Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENDIDIKAN ETIKA & KEARIFAN LOKAL

ETIKA AKADEMIK
Oleh
Muhammad Daffa Mahendra (2001051006)
Safira Indah Cahyani (2001051018)
Bidari Khotijah (2001051022)
Hardi Yansyah (2001051024)
Pillo Alfi Fauzan (2001051025)
Dalita Nuranisa (2001051027)

JURUSAN AKUNTANSI
PRODI D3 PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Etika pada dasarnya adalah perwakilan dari gerakan reformasi, dan Mahasiswa diharapkan
menjadi generasi penerus negara dan membangun negara dan rumah yang lebih baik. Etika
mahasiswa dapat menjadi alat untuk memantau kinerja. Etika dapat menjadi gambaran bagi
Mahasiswa untuk mengambil keputusan dan berbuat baik dan buruk. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman kembali dan penerapan makna etika dalam lingkungan mahasiswa dimana beberapa
mahasiswa belum mengetahui makna etika dan peran etika. Etika sangat penting bagi siswa.
Etika berperan penting bagi siswa dan orang lain. MahaSiswa dianggap orang dengan
perubahan, pemikiran rasional dan ilmiah, minat pada kesuksesan, rasa ingin tahu yang kuat,
keterampilan analitis dan kritis. Karena mereka memiliki nilai kemanusiaan, martabat, kelas dan
reputasi. Etika sebagai seperangkat nilai meliputi etika pendidikan, moralitas kreativitas,
moralitas ekspresi, dan moralitas sandang.
Seperti yang diketahui, moralitas sangat penting dalam kehidupan saat ini, baik dalam
masyarakat maupun dalam pendidikan. Sayangnya, moralitas saat ini mulai melemahkan cara
kita berkomunikasi dengan guru, cara kita berpakaian, dll. Ada kekhawatiran bahwa seiring
waktu komunitas universitas menjadi tidak bermoral. Anda mungkin bertanya-tanya apakah
tidak ada tindakan di perguruan tinggi. Sulit membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Seiring dengan tingginya tuntutan pendidikan, khususnya dalam pembuatan tugas, tidak sedikit
mahasiswa yang memakai cara instan dengan melakukan plagiasi dan melakukan kecurangan
akademik yang adalah bentuk menurut pelanggaran etika pada pendidikan.Kecurangan akademik
merupakan tindakan yang tidak etis yg dilakukan sengaja oleh mahasiswa mencakup
pelanggaran aturan-aturan pada menyelesaikan tugas dengan cara yg tidak jujur, pengurangan
keakuratan yang diharapkan menurut performansi mahasiswa menggunakan penekanan pada
tindakan mencontek, plagiarisme, mencuri serta memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan
akademik (Nursalam, et al, 2013).
Peraturan Menteri Pendidikan RI No. 17 tahun 2010 menjelaskan tentang plagiat, yaitu
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit
atau nilai buat suatu karya ilmiah, menggunakan mengutip sebagian atau semua karya dan/atau
karya ilmiah pihak lain yang diakui menjadi karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara
tepat dan memadai.
Kecurangan akademik (academic fraud) menjadi fenomena yang mencuat dalam beberapa tahun
ini, dengan penelitian yang menyimpulkan sampai 70% mahasiswa berlaku curang paling
sedikitnya satu kali ketika menempuh pendidikan di universitas, dan 25% berlaku curang lebih
menurut satu kali (Lozier, 2010). Bahkan pada majalah Tempo tanggal 2 Februari 2013 juga
diberitakan bahwa sedikitnya 125 mahasiswa Harvard University, Cambridge, Massachusetts
pada Agustus 2010 melakukan skandal contek massal. Sungguh memprihatinkan, salah satu
universitas terbaik pada dunia tercoreng nama baiknya dampak kecurangan akademik (academic
fraud) yang mulai marak pada kalangan mahasiswa ataupun dosen.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika dan perannya ?
2. Bagaimana Hubungan Etika dengan Mahasiswa?
3. Bagaimana Usaha untuk membangun etika pada diri mahasiwa?
4. Apa saja tugas dan tanggung jawab civitas akademika ?
5. Bagaimana cara membangun atmosfer akamdemik ?
6. Apa itu plagirisme dan bentuknya ?
7. Bagaimana Cara pencegahan plagiarisme?
8. Apa Saja sanksi bagi pelaku plagiarisme ?

1.3. Tujuan Masalah


1. Mengetahui apa itu etika dan bagaiaman perannya dalam kehidupan
2. Agar paham mengenai hubungan antara etika dengan mahasiswa
3. Agar memahami cara untuk membangun etika pada diri mahsiswa
4. Untuk mengetahui apa saja tugas dan juga tanggung jawab dari civitas akademika
5. Agar mengetahui cara untuk membangun suasana atmosfer akademik yang damai
6. Untuk memahami bentuk dan penjelasan dari plagiarisme
7. Agar memahami cara untuk memcegah periilaku plagiarisme
8. Untuk memahami apa saaja sanksi sanksi yang berlaku bagi para pelaku plagiarisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika dan Peran Etika
Etika adalah nilai-nilai dan normanorma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti
“moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”.Etika merupakan suatu ilmu yang membahas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral eksklusif atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yg bertanggung jawab berhadapan menggunakan aneka macam ajaran
moral.(Suseno, 1987).
Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related
Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, bukan objek itu sendiri.Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).
Mengingat peran moralitas, yaitu kemampuan moral individu / kelompok untuk mengungkapkan
penilaian atas perilaku manusia, maka layaknya seorang siswa / siswa yang mengontrol atau
membimbing individu / kelompok dalam melaksanakan suatu tugas atau kegiatan. kamu. Itu etis.
Mereka dapat menjadi alasan siswa untuk terlibat dalam kegiatan siswa, moralitas adalah
pedoman yang sopan dan sopan, dan moralitas memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan
diri kita sebagai orang yang baik di masyarakat.

