Anda di halaman 1dari 358

ISBN 978-979-8278-37-2

Kimia
anorganik

DR. ADLIM, M.Sc

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional RI

KIMIA ANORGANIK
Penulis : Dr. Adlim, M.Sc
--Cet. I: Universitas Syiah Kuala, 2009
vi+357 halaman; 15,50 cm x 23,00 cm
ISBN 978-979-8278-37-2

KIMIA ANORGANIK

© Hak cipta dilindungi undang-undang


All right reserved
ISBN 978-979-8278-37-2

Cetakan pertama, Januari 2009

Diterbitkan oleh UNIVERSITAS SYIAH KUALA


Darussalam Banda Aceh, 23111
KATA PENGANTAR
:mineral.galery.com

Buku referensi ini merupakan penyempurnaan yang ketiga dari buku ajar
sebelumnya. Pada edisi ini turut digabungkan konsep struktur atom,
simetri dan point group, kimia unsur, fotokimia dan bioanorganik dalam
materi kimia anorganik. Selain itu diperkenalkan pula beberapa konsep
yang berkembang di linkungan kimia anorganik saat ini seperti
dendrimer dan katalis nanopartikel. Komponen yang abstrak terutama
struktur atom mekanika gelombang dan teori orbital molekul telah
disederhanakan tanpa kehilangan konsep-konsep utamanya. Bagian
lampiran dilengkapi dengan prosedur praktikum sintesa kimia anorganik
yang membahas berbagai teknik sintesis, pemurnian dan kharakterisasi.
Gambar biji logam dan warna senyawa kompleks turut pula dilampirkan
untuk menambah wawasan pembaca buku ini. Referensi yang digunakan
merupakan gabungan buku-buku teks kimia anorganik di pasar global
dan diperkaya dengan tulisan dan ilustrasi populer dari beberapa website
gratis melalui mesin pencari web Google. Ucapan terima kasih senantiasa
disampaikan kepada kolega saya, dosen FMIPA Unsyiah yaitu Dr. Ilham
Maulana dan Surya Lubis, M.Si, Dra. Zarlaida Fitri, M.Sc yang telah
menyumbangkan pikiran terhadap silabus dan sebagian dari draft awal
penyusunan materi kuliah kimia anorganik.
Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Kimia Anorganik 1
Bab I Struktur Atom 5
1-1 Pengantar 5
1-2 Mekanika Gelombang 8

Bab II Konfigurasi Elektron, Kepriodikan Sifat 13


Unsur dan Term Simbol Atom
2-1 Konfigurasi Elektron 13
2-2 Orbital Atom 14
2-3 Term Simbol Atom 17
2-4 Ukuran Atom dan Ion 21
2-5 Energi Ionisasi 24
2-6 Afinitas Elektron 25
2-7 Elektronegatifitas 25

Bab III Teori Orbital Molekul dan Term Simbol 29


Molekul
3-1 Orbital Molekul 29
3-2 Tingkat Energi Orbital Molekul 32
3-3 Orde Ikatan 33
3-4 Spektra Fotoelektron Menunjukkan 34
Keberadaan Orbital Molekul
3-5 Term Simbol Molekul 37

Bab IV Struktur Lewis dan Ikatan Kovalen 43


4-1 Pendahuluan 43
4-2 Ikatan Kovalen 43

Bab V Hibridisasi, Bentuk dan Kepolaran Molekul 55


5-1 Hibridisasi 55
5-2 Bentuk Molekul 57
5-3 Kepolaran Ikatan 64
5-4 Gaya Antar Molekul 67

iii
hal
Bab VI Pengantar Simetri Group Titik (Point 73
Group)
6-1 Pengantar 73
6-2 Operasi Simetri dan unsur simetri 73
6-3 Sumbu Rotasi 74
6-4 Bidang Refleksi 75
6-5 Pusat Inversi 77
6-6 Sumbu Rotasi tidak Sempurna 77
6-7 Group Titik 78

Bab VII Struktur Zat Padat 85


7-1 Struktur Padatan 85
7-2 Struktur Kristal 87
7-3 Super Konduktor 94
7-4 Paking/Kemasan Kristal 94
7-5 Kisi Bravais 97
7-6 Padatan Ionik Senyawa Biner 101
7-7 Cacat Kristal dan Kisi non 103
Stoikiometrik

Bab VIII Teori Asam Basa 107


8-1 Pengantar 107
8-2 Konsep Arrhenius 107
8-3 Konsep Bronsted-Lowry 108
8-4 Konsep Lewis 110
8-5 Kekuatan Asam Basa 112
8-6 Asam-Basa Keras-Lunak 114

Bab IX Aspek Termodinamika 121


9-1 Ekstraksi Unsur 121
9-2 Potensial Reduksi 127
9-3 Persamaan Nernst 131
9-4 Faktor Kinetik 133
9-5 Kesetabilan Redoks dalam Air 134
9-6 Medan Kesetabilan Air 136
9-7 Disproporsionasi 137
9-8 Diagram Latimer 140

iv
Hal
Bab X Unsur-Unsur Utama 145
10-1 Pengantar 145
10-2 Hidrogen 146
10-3 Golongan Alkali 154
10-4 Logam Alkali Tanah 160
10-5 Senyawa Golongan IIIA 166
10-6 Senyawa Golongan IVA 173
10-7 Unsur Golongan VA 176
10-8 Unsur Golongan VIA 181
10-9 Unsur Golongan VIIA 187

Bab XI Senyawa Koordinasi 195


11-1 Ikatan Koordinasi 195
11-2 Tatanama Senyawa Kompleks 198
11-3 Teori Ikatan Valensi 207
11-4 Teori Medan Kristal 210
11-5 Penyerapan Sinar 217
11-6 Pengaruh Medan Ligand pada 220
Warna
11-7 Term Spektra 221
11-8 Isomerisasi 227
11-9 Sintesis dan Reaksi Senyawa 233
Koordinasi
11-10 Senyawa Logam Sebagai Katalis 254
11-11 Logam Transisi Sebagai Katalis 261
11-12 Kompleks Logam Transisi Sebagai 263
Katalis Homogen
11-13 Senyawa Organologam Sebagai 268
Katalis
11-14 Unsur-Unsur Logam Transisi 269

Bab XII Foto Kimia 285


12-1 Pengantar 285
12-2 Prinsip Dasar Fotokimia 285
12-3 Penyerapan Sinar oleh Orbital 286
Molekul

v
Hal
12-4 Hubungan antara Panjang 287
Gelombang dengan Energi Foton
12-5 Pertimbangan Eksperimen untuk 287
Reaksi Fotosensitzition
12-6 Penggunaan Fotokimia 288
12-7 Reaksi Fotokimia dalam Kimia 290
Anorganik

Bab XIII Bioanorganik 297


13-1 Pengantar 297
12-2 Senyawa Porfirin 300
13-3 Sitokrom 306
13-4 Klorofil 308
13-5 Enzim 309
13-6 Fiksasi Nitrogen 312
13-7 Senyawa Anorganik Dalam 313
Sistem Biologi

Bab XIV Senyawa Organologam


14-1 Pengantar 319
14-2 Penggolongan Berdasarkan Jenis 320
Ikatan
14-3 Sintesis Organologam 321
14-4 Kaedah 18 elektron 323
14-5 Kompleks 16 elektron 326
14-6 Penyimpangan Kaedah 18e- 326
14-7 Sifat Katalis Senyawa 327
Organologam
14-8 Mekanisme Reaksi 328
14-9 Polimer Organologam 331

Lampiran 1 Sintesa Kimia Anorganik 337


Lampiran 2 Contoh Gambar Biji Logam 355
Lampiran 3 Gelombang Elektromagnetik 356
Lampiran 4 Tabel Nilai Potensial Reduksi 357

vi
1

KIMIA ANORGANIK

Domain Kimia Anorganik

Kimia anorganik merupakan cabang ilmu kimia yang


mempelajari struktur, sifat, kereaktifan, dan hubungan unsur
kimia dan senyawanya. Sebahagian para pakar kimia anorganik
memusatkan penelitian kimia anoganik teoritis yang melibatkan
mekanika kuantum, sebahagian lagi mengkaji interaksi antara
senyawa anorganik dengan gelombang elektromagnetik untuk
mengkaji struktur. Kelompok ini dikenal sebagai ahli
spektroskopis. Kelompok peneliti lainnya mensintesis dan
mempelajari sifat-sifat senyawa-senyawa baru kimia anorganik.
Kimia anorganik juga telah berkembang ke berbagai
disiplin ilmu seperti biologi, fisika, geologi dan bidang ilmu
kimia yang lain sehingga bidang yang dikaji juga melibatkan
multi disiplin ilmu seperti dijelaskan pada Gambar 1.1. Kajian
tentang organologam dan katalis logam untuk sintesis kimia
organik tidak dapat terlepas dari studi yang melibatkan sifat-
sifat logam kimia anorganik. Demikian juga sintesis
semikonduktor, super konduktor dan struktur padatan
merupakan kombinasi antara ilmu fisika dengan ilmu kimia
anorganik. Kimia anorganik juga berkembang dalam ilmu
geologi terutama bidang kajian struktur mineral. Kinetika
reaksi kimia dan teori ikatan yang banyak dikembangkan dalam
ilmu kimia fisika juga merupakan bagaian dari ilmu kimia
anorganik terutama yang melibatkan senyawa kompleks unsur-
unsur logam. Metaloenzim dan hantaran ion dalam bidang
biokimia dan biologi tidak terlepas dari ilmu kimia anorganik.
Redoks dan elektrokimia serta analisis spektra dalam kimia
analisis juga dibahas dalam ilmu kimia anorganik.
Ilmu kimia anorganik juga menjadi bagian dari berbagai
bidang kajian khusus seperti kramik, superkonduktor,

Adlim, Kimia Anorganik


2
semikonduktor, alloy & metalurgi, katalisis maupun
bioanorganik. Struktur kimia senyawa anorganik penting
dipelajari sebab dengan mengetahui struktur kimianya dapat
dikaji sifat fisika dan kimia serta sebaliknya. Sebagai contoh
misalnya ion besi (II) berwarna biru hingga hijau dan ion Fe(III)
berwarna kuning hingga orange. Fe (II) yang berstruktur
tetrahedral bersifat paramagnetik (dapat ditarik oleh medan
magnet). Sedangkan senyawa besi (II) dengan ligand kuat
seperti florida bersifat diamagnetik (tidak dapat ditarik medan
magnet). Senyawa nikel yang mempunyai yang struktur segi
empat planar umumnya bersifat diamagnetik sedangkan
senyawa nikel yang mempunyai struktur oktahedral dan
tetrahedral bersifat paramagnetik. Amonia dan air yang sama-
sama mempunyai hibridisasi sp3 dengan struktur tetrahedral
tetapi sudut ikatan struktur air lebih kecil dibandingkan sudut
ikatan antar atom dalam molekul amonia. Etanol dan dietil eter
mempunyai rumus molekul sama tetapi titik didih eter jauh
lebih rendah dibandingkan titik didih etanol.
KIMIA ORGANIK FISIKA
Organologam Semikonduktor Seperkonduktor
Katalis logam Struktur Padatan
KIMIA KIMIA FISIKA
GEOLOGI
Struktur Mineral ANOR- Kinetika Reaksi
Evolusi Stellar GANIK Teori Ikatan

BIOLOGI KIMIA ANALITIK


Metaloenzim Redoks/Elektrokimia
Hantaran ion Analisis Spektra

Gambar 1.1 Domain kimia anorganik


BIOLOGI/BIOKIMIA
KIMIA
ANALITIK

Adlim, Kimia Anorganik


3

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:
Dapat menggunakan konsep konfigurasi elektron dalam
menjelaskan kronologis penggambaran orbital atom dan
keperiodikan unsur serta kedudukannya dalam sistem priodik.

