoi pekerjaan kita semua. Amin.

38
LAMPIRAN. PANDUAN MEMBUAT OSM TILE DENGAN MAPTILER

Untuk membuat OSM Tile data citra tegak atau ortofoto. Aplikasi yang digunakan adalah Map
Tiler yang tersimpan pada server tile dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Tata cara penggunaan
Aplikasi Map Tiler untuk membuat OSM Tile tersebut sebagai berikut:

1. Lakukan Remote Connection ke server tile BPN menggunakan Remote Dekstop


Connection dari Komputer yang terhubung pada jaringan internal ATR/BPN

Untuk Login ke Remote Dekstop Connection dengan menggunakan username dan


password sebagai berikut:
 Kolom Computer : menggunakan IP Adress : 10.11.20.107
 Username : Administrator
 Password : Bpn2*** (tanyakan ke admin)

Tampilan Remote Dekstop Connection

39
2. Pada Contoh kali ini akan dilakukan konversi untuk data citra tegak rdtr_ende dan hasilnya
disimpan di direktori D:\maptile\ntt\ENDEPRAKTEK

Catatan: Pada nama direktori rdtr_ende5k16t berarti Menunjukkan arti 5k adalah skala
1:5000, Sedangkan 16t adalah tahun pembuatan 2016

3. Pada server Tile lalu buka Aplikasi dengan cara Klik 2 kali di icon Map Tiler Pro

Catatan:
 Semua file sumber (Citra Tegak/Ortofoto yang akan dikonversi menjadi OSM Tile
terdapat di D:\source-image
 Hasil dari Map Tiler (file OSM Tile) harus disimpan di direktori D:\maptile
Maka akan muncul tampilan seperti ini

40
4. Pada Aplikasi Map Tiler, Klik pada standard Tile

5. Kemudian Klik tombol open a file

6. Arahkan ke folder data D:\source-image\NTT\rdtr_ende

41
7. Pilih semua file dalam bentuk *.TIFF dengan cara meng blok semua file tersebut (pastikan
bahwa semua file citra tegak sudah memiliki system referensi hasil OSM Tile akan memiliki
system referensi WbMercartor/EPSG:3857)

8. Setelah semua file terpilih lalu klik Open tunggu sampai proses loading selesai

42
9. Setelah semua file sudah di load selanjutnya klik tombol Continue

10. Selanjutnya pilih pengatutran Zoom Setting.

11. Lalu Tentukan Batas Minimal Zoom dan Maksimal Zoom sesuai SOP Direktorat
Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Kementerian ATR/BPN sebagai berikut:
Catatan :
Untuk data Citra Tegak pilih Min Zoom = 7 dan Max Zoom 18
Untuk Ortofoto pilih Min Zoom 9 dan Max Zoom 21

43
12. Atur Pengaturan Zoom dengan cara di blok semua file, lalu atur sesuai SOP selanjutnya
klik tombol set, maka akan otomatis ter atur pada Min Zoom 7 dan Max Zoom 18 (untuk
citra tegak) selanjutnya klik tombol close
kembali ke menu.

13. Apabila data yang akan dikonversi terdapat nilai pixel pada sepanjang sisi area peta maka
perlu diatur nilai transparasi nya dengan klik pada tombol advance option.
Tentukan warna yang akan menjadi transparan (umumnya hitam)

14. Setelah ditentukan Klik tombol Close.


Catatan : Pada Langkah 11 dan 13 dilakukan apabila data citra tegak atau ortofoto
merupakan daerah yang tidak berbentuk persegi dan nilai pixelnya pada sepanjang sisi
tidak transparan.

44
15. Pilih folder yang baru dibuatdan kemudian klik select folder

16. Setelah itu klik Folder dan tentukan letak hasil konversi pada direktori
D:\maptile\ntt\ENDEPRAKTEK\.
17. Proses konversi akan berlangsung dalam beberapa saat (waktu konversi akan tergantung
pada luas area, ukuran pixel dan jumlah tingkat Zoom) tunggu proses Map Tile hingga
selesai.

Gambar. Tampilan Proses Konversi

18. Selanjutnya setelah proses render selesai maka akan muncul pada sesuai lokasi dimana
OSM Tile tersimpan.

Gambar. Tampilan Render telah seselsai

45
19. Untuk melihatnya bisa menggunakan browser dengan mengubah nama direktori menjadi
alamat URL. Contoh : D:\maptile\ntt\ENDEPRAKTEK\ menjadi
https://tileserver/qchace/ntt/ENDEPRAKTEK.

----SELAMAT MENCOBA----

Tutorial dalam bentuk Video dapat di akses ke alamat:


https://www.youtube.com/watch?v=znVWtXOZvMM

46

Anda mungkin juga menyukai