2.2 Hubungan Etika dengan Mahasiswa


Hubungan etika dengan mahasiswa sangat erat kaitanya, karena dengan etika sanggup
mengontrol mahasiswa-mahasiswa sehingga tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan
sangat banyak pihak. Contohnya, etika sanggup sebagai control waktu mahasiswa berdemostrasi
sehingga tidak melakukan tindakan anarkis.
Di era globalisasi ini dimana telah poly terjadi perubahan-perubahan besar, yang akibatkan sang
beberapa hal (secara umum)yaitu perkembangan IPTEK, urbanisasi, dan tuntutan hidup, dimana
perubahan tersebut menunjuk ke kualitas, pergeseran nilai & norma, gaya hidup yang semakin
hedonistis/hedoniawan, budaya glamour.
Sehingga seseorang mahasiswa yang beretika bisa berperan dalam dalam pembangunan
masyarakat, Menjadi filter berdasarkan pengaruh buruk pada era globalisasi, Menjadi alat
kontrol pada melakukan aktivitasnya, dan Berusaha memperbaiki dan menjaga moral agar
kelestarian moral permanen terjaga.
2.3 Membangun Etika dalam diri Mahasiswa
Ada hubungan yang sangat erat antara etika dan siswa. Etika berperan penting bagi siswa dan
orang lain. Pemahaman peran etika memungkinkan siswa berfungsi dengan baik sebagai siswa
dalam aktivitasnya. Misalnya ketika seorang siswa meminta keadilan moral sebagai alat
manajemen. Ini mencegah siswa berperilaku membingungkan.
Etika memungkinkan siswa untuk bersikap sopan dan sopan kepada semua orang dan semua
orang. Sebagai siswa yang beretika, siswa harus memahami rasa kemandirian dan tanggung
jawabnya. Hal ini dikarenakan banyak mahasiswa yang mengartikannya sebagai kebebasan yang
tidak bertanggung jawab saat menuntut kebebasan.
Berkaitan menggunakan etika yg perlu dibangun mahasiswa, dewasa ini sedang marak tema
mengenai character building pada dunia pendidikan, yakni suatu pembentukan karakter dan
watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan pada tataran etika juga estetika maupun
perilaku pada kehidupan sehari-hari.Maka menurut itu adapun beberapa usaha untuk
membangun etika baik pada diri yakni,
1. Motivasi yang kuat
2.Berpikir positive
3. Percaya/meyakini diri sendiri
4. Hindari hal-hal yg buruk
5.Berlatih menerapkan etika baik pada kehidupan sehari-hari

2.4 Tugas dan tanggung jawab civitas akademika


Sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan tinggi,
termasuk praktik pendidikan, penelitian, dan pekerjaan sosial, Theidharma telah membangun
sistem yang menciptakan orang-orang bertalenta, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi
dengan cara yang sangat kompetitif dan proaktif. Dalam kegiatan pembangunan nasional dan
persaingan global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan / atau seni. Oleh karena itu, untuk
memahami peran perguruan tinggi dalam pembangunan nasional, perlu dilakukan pengelolaan
yang lebih baik. Memperkuat peran dan tanggung jawab seluruh komunitas universitas.

Civitas akademika yaitu seluruh masyarakat akademik yang berada di lingkungan pendidikan
atau perguruan tinggi yang turut berperan dalam menunjang keberlangsungan proses belajar
dan mengajar. Yang termasuk ke dalam lingkup civitas akademik adalah masyarakat akademik
yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui prndidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan
mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi (UU RI No.12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi).
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 pasal 12, dosen sebagai anggota civitas
akademika memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Mentransformasikan ilmu pengetahuan dan/ atau teknologi yang dikuasainya kepada
mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran, sehingga mahasiswa
dapat berperan aktif mengembangkan potensinya;
2. Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang ilmu pengetauan
dan/atau teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya;
3. Dosen secara perorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi, dan/ atau publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber
belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis
bagi seluruh civitas akademika.

Sedangkan tugas dan tanggung jawab mahasiswa yaitu:


1. Mahasiswa sebagai anggota civitas akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang
memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di perguruan tinggi untuk
menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional;
2. Mahasiswa memiliki tugas secara aktif untuk mengembangkan potensinya dengan
melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan,
dan pengamalan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk menjadi ilmuwan,
intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya;
3. Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan menaati norma pendidikan tinggi untuk
menjamin terlaksananya Tridharma dan pengembangan budaya akademik.

2.5 Membangun Atmosfer Akademik


Suasana atau atmosfer akademik yaitu sejumlah sarana untuk memlihara interaksi antara
mahasiswa dan dosen baik untuk urusan akademik maupun non-akademik dalam rangka
menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan akademik mahasiswa dan
profesionalisme dosen. Suasana akademik yang kondusif dalam kegiatan belajar dan mengajar
dipengaruhi terutama oleh unsur mahasiswa, dosen, pimpinan, dan staf pendukung lainnya yang
ikut berperan. Oleh sebab itu, keempat komponen tersebut didorong untuk saling berhubungan
secara efisien, dengan tetap harus saling memerhatikan etika hubungan antar manusia.

Hubungan antara dosen dan mahasiswa dapat dilakukan dalam bentuk perkuliahan tatap muka,
konsultasi mahasiswa, pembimbingan kerja praktek, tugas akhir, dan kegiatan sosial bersama.
Selain itu interaksi antar dosen dan mahasiwa terjadi pada saat perwalian, ataupun konsultasi
lainnya. Beberapa contoh cara yang dapat diterapkan antara dosen dan mahasiswa untuk
membangun atmosfer akademik yang kondusif yaitu:
1. Dosen memiliki waktu yang terbuka untuk melayani mahasiswa dalam melakukan
bimbingan dan konseling, baik yang bersifat akademik seperti konsultasi mengenai tugas
akhir, pemilihan tempat Praktek Umum (PU), pemilihan mata kuliah yang akan diambil, dan
lain-lain. Begitu juga untuk konsultasi mengenai masalah non akademik seperti masalah
keluarga, sosial, dan lain-lain;
2. Dosen menyediakan diri untuk mendampingi sebagai tutor pada pelatihan-pelatihan yang
dilakukan oleh mahasiswa;
3. Mengikutsertakan mahasiswa dalam berbagai kepanitiaan, seperti kerjasama dengan instansi
pemerintah maupun swasta, berbagai kegiatan seminar nasional, pameran hasil-hasil
penelitian, penelitian-penelitian, dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;
4. Melaksanakan kegiatan yang dapat membangun kebersamaan antara dosen, karyawan, dan
mahasiswa seperti olahraga bersama (senam) yang diatur secara terjadwal.