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menuliskan konfigurasi elektron serta pengecualian
tingkat energi orbital.
2. Menentukan elektron valensi.
3. Menjelaskan kronolis hingga terbentuk ilustrai
bentuk-bentuk orbital.
4. Menggambarkan dan menjelaskan bentuk-bentuk
orbital elektron.
5. Menentukan term simbol atom pada keadaan dasar
dan keadaan eksitasi.
6. Memperkirakan kecenderungan ukuran atom dalam
sistem priodik unsur-unsur.
7. Menjelaskan kaitan antara jari-jari atom dengan
potensial ionisasi serta elektronegatifitas.

Adlim, Kimia Anorganik


4

Adlim, Kimia Anorganik


5

I STRUKTUR ATOM

1.1 Pengantar

Ikatan kimia membahas tentang ikatan antara atom-atom


atau molekul-molekul dalam suatu materi. Ikatan tersebut
melibat elektron-elektron. Agar mendapat gambaran yang jelas
mengenai ikatan tersebut maka perlu dibahas komponen-
komponen pembentukan ikatan yaitu elektron, atom dan
molekul.
Dengan eksperimen sinar katoda, Josep John Thomson
(1856-1940) menemukan elektron, muatannya adalah negatif
dan besarnya 1 x 10-19 Coulomb dan massanya adalah 9,100 x
10-31 kg. Sepuluh tahun kemudian ahli fisika Amerika R. A.
Millikan membuktikan kembali muatan elektron dengan
eksperimen yang lebih akurat dan ternyata nilainya tidak jauh
berbeda dengan penemuan Thomson. Muatan elektron
ditetapkan hingga saat ini yaitu 1,6022 x 10-19 C.
Beberapa eksperimen yang membuat revolusi konsep
fisika menemukan bahwa benda yang sedang panas dapat
memancarkan radiasi dan dikenal dengan eksperimen radiasi
benda hitam. Benda panas misalnya kompor, mula-mula
kemerahan, kemudian merah, putih dan biru secara bertahap
ketika temperaturnya semakin panas. Dalam hal ini frekuensi
radiasi tersebut dipancarkan dari frekuensi rendah (merah) ke
frekuensi yang lebih tinggi (biru) bersamaan dengan kenaikan
temperaturnya. Gejala radiasi benda hitam dijelaskan oleh ahli
fisika German, Max Planck dalam tahun 1900. Plank
mengasumsikan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh benda
panas disebabkan terjadi osilasi (flaktuasi, perubahan posisi)
elektron-elektron dalam partikel benda panas.

Adlim, Kimia Anorganik


6
Heinrich Hertz (1986 dan 1987) melakukan eksperimen
dan menemukan bahwa sinar ultraviolet yang arahkan pada
sekeping logam menyebabkan terlepasnya elektron dari
permukaan logam tersebut. Eksperimen ini dikenal dengan
“efek fotolistrik”.
Albert Einstein mengembangkan teori Planck dengan
mengemukakan bahwa Planck telah menemukan konsep
kuantisasi energi (energi yang dapat diukur secara kuantitatif)
yaitu  = hv. Planck menyakini bahwa begitu energi sinar
dipancarkan, ia berperilaku seperti gelombang. Einstein
mengusulkan sebaliknya bahwa radiasi tersebut merupakan
paket-paket energi,  = hv yang kemudian disebut foton. 
(dibaca epsilon).
Karena sinar yang dipancarkan dalam eksperimen
fotolistrik merupakan wujud keberadaan elektron maka elektron
disimpulkan memiliki wujud gelombang di samping juga
sebagai materi karena mempunyai massa. Sifat yang tidak lazim
pada benda biasa ini dikenal dengan sifat dualisme elektron atau
gelombang materi.
Dengan demikian ikatan kimia juga membahas sifat-
sifat gelombang elektron. Agar tidak terlalu rumit maka
molekul gas hidrogen yang hanya memiliki dua elektron sering
kali dijadikan model untuk membahas ikatan kimia berdasarkan
mekanika gelombang. Sebelum membahas molekul gas H2
terlebih dahulu perlu meninjau atom H yang hanya memiliki 1
satu elektron. Rydberg menunjukkan bahwa atom H yang hanya
memiliki satu elektron dalam keadaan gas menunjukkan garis-
garis spektrum yang dapat direkam pada lembaran film seperti
yang terlihat pada Gambar 1.

Adlim, Kimia Anorganik


7

Gambar 1.1. Spektrum emisi atom hidrogen yang direkam pada


lembaran film.

Garis-garis spektrum terjadi karena emisi elektron. Garis-garis


spektrum tersebut dikelompokkan sebagai deret Lyman, Balmer
and Paschen. Adanya garis-garis spektrum atom hidrogen
membuktikan bahwa elektron dapat berpindah dan menduduki
tingkat-tingat energi tertentu sambil memancarkan radiasi. Jika
perpindahan elektron dari tingkat lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah berhenti pada kulit K (n1 = 1) maka emisi
yang dipancarkan dinyatakan sebagai deret Lyman. Demikian
juga jika perpindahan elektron tersebut berakhir pada kulit L (n1
= 2) maka spektrum yang terbentuk disebut spektrum Balmer.
Perpindahan hingga kulit M (n1 = 3) menghasilkan spektrum
garis Paschen. Frekwensi emisi elektron spektrum garis
hidrogen yang dihasilkan akibat perpindahan elektron dari
tingkat energi (kulit) yang tinggi ke yang rendah dapat dihitung
dengan rumus :

1 1
 R( 2
 2
) (1.2)
n1 n2
n1 = 1, 2, 3, 4, …
n2 = (n1 + 1), (n2 + 2), (n3 + 3), …

Adlim, Kimia Anorganik


8
Jika n1 = 1 menghasilkan deret Lyman,
n1 = 2 memberikan spektrum deret Balmer
n1 = 3 menunjukkan spektrum deret Paschen

R adalah constanta Rydberg = 109.678 cm-1 dan


v merupakan bilangan gelombang (cm-1)

1.2 Mekanika Gelombang

Tahun 1924 ahli fisika Prancis Louis Victor de Broglie


mengatakan bahwa semua benda dapat menunjukkan sifat
gelombang. Benda seperti elektron atau inti atom bergerak
dengan kecepatan  dan massa m akan berperilaku gelombang
dan panjang gelombangnya ialah :
h
 (1.3)
mv
h adalah konstanta Planck yaitu 6,626 x 10-34 J det, m adalah
massa, v merupakan kecepatan serta  adalah panjang
gelombang. Panjang gelombang ini sangat kecil dan sukar
terukur jika massa m besar. Akan tetapi bagi elektron
mempunyai massa sangat kecil yaitu 9,1 x 10-31 kg nilai 
cukup berarti.

Contoh : Tentukan panjang gelombang elektron yang bergerak


dengan kecepatan cahaya 3 x 108 m det-1 dan
mempunyai massa 9,1 x 10-31 kg.
h 6,626 x10 34 kg m 2 det 2 det
Penyelesaian :   = 
mv (9,1x10 31 kg )(3 x10 8 m det 1 )
= 0,243 x 10-11 m = 0,02 Å

Soal latihan : Tentukan panjang gelombang benda yang


bergerak dengan kecepatan cahaya 3 x 108 m det-1 dan
mempunyai massa 9,1 x 10-3 kg.

Dalam waktu hampir bersamaan dengan teori de


Broglie, Erwin Schrödinger, mengembangkan teori bahwa

Adlim, Kimia Anorganik


9
elektron dapat dapat diterangkan dengan persamaan gelombang
biasa yang telah banyak dibahas pada waktu itu. Persamaan
gelombang Schrödinger dikenal sebagai mekanika gelombang.
Persamaan Schrödinger yang disingkat menjadi

H = E (1.4)

H disebut operator Hemiltonian, E adalah energi dan  (di baca


psi) merupakan persamaan gelombang elektron. Jika operator H
diaplikasikan pada persamaan gelombang  maka diperoleh E
(energi) sebagai nilai eigen dari fungsi eigen .
d
Sebagai contoh operator diferensial diaplikasikan pada
dx
fungsi f (x) maka diperoleh derivative f(x). Jika f(x) = e 2 x

d  x2
Maka ( e ) = -2 e-2x (1.5)
dx
Setelah didiffrensialisasi fungsi e 2 x muncul kembali dan
menghasilkan suatu konstanta -2. Maka konstanta -2 disebut
nilai eigen sama halnya dengan E pada persamaan di atas.
Sementara e  x disebut fungsi eigen dan analog dengan fungsi
2

gelombang  dalam persamaan Erwin Schrödinger


Persamaan gelombang elektron dikembangkan secara
bertahap untuk lebih mudah dipahami. Penyederhanaan pertama
ialah mengasumsikan bahkan elektron hanya berada dalam
kotak satu dimensi dengan persamaan misalnya  = A sin kx.
Tentu saja posisi elektron tidak hanya pada satu dimensi
melainkan tiga dimensi maka persamaan gelombang merupakan
akumulasi dari persamaan pada sumbu-x, y dan z. Teori
semakin berkembang bahwa elektron sebenarnya bukan dalam
kotak tetapi di alam dengan koordinat bola (polar). Posisi
elektron dalam sebuah bolah misalnya ditentukan berdasarkan
varial r, sudut  (dibaca teta) dan  (dibaca fi) dalam koordinat
bola seperti yang terlihat pada Gambar 1.2.

Adlim, Kimia Anorganik


10

Gambar 1.2. Koordinat polar; r adalah jarak,  adalah colattitue


dan  merupakan azimuth.

Persamaan gelombang elektron pun berubah menjadi

 (r, , ) = r (r),  (),  () (1.6)

Persamaan gelombang ini agak sukar diberi arti namun bentuk


kuadratik 2 dapat dipahami sebagai probabilitas ditemukannya
elektron di sekitar inti. Jarak dari inti merupakan varibel R(r)
yang kemudian disebut fungsi radial. Sedangkan posisi dalam
hal sudut (angular) tergambar pada variable (),() yang
dikelompokkan sebagai fungsi angular Y((,). Proses ini
dikenal dengan istalah “separation variable”. Elektron dapat
dikatakan terdistribusi dalam sebuah orbital (istilah diambil dari
konsep Bohr) yang ukurannya ditentukan oleh fungsi R(r) dan
bentuknya oleh fungsi Y(,) serta energinya E ditentukan
dengan persamaan H = E.

Fungsi radial secara umum dinyatakan dengan persamaan :


3/ 2
Z 
Rnl (r )  f (r )  e  (1.7)
 a0 
a0 adalah radius Bohr (0,53 Å) dan  = (Z)r/a0 , Z adalah
nomor atom, r merupakan jari-jari atom.

Fungsi angular secara umum mengikuti persamaan :

Adlim, Kimia Anorganik


11
1/ 2
 1 
Yl ,m ( ,  )    y ( ,  ) (1.8)
 4 
Setelah kedua komponen persamaan digabung ; nl = Rnl Ylm
maka diperoleh persamaan gelombang orbital-orbital atom
hidrogen yang lengkap seperti yang tertera pada Tabel 1.1
berikut ini.

Tabel 1.1. Fungsi gelombang lengkap atom hidrogen. Z adalah


Zr
nomor atom dan   , a0 = jari-jari atom Bohr
a0

Adlim, Kimia Anorganik


12
Contoh Soal : Tuliskan fungsi gelombang elektron pada
subkulit 2py

Penyelesaian :
Subkulit 2p memilki bilangan kuantum utama n = 2, orbital; l =
1 dan m ada dua kemungkinan yaitu m = +1 atau m = -1.

Untuk m = + 1
3/ 2
1 Z 
 2 py      e  / 2 sin  sin 
4 2  a 0 
Untuk m = -1
3/ 2
1 Z 
 2 py      e  / 2 sin  sin 
4 2  a 0 

Latihan : Tuliskan fungsi gelombang elektron pada subkulit 2pz

Pertanyaan dan Soal-Soal :


1. Jelaskan kaitan konsep ikatan kimia dengan sifat-sifat
elektron !
2. Terangkan kronologi hingga muncul teori mekanika
gelombang !
3. Jelaskan kaitan sifat materi dan sifat gelombang
elektron !
4. Berikan analogi bahwa energi elektron (E) adalah nilai
eigen dari fungsi gelombang Schrodinger () yang
dioperasikan dengan operator Hemiltonian (H).
5. Tuliskan persamaan gelombang elektron pada sub kulit
3dz2.

