Petugas : Mahmud
Ulil Bahari
Wildan Farihi
Prinsip subsidiaritas yang menurutnya adopsi antar negara hanya boleh dilakukan
ketika orang tua angkat yang sesuai tidak dapat diidentifikasi di negara asal anak.
Kepentingan terbaik anak harus menjadi pertimbangan utama. Penempatan anak
~1~
harus dilakukan oleh otoritas atau lembaga yang kompeten dengan perlindungan dan
standar yang sama dengan adopsi nasional. Dalam kasus apa pun, adopsi tidak boleh
menghasilkan keuntungan finansial yang tidak pantas bagi mereka yang terlibat.
Akibat hukum dari adopsi anak, baik mengenai pihak yang mengadopsi maupun
anak yang diadopsi, tunduk pada hukum dari negara tempat anak yang bersangkutan
mempunyai tempat kediaman. The Hague Convention on the Protection of Children
and Co-operation in Respect of Inter- Country Adoption 1993 article 1 menyatakan:
Dalam artikel tersebut menyatakan bahwa konvensi ini bertujuan untuk kebaikan
anak dan melindungi hak-hak anak agar hak anak tidak terabaikan. Selain itu juga
untuk menghindari anak dari kejahatan-kejahatan yang dapat terjadi akibat dari
adopsi seperti perdagangan manusia dan juga kekerasan terhadap anak. Karena anak
memiliki posisi yang lemah dan terkadang hal tersebut disalah gunakan oleh
beberapa pihak untuk kepentingan pribadinya. Sehingga dirasa sangat penting untuk
memerhatikan kedua konvensi internasional tersebut
Adopsi anak Warga Negara Indonesia oleh Warga Negara Asing termasuk dalam
adopsi internasional (intercountry adoption). Pada umumnya mereka yang
melakukan adopsi internasional tidak semata-mata hanya untuk kepentingan calon
orang tua angkat, namun demi kepentingan si calon anak angkat. Sehingga apabila
~2~
diperhatikan banyak calon orang tua angkat dari negara maju yang mengangkat anak
dari negara berkembang. Mereka percaya sifat anak tidak terpengaruh asal anak
tersebut dan dapat dididik sesuai dengan keinginan orang tua angkat. Indonesia
sendiri memiliki aturan tentang adopsi internasional yang tercantum dalam Pasal 14
Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 menentukan bahwa adopsi internasional
harus memenuhi syarat:
1. Memperoleh izin tertulis dari pemerintah negara asal pemohon melalui kedutaan
atau perwakilan negara pemohon yang ada di Indonesia
2. Memperoleh izin tertulis dari menteri
3. Melalui Lembaga Pengasuhan Anak Pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun
2007 juga mengharuskan calon orang tua angkat Warga Negara Asing harus
memenuhi syarat:
a. Telah bertempat tinggal di Indonesia secara sah selama 2 tahun
b. Mendapat persetujuan tertulis dari pemerintah negara pemohon
c. Membuat pernyataan tertulis melaporkan perkembangan anak kepada
Departemen Luar Negri Republik Indonesia melalui perwakilan Republik
Indonesia setempat.
E. Adopsi Anak (WNA) oleh Warga Negara Indonesia (WNI)
Adopsi anak Warga Negara Asing oleh Warga Negara Indonesia juga terjadi di
Indonesia, walaupun sangat jarang ditemui tapi terjadi di masyarakat. Adopsi ini juga
termasuk dalam intercountry adoption. Adapun peraturan- peraturan yang
mengaturnya terdapat dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintahan RI No.54 tahun 2007
menentukan bahwa adopsi anak Warga Negara Asing oleh Warga Negara Indonesia
harus memenuhi:
Pada dasarnya adopsi anak WNA oleh WNI memiliki aturan yang kurang lebih
sama. Namun adopsi ini lebih sulit karena diperlukannya persetujuan dari pemerintah
~3~
Republik Indonesia dan juga persetujuan dari pemerintah negara asal anak.
Sedangkan tidak semua negara setuju dengan adanya adopsi. Untuk menentukan
hukum mana yang dipakai dalam adopsi anak Warga Negara Asing oleh Warga
Negara Indonesia tetap dapat menggunakan titik-titik taut atau titik-titik pertalian
sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam hal anak Warga Negara
Asing yang diangkat berkedudukan di Indonesia maka hukum yang dipakai adalah
hukum di mana anak tersebut bertempat tinggal. Hal ini sesuai dengan prinsip yang
telah diterima dalam Konvensi Hukum Perdata Internasional Den Haag Tahun 1965.
~4~