Suasana atau atmosfir akademik di lingkungan Unila, khususnya program studi, akan tercipta
dan dapat dicapai serta ditingkatkan dengan cara sbb;
a. Tersedianya rancangan yang baik dan baku tentang strategi penciptaan dan pengelolaan
suasana akademik yang sehat dengan diserta oleh kepemilikan etos kerja dan etos belajar
yang tinggi.
b. Tersedianya kurikulum program studi yang bermutu tinggi
c. Tersedianya dosen mencukupi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
d. Terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang bermutu, produktif, memiliki etos kerja
serta berdisiplin yang tinggi, yang mengutamakan prestasi ketimbang pristize
e. Terciptanya pengelolaan institusi secara transfaran dan sehat, dinamis, serta produktif,
yang berbasis kepada profesionalisme dan ketulusan serta perhatian yang bersifat
responsif yang tinggi terhadap berbagai permasalahan, terutama yang menyentuh
langsung dan dalam rangka terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan
bermutu.
f. Terciptanya system hubungan dan Komunikasi, Interaksi, Edukasi serta Singkronisasi
(KIES ) yang sehat, baik hubunagan vetikal maupun hubungan horizontal diantara
cevitas akademik dilingkungan Untirta.
g. Terselenggara dan tercapainya susana layanan kegiatan pembelajaran yang kondusif,
bermutu, demokratis, dinamis dan produktif, baik bagi mahasiswa dan terutama lagi bagi
dosen dilingkungan Untirta
h. Tersedianya dan sekaligus dimanfaatkanya berbagai sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pembelajaran yang mencukupi baik dari aspek kuantitatif maupun dari aspek
kualitatif .
i. Adanya perhatian dan tindakan yang responsive, tulus dan sungguh-sungguh dari pihak
pengelola Untirta terhadap pemenuhan berbagai kebutuhan layanan pendidikan yang baik
serta dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan ( mahasiswa dan dosen ) dilingkungan
Untirta.
j. Terciptanya kebebasan mimbar dan otonomi akademik yang santun, dan harmoni, yang
berlandaskan kepada nilai-nilai intlektualitas humanis, dan nilai-nilai human dignity
sesuai bidang keilmuan yang ditekuni.
k. Tersedianya jaringan global / networking yang mencukupi baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif.
l. Terciptanya hubungan dan komunikasi inter dan antarpersonal yang sehat
m. Terselenggaranya kegiatan eskur yang dinamis dan produktif yang berbasis kepada
bidang keilmuan yang ditekuni
n. Terselenggaranya kegiatan pengembangan diri mahasiswa yang berbasis kepada potensi
dan kompetensi yang dimiliki dengan mempertimbangkan berbagai masa depan lapangan
pekerjaan
o. Diperlukan adanya kegiatan monitoring dan evaluasi / supervise klinis terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung.
2.6 Plagirisme dan Bentuk plagiarisme
Berdasarkan aspek etimologis, kata Plagiarisme berasal dari bahasa Inggris Plagiarism, yang
diadopsi dari kata Latin, yaitu Plagiarus yang berarti penculik atau penjiplak. Kemudian, dalam
Bahasa Indonesia diserap dan dikenal dengan istilah Plagiat. Oleh karena itu, Plagiat menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya)
orang lain dan menjadikannya seolah‐olah karangan (pendapat) sendiri.

Sementara itu, menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Plagiarisme atau sering disebut Plagiat
adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan
menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak
pidana karena mencuri hak cipta orang lain.

Definisi Plagiarisme menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2010 adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh
karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai. Sedangkan pelaku plagiat dikatakan sebagai Plagiator, yang
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010, pada Pasal 3 bahwa Plagiator di Perguruan Tinggi adalah 1) satu atau lebih mahasiswa; 2)
satu atau lebih dosen/peneliti/tenaga pendidikan atau; 3) satu atau leboih dosen/peneliti/tenaga
kependidikan bersama satu atau lebih mahasiswa.

Dengan demikian tindakan plagiarisme dalam bentuk apapun tetap dikenai sanksi karena
merupakan tindakan penipuan akademis atau melanggar etika akademis. Lebih lanjut, undang-
undang nomor 19 tahun 2002 menyebutkan bahwa plagiarisme melanggar etika dalam
penerbitan suatu karya akan dikenakan sanksi.

Bentuk Plagiarisme menurut Sastroasmoro (2007) diklasifikasikan dalam berbagai aspek, yaitu
a. Berdasarkan aspek yang dicuri, adalah:
 Plagiarisme ide : Mengambil ide yang sudah ada tanpa menyebut sumber dengan jelas.
 Plagiarisme isi (data penelitian): Mengambil data penelitian orang lain.
 Plagiarisme kata, kalimat, dan paragraph
 Plagiarisme total, merupakan perbuatan plagiasi yang dilakukan seseorang dengan
menyalin hasil karya orang lain secara seluruh dan mengakuinya sebagai karya sendiri,
dan biasanya penulis hanya mengganti nama penulis atau instansi penulis aslinya dengan
nama dan instansinya sendiri. Kemudian, penulis tersebut melakukan sedikit perubahan
pada tulisan yang ditiru dari sumber aslinya.
b. Berdasarkan aspek sengaja atau tidaknya plagiarism, adalah
 Plagiarisme yang disengaja dilakukan
 Plagiarisme yang tidak disengaja dilakukan
c. Berdasarkan aspek proporsi atau persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak
 Plagiarisme ringan : jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak
kurang dari 30%
 Plagiarisme sedang : jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak 30-
70%
 Plagiarisme berat: jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak lebih
dari 70%.

d. Berdasarkan pada aspek pola plagiarisme


 Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing): mengambil sebagian kecil
(kalimat) dapat satu paragraf, atau bahkan seluruh makalah tanpa digubah menurut aturan
penulisan dan tidak menyebutkan sumber.
 Plagiarisme mosaik: menyalin dengan menyisipkan kata, frase atau kalimat dari penulis
lain lalu menyambungkannya secara acak.

Roig (2006) mengidentifikasi self-plagiarism menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Mempublikasikan karya tulis yang sama yang telah diterbitkan di tempat lain tanpa
memberitahu pembaca atau penerbit jurnal.
2. Penerbitan sebuah studi yang signifikan sebagai studi yang lebih kecil untuk
meningkatkan jumlah publikasi daripada penerbitan satu studi besar.
3. Menggunakan kembali bagian dari suatu tulisan sebelumnya (baik teks yang diterbitkan
atau tidak diterbitkan).

Utorodewo, dkk (2007) menyatakan bahwa bentuk plagiarisme dalam berbagai jenis yaitu
o Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri
o Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
o Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
o Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri
o Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya
o Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan
sumbernya
o Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian
kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Terdapat 6 bentuk Plagiarisme jika merujuk pada “Harvard Guide to Using Sources” Plagiarims,
yaitu :
1. Plagiarisme Verbatim (Verbatim Plagiarism), terjadi jika penulis menulis ulang
kata per kata dari sumber tanpa perubahan sedikitpun dan tanpa memberikan
sitasi terhadap kata-kata tersebut.
2. Plagiarisme Mosaik (Mosaic Plagiarism), terjadi jika penulis menulis ulang
ide/informasi dari sumber (atau beberapa sumber sekaligus) dengan hanya
merubah satu atau beberapa kata acak menjadi sinonim-nya, bukan dengan
menggunakan kalimat sendiri, dan tanpa memberikan kutipan dengan jelas.
Plagiarisme mosaik sering kali dapat terjadi dengan tanpa disengaja oleh penulis.
3. Parafrase yang kurang memadai (Inadequate paraphrase), terjadi jika parafrase
dilakukan dengan hanya merubah beberapa kata atau menulis ulang dengan
bahasa sendiri, tetapi masih mirip dengan sumber, maka hal tersebut akan menjadi
kurang memadai dan berakhir dengan plagiat walaupun sitasi telah diberikan.
Setelah paraphrase berhasil dilakukan, sitasi terhadap sumber harus tetap
dilakukan dengan benar.
4. Parafrase yang tidak disitasi (Uncited Paraphrase), terjadi jika ide/informasi dari
sumber telah ditulis ulang dengan kata-kata dan cara yang baru yang dapat
dibedakan dengan jelas dengan sumber, dan dapat dikatakan ide tersebut tetap
bukan ide penulis sendiri, tetapi tetap tidak mencantumkan sumber.
5. Kutipan yang tidak di-sitasi (Uncited Quotation), terjadi jika dalam penulisan
ide/informasi dari sumber yang sudah diberi tanda kutip, tetapi tidak disitasi.
6. Menggunakan bahan/materi dari pekerjaan orang lain (Using material from
another student’s work), terjadi ketika ide/informasi muncul dalam suatu diskusi
bersama beberapa kolega/pelajar atau di dalam kelas, maka bentuk penghargaan
harus tetap dilakukan dalam bentuk catatan kaki. Atau jika pencetus ide dalam
diskusi dapat diidentifikasi, maka penulis wajib mencantumkan sumber pencetus
ide secara spesifik. Bila ide penulis muncul dalam suatu diskusi maka kredit
terhadap forum diskusi dapat dilakukan terhadap forum diskusi dalam bentuk
catatan kaki, missal: “saya berterima kasih kepada kelas 01 mata kuliah
antropologi 1 karena telah membuka pikiran saya