Adlim, Kimia Anorganik


13

KONFIGURASI ELEKTRON, KEPERIODIKAN


II SIFAT UNSUR DAN TERM SIMBUL

2.1 Konfigurasi elektron

Prinsip aufbau (penyusunan) menjelaskan bahwa


penyusunan elektron-elektron dalam orbital atom mengikuti
kesetabilan orbital yang urutannya sebagai berikut :

1s > 2s > 2p > 3s > 3p > 4s  3d > 4p > 5s  4d > 5p >…

Dengan cara ini dapat ditentukan konfigurasi (susunan) elektron


yang stabil atau yang mempunyai energi terendah (ground
state). Exited state iaitu posisi elektron tidak seperti ground
state dan menyalahi aturan konfigurasi elektron dapat terjadi
seandainya elektron menerima energi dari luar misalnya dalam
bentuk radiasi atau kalor. Dengan adanya suplay energi ini
elektron dapat saja pindah ke orbital yang lebih tinggi. Pada
unsur K dan Ca dan pada keadaan ground sate, orbital 4s lebih
dahulu terisi baru kemudian orbital 3d. Sifat yang sama juga
dapat dilihat pada unsur yang mempunyai sub kulid 4d dengan
nomor atom 25-85 seperti diagram pada Gambar 2.1.
Penyimpangan lainnya dapat pula dilihat pada konfigurasi
elektron kromium dan tembaga dimana 3d terisi setengah penuh
dan justru orbital 4s tidak terisi penuh.

Cr [Ar] 3d5 4s1 Cu [Ar] 3d10 4s1


Penyimpangan juga terjadi pada orbital 5s dan 4d (Nb, Mo, Ru,
Rh, Pd dan Ag) serta pada orbital 6s, 5d dan 4f (La, Ce, Gd, Pt
dan Au).

Adlim, Kimia Anorganik


14

Gambar 2.1 Diagram tingkat energi orbital atom

2.2 Orbital Atom

Persamaan gelombang elektron yang telah dibahas di


atas mengandung koordinat polar. Seperti juga koordinat
kartesius misalnya y = mx jika diberikan nilai y dan x maka
gambar yang akan terbentuk merupakan garis lurus. Sedangkan
fungsi y = x2 dapat melukis grafik parabola. Untuk kurva polar
misalnya r = a cos 2  maka kurva yang dihasilkan seperti
Gambar 2.2.
Dari persamaan-persamaan gelombang elektron dapat
digambarkan bentuk-bentuk orbital seperti yang sudah
dijelaskan dalam kuliah kimia dasar. Sebagai contoh plot
1
2
3 cos 2   1 yang berhubungan dengan persamaan 320 atau
orbital 3d z 2 dapat dilukis sebagaimana terlihat pada Gambar
2.2.

0 0
00

Gambar 2.2.
(a) (b) (a) Kurva polar r = ea
(b) Kurva polar r = a cos 2

Adlim, Kimia Anorganik


15

Gambar 2.3. Plot ½ (3 cos2  -1) dari fungsi angular


1/ 2
 5 
Y 0
2   (3 cos 2   1) karena bagian
 16 
angular adalah orbital 3d0 yang mengarah pada
sumbu-z dalam system koordinat polar,
pers.gelombang 3d0 sering disebut orbital d z2

Demikian juga dengan memplot persamaaan gelombang yang


ada pada Tabel 1.1 di atas maka dapat dihasilkan contour
(lukisan grafis) yang kemudian disederhanakan sehingga
menyerupai bentuk-bentuk orbital seperti yang sudah banyak
dibahas dalam buku-buku kimia dasar. Perbandingan contour
dan bentuk orbital yang sudah disederhanakan dapat dilihat
pada Gambar 2.4 dan 2.5.

Adlim, Kimia Anorganik


16

Gambar 2.4. Peta contour probabilitas orbital atom-atom


hidrogen.

(a) Bentuk orbital s & p atom (b) bentuk orbital d


yang telah disederhanakan

Adlim, Kimia Anorganik


17

(c) Bentuk orbital f

Gambar 2.5 (a)-(b) Bentuk-bentuk orbital atom yang telah


disederhanakan

2.3 Term Simbol Atom

Seperti yang dijelaskan di atas elektron bergerak


mengelilingi inti dan jika berputar pada porosnya. Gerakan
elektron mengelilingi inti menghasilkan momentum (massa kali
kecepatan, m x v ) yang disebut momentum anguler. Demikian
juga gerakan elektron pada porosnya akan menghasilkan
momentum spin atau disebut spin saja. Interaksi antara elektron-
elektron yang masing-masing memiliki momentum disebut
coupling (gabungan). Momentum angular individual elektron
dilambangkan dengan ml dan gabungan dari beberapa ml disebut
total momentum angular dan dilambangkan dengan ML .
Demikian juga spin, ms , gabungan dari beberapa ms disebut total
momentum spin, MS. Penjelasan yang lebih lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.1

Adlim, Kimia Anorganik


18
Tabel 2.1 Bilangan-bilangan kuantum dan Penjelasannya
Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum utama; memberi informasi
N tentang besar orbital dan energinya. (di sekolah
menengah : n menyatakan nomor kulit)
Bilangan kuantum azimuth atau bilangan kuantum
orbital; memberikan informasi tentang bentuk
L
orbital. (di sekolah menengah : l menyatakan nomor
sub kulit)
Bilangan kuantum magnetik; menyatakan nomor
orbital yang berkaitan dengan gerakan elektron pada
ml
sumbu-z. (di sekolah menengah : dilambangkan m
untuk menyatakan nomor orbital)
Bilangan kuantum spin; menyatakan arah rotasi
ms elektron pada sumbunya + ½ atau - ½ elektron
tunggal (di sekolah menengah : dilambangkan m)
M L   ml (2.1)
M S   ms (2.2)

dan kemudian L merupakan nilai mutlak dari ML , dan S adalah


nilai mutlak MS

L  ML S  MS

Setiap keadaan dapat didefinisihkan oleh nilai nilai L dan S.


Russell dan Saunders mengembangkan simbol L dan S sebagai
“superscript”, yang kemudian disebut Term Simbol atom.

L=0 S
L=1 P
L=2 D
L=3 F
L=4 G
. .

Adlim, Kimia Anorganik


19

2 S 1
L (2.3)

Contoh : Term simbol untuk Hidrogen pada keadaan dasar


(ground state) ialah
1H 1 s1 ml = 1 ms =½
2
maka term simbol : S (dublet S)

Jika elektron 1s1 tereksitasi ke 2s1


2s ml = 1 ms =½
2
maka term simbol S (dublet S) ; namun agar berbeda
dengan term symbol ground state maka ditulis menjadi 2S’
(dibaca dublet S prime atau aksen)
Contoh soal 2.

Tentukan term simbol untuk atom nitrogen pada keadaan dasar


Jawab : 7N : 1s2 2s2 2p3

-1 0 +1
ML = ml + ml + ml = -1 + 0 + 1 = 0 L=0
MS = ½ + ½ + ½ = 3/2 S = 3/2
4
Maka S
Jika satu elektron dari orbital subkulit 2s tereksitasi ke orbital
3d maka term simbolnya menjadi ;

-2 -1 0 +1 +2

ML = ml + ml + ml = -2 = nilai muktak = 2 L=2


MS = ½ S = 1/2
2
Maka D

Adlim, Kimia Anorganik


20
Jadi dengan term simbol dapat memberi gambaran perbedaan
ekektron suatu atom dalam kedaan dasar atau dalam keadaan
eksitasi.

Degenerasi beberapa kemungkinan susunan elektron dalam


orbital dapat ditentukan;
Term simbol D berasal dari nilai L = 2. Nilai L = 2 terdiri dari 5
kemungkinan nilai ML iaitu -2, -1, 0, +1 dan +2. Multiplisiti 2D
adalah 2 yang berasal dari S = ½. Nilai S = ½ memiliki 2
kemungkinan nilai MS iaitu +1/2 dan -1/2. Jadi 5 kemungkinan
nilai MS dan 2 kemungkinan nilai MS maka jumlah
degenerasinya = 5 x 2 = 10 kemungkinan state (keadaan) yang
mempunyai energi yang sama. Pengertiannya adalah ada lima
kombinasi nilai ML dan MS, [ML, MS]. Nilai L = 2, mempunyai 5
kemungkinan nilai ML iaitu (-2, -1, 0, +1, +2). Untuk doblet (S
= ½) ada dua kemungkinan nilai MS iaitu +1/2 dan -1/2.
Sehingga kombinasinya :

ML/MS -2 -1 0 +1 +2
+1/2 -2,+/2 +1/2,-1 +1/2,0 +1/2,+1 +1/2, +2
-1/2 -2,-/2 -1/2, -1 -1/2,0 -1/2,+1 -/2, +2

Kopling Spin-Orbital atau Kopling LS


Elektron bergerak mengelilingi suatu benda bermuatan
menghasilkan momen magnet. Momen magnet tersebut parallel
dengan vektor momentum sudut orbital (L). Demikian juga
gerakan elektron pada porosnya menghasilkan momen magnetik
yang searah dengan momentum spin (S). Kedua magnet saling
berinteraksi dan disebut kopling LS. Total momentum angular
dinyatakan dengan :
J=L+S (2.4)
Nilai J terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu :
J = (L+S), (L+S-1), …I L-S I
Term symbol atom yang lebih lengkap ialah dengan memasuk
kopling LS yaitu
2 S 1
LJ (2.5)

Adlim, Kimia Anorganik


21
Jika terdapat beberapa kemungkinan term symbol atom maka
term symbol yang paling stabil atau keadaan dasar dapat
ditentukan berdasarkan aturan Hund yaitu :
(a) Term yang mempunyai multiplicity tertinggi adalah
yang paling stabil atau term pada keadaan dasar,
misalnya kesetabilan 3P > 2P > 1P.
(b) Jika multiplisiti sama besar maka untuk orbital kurang
dari setengah penuh, term yang mempunyai J terkecil
adalah yang paling stabil.
(c) Jika orbital terisi elektron lebih dari setengah penuh,
term yang memiliki J paling besar merupakan term
symbol keadaan dasar.

Contoh : tentukan term symbol keadaan dasar atom 5B


Jawab : 5B : 1s2 2s2 2p1

-1 0 +1
ML = ml = -1 L=1
MS = ½ S=½
J = L + S, L+S-1 .., I L-S I = 3/2, 1/2 ,
Maka term symbol 2P3/2 dan 2P1/2
Karena orbital kurang dari setengah penuh maka term symbol
keadaan dasar (ground state) adalah :
2
P1/2
Soal latihan :
Tentukan term simbol keadaan dasar (ground state) atom 17Cl

2.4 Ukuran Atom dan Ion

Volume atom atau ion tergantung pada lingkungannya


dan berhubungan dengan ikatan kimia. Orbital elektron yang
dimiliki atom dapat juga menggambarkan ukuran atom tersebut.
Atom yang hanya memiliki orbital 1s lebih kecil dibandingkan
dengan atom yang memiliki orbital 2p dan seteruskan. Posisi
orbital elektron ini terhadap inti atom dapat dilihat pada Gambar
2.6. Namun demikian dapat dibuat dibuat beberapa generalisasi
ukuran dalam dalam sistem priodik.

Adlim, Kimia Anorganik


22

Gambar 2.6. A plot jarak inti dengan kerapatan fungsi dari


elektron menggambarkan jarak orbital electron
dari inti.

Dalam satu prioda : Dari kiri ke kanan jari-jari atom


bertambah kecil.

Contoh. Jari-jari atom Li adalah 157 pm sedangkan jari-jari


atom F hanya 71 pm. Demikian juga jari-jari atom B > C > N.

Alasan : Dalam satu prioda nomor atom bertambah maka


jumlah proton dan elektron juga bertambah. Walaupun elektron
bertambah tetapi jumlah kulitnya (tingkat energinya) tetap
sehingga tidak mampu mengimbangi muatan inti yang juga
bertambah. Dengan kata lain elektron terluar tidak cukup
terlindungi dari pengaruh inti sehingga seolah-olah atom
mengerut dan menyebabkan jari-jari berkurang. Konsep kulit
(istilah lama) sudah jarang digunakan. Istilah diganti dengan
istilah tingkat energi atau bilangan kuantum utama.

Adlim, Kimia Anorganik


23

Dalam satu golongan : Dari atas ke bawah Jari-jari atom


bertambah besar.

Contoh: Jari-jari atom Ca > Mg > Be

Alasan : Dalam satu golongan dari atas ke bawah terjadi


peningkatan jumlah tingkat energi (kulit) yang berarti jari-jari
atom bertambah besar.

Pada atom yang sama penambahan elektron menyebabkan jari-


jari ion bertambah M2+ < M+ < M0 < M- < M2- < …
Bertambahnya muatan negatif menyebabkan jari-jari ion
bertambah besar: 16S2- > 17Cl- > 18Ar0 > 19K+ > 20Ca2+
Alasan: Penambahan jumlah elektron menyebabkan
perlindungan (shielding) terhadap elektron terluar semakin
besar. Sebaliknya pengurangan elektron semakin menambah
daya tarik inti dan melemahkan perlindungan terhadap elektron
valensi.

Adlim, Kimia Anorganik


24

2.5 Energi Ionisasi

Energi Ionisasi (EI) dapat didefinisihkan sebagai energi


yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron dari atom
dalam berfasa gas. Proses ini selalu endotermik, dan H > 0
untuk persamaan :
M0 (g) M+(g) + 1e- H = EI
Tentu saja memungkinkan dilepaskan lebih dari satu elektron,
sehingga terdapat beberapa nilai EI.

Nilai energi ionisasi atau potensial ionisasi bertambah dari kiri


ke kanan walaupun terdapat beberapa pengecualian misalnya
pada EI B yang lebih kecil dari EI Be dan EI O lebih kecil dari
EI O . Ilustrasi ukuran ion terhadap prioda sesuai dengan
susunan dalam sistem priodik unsur-unsur dilukiskan
sebagaimana Gambar 2.7. Sedangkan kecenderung kenaikan
energi ionisasi menurut sistem priodik unsur-unsur dapat dilihat
pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Ilustrasi ukuran ion berdasarkan susunan


dalam sistem priodik

Adlim, Kimia Anorganik


25

Gambar 2.8. Kecenderungan kenaikan energi ionisasi menurut


sistem priodik unsur-unsur

2.6 Affinitas Elektron

Affinitas elektron (E) sering didefinisihkan sebagai


energi yang dibebaskan pada saat suatu atom dalam fasa gas
menerima satu elektron. Affinitas elektron merupakan kebalikan
dari energi ionisasi. Dalam persamaan :
M(g) + 1e M-(g) H = -EI

Dalam satu prioda dari iri ke kanan affinitas elektron cenderung


meningkat dan dari atas ke bawah dalam satu golongan, afinitas
elektron berkurang.

2.7 Elektronegatifitas

Elektronegatifitas didefinisihkan sebagai kecenderungan


/ kemampuan suatu atom menarik elektron terhadapnya
sehingga bermuatan negatif. Konsep elektronegatifitas banyak
digunakan dalam membahas ikatan kimia. Beberapa
elektronegatifitas (skala Pauling) unsur yang sering membentuk
senyawa dapat diurutkan sebagai berikut :

Adlim, Kimia Anorganik


26
B < P < C < S < I < Br < N < O < Cl < F
2,04 2,19 2,55 2,58 2,66 2,96 3,04 3,44 3,16 3,98

Pertanyaan dan Soal-Soal


1. Tuliskan konfigurasi elektron 26Fe, 29Cu, 24Cr dan 79Au
2. Tentukan elektron valensi, 22Ti 53I dan 86Rn
3. Jelaskan kronolis hingga terbentuk ilustrai bentuk-bentuk orbital.
4. Jelaskan perbedaan bentuk-bentuk orbital elektron.
5. Menentuan term simbol atom C pada keadaan dasar dan jika
elektron dari subkulit 2s tereksitasi ke subkulit 2p (keadaan
eksitasi).
6. Jelaskan kecenderungan ukuran atom dalam system priodik unsure-
unsur.
7. Jelaskan kaitan antara jari-jari atom dengan potensial ionisasi serta
elektronegatifitas.

Adlim, Kimia Anorganik


27

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:
Dapat menggunakan konsep sifat gelombang elektron
dalam menjelaskan orbital molekul dan ikatan kimia

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Mejelaskan perbedaan konsep orbital atom dengan
orbital molekul.
2. Menjelaskan konsep pembentukan ikatan bonding
dan anti bonding.
3. Menjelaskan keterkaitan fungsi gelombang dengan
orbital molekul.
4. Menjelaskan perbedaan ikatan ,  dan .
5. Menuliskan konfigurasi orbital molekul dan
menghitung orde ikatan.
6. Menggambarkan tingkat-tingkat energi molekul serta
menentukan sifat magnetik molekul.
7. Menghubungan orde ikatan dengan kekuatan,
jumlah, panjang dan energi ikatan.
8. Menentukan term simbol molekul pada keadaan
dasar.

Adlim, Kimia Anorganik


28

Adlim, Kimia Anorganik


29

TEORI ORBITAL MOLEKUL DAN TERM


III SIMBUL MOLEKUL

3.1 Orbital Molekul

Orbital molekul terbentuk dari penggabungan orbital-


orbital atom. Penggabungan ini dikenal dengan teori LCAO-MO
(Linear Combination Atomic Orbital-Molecular Orbital).
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa wujud elektron dalam
orbital atom adalah gelombang. Gelombang mempunyai puncak
dan lebah sebagai amplitudo positif (pada koordinat positif,
puncak) dan amplitude negative (lembah). Penggabungan dua
orbital yang berisi elektron dapat terjadi dua kemungkinan. Jika
penggabungan itu satu fasa misalnya lemah dengan lembah atau
puncak dengan puncak maka terbentuk gelombang baru yang
lebih kuat dan orbital molekul yang terjadi disebut orbital
molekul bonding. Sebaliknya jika penggabungannya tidak satu
basa kedua gelombang saling meniadakan dan membentuk
simpul (node) dan orbital molekul tersebut merupakan orbital
anti-bonding seperti ilustrasi pada Gambar 3.1.

+ + + +
- + - - -

orbital atom (1) orbital atom (2) penggabungan orbital molekul


simetris bonding

Adlim, Kimia Anorganik


30

+ + + +
+
- - - -

orbital atom (1) orbital atom(2) penggabungan orbital molekul


tidak simetris antibonding

Gambar 3.1. Ilustrasi penggabungan gelombang satu fasa


(simetrik) dan berbeda fasa (asimetrik).

Secara matematik sering dinyatakan


bonding = c11 + c22 anti bonding = c11 - c22

1 dan 2 adalah orbital atom 1 dan atom 2 serta c1 dan c2


adalah konstanta persamaan gelombang masing-masing orbital.
Penggabungan orbital-orbital atom dapat menghasilkan
beberapa jenis orbital molekul. Orbital molekul sigma ()
terbentuk dari penggabungan orbital atom dan overlap terjadi
hanya pada satu posisi. Orbital s-s, s-p dan p-p merupakan
penggabungan orbital atom yang dapat menghasil orbital 
(bonding) dan * (antibonding). Orbital molekul (phi)  dan
delta () juga dibedakan berdasarkan berdasarkan posisi overlap
tumpang tindih). Orbital molekul  overlap pada dua posisi
sedangkan orbital molekul sigma terbentuk dari overlap pada 4
posisi. Orbital molekul  dihasilkan dari penggabungan orbital
p-p, p-d dan d-d. Orbital molekul sigma hanya dibentuk oleh
orbital d-d ilustrasi dari penggabungan ini dapat dilihat pada
Gambar 3.2 (a), 3.2 (b) , 3.2 (c) dan 3.2 (d):

Adlim, Kimia Anorganik


31
+ + + + +
+

s
+
+ +
+ + +
+

s*
H + H H2

1s 1s 
Gambar 3.2 (a) Sketsa orbital molekul sigma bonding dan anti
bonding yang terbentuk dari gabungan orbital-
orbital s atom H.

++ + - - _ + - +
- ++ +- +

pz pz z
-- ++ + +- +- -- ++ - ++

pz pz z*

Gambar 3.2 (b) Sketsa orbital molekupl sigma bonding dan


anti bonding yang terbentuk orbital-orbital pz.

+ + + +
+
+

- - -
- -

py atau px py atau px 

+ -
+ -

+
- +
- +

py atau px py atau px *

Gambar 3.2 (c) Sketsa orbital molekul , * dari px atau py

Adlim, Kimia Anorganik


32
_ + _
+
+
+
_ _ +
+ + +
+ _ _
+ _
_ _
_
Tipe- (dz2-dz2) tipe- (dxz-dxz)
atau (dyz-dyz) tipe-(dxy-dxy)
atau dx2-dy2-dx2-dy2

Gambar 3.2 (d) Sketsa orbital molekul sigma, phi dan delta
bonding yang terbentuk orbital-orbital d.

3.2 Tingkat Energi Orbital Molekul

Pada sistem atomik, tingkat energi orbital atom


diurutkan dari energi terendah ke energi tertinggi dan dikenal
sebagai konsep konfigurasi elektron. Demikian untuk orbital
molekul maka tingkat energi orbital-orbitalnya dapat diurutkan
dari yang rendah ke yang lebih tinggi walaupun tidak semuna
dan seluas konfigurasi elektron atom. Beberapa pedoman dapat
diperoleh dari literatur di antaranya urutan kesetabilan orbital:
s > s* > s* > x,y > x,y* > s* (??)

untuk molekul yang mempunyai total elektron kurang dari 15


maka urutan tingkat energi orbital sebagai berikut :

(1s)2(*1s)2(2s)2(*2s)2(2px-y)4(2pz)2(*2px-y)4(*2pz)2

sedangkan untuk molekul yang memiliki total elektron 15


urutan tingkat energi orbital ada sedikit perubahan dimana *2s2
lebih rendah tingkat energi dibandingkan 2x-y4 sehingga
urutannya sebagai berikut :
(1s)2(*1s)2(2s)2(*2s)2(2pz)2(2px-y)4(*2px-y)4(*2pz)2

untuk orbital molekul yang melibat orbital atom d tiga jenis


orbital molekul dapat terbentuk :
1. Intraksi d x 2 - d x 2 (tipe sigma,  ) : overlap terjadi hanya
pada sumbu-x ujung dengan ujung sehingga

Adlim, Kimia Anorganik


33
menghasilkan orbital molekul sigma bonding dan juga
anti bonding.
2. Intraksi dxz-dzx dan dyz-dzy (tipe phi, ) : Overlap terjadi
di dua sisi dan menghasilkan orbital phi bonding dan
antibonding.
3. Intraksi dxy-dyx dan d x 2  y 2 - d x 2  y 2 ( tipe delta, ) :
overlap terjadi pada empat posisi.

Ilustrasi sketsa intraksi antar orbital digambarkan sebagai


berikut:
 <  <  < * < * < *

3.3 Orde ikatan

Orde ikatan suatu molekul dapat menjadi informasi yang


bermanfaat untuk memperkirakan jumlah, panjang, dan
kekuatan kuatan antar atom dalam molekul. Orde ikatan dapat
dihitung dengan persamaan :

Orde ikatan atau Bond Order =

Jumlah elektron bonding  jumlah elektron nonbonding


2
Contoh Soal :

(a) Tuliskan konfigurasi orbital molekul, (b) gambarkan


diagram tingkat energi orbital molekul, (c) tentukan orde
ikatan serta jelaskan sifat magnetik molekul O2.
Jawab :
Nomor atom O adalah 8 maka jumlah total elektron untuk
O2 adalah 16 elektron.