Beberapa bentuk Plagiarisme lain menurut Peraturan Akademik Universitas Lampung Tahun
2016 pasal 36, secara khusus dalam ayat 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 berdasarkan Surat Keputusan
Rektor Universitas Lampung No. 06 tahun 2016, antara lain berupa:

a. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi
dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
b. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
c. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan
sumber secara memadai.
d. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau
kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara
memadai;
e. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh
pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.
2.7 Upaya pencegahan Plagiarisme

Pencegahan Plagiarisme merupakan tindakan preventif yang harus dilakukan pimpinan


perguruan tinggi agar tidak terjadi Plagiarisme di lingkungan Perguruan Tinggi. Penggulangan
Plagiarisme merupakan tindakan represif yang wajib dilakukan pimpinan Perguruan Tinggi
dengan cara pemberian sanksi kepada pelaku Plagiarisme yang bertujuan untuk mengembalikan
kredibilitas akademik atau meningkatkan citra akademik Perguruan Tinggi.

Sementara itu, penggulangan atas tindakan plagiarisme yang dimuat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesai No. 17 Tahun 2010, pada Pasal 10 dan 11 menyebutkan
antara lain bahwa jika mahasiswa diduga melakukan Plagiarisme, ketua
Jurusan/Departemen/Bagian membuat persandingan antara karya ilmiah mahasiswa dengan
karya ilmiah mahasiswa yang sumbernya tidak dicantumkan untuk mengaji lebih lanjut apakah
ada tindakan Plagiarisme; dan bilamana pelaku Plagiarism terbukti melakukan tindakan
Plagiarisme, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi dari yang paling ringan dan yang paling
berat (Pasal 12).

Selain bentuk pencegahan menurut peraturan tersebut di atas, terdapat beberapa bentuk
pencegahan lainnya, yaitu antara lain:
a. Melakukan sosialisasi atas Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta bahwa
plagiarisme melanggar etika dalam penerbitan suatu karya, dan jika melanggar undang-
undang ini maka pelaku plagiarism akan dikenakan sanksi, selain sosialisas atas Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 tentang Plagiarisme secara intensif dalam
berbagai forum ilmiah baik di tingkat Perguruan Tinggi sendiri maupun di tingkat Nasional
kepada seluruh masyarakat akademis.
b. Melakukan pengutipan, paraphrase, dan membuat ringkasan
a. Melakukan Pengutipan dengan cara:
1) Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan
menyebutkan sumbernya;
2) Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Yang
dimaksud adalah sesuai panduan yang ditetapkan masing-masing institusi dalam penulisan
daftar pustaka.
b. Melakukan Paraphrase, sama halnya dengan saran Yamada (2003), dengan cara
mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri ke dalam
Bahasa yang lebih sederhana, tanpa merubah maksud atau makna ide/gagasan dengan
tetap menyebutkan sumbernya. Paraphrase sangat perlu dilakukan untuk memudahkan
pembaca dalam memahami isi tulisan.
c. Yamada (2003) juga menyarankan bahwa untuk menghindari Plagiarisme, penulis perlu
menekankan pada peran pemikiran inferensial untuk menstrukturkan kembali kalimat-
kalimat dari beberapa sumber.
d. Membuat ringkasan dengan cara menempatkan ide-ide penting dalam suatu paragraph
dengan menggunakan Bahasa sendiri.
Istiana dan Purwoko (2016) menyebutkan beberapa tip bagi penulis agar terhindar dari
Plagiarisme, yaitu :
1. Menentukan jenis buku yang hendak dibaca. 
2. Meneyediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan menyatukannya dengan penjepit. 
3.Menuliskan judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman 
pada kertas kecil paling depan 
4., Menyalin ide utama yang anda dapatkan pada kertas‐kertas  kecil tersebut, bersamaan
dengan membaca buku. 
5. Memfokuskan pada hasil catatan setelah selesai membaca buku.
6. Jika ingin menyitir atau menyitasi
dari buku yang telah dibaca, fokuslah pada kertas catatan. 
7. Mengembangkan kalimat  sendiri dari catatan yang telah dibuat. 
8. Jangan lupa selalu menulisakn sumber kutipan. 
9. Untuk lebih meyakinkan bahwa tulisan tidak mengandung unsur plagiarisme, sebaliknya
penulis dapat menggunakan aplikasi/software untuk mengecek tingkat plagiarisme tinggi,
seperti aplikasi Turnitin, Wcopyfind, vyper, plagiarism‐detect, AiMOS.
10. Untuk mengelola sitasi dan daftar pustaka, penulis dapat menggunakan aplikasi Zotero,
Mendeley, dan Endnote.

Mayangsari dan Endah (2015) mengusulkan 6 upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
Plagiarisme, yaitu
1. Semua ide/informasi yang didapat dari sumber diberi kutipan
2. Penulis wajib melakukan parafrase kutipan-kutipan tersebut, dengan tanpa melihat
kutipan tersebut (hapus kutipan dari teks).
3. Penulis wajib mengecek kembali paraphrase dengan kutipan yang dibuat. Jika parafrase
yang dibuat terlalu mirip dengan kutipan maka coba parafrase lagi dengan cara yang lain.
4. Jika parafrase terlalu sulit dilakukan, maka penulis lebih baik membiarkan ide/informasi
dalam bentuk kutipan.
5. Kutipan maupun paraphrase yang dibuat harus selalu disitasi. Lebih tepatnya, semua
tulisan yang tidak berasal dari pemikirin sendiri harus selalu disitasi.
6. Diskusikan selalu dengan pembimbing atau para ahli yang relevan.