(a) (1s)2(*1s)2(2s)2(*2s)2(2pz)2(2px-y)4(*2px-y)2*2pz)0

Adlim, Kimia Anorganik


34
(b) diagram tingkat energi orbital molekul O2
(*2pz)0

(*2px-y)2

2p (2px-y)4 2p

(2pz)2

2s (*2s)2 2s

(2s)2

(*1s)2
1s 1s

(c) Orde ikatan = (10-6)/2 = 2, gas O2 bersifat


paramagnetic karena mengandung elektron yang
tidak berpasangan.

3.4 Spektra fotoelektron menunjukkan keberadaan orbital


molekul

Konfigurasi elektron molekul N2 adalah (1s)2 (*1s)2


(2s)2 (*2s)2 (2pz)2 (2px-y)4. BO N2 sama dengan 3 yang
menunjukkan ikatan rangkap tiga yang cukup kuat energi ikatan
924 kJ mol-1 dan panjang ikatan 110 pm. Banyak mahasiswa
sukar mengerti keberadaan orbital molekul karena memang
sangat abstrak.

Adlim, Kimia Anorganik


35
Pada eksperimen fotolistrik, radiasi ultraviolet diarahkan
pada permukaan logam, energi kinetik elektron yang keluar dari
atom-atom logam yang ada dipermukaan logam dapat diukur
secara eksperimen. Eksperimen yang sama juga dapat dilakukan
dalam fasa gas. Logam dipanaskan hingga menjadi molekul-
molekul gas-gas dan kemudian diradiasi dengan sinar
mempunyai energi misalnya sinar-X. Dengan demikian maka
elektron keluar dari molekul-molekul gas. Energi yang
diperlukan melepaskan elektron dari molekul gas merupakan
manifestasi kekuatan elektron terikat dalam molekul. Energi
yang mengikat elektron dalam sebuah molekul disebut energi
ikatan atau binding energy. Energi ikatan sebuah elektron dalam
sebuah molekul tergantung pada orbital molekul yang
ditempatinya. Makin rendah tingkat energi orbital yang
ditempatinya, makin banyak energi yang diperlukan untuk
membebaskan elektron dari molekul tersebut.
Pengukuran energi elektron yang terlepas dari akibat
penyinaran tiba-tiba pada molekul gas disebut photoelektron
spectroscopy atau spektroskopi fotoelektron. Spektra
fotoelektron untuk gas N2 dapat dilihat pada Gambar 3.3. Setiap
puncak pada spektra menunjukkan tingkat energi orbital
molekul N2. Dari Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa elektron
yang berada pada orbital 1s atom N terikat secara kuat dengan
energi ikat 39,5 MJ.mol-1. Demikian juga energi ikatan pada
orbital molekul N2 terikat dengan urutan kekuatan

(2s) > (*2s) > (2px) > 2pz) (lihat gambar 3.3)

Adlim, Kimia Anorganik


36

Gambar 3.3 Spektrum fotoelektron N2. Puncak-puncak kurva


ini menunjukkan adanya elektron yang dari obital-
orbital molekul N2.

Ada beberapa versi notasi orbital molekul yaitu versi sederhana,


LCAO-MO (Linier Combination of Atomic Theory-Molecular
Orbital) dan SCF-LCAO-MO (Self-Consistent Field, SCF).
Perbandingan beberapa notasi orbital molekul dapat dilihat pada
Table 3.1 berikut ini:

Adlim, Kimia Anorganik


37
Tabel 3.1. Perbandingan notasi orbital molekul pada beberapa
sistem
Sederhana (simple) LCAO-MO SCF-LCAO-MO
1s g1s 1g
*1s u1s 1u
2s g2s 2g
*2s u2s 2u
2px u2px 1u
2py u2py 1u
2pz g2pz 3g
*2px g2px 1g
*2py g2py 1g
*2pz u2pz 3u

3.5 Term Simbol Molekul

Sama seperti term simbol atom, term simbol molekul ditentukan


berdasarkan nilai ML dan S yang disimbulkan secara umum
sebagai berikut :

multiplisiti

2S+1
ML
MO ML Huruf
 0 
 1 
 2 
 3 

Contoh :
Tentukan Term simbol molekul B2

5B, B2 = 10 elektron, maka konfigurasi orbital molekulnya


adalah (1s)2 (*1s)2 (2s)2 (*2s)2 (2px-y)2
elektron terluar pada orbital molekul  maka ml = +1 atau -1

Adlim, Kimia Anorganik


38
demikian juga ms adalah +1/2 atau -1/2. Jadi ada 6 kombinasi
sebagai berikut :

Kombinasi ml ms ml ms ML MS Term simbul


+1 -1 e-1 e-1 e-2 e-2 total *ground
state
+1 +1/2 -1 +1/2 0 1 3

+1 +1/2 -1 -1/2 0 0 1

+1 +1/2 +1 -1/2 2 0 1
 3

-1 +1/2 -1 -1/2 -2 0 1

+1 -1 -1 -1/2 0 -1 3

+1 -1/2 -1 +1/2 0 0 1

*ground state adalah term simbol molekul yang paling rendah


tingkat energinya :

aturan Hund juga berlaku pada orbital molekul. Menurut aturan


Hund yang paling rendah tingkat energinya adalah yang
mempunyai multiplisiti terbesar.

Soal-Soal dan Pertanyaan

1. Jelaskan perbedaan konsep orbital atom dengan orbital


molekul.
2. Jelaskan konsep pembentukan ikatan bonding dan anti
bonding.
3. Jelaskan keterkaitan fungsi gelombang dengan orbital
molekul.
4. Jelaskan perbedaan ikatan ,  dan .
5. Tuliskan konfigurasi orbital molekul N2, Be2, B2, F2 dan
hitung orde ikatannya masing-masing.

Adlim, Kimia Anorganik


39
6. Gambarkan tingkat-tingkat energi molekul soal no. 5
serta menentukan sifat magnetic molekul.
7. Jelaskan hubungan orde ikatan dengan kekuatan,
jumlah, panjang dan energi ikatan molekul pada soal
No. 5 dengan membandingkan parameter tersebuat pada
setiap molekul.
8. Tuliskan term symbol molekul N2 dan tentukan tem
keadaan dasar.

Adlim, Kimia Anorganik


41

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep struktur Lewis dalam pembentukan


ikatan kovalen dan bentuk-bentuk resonansinya dalam
menggambarkan geometri molekul

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
2. Menuliskan konfigurasi elektron dan menentukan
elektron valensi.
1. Menuliskan struktur Lewis senyawa kovalen.
2. Menerangkan konsep resonansi.
3. Menjelaskan struktur Lewis yang paling stabil
berdasarkan konsep muatan formal.
4. Menggambarkan geometri molekul dan sudut
ikatan

Adlim, Kimia Anorganik


42

Adlim, Kimia Anorganik


43

STRUKTUR LEWIS DAN


IV IKATAN KOVALEN

4.1 Pendahuluan

Dalam ikatan kimia berkembang teori ikatan yaitu teori


ikatan valensi atau Valence Bond Theori (VBT), teori orbital
molekul atau Molecular Orbital Theory (MOT) dan teori medan
kristal atau Crystal Field Theory (CFT). Teori ikatan valensi
merupakan yang paling luas digunakan karena lebih mudah
diaplikasikan pada berbagai senyawa. Sementara MOT sering
direpotkan oleh persamaan-persamaan gelombang dan simbul-
simbul simetri orbital. Demikian juga CFT hanya lazim
digunakan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawa koordinasi.
Teori ikatan ini akan diperkenalkan dan pokok bahasan ini
dimulai dengan VBT.

4.2 Ikatan Kovalen

Senyawa-senyawa organik seperti gas metana dalam


LNG (liquid natural gas), ammonia (bahan kimia dalam mesin
kulkas dan bahan baku pupuk), polivenil klorida (PVC, bahan
baku pipa plastik) merupakan contoh senyawa berikatan
kovalen. Ikatan kovalen biasanya dijelaskan dengan teori MOT
dan VBT.
MOT (Molecular Orbital Theory, atau teori orbital
molekul) dapat memberikan informasi yang lebih akurat pada
molekul yang kecil dan sederhana namun teori ikatan tersebut
semakin sukar digunakan untuk menerangkan ikatan pada
molekul yang besar dan kompleks. Pada teori VBT dianggap
bahwa elektron yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia
ialah elektron valensi. Elektron valensi atau elektron pada kulit
Adlim, Kimia Anorganik
44
terluar dari suatu atom dapat dilukiskan sebagai titik atau garis
yang mengelilingi simbol atom. Teknis penulisan ini dikenal
dengan Struktur Lewis karena G.N. Lewis sebagai pelopor
dalam sistem penulisan tersebut.
Telah diketahui sejak lama bahwa gas mulia adalah
unsur-unsur yang stabil. Kesetabilan unsur ini ditandai dengan
tidak ditemukan senyawanya di alam karena sukar bereaksi
dengan unsur lain. Saat ini dengan kemajuan teknologi beberapa
senyawa gas mulia telah berhasil disintesis. Para ahli kimia
telah sependapat bahwa ksetabilan gas mulia berhubungan
dengan konfigurasi elektron valensi yang seragam yaitu 2 atau 8
seperti pada Tabel 4.1. Fenomena ini dihubungkan dengan
konfigurasi elektron valensi unsur lain yang dikenal tidak
setabil. Ternyata unsur yang tidak stabil tersebut tidak
menyerupai konfigurasi elektron valensi gas mulia. Dengan
demikian disimpulkan bahwa atom cenderung mencapai stabil
jika elektron valensinya mencapai dua (doublet) atau delapan
(octed) sebagaimana konfigurasi gas mulia. Namun teori ini
terdapat banyak pengecualian atau disebut penyimpangan
aturan okted.

Struktur Lewis
Sebelum membahas struktur Lewis, konsep konfigurasi
elektron, elektron valensi harus dikuasai. Konsep ini sudah
banyak dibahas dalam kuliah kimia dasar mapun ikatan kimia.
Elektron valensi golongan alkali, alkali tanah serta blok p,
sesuai dengan nomor golonganya.

Misalnya fosfor mempunyai 5 elektron valensi maka struktur


Lewis fosfor ditulis sebagai berikut :

Adlim, Kimia Anorganik


45
Tabel 4.1. Konfigurasi unsur gas mulia
Elektron
Jenis unsur Konfigurasi elektron Sifat
Valensi
2
He : 1s 2 Stabil
Ne : [He] 2s2 2p6 8 Stabil
Ar : [Ne] 3s2 3p6 8 Stabil
Gas mulia Kr : [Ar] 3d10 4s2 4p6 8 Stabil
Xe : [Kr] 4d10 5s2 5p6 8 Stabil
Rn : [ Xe] 4f14 5d10 6s2 6p6 8 Stabil
Na : [Ne] 3s1 1 Tdk stabil
Unsur lain H : 1s1 1 Tdk stabil
Br : [Ne] 3s2 3p6 7 Tdk stabil

Untuk senyawa poliatomik, garis sering digunakan untuk


melukiskan pasangan elektron ikatan dan titik atau silang untuk
elektron bebas. Ilustrasi struktur hidrogen florida ditulis sebagai
berikut :

H F
Dari struktur Lewis ini dapat dilihat bahwa ada satu pasang
elektron ikatan dan tiga pasang elektron bebas.
Prinsip utama dalam penulisan struktur Lewis ialah
kecenderungan atom mencapai elektron valensi 2 (doblet ) atau
delapan (oktet) mengikuti struktur gas mulya yang terkenal
stabil. Dalam kuliah ikatan kimia telah dijelaskan kestabilan gas
mulia berhubungan dengan orbital valensinya yang sudah penuh
yaitu 2 atau 8. Hidrogen hanya mempunyai satu elektron dan
berusaha agar elektron valensi menjadi dua dengan cara
bergabung dengan sesama atom hidrogen atau atom yang lain.
Karena itu kita kenal adanya gas H2 yang stabil dan tidak ada
gas H3. Demikian juga gas O2 yang sangat stabil dibandingkan
dengan ozon (O3). Kebanyakan unsur utama yang mempunyai
empat orbital valensi (satu type s dan 3 tipe p) cenderung
mencapai oktet (delapan elektron valensi). Sebagai contoh
oksigen yang mempunyai 6 elektron valensi cenderung
membentuk dua ikatan misalnya dengan dua atom Flour untuk
menghasilkan senyawa yang stabil, OF2.
Adlim, Kimia Anorganik
46
Dengan pemakaian elektron bersama maka terbentuk ikatan
sehingga elektron velensi masing-masing atom sudah mencapai
delapan. Elektron ikatan adalah elektron yang dimiliki bersama
oleh kedua atom.