Upaya yang dilakukan untuk menghindari Plagiarisme jika merujuk pada “Harvard Guide to
Using Sources” yaitu
1. Plagiarisme Verbatim (Verbatim Plagiarism) dapat dihindari dengan memberikan
sitasi dengan benar (mencantumkan halaman sumber) dan memberi tanda kutip
atau menulis miring kata-kata yang berasal dari sumber. Walau
sebelum/sesudah/diantara kalimat sumber telah ditambahkan kata-kata yang
berasal dari penulis sendiri, sitasi dan tanda kutip atau penulisan miring terhadap
kata-kata yang berasal dari sumber tetap harus dilakukan sehingga pembaca tau
bahwa ide/informasi tersebut bukan milik penulis.
2. Plagiarisme Mosaik (Mosaic Plagiarism) dapat dihindari dengan menunjukkan
kutipan dan sitasi, sehingga kebingungan penulis terhadap ide dari sumber dengan
ide dari penulis sendiri dapat dihindari. Penulis dapat juga memparafrase
ide/informasi tersebut dan tetap memberikan sitasi.
3. Parafrase yang kurang memadai (Inadequate paraphrase) dapat dihindari dengan
cara menjauhi sumber sehingga penulis akan terpacu untuk menulis ulang
ide/informasi dengan kata-kata dan cara yang baru. Setelah selesai penulis dapat
meninjau kembali sumber untuk memastikan plagiat tidak terjadi.Setelah
paraphrase berhasil dilakukan, sitasi terhadap sumber harus tetap dilakukan
dengan benar.
4. Parafrase yang tidak disitasi (Uncited Paraphrase) dapat dihindari dengan tetap
harus memberikan sitasi, sehingga pembaca tahu dan dapat menelusuri sumber.
Inti dari sitasi adalah selama ide atau informasi bukan milik penulis maka sitasi
harus dilakukan sebagai bentuk penghargaan penulis terhadap hasil pemikiran
sumber.
5. Kutipan yang tidak disitasi (Uncited Quotation) dapat dihindari dengan harus
tetap memberikan kutipan yang disitasi bersumber dari pemiliki aslinya. Dengan
sitasi, pembaca akan tahu siapa pemilik ide/informasi tersebut dan dapat
menelusuri sumber.
6. Menggunakan bahan/materi dari pekerjaan orang lain (Using material from
another student’s work) dapat dihindari dengan cara memberikan penghargaan
kepada pencetus ide dalam suatu forum diskusi yang dicatat dalam bentuk catatan
kaki, atau dengan mencantumkan sumber pencetus ide. Contoh, “saya berterima
kasih kepada sumber pencetus ide (bias dalam bentuk nama, atau asosiasi…..)
yang telah memberikan ide atau masukan, sehingga menambah cakrawala tulisan
ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Nafiah (2016, dalam Maqin dan Nafiah 2016) menjelaskan bahwa upaya menghindari
Plagiarisme dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu antara lain:

1. Mengenalkan dan memacu Budaya Menulis dan Kesadaran Literasi sangat penting dilakukan
sejak dini, dimulai dari anak-anak mengenyam Pendidikan anak usia dini (PAUD) atau
taman kanak-kanak. Selain memacu budaya menulis, institusi pendidikan perlu juga
membangkitkan semangat kesadaran literasi yang baik, sehingga diharapkan akan muncul
kesadaran untuk menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber tulisan sesuai
pedoman yang ada.
2. Mensosialisasikan tentang bahaya melakukan Plagiarisme, khususnya tentang apa dan
bagaimana plagiarisme, serta konsekuensinya jika melakukan Plagiarisme, dengan
memasukan upaya pencegahan dan penangulangan Plagiarisme kepada seluruh khalayak
masyarakat umumnya, dan masyarakat akademis khususnya terutama di sekolah dan
perguruan tinggi. Pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak sekolah dan universitas
sebagai lingkungan yang mencetak para akademisi untuk memahami etika dan pedoman
penulisan yang baik bagi para siswa dan mahasiswa serta para tenaga pendidik, peneliti dan
tenaga Pendidikan.
3. Sekolah dan Perguruan Tinggi harus menciptakan iklim akademik yang sehat agar mampu
mencegah timbulnya teknik menulis dengan plagiarisme akademik melalui mekanisme chek
& re-check terhadap suatu karya tulis melalui pemanfaatan perkembangan teknologi seperti
piranti lunak pemindai plagiasi.
4. Memberikan sanksi yang tegas serta memberi efek jera bagi Plagiator. Pemberian sanksi
harus dilakukan secara adil tanpa memihak, sehingga diharapkan kesadaran akan pentingnya
pertanggungjawaban dalam menulis sebuah karya akademik tercipta, serta kesadaran dan
komitmen penulis untuk mendapat karya tulisan bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan
sebagai syarat kelulusan atau akreditasi dapat terealisasi.
2.8 Sanksi akademik Plagiarisme
Sanksi terhadap plagiarisme dan / atau penipuan pendidikan dapat diterapkan dalam berbagai
cara tergantung pada konteks hukum yang berlaku. Setiap institusi pendidikan dianggap,
khususnya institusi pendidikan b. K menganggap sanksi ilmiah terhadap penulis atau penulis
kecurangan sastra dalam bentuk jenis sanksi berikut.
Bagi mahasiswa yang melakukan perbuatan Plagiarisme, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pada Pasal 12 ayat 1, akan dikenakan sanksi sesuai
dengan urutan sanksi dari yang paling ringan sampai yang paling berat berupa:
o Teguran;
o Peringatan tertulis;
o Penundaan pemberian hak sebagai mahasiswa;
o Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa;
o Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
o Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa, atau;
o Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.

Sanksi yang diberikan bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan berdasarkan Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pada Pasal 12 ayat 2, dapat berupa:
o Teguran;
o Peringatan tertulis;
o Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
o Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
o Pencabutan hak untuk diusulkan sebagi guru besar/profesor/ahli peneliti utama
bagi yagn memenuhi syarat;
o Pemberhentian dengan hormat dari status sebgai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan;
o Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan, atau;
o Pembatalan ijazah dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
Peraturan Akademik Univeristas Lampung tahun 2017 pada Pasal 37 ayat (1), berdasarkan Surat
Keputusan Rektor No. 06, tahun 2016 memberikan beberapa jenis sanksi akademik bagi pelaku
kecurangan akademik dan atau Plagiarime, yaitu:
a. Pemberian huruf mutu E untuk mata kuliah yang dicurangi;
b. Pemberian huruf mutu E untuk semua mata kuliah dalam satu semester yang bersangkutan
dengan terjadinya kecurangan tersebut;
c. Pemberian huruf mutu E untuk semua mata kuliah dalam semester yang bersangkutan dan
mahasiswa yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan akademik pada
satu semester berikutnya;
d. hukuman bersyarat berupa ancaman hukuman putus studi jika mahasiswa yang bersangkutan
melakukan kembali kecurangan akademik dalam kurun waktu tertentu setelah diberikan
sanksi pada pelanggaran pertama dilakukan;
e. Putus studi;
f. Pembatalan ijazah dan pencabutan gelar akademik, terutama khususnya bagi pelanggaran
yang melakukan perbuatan Plagiarisme, bersesuaian dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 17 tahnu 2010.

Kemudian, Peraturan Akademik Univeristas Lampung tahun 2017 pada Pasal 37 ayat (2) dan (3)
menyebutkan bahwa Sanksi akademik yang tercantum pada ayat (1) huruf b dan c tersebut
diperhitungkan dalam perhitungan masa studi; dan Mahasiswa tertuduh berhak melakukan
pembelaan dalam sidang pemeriksaan.Sanksi akademik atas perbuatan melakukan Plagiarisme
tidak hanya berlaku bagi mahasiswa tetapi berlaku untuk seluruh civitas akademika di
Universitas Lampung, termasuk untuk mahasiswa, tenaga pendidik (dosen) dan tenaga
kependidikan.