Elektron milik bersama;


F O F elektron ikatan

Beberapa pedoman penulis struktur Lewis

1. Senyawa yang mempunyai formula umum MXn maka M


(atom yang spesial/atom pusat) biasanya diletakkan di
tengah dan memiliki n buah ikatan M-X. Contoh ion nitrat
NO3-
O N
N O O N O O O O
O atau tapi bukan
O

2. Hidrogen dan halogen umumnya membentuk satu


ikatan (H-, Cl-). Unsur golongan 16 (VI A) seringkali
membentuk dua ikatan (O =, -O-). Unsur golongan 15
(VA) cenderung membentuk tiga ikatan (N, -N= ).
Golongan 14 (IVA) biasanya membentuk empat ikatan
(=C=, -C ).

3. Unsur golongan 2 (IIA) dan golongan 13 (IIIA) sering


disebut unsur kekurangan elektron (elektron-dificient).
Unsur ini dalam struktur Lewis senyawa kovalennya
sering kurang dari 8 elektron dan disebut juga
penyimpangan hukum okted.

Contoh : boron dalam senyawa BF3


F

B F
F

Adlim, Kimia Anorganik


47
B setelah bergabung dengan 3 F maka elektron
valensinya hanya 6.

3. Unsur setelah nomor atom 12 seringkali termasuk


unsur hipervelent yaitu dapat mengekspansi kulit
terluarnya hingga mengandung lebih dari 8 elektron
pada senyawa tertentu. Hal ini dapat terjadi karena
melibatkan orbital-orbital d yang masih kosong.

Contoh: P dalam PCl5 Cl


Cl Cl
P
Cl Cl

4. Senyawa berikatan berikatan rangkap dua dan tiga dapat


membentuk ikatan  (phi). Ikatan tersebut lebih effektif jika
jarak antar inti berdekatan, maka unsur seperti C, N, O, P
dan S adalah unsur golongan utama yang dapat membentuk
ikatan rangkap.

Ketentuan-ketentuan ini bukan merupakan aturan baku dan


terdapat beberapa Pengecualian. Namun konsep tersebut dapat
membantu mempermudah penulisan struktur Lewis.

Latihan : Tuliskan struktur Lewis senyawa berikut ini mulai dari


kelompok soal tingkat dasar dan kemudian lanjutkan kelompok
soal tingkat tinggi

(soal tk. dasar): CO2, H2O, CH4, CHCl3, BeF2, BCl3, PCl3
(soal tk. tinggi): CH3PF4, OSF4, XeO2F2, PF4Cl, PF3Cl2, SF3Cl

Jika anda dapat menuliskan struktur soal tingkat tinggi dengan


benar berarti anda sudah menguasai topik ini dengan sempurna.

Resonansi dan Muatan Formal


Beberapa molekul dapat mempunyai lebih dari satu
struktur Lewis. Altenatif-alternatif struktur Lewis tersebut
disebut struktur resonasi dan molekul tersebut disebut hibrida
Adlim, Kimia Anorganik
48
resonansi (resonace hybrid). Sebagai contoh SO2 dapat ditulis
dengan dua alternatif struktur Lewis yaitu :

O S O O S O
Kedua struktur ekivalen tapi tidak identik. Struktur resonansi ini
dapat diterima dan tidak dapat ditentukan struktur mana yang
paling stabil. Sehingga struktur Lewis SO2 dapat ditulis sebagai
berikut :

S
O O
Contoh lain penulisan struktur resoansi dapat dilihat pada
benzena

Tetapi struktur struktur Lewis pada ion tiosianat tidak ekivalen


sebagaimana pada struktur resonansi SO2. Ion tiosianat (SCN-)
dapat ditulis dengan tiga struktur bentuk Lewis yaitu :

[ S C N ]- [ S C N ]- [S C N ]-

Coba perhatikan semua atom pada setiap struktur memiliki


elektron valensi okted. Jadi struktur mana yang paling stabil ?
Kita dapat menjawab dengan cara menganalisis dengan konsep
muatan formal (Formal Charge, FC).

Muatan Formal (Formal Charge, FC)


Muatan formal dapat didefinisihkan sebagai muatan
yang diberikan kepada atom dalam suatu molekul atau ion
Adlim, Kimia Anorganik
49
dengan asumsi bahwa ikatan-ikatannya merupakan ikatan
kovalen murni. Muatan formal suatu atom dapat ditentukan
dengan rumus :
1
FC   elek Valensi   elek bebas   elek ika tan
2
FC = Formal Charge (Muatan Formal),  = Jumlah
Contoh : Tentukan muatan formal masing-masing atom pada
struktur Lewis ion tiosianat

[ S C N ]- [ S C N ]- [ S C N ]-
(a) (b) (c)

FC S = 6-4-(0,5)4= 0 FC S = 6-2-(0,5)6= +1 FC S = 6-6-(0,5)2= -1


FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0
FC N = 5-4-(0,5)4=-1 FC N = 5-6-(0,5)2= -2 FC N = 5-2-(0,5)6= 0

Jumlah total muatan formal atom-atom sama dengan muatan


dari molekul/ionnya. Jadi total muatan formal masing-masing
struktur adalah -1 dan ini sama dengan muatan ion tiosianat.

Kriteria Kestabilan Struktur Lewis Menurut Konsep Muatan


Formal
1. Yang paling sedikit jumlah atom-atom yang bermuatan
(non zero formal charge)
2. Tidak terdapat atom yang bermuatan berdekatan
3. Muatan negatif terdapat pada atom yang mempunyai
elektronegatifitas tinggi dan muatan positif terdapat
pada atom berelektronegatifan rendah. Urutan nilai
elektrogetifitas beberapa atom yang sering membentuk
ikatan kovalen :
B < P < S < C < N < O < Cl < F

Urutan kriteria ini penting diperhatikan. Seandainya kriteria


pertama sudah terpenuhi maka kriteria berikutnya dapat
diabaikan.
Kembali ke ion tiosianat di atas, maka kriteria pertama tidak
dapat menjawab persoalan karena ketiga struktur memiliki atom
Adlim, Kimia Anorganik
50
yang bermuatan. Menurut kriteria kedua struktur yang stabil
adalah (a) dan (c). Struktur (b) paling tidak stabil karena (b)
memiliki dua atom yang bermuatan. Namun diperlukan kriteria
ketiga untuk menilai yang paling stabil antara struktur (a) dan
(b). Menurut urutan nilai keelektronegatifan, atom N lebih
pantas bermuatan negatif dibandingkan S. Maka struktur yang
paling stabil adalah (a).
Muatan formal juga dapat digunakan untuk menilai
struktur Lewis yang memiliki elektron valensi ganjil (radikal).
Contoh nitrit oksida dapat ditulis dengan dua kemungkinan
struktur Lewis yaitu

N O N O
(a) (b)

Kalau diperhatikan struktur ini sama-sama memiliki satu atom


yang tidak okted. Struktur (a) elektron tidak berpasangan
terdapat pada atom N sedangkan struktrur (b) elektron yang
tidak berpasangan tersebut ada pada atom O. Muatan formal (a)
semuanya nol sedangkan muatan formal (b) adalah +1 dan -1,
maka (a) lebih stabil atau struktur yang Lewis yang paling dapat
diterima.
Muatan formal dapat juga digunakan untuk
memperkirakan struktur topologi molekul. Misalnya ion
fulminat, CNO- dimana N sebagai atom pusat. Garam
Pb(CNO)2 sangat reaktif digunakan sebagai bahan detonator
(bahan pemicu ledakan). Ion CNO- bereaksi dahsyat berubah
menjadi ion sianat, NCO- yang lebih stabil. Coba perhatikan
bahwa ion fulminate, CNO- dimana N sebagai atom pusat
sedangkan ion sianat, NCO-, C sebagai atom pusat. Perbedaan
kereaktifan kedua ion ini dapat diterangkan dengan konsep
muatan formal. Coba bandingkan muatan formal masing-
masing ion dan jelaskan struktur mana yang paling stabil sesuai
dengan kriteria di atas.
-
[ C N O ]
Adlim, Kimia Anorganik
51

-
[ C N O ] [ N C O ]-
ion fulminat ion sianat

Asam nitrit, HNO2 dapat memiliki beberapa topologi molekul


yaitu

O
H N H O N O H N O O
O
(a) (b) (c)

Menurut kretaria muatan formal struktur (b) yang paling stabil


dan ternyata juga sesuai hasil eksperimen, topologi yang benar
adalah struktur (b).

Soal-Soal latihan

1. Tuliskan konfigurasi elektron O, P, Ne, Ar, Xe dan


menentukan elektron valensinya.
2. Tuliskan struktur Lewis senyawa kovalen NHF2, HCN
dan SiBr4
3. Terangkan konsep resonansi dalam struktur benzena
4. Tuliskan struktur Lewis yang paling stabil berdasarkan
konsep muatan formal untuk OCS, CNO- dan NCO-

Adlim, Kimia Anorganik


52

Adlim, Kimia Anorganik


53

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami kronologis penyusunan ikatan kovalen,


kharakteristik ikatan serta konsekuensinya terhadap
kharakteristik fisik dan sifat kimia senyawa.

INDIKATOR
Setelah proses pembejaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan konsep hibridisasi.
2. Menjelaskan pengaruh hibridisasi terhadap
panjang ikatan
3. Menerangkan teori VSEPR.
4. Menerangkan hubungan, hibridisasi dengan
struktur molekul serta sudut ikatan berdasarkan
konsep VSEPR.
5. Memperkirakan kepolaran ikatan berdasarkan
data kelektronegatifan dan geometri
molekulnya.
6. Menjelaskan jenis-jenis gaya antar molekul
7. Menjelaskan akibat gaya antar molekul terhadap
titik didih senyawa

Adlim, Kimia Anorganik


54

Adlim, Kimia Anorganik


55

HIBRIDISASI, BENTUK DAN


V KEPOLARAN MOLEKUL

5.1 Hibridisasi

Atom mempunyai orbital-orbital yang memiliki tingkat


energi yang berbeda-beda. Misalnya orbital s mempunyai
tingkat energi yang rendah dibandingkan orbital p dan orbital d.
Dalam proses terbentuknya molekul atau ikatan kimia maka
sebahagian orbital atom pusat bercampur menghasilkan suatu
kumpulan orbital yang memiliki energi yang sama atau disebut
orbital terdegenerasi. Orbital yang baru ini disebut orbital
hibrida, dan akan overlap dengan orbital ligand. Proses
pencampuran orbital dikenal dengan istilah hibridisasi.
Ilustrasi hibridisasi orbital 1 orbital s dan 1 orbital p pada
sumbu-z untuk menghasilkan orbital hibrida sp dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 5.1. Ilustrasi terjadinya orbital hibrida sp


Adlim, Kimia Anorganik
56
Tabel 5.1 Beberapa orbital hibrida yang terbentuk-orbital
atom pusat
Hibridisasi
Jumlah Jumlah Jumlah Menghasilkan
orbital s orbital p orbital d orbital hibrida
1 1 0 sp
1 2 0 sp2
1 3 0 sp3
1 3 1 dsp3
1 3 2 d2sp3

Karakter orbital s ialah lebih padat dan cenderung membentuk


ikatan yang pendek dibandingkan orbital p, d dan f. Dengan
demikian orbital hibrida yang memiliki karakter s yang tinggi
cenderung lebih menghasilkan ikatan yang lebih pendek.
Contoh : orbital sp2 ; memiliki 1 orbital s dan 2 orbital p maka
kharakter s adalah 1/3 dari total orbital (3 orbital) atau 33%
(Tabel 2.2 & 2.3). Energi ikatan meningkat mengikuti urutan
orbital hibrida ;

sp < sp2 < sp3 < dsp3 < d2sp3

Ikatan antara atom karbon dan hidrogen, C-H menjadi semakin


panjang bilamana hibridisasi karbon beruba dari sp menjadi sp2
dan sp3 dimana karakter orbital semakin berkurang.