Beberapa tindakan dan perilaku mahasiswa dapat dikategorikan dalam perbuatan Kecurangan
Akademik, antara lain berupa:
a. menyontek yaitu menyalin tulisan mahasiswa lain dalam ujian, bekerja sama dengan cara
berkomunikasi dengan mahasiswa lain dalam ruang ujian, dan membawa informasi
terlarang termasuk informasi dalam alat-alat elektronik ke dalam ruang ujian;
b. kolusi yaitu membantu mahasiswa lain untuk membuatkan suatu tugas padahal dia tahu
bahwa mahasiswa yang dibantu itu akan menyerahkan tugas tersebut sebagai miliknya
sendiri atau menyerahkan tugas yang dikerjakan orang lain sebagai miliknya sendiri;
c. pemalsuan data;
d. perjokian yakni mengerjakan ujian untuk orang lain dengan menggantikan sebagai
peserta ujian atau menggantikan tugas mahasiswa;
e. pemalsuan rencana studi/hasil studi;
f. pemalsuan nilai dalam transkrip akademik;
g. pemalsuan berkas ujian;
h. pemalsuan paraf/tandatangan;
i. perubahan atau pengisian nilai secara melawan hukum.
Lebih lanjut, Peraturan Akademik Univeristas Lampung tahun 2017 pada Pasal 38 menyebutkan
bahwa Tata Cara Pemberian Sanksi Akademik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
(1) Setiap perbuatan curang dilaporkan kepada dekan/direktur disertai dengan berita acara.
(2) Dekan/direktur mengadakan sidang pemeriksaan yang dihadiri oleh
a. mahasiswa tertuduh;
b. pembimbing akademik mahasiswa;
c. pembimbing, jika kecurangan menyangkut kertas kerja/desain/esai seni,
skripsi/laporan tugas akhir, tesis, atau disertasi;
d. dosen penanggung jawab mata kuliah, jika kecurangan menyangkut mata kuliah;
e. ketua jurusan/bagian yang relevan;
f. ketua progam studi yang relevan;
g. wakil dekan bidang akademik dan kerjasama dan wakil dekan bidang kemahasiswaan
dan alumni, atau wakil direktur bidang akademik, kemahasiswaan, dan alumni.
h. pengawas ujian, jika kecurangan menyangkut ujian.
(3) Jika dekan/direktur merupakan pembimbing akademik dan/atau pembimbing skripsi
dan/atau dosen mata kuliah yang dicurangi, sidang pemeriksaan dipimpin oleh wakil dekan
bidang akademik dan kerjasama, atau wakil direktur bidang akademik, kemahasiswaan, dan
alumni.
(4) Wakil dekan bidang kemahasiswaan dan alumni membuat berita acara pemeriksaan yang
akan ditandatangani oleh mahasiswa dan semua yang hadir.
(5) Tata tertib pemeriksaan:
a. wakil dekan bidang akademik dan kerjasama, atau wakil direktur bidang akademik,
kemahasiswaan, dan alumni melaporkan peristiwa kecurangan;
b. jika wakil dekan bidang akademik dan kerjasama, atau wakil direktur bidang akademik,
kemahasiswaan, dan alumni berhalangan, tugas itu digantikan oleh ketua
jurusan/bagian/program studi yang relevan;
c. setelah laporan dibacakan, dekan/direktur meminta mahasiswa tertuduh untuk
menanggapi laporan tersebut;
d. setelah mahasiswa selesai menanggapi, dekan/direktur memberi kesempatan kepada
peserta sidang untuk meminta penjelasan dari mahasiswa, wakil dekan bidang
akademik dan kerjasama, atau wakil direktur bidang akademik, kemahasiswaan, dan
alumni dan dosen yang menemukan kecurangan tersebut;
e. dekan/direktur meminta mahasiswa meninggalkan ruang sidang dan menunggu di luar
ruang sidang, jika tidak ada lagi yang menanggapi atau memberikan pertanyaan;
f. dekan/direktur memimpin sidang pemeriksaan untuk mengambil keputusan;
g. berita acara pemeriksaan disusun oleh wakil dekan bidang kemahasiswaan dan alumni,
atau wakil direktur bidang akademik, kemahasiswaan, dan alumni dan mahasiswa
tertuduh dipanggil ke dalam ruang sidang untuk mendengarkan keputusan dan
menandatangani berita acara;
h. sanksi akademik dijatuhkan oleh dekan;
i. setelah penandatanganan berita acara, dekan/direktur memberitahu hak mahasiswa
untuk naik banding kepada rektor;
j. wakil dekan bidang akademik dan kerjasama, atau wakil direktur bidang akademik,
kemahasiswaan, dan alumni menyiapkan surat keputusan dan dalam waktu selambat-
lambatnya tiga hari setelah persidangan untuk ditandatangani dekan/direktur;
k. wakil dekan bidang kemahasiswaan dan alumni, atau wakil direktur bidang akademik,
kemahasiswaan, dan alumni dapat membantu mahasiswa untuk membuat surat
permohonan banding kepada rektor disertai dengan hal-hal yang meringankan
mahasiswa tertuduh;
l. permohonan banding kepada rektor sudah harus disampaikan selambat-lambatnya satu
minggu setelah surat keputusan dekan/direktur terbit.
m. jika permohonan banding sebagaimana pada huruf k tidak diajukan, keputusan
dekan/direktur merupakan keputusan terakhir;
n. jika permohonan banding diajukan, rektor memerintahkan Badan Penyelesaian
Pelanggaran Tata Tertib Mahasiswa (BPPTTM) untuk melaksanakan pemeriksaan
selambat-lambatnya tiga hari setelah tanggal banding diterima rektor;
o. BPPTTM menyampaikan laporan kepada rektor selambat-lambatnya dua hari setelah
persidangan berakhir;
p. laporan BPPTTM digunakan sebagai bahan bagi rektor untuk mengambil keputusan;
q. dalam waktu tujuh hari setelah laporan BPPTTM disampaikan, Keputusan Rektor
sudah diterbitkan dan disampaikan kepada mahasiswa, dekan/direktur, dan ketua
jurusan/bagian/program studi terkait;
r. Keputusan Rektor sebagaimana dimaksud pada huruf p merupakan putusan terakhir;
s. BPPTTM dibentuk berdasarkan Keputusan Rektor.

Jika merujuk pada Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Ciptau Plagiarisme dapat
dipersamakan dengan pengambilalihan hak cipta atau hasil karya pencipta awal (sumber awal),
maka pelaku Plagiarisme dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-undang ini, khususnya
pada Pasal 72 ayat (1), yang menyebutkan bahwa

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”

Dimana di dalam Pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa:


“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa bagi Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan, maka
diberlakukan sanksi berupa:
5. Pencabutan gelar (Pasal 25 ayat 2).
6. Dipidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak 200 juta
rupiah (Pasal 70).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mahasiswa adalah kelompok intelektual yang memimpin kemajuan negara masing-masing, dan
sisi uniknya harus menembus pilar-pilar kosong negara guna mengejar kesempurnaan hidup dan
kehidupan rakyat. Pemerintah akan lebih beretika. Mereka mengemban tanggung jawab
pendidikan dalam menghasilkan karya ramah lingkungan. Moralitas adalah pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat dan berkaitan dengan hak dan kewajiban moral. Seperangkat prinsip
atau nilai yang terkait dengan etika; Nilai-nilai yang berkaitan dengan nilai baik dan buruk suatu
kelompok atau komunitas.

Hubungan etis dengan mahasiswa sangat erat karena dapat dikendalikan secara moral dan tidak
melakukan apapun yang dapat merugikan. Misalnya, etika bisa menjadi ujian ketika siswa perlu
menghindari menjadi anarkis. Membangun akhlak yang baik untuk diri sendiri berarti motivasi
yang kuat, berpikir positif, percaya / percaya pada diri sendiri, menghindari hal-hal buruk dan
mengamalkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Perguruan tinggi sebagai masyarakat akademis dengan ciri khasnya menjunjung tinggi nilai-nilai
kebenaran ilmiah. Perilaku segenap sivitas akademikanya dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya akan selalu terikat pada etika-moral. Artinya segala tindakan-tindakan
mereka dalam proses pembelajaran, harus selalu mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan dan
kebenaran yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat pada umumnya. Salah satu nilai
kebaikan dan kebenaran yang perlu dijunjung tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan
khususnya oleh masyarakat kampus adalah menciptakan suasana akademik.

Karena jenis plagiarisme sangat berbeda, ini adalah operasi yang mungkin mengandung atau
tidak mengandung elemen plagiarisme. Untuk mencegah plagiarisme yang disengaja atau tidak
disengaja, copywriter atau jenis karya lainnya memahami definisi, bentuk, dan upaya untuk
mencegah dan mencegah plagiarisme serta sanksi yang dijatuhkan kepada penggugat karena
plagiarisme.Dalam banyak kasus, plagiarisme adalah transaksi yang tidak pantas, penipuan,
plagiarisme, atau salinan dari karya atau karya orang lain dan orang tersebut tidak dapat
diidentifikasi sebagai sumber informasi utama untuk karya tersebut. Karena itu, penipu harus
dihukum.
3.2 Saran
Generasi muda khususnya mahasiswa membutuhkan etika pendidikan dan dapat tumbuh di
lingkungan kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa yang menyelesaikan
mata kuliah Etika dan Etika dapat menjelaskan etika akademik mereka dan menerapkannya pada
dinamika akademik.Mahasiswa juga sebgai generasi muda harus mampu menanamkan sifat jujur
dimana salah satunya dapat di terapkan dalam pengerjaan tugas,dengan tidak melakukan
tindakan plagiarisme yang mana tindkan tersebut salah dalam mata hukum dan akan
mendapatkan sanksi yang setimpal
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme
2. https://usingsources.fas.harvard.edu/Avoiding
3. http://writing.mit.edu/wcc/avoidingplagiarism.
4. https://usingsources.fas.harvard.edu

5. http://nurjannahaliabbasblogger.blogspot.co.id/2014/05/etika-dalam-
lingkunganmahasiswa.html

6. http://ulfianazahraini.blogspot.com/2014/10/etika-akademik-filsafat-tugas.html?m=1

7. Rismawaty.2008. Kepribadian dan Etika Profesi.Yogyakarta;Graha Ilmu.

8. Modul 9 Etika Akademik


Daftar Soal Pilihan Ganda

1. Yang termasuk salah satu tindakan plagiarisme di bawah ini adalah?

A. Ikut serta menjalankan peraturan yang berlaku

B. Tidak kerja dipekerjaan kelompok

C. Menyalin pekerjaan teman

D. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong

Jawaban C

2. Perhatikan unsur karya tulis berikut!

1) Latar belakang

2) pendahuluan

3) kesimpulan

4) pembahasan

5) penutup

Sistematika yang tepat dari unsur-unsur karya tulis di atas adalah...

A. 2, 3, 4, 5, 1

B. 3, 4, 5, 1, 2

C. 1, 3, 5, 4, 2

D. 2, 1, 4, 5, 3

Jawaban: D
3. Yang bukan termasuk salah satu bentuk plagiarisme adalah?

A. Pengambilan karangan

B. Pengambilan pendapat

C. Pengambilan gaya berpakaian

D. Pengambilan karya tulis

Jawaban C

4. Plagiator adalah sebutan untuk orang yang melakukan tindakan plagiat. Dengan batasan
demikian, plagiarisme adalah pencurian, bahasa kasarnya pembajakan dan plagiaris adalah
pencuri/pembajak. Oleh sebab itu upaya penanggulangan plagiarisme di lingkungan
kampus yang paling tepat adalah?

A. Hukuman yang setimpal bagi pelaku

B. Dilaporkan ke rektor

C. Drop out

D. Sanksi sosial

Jawaban A

5. 1.mahasiswa malas dan mencari cara mudah untuk menghasilkan tulisan

2. Mahasiswa tidak menguasai teknik pengacuan/pengutipan pustaka atau perujukan


terhadap karya orang lain

3. Mahasiwa yang dendam terhadap dosennya

4. Mahasiswa yang no live dan tidak punya teman

Penyebab terjadinya tindakan plagiarisme terdapat pada nomor?

A. 1 dan 3

B. 1 dan 2

C. 2 dan 4

D. 3 dan 4
Jawaban B

6. pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki peran
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mamajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan terdapat dalam undang-undang
nomor...
a. 10 tahun 2013
b. 11 tahun 2012
c. 12 tahun 2012
d. 12 tahun 2013
Jawaban (C)
7. jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak kurang dari 30%
termasuk plagiarisme...
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Banyak
Jawaban (A)
8. Jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak 30-70% termasuk
plagiarisme...
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Banyak
Jawaban (B)
9. jumlah persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak sebanyak lebih dari 70% termasuk
plagiarisme...
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Banyak
Jawaban (C)

10. menyalin dengan menyisipkan kata, frase atau kalimat dari penulis lain lalu
menyambungkannya secara acak merupakan pengertian dari...
a. Plagiarisme kata demi kata
b. Plagiarisme ringan
c. Plagiarisme berat
d. Plagiarisme mosaik
Jawaban (D)
Daftar Soal Essay

1. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 pasal 12, dosen sebagai anggota civitas
akademika memiliki tugas dan tanggung jawab,Sebutkan !

Jawab :
1. Mentransformasikan ilmu pengetahuan dan/ atau teknologi yang dikuasainya
kepada mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran,
sehingga mahasiswa dapat berperan aktif mengembangkan potensinya;
2. Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang ilmu
pengetauan dan/atau teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta
menyebarluaskannya;
3. Dosen secara perorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku
teks, yang diterbitkan oleh perguruan tinggi, dan/ atau publikasi ilmiah sebagai
salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta
pembudayaan kegiatan baca tulis bagi seluruh civitas akademika.

2. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 pasal 12, Mahasiswa sebagai anggota
civitas akademika memiliki tugas dan tanggung jawab,Sebutkan !
Jawab : tugas dan tanggung jawab mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa sebagai anggota civitas akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang
memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di perguruan tinggi
untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional;
2. Mahasiswa memiliki tugas secara aktif untuk mengembangkan potensinya dengan
melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan,
pengembangan, dan pengamalan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi
untuk menjadi ilmuwan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya;
3. Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan menaati norma pendidikan tinggi untuk
menjamin terlaksananya Tridharma dan pengembangan budaya akademik
3.Sebutkan Beberapa contoh cara yang dapat diterapkan antara dosen dan mahasiswa untuk
membangun atmosfer akademik yang kondusif !
Jawab :
untuk membangun atmosfer akademik yang kondusif yaitu:
1. Dosen memiliki waktu yang terbuka untuk melayani mahasiswa dalam melakukan
bimbingan dan konseling, baik yang bersifat akademik seperti konsultasi mengenai
tugas akhir, pemilihan tempat Praktek Umum (PU), pemilihan mata kuliah yang akan
diambil, dan lain-lain. Begitu juga untuk konsultasi mengenai masalah non akademik
seperti masalah keluarga, sosial, dan lain-lain;
2. Dosen menyediakan diri untuk mendampingi sebagai tutor pada pelatihan-pelatihan
yang dilakukan oleh mahasiswa;
3. Mengikutsertakan mahasiswa dalam berbagai kepanitiaan, seperti kerjasama dengan
instansi pemerintah maupun swasta, berbagai kegiatan seminar nasional, pameran hasil-
hasil penelitian, penelitian-penelitian, dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;
4. Melaksanakan kegiatan yang dapat membangun kebersamaan antara dosen, karyawan,
dan mahasiswa seperti olahraga bersama (senam) yang diatur secara terjadwal.

4.Apa Definisi Plagiarisme menurut Oxford American Dictionary ?

Jawab : Plagiarisme menurut Oxford American Dictionary (Claubaugh dan Rozycki, 2001)
merupakan perbuatan seseorang dengan cara mengambil dan menggunakan ide orang lain atau
menulis atau menyatakan temuan atau ide orang lain adalah karya atau idenya secara pribadi
(“to take and use another person’s ideas or writing or inventions as one’s own”).
5. Sebutkan Bentuk plagiarisme menurut Roig (2006)!
Jawab:
Roig (2006) mengidentifikasi self-plagiarism menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mempublikasikan karya tulis yang sama yang telah diterbitkan di tempat lain tanpa
memberitahu pembaca atau penerbit jurnal.
2. Penerbitan sebuah studi yang signifikan sebagai studi yang lebih kecil untuk
meningkatkan jumlah publikasi daripada penerbitan satu studi besar.
3. Menggunakan kembali bagian dari suatu tulisan sebelumnya (baik teks yang diterbitkan
atau tidak diterbitkan).

6. Sebutkan Beberapa bentuk Plagiarisme lain menurut Peraturan Akademik Universitas


Lampung Tahun 2016 pasal 36 !
Jawab :
secara khusus dalam ayat 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas
Lampung No. 06 tahun 2016, antara lain berupa:
a. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi
dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
b. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
c. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan
sumber secara memadai.
d. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau
kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara
memadai;
e. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh
pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.
7.Sebutkan beberapa tip bagi penulis agar terhindar dari Plagiarisme !
Jawab :
Istiana dan Purwoko (2016) menyebutkan beberapa tip bagi penulis agar terhindar dari
Plagiarisme, yaitu
1. Menentukan jenis buku yang hendak dibaca. 
2. Meneyediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan menyatukannya dengan penjepit. 
3.Menuliskan judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman 
pada kertas kecil paling depan 
4., Menyalin ide utama yang anda dapatkan pada kertas‐kertas  kecil tersebut, bersamaan
dengan membaca buku. 
5. Memfokuskan pada hasil catatan setelah selesai membaca buku.
6. Jika ingin menyitir atau menyitasi
dari buku yang telah dibaca, fokuslah pada kertas catatan. 
7. Mengembangkan kalimat  sendiri dari catatan yang telah dibuat. 
8. Jangan lupa selalu menulisakn sumber kutipan. 
9. Untuk lebih meyakinkan bahwa tulisan tidak mengandung unsur plagiarisme, sebaliknya
penulis dapat menggunakan aplikasi/software untuk mengecek tingkat plagiarisme tinggi,
seperti aplikasi Turnitin, Wcopyfind, vyper, plagiarism‐detect, AiMOS.
10. Untuk mengelola sitasi dan daftar pustaka, penulis dapat menggunakan aplikasi Zotero,
Mendeley, dan Endnote.
8.Sebutkan sanksi bagi pelaku plagiarisme menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 17 tahun 2010 !
Jawab :
sanksi sesuai dengan urutan sanksi dari yang paling ringan sampai yang paling berat berupa:
o Teguran;
o Peringatan tertulis;
o Penundaan pemberian hak sebagai mahasiswa;
o Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa;
o Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
o Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa, atau;
o Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.

9. Peraturan Akademik Univeristas Lampung tahun 2017 pada Pasal 37 ayat (1),
berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 06, tahun 2016 memberikan beberapa jenis
sanksi akademik bagi pelaku kecurangan akademik dan atau Plagiarime, Sebutkan !
Jawab :
beberapa jenis sanksi akademik bagi pelaku kecurangan akademik dan atau Plagiarime, yaitu:
g. Pemberian huruf mutu E untuk mata kuliah yang dicurangi;
h. Pemberian huruf mutu E untuk semua mata kuliah dalam satu semester yang bersangkutan
dengan terjadinya kecurangan tersebut;
i. Pemberian huruf mutu E untuk semua mata kuliah dalam semester yang bersangkutan dan
mahasiswa yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan akademik pada
satu semester berikutnya;
j. hukuman bersyarat berupa ancaman hukuman putus studi jika mahasiswa yang bersangkutan
melakukan kembali kecurangan akademik dalam kurun waktu tertentu setelah diberikan
sanksi pada pelanggaran pertama dilakukan;
k. Putus studi;
l. Pembatalan ijazah dan pencabutan gelar akademik, terutama khususnya bagi pelanggaran
yang melakukan perbuatan Plagiarisme, bersesuaian dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 17 tahnu 2010.
10. Sebutkan Isi dari Undang-undang nomor 19 tahun 2002 Pasal 72 ayat (1) !
Jawab :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”
Daftar Pembagian Kerja modul 9

Muhammad Daffa Mahendra (2001051006) : Membuat Soal essay dan Jawabannya


Safira Indah Cahyani (2001051018) : Membuat Makalah Bagian Bab 1 Pendahuluan
Bidari Khotijah (2001051022) : Membuat Bab 3 Penutup Dan menyatukan Bagian
Bagian makalah yang di buat masing masing
anggota
Hardi Yansyah (2001051024) : Membuat Bab 2 bagian 2.1-2.4 sekaligus mencari
refrensi
Pillo Alfi Fauzan (2001051025) : Membuat soal pilihan ganda beserta jawabannya
Dalita Nuranisa (2001051027) : Membuat Bab 2 bagian 2.5-2.8

Anda mungkin juga menyukai