Tabel 5.2 Kharakter s pada orbital hibrida, jenis ikatan


dan panjang ikatan -C-H
Senyawa Hibridisasi %s dC-H, pm
HCCH Sp 50 105.7
2
H2C=CH2 sp 33 107.9
H3C-CH3 sp3 25 109.4

Peningkatan panjang ikatan juga terjadi ikatan antara karbon-


karbon, C-C jika karakter s berkurang

Adlim, Kimia Anorganik


57
Tabel 5.3 Kharakter s pada orbital hibrida, jenis ikatan
dan panjang ikatan -C-C-
Senyawa Hibridisasi %s dC-H, pm
HCC-CCH Sp 50 137
2
H2C=CH-CH=CH2 sp 33 146
H3C-CH2-CH2-CH3 sp3 25 154

5.2 Bentuk Molekul

Karbon tetraklorida, ammonia dan air semuanya


mempunyai hidridisasi sp3 dan terbentuk dari unsur-unsur yang
berbeda elektronegatifitasnya. Kenyataannya molekul-molekul
tersebut berbeda kepolarannya dan memiliki memiliki sudut
ikatan yang berbeda pula. Salah satu cara memprediksi bentuk
molekul dan kepolarannya ialah dengan konsep Valence Shell
Elektron Repulsion (VSEPR) atau Konsep tolakan elektron
valensi. Pada dasarnya teori ini menjelaskan bahwa bentuk atau
geometri molekul tergantung pada tolakan-tolakan elektron-
elektron valensinya. Kekuatan tolakan elektron valensi dalam
sebuah molekul dapat diurutkan sebagai berikut :
Pasangan elektron bebas versus pasangan elektron bebas >
pasangan elektron bebas versus pasangan elektron ikatan >
pasangan elektron ikatan versus pasangan elektron ikatan.
Versus berarti lawan

Contoh :
pasangan elektron bebas
H NH
pasangan elektron H
ikatan
atom pusat
Beberapa senyawa ABn memiliki tolakan elektron
elektron yang berimbang sehingga sudut-sudut ikatannya
seragam. Geometri seperti ini dikenal dengan bentuk standard
atau ideal untuk struktur molekul linier, segi tiga planar,
Adlim, Kimia Anorganik
58
tetrahedral, primidal, trigonal bipiramidal dan oktahedral.
Adanya tolakan elektron pasangan elektron bebas menyebabkan
bentuk standard berubah atau terdistorsi sehingga sudut ikatan
juga berubah dibandingkan dengan struktur standardnya.
Contoh-contoh geometri molekul yang memiliki tolakan
pasangan elektron berimbang sebagai berikut:

1. Atom pusat yang mempunyai dua elektron valensi (misalnya


AB2) Berillium hidrida (BeH2)
Elektron valensi Be adalah 2 dan H adalah 1, maka struktur
Lewis BeH2 adalah
H-Be-H, hibridisasi atom pusat Be adalah sp dengan
demikian elektron ikatan H-Be dan Be-H saling tolak
menolak dan tolakan tersebut beimbang sehingga sudut
ikatannya 180oC. Geometri molekul ini adalah linier.
2. Atom pusat yang mempunyai tiga elektron valensi,
(misalnya AB3, B disini bukan
Boron tapi huruf B)

contohnya : Boron tetraiodida (BI3).


Elektron valensi B adalah 3 dan I adalah 7, hibridisasi atom
pusat B ialah sp2 maka struktur Lewis BI3 adalah
I
I
120o
B B
I I
I I

Juga dalam struktur ini tolakan pasangan-pasangan elektron


berimbang sehingga sudut ikatan sama yaitu 360/3 = 120o.
Geometri molekulnya adalah segitiga planar. Planar artinya
berada pada suatu bidang datar.

3. Atom pusat yang mempunyai empat elektron valensi


(misalnya AB4)

contohnya : Metana (CH4).


Adlim, Kimia Anorganik
59
Elektron valensi C adalah 4 dan H adalah 1, hibridisasi
atom pusat C iaitu sp3 maka struktur Lewis CH4 adalah
H H

H C H C 109.5o

H H
H
H

Karena tolakan elektron ikatan berimbang maka sudut ikatannya


seragam iaitu 109,5oC.

4. Atom pusat yang mempunyai lima elektron valensi


(misalnya AB5)

contohnya : Pospor pentaflorida (PF5).


Elektron valensi P adalah 5 dan F adalah 7, hibridisasi dsp3
maka struktur Lewis PF5 adalah

F F
90o F
F F
P F P 120o

F F F

Sama seperti beberapa contoh di atas bahwa tolakan elektron-


elektron berimbang menyebabkan sudut ikatan pada bidang
datar adalah 120oC iaitu identik dengan sudut trigonal planar.
Sedangkan pada bidang horizontal sudut ikatannya 90o dan
geometri ini disebut trigonal bipiramidal.

5. Atom pusat yang mempunyai enam elektron valensi


(misalnya AB6) contohnya : Sulfur heksaflorida (SF5).

Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7, hibridisasi atom


pusat S adalah d2sp3 .
Struktur molekul ini merupakan geometri oktahedral dengan
sudut ikatan yang seragam iaitu 90o baik vertikal maupun

Adlim, Kimia Anorganik


60
horizontal. Hal ini disebabkan terjadinya tolakan yang
berimbang dari semua pasangan elektron.

maka struktur Lewis SF6 adalah


F
F F
S
F F

Tolakan yang tidak berimbang menyebab menyebabkan


perubahan dari bentuk ideal misalnya pada molekul SF4. Pada
molekul NH3 terdapat satu pasang elektron bebas di atom pusat
N. Elektron ini menolak elektron ikatan yang lain (ingat tolakan
elektron bebas versus elektron ikatan > elektron ikatan versus
elektron ikatan) akibatnya sudut ikatan berkurang dari 109,5o
(untuk geometri tetrahedral yang ideal dengan hibridisasi yang
sama iaitu sp3) berkurang menjadi 107,3o.

tolakan ps e bebas vs ps e ikatan


N
H
H
H
o
107.3

Agar jumlah ligan dan elektron bebas pada atom pusat dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan hibridisasi, dan
struktur Lewis dan geometri molekul serta sudut ikatannya
maka hubungan-hubungannya dapat dijelaskan dalam Tabel 5.4.
Sejumlah contoh bentuk-bentuk ideal geometri molekul
yang tidak mempunyai elektron bebas di atom pusat telah
dijelaskan di atas dan gambar model molekul tiga dimensi
tertera pada Gambar 5.2. Sedangkan geometri molekul yang
menggandung pasangan elektron bebas di atom pusat, struktur
molekulnya dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektron bebas.
Adlim, Kimia Anorganik
61
Penempatan elektron bebas dalam struktur molekul diatur
sedemikian hingga tolakan ke semua bidang berimbang. Pada
Gambar 5.3 berikut ini digambarkan posisi pasangan elektron
bebas yang semestinya dalam menggambarkan geometri suatu
molekul. Bulatan yang ada di tengah merupakan posisi atom
pusat sedangkan bulatan yang berbentuk balon terpilin
merupakan pasangan elektron bebas di atom pusat. Pada
geometri linier, segitiga planar (datar) dan tetrahedral,
penggambaran posisi elektron bebas dapat pada sembarang
sumbu (yang seharusnya ditempati oleh atom) karena semua
posisi tersebut akan menghasilkan tolakan yang berimbang.
Lain halnya dengan geometri segitiga bipiramidal dan
oktahedral, posisi elektron harus berada pada sumbu tertentu
untuk menghasilkan tolakan yang berimbang seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 5.3. Sepasang elektron bebas pada
geometri segitiga bipiramidal misalnya harus ditempatkan pada
posisi bidang horizontal dan bukan pada sumbu vertikal. Sebab
pada posisi horizontal hanya dua atom yang terimbas kuat oleh
tolakan elektron bebas sedangkan jika pada posisi vertikal
elektron bebas akan menolak 3 atom.
Contoh soal 2.1
Tuliskan struktur Lewis, gambarkan geometri molekul dan
perkirakan sudut ikatan untuk molekul SF4.
Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7,

F
F
S
F
F
Dari struktur Lewis SF4 (contoh soal 2.1) dapat terlihat bahwa
terdapat 4 ligand dan 1 pasang elektron bebas di atom pusat.
Maka sistem yang sesuai iaitu AB4E dan memiliki hibridisasi
atom pusat dsp3. Geometri molekul sesuai dengan
hibridisasinya dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan ilustrasi
geometri molekulnya digambarkan pada Gambar 5.2 dan 5.3.

Adlim, Kimia Anorganik


62
Tabel 5.4 Prediksi model VSEPR untuk Sistem ABxEy
(UNTUK ATOM PUSAT)
Geometri Molekul Pre-
Jml Jml
Tot- diksi
ps ps Hibri- Contoh
al Sistem Ideal (tanpa pengaruh Sudut
EI EB disasi
e bebas) tolakan EB ikatan

1 1 2 AB2 sp Linier linier 180o CO, CN-


2 0 2 AB2 sp linier linier 180o BeCl2, CO2
3 0 3 AB3 sp2 Segitiga Segitiga 120o CO32-, BF3
planar planar
2 1 3 AB2E sp2 Segitiga Angular <120o SnCl2,
planar (bersudut) NO22-
4 0 4 AB4 sp3 Tetrahedral Tetrahedral 109.5o N(CH3)4+,
CH4
3 1 4 AB3E sp3 Tetrahedral Piramidal <109. P(CH3)3,
5o NH3
2 2 4 AB2E2 sp3 Tetrahedral Angular <109. H2O, H2S,
(bersudut) 5o H2Se
5 0 5 AB5 dsp3 Trigonal Trigonal 90o, PCl5,
bipiramidal bipiramidal 120o Fe(CO)5
4 1 5 AB4E dsp3 Trigonal Tetrahedral <90o, SF4
bipiramidal terdistorsi <120o
3 2 5 AB3E2 dsp3 Trigonal Bentuk T <90o BrF3, ClF3
bipiramidal
2 3 5 AB2E3 dsp3 Trigonal Linier 180o ICl2-, XeF2
bipiramidal
6 0 6 AB6 d2sp3 Oktahedral Oktahedral 90o SF6
5 1 6 AB5E d2sp3 Oktahedral Piramida <90o BrF5
segiempat
4 2 6 AB4E2 d2sp3 Oktahedral Segiempat 90o ICl4-
planar
3 3 6 AB3E3 d2sp3 Oktahedral Bentuk T <90o ?
2 4 6 AB2E4 d2sp3 Oktahedral Linier 180o ?
EI = electron ikatan; EB = electron bebas di atom pusat;
IR = ikatan rangkap di atom pusat

Jika terdapat ikatan rangkap maka dihitung sebagai ikatan tunggal ;


contoh : X=M=Y, jumlah ikatan = 2

Pada kolom sistem;


A adalah simbol untuk atom pusat, B ; simbol ligand,
E adalah simbol pasangan elektron bebas di atom pusat.
Indek x, dan y menunjukkan jumlah pasangan elektron ikatan dan jumlah
pasangan elektron bebas di atom pusat.

Adlim, Kimia Anorganik


63

90o
180o

linier segitiga
bipiramidal
120o

120o

segitiga 90o
planar
(datar)
oktahedral
90o
109,5o
tetrahedral

Gambar 5.2 Geometri molekul (ideal) tanpa pasangan elektron bebas di


atom pusat

90o 90o

120 <120
o
o

Segitiga Tetrahedral Bentuk T (2 ps linier (3 ps


bipiramidal (nol terdistorsi (1 ps e- bebas) e- bebas)
ps e- bebas) e- bebas)

90o
< 90o

90o
90o <90o

Oktahedral (nol Pramid Segiempat


ps e- bebas) Segiempat (1 datar (2 ps e-
ps e- bebas) bebas)

Gambar 5.3 Perubahan geometri molekul dengan adanya


tolakan elektron bebas di atom pusat

Adlim, Kimia Anorganik


64

Sesuai dengan Tabel 5.4 sudut ikatannya < 120o untuk bidang
horizontal dan < 90o untuk bidang vertikal. Bentuk geometri
molekul adalah tetraderal terdistorsi. Sebenarnya posisi elektron
bebas dapat saja di posisi atas atau bawah bidang datar namun
posisi tersebut tidak menyebabkan tolakan yang berimbang
seperti gambar berikut ini.

F
F S

F
F
menyebabkan tolakan pasangan elektron yang tidak
berimpang, maka bukan geometri molekul yang benar

2-3 Kepolaran Ikatan


Suatu senyawa yang atom-atomnya memiliki perbedaan
elektronegativitas yang tinggi maka akan ada momen dipole
sehingga bersifat polar. Pada senyawa HCl selisih
elektronegatifitas (3,16-2,20 = 0,96), Cl mempunyai
elektronegatifitas yang lebih tinggi dari pada H sehingga Cl
cenderung menarik elektron yang dipakai bersama terhadapnya
Cl akhirnya Cl bermuatan negatif. Atom H sudah kekurangan
elektron maka H menjadi bermuatan positif. Dengan demikian
ada momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.
“ Makin besar selisih keelektronegatifan antara dua atom,
makin besar pula kepolarannya tetapi molekul tersebut tidak
memiliki titik pusat simetri, atau distribusi muatannya tidak
simetris”.
Suatu ikatan kovalen disebut non polar (tidak berkutup)
jika pasangan elektron yang dipakai bersama tertarik sama kuat
ke semua atom. Contoh : H2 dan Cl2 yang mempunyai selisih
ektronegatifitas nol merupakan senyawa non polar.
xx

H x H Cl x Cl x
x
xx

Adlim, Kimia Anorganik


65
Dalam molekul CH4 dan CO2 sebenarnya terdapat perbedaan
elektronegatifas C dan H serta C-O yang tinggi namun tarikan
elektron antar atom berimbang karena struktur memiliki titik
pusat simetri dengan kata lain terbagi secara rata pada semua
sisi.
H
x
x
O x C xx O Hx C xH
x
H

Lain halnya dengan molekul air (H2O) yang simetris tetapi tidak
mempunyai titik pusat simetri. Tarikan terhadap elektron
menjadi tidak berimbang sehingga O cenderung bersifat
elektronegatif dan H cenderung bermuatan positif. Sehingga
terdapat momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.

O
x x
H H
Contoh soal :
Nilai elektronegatifitas F, Cl, Br dan I masing-masing 4,0; 3,0;
2,8 dan 2,5 tentukan di antara senyawa halogen ini IBr, BrCl,
ICl, BrF Mana yang paling polar ?

Senyawa ionik yang bersifat polar biasanya tersusun dari unsur-


unsur yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang
tinggi. Banyak molekul yang tersusun dari unsur yang
mempunyai perbedaan keelektronegatifan tinggi namun bersifat
non polar seperti yang terlihat dalam Tabel 5.5 berikut ini:

Adlim, Kimia Anorganik


66
Tabel 5.5 Selisih  dan kepolaran senyawa
Senyawa Elektrogenatifitas Selisih  Kepolaran
H = 2,20;
HCl 0,96 polar
Cl = 3.16
P = 2,19;
PCl5 0,97 Non polar
Cl = 3.16
Be = 1,97;
BeCl2 1,19 Non polar
Cl = 3.16
C = 2,55;
CF4 1,43 Non polar
F = 3.98

Penyebab ketidakpolaran molekul-molekul tersebab ialah


karena tolakan elektron yang berimbang sehingga tidak terdapat
kutup yang lebih positif atau lebih negatif melainkan sama atau
berimbang sehingga momen dipolenya cenderung nol.

Latihan:
Lukiskan struktur Lewis dan geometri molekul CO2, N+(CH3)4,
CO32-, NO2-, H2CO, COCl2, COF2, PH3, PCl3, H2S, H2O.

Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan konsep hibridisasi.
2. Jelaskan mengapa ikatan tunggal lebih panjang
dibandingkan dengan ikatan rangkap.
3. Terangkan teori VSEPR.
4. Menuliskan struktur molekul COF2 berdasarkan konsep
VSEPR.
5. Jelaskan mengapa CCl4 bersifat non polar berdasarkan
teori VSEPR
6. Bagaimana kofigurasi elektron : Pb2+, Pb4+, Mn2+, Mn3+,
Sb3+, Sc3+, Ti2+.
7. Gambarkan struktur Lewis yang memenuhi aturan okted
untuk molekul H2S, C3H8 dan CO, Cl2, SO2, SO2, OF2,
SnH4, C2H4, SCl2, Cl-, S2-, ClO-, ClO4-, SO32- & SeO42-,
NO3-, NO+, NO2-, CO32-.
8. Gambarkan struktur Lewis : ICl3, AsCl5, ICl2-, ICl4- dan
XeF4.

Adlim, Kimia Anorganik


67
9. Mana berikut ini tidak memenuhi aturan okted ditinjau
dari muatan formal
ClF3, OF2, SF4, SO2, IF7, NO2, BCl3 ?

5.4 Gaya Antar Molekul

Gaya van der Waals


Senyawa kovalen terdiri dari molekul-molekul dan
ikatan antara atom-atom dalam molekul tersebut diikat oleh
ikatan kovalen. Ikatan antar molekul-molekul senyawa kovalen
diikat oleh gaya yang disebut gaya van der Waals. Johannes
Diderik (1837-1923) van der Waas dari belanda menemukan
gaya antar molekul yang lemah dan kemudian disebut Gaya
Van der Waals.
Ada beberapa macam gaya van der Waals tetapi yang
terpenting ialah :
(a) Gaya antardipol, yaitu tarik menarik antar molekul
dalam senyawa kovalen polar,
(b) Gaya London, yaitu gaya tarik menarik antarmolekul
dalam senyawa kovalen non polar.
Ilustrasi gaya antar molekul dapat diluskis sebagai berikut

+ - + - + -

+ - +

- + -

Pada molekul polar, elektron tertarik ke salah satu atom


sehingga distribusi elektron dalam molekul tidak merata maka
terjadi dua kutup + dan -.
Adlim, Kimia Anorganik
68
Gaya tarik menarik antar molekul polar ini disebut gaya
antardipol. Dalam molekul non polar tidak ada kutup yang
permanent tetapi dinamika elektron yang kadang-kadang lebih
mengarah ke salah satu atom menyebabkan adanya kutup
sesaat. Dengan demikian terjadi gaya tarik menarik antar kutup
juga walaupun dalam waktu yang singkat. Gaya inilah yang
disebut gaya London yang ditemukan oleh Fritz London (1928).
Gaya-gaya ven der Waals, baik gaya antardipol maupun gaya
London menentukan nilai titik lebur dan titik didih senyawa-
senyawa kovalen. Makin besar massa molekul relatif (Mr) suatu
senyawa kovalen makin besar gaya van der Waalsnya sehingga
titik lebur dan titik didihnya makin tinggi.

Ikatan Hidrogen

Pada beberapa senyawa golongan IVA (14) seperti CH4,


SiH4, GeH4, SnH4 titik didih meningkat dengan meningkatnya
berat molekul relatifnya (dari CH4 ke SnH4). Fakta ini sesuai
teori di atas bahwa kenaikan massa molekul relatif
menyebabkan kenaikan gaya ven der Waals dan akibatnya titik
didih meningkat. Tetapi senyawa golongan VA (15), VIA (16)
dan VIIA (17) ternyata memiliki titik didih jauh lebih besar dari
dari gol IV walaupun berat molekul relatif hampir sama.
Kenaikan titik didih tidak lagi sejalan kenaikan berat molekul
relatif, gejala ini dikenal dengan istilah anomali seperti yang
terlihat pada table berikut ini.

Bahkan senyawa-senyawa NH3, H2O, HF yang memiliki Mr


kecil ternyata mempunyai titik didih yang tinggi bahkan titik
didih H2O luar biasa tingginya. Kenaikan titik didih disebabkan
adanya gaya tarik-menarik molekul yang cukup kuat dan lebih
kuat dari gaya van der Waals.

Adlim, Kimia Anorganik


69
Atom-atom F, O dan N memiliki elektrogetifitas
tertinggi di antara semua jenis atom. Akibatnya ujung molekul
HF beratom F cenderung menarik sisi molekul HF yang
beratom H atau disingkat H---F. Demikian juga dengan O---H
pada H2O dan N---H pada NH3 seperti ilustrasi pada gambar
berikut ini. Ikatan tersebut sangat polar karena selisih nilai
elektronegatifasnya cukup besar.

H F H FF H F

F H F H F H

IKATAN HIDROGEN

Ikatan antarmolekul berupa gaya tarik-menarik oleh atom yang


elektronegatifitas sangat besar (F, O atau N) terhadap atom H
dari molekul lain disebut ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen ada yang bersifat intramolekul (terjadi
dalam satu molekulnya sendiri) dan intermolekul (terjadi antar
dua molekul atau lebih). Ikatan hidrogen pada orto-nitrofenol
merupakan contoh ikatan koven intramolekul.
O
N
O

O H
Orto-nitofenol

Adlim, Kimia Anorganik


70
Pertanyaan dan Soal-Soal

1. Jelaskan perbedaan konsep ikatan kovalen dengan


kovalen koordinasi.
2. Tarik kesimpulan kaitan struktur elektron gas mulia
dengan kesetabilan unsure-unsur tersebut.
3. Mengapa struktur elektron senyawa yang lain
cenderung mengikuti elektron valensi gas mulya.
4. Tenuliskan struktur Lewis ion NO3-, SCN-, CHCl3
dan NH3
5. Jelaskan konsep ikatan ionik
6. Urutkan kepolaran ikatan senyawa berikut ini : AX, AY,
AZ, AS, AQ, jika diketahui X > Y > Z > S > Q.
Bandingkan pula untuk X-A-X, X-A-Y, AX4, AX3Y.
7. Menjelaskan mengapa etanol lebih tinggi titik didihnya
dibandingkan dietileter padahal berat molekulnya sama
besar.
8. Jelaskan perbedaan ikatan hidrogen dengan gaya van der
Waals dan gaya London.

Adlim, Kimia Anorganik


71

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep simetri molekul dan notasi-notasi simetri


molekul

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan simetri rotasi
2. Menjelaskan simetri refleksi
3. Menuliskan simetri rotasi tidak sempurna
4. Menjelaskan simetri inversi
5. Menuliskan notasi kumpulan titik suatu struktur
molekul

Adlim, Kimia Anorganik


72

Adlim, Kimia Anorganik


73

PENGANTAR SIMETRI
VI GROUP TITIK (POINT GROUP)

6.1 Pengantar

Simetri merupakan konsep umum dalam kehidupan


sehari-hari. Kita dapat membedakan suatu benda yang simetrik
dan tidak simetrik. Misalkan sebuah jeruk dibelah dua, jika
kedua belah sama persis (100% mirip) maka buah jeruk tersebut
disebut simetris. Demikian juga payung, seandainya dibelah dua
secara vertical dan bagian satu sama persis dengan yang lain
maka payung tersebut simetris. Lain hal misalnya sebuah batu
yang mempunyai bentuk tidak teratur, dan sudah dilihat tidak
mungkin dapat dibelah persis sama setiap belahannya maka
batu tersebut tidak simetris.
Dalam ilmu kimia kita konsep simetri digunakan untuk
membayangkan struktur molekul. Molekul H2O setelah
digambar struktur Lewisnya, merupakan molekul yang simetris.

6.2 Operasi simetri dan unsur simetri

Operasi simetri membawa suatu objek dari satu posisi ke


posisi lainnya yang juga sama (equivalent) dengan posisi awal.
Sedangkan unsur simetri (bukan unsur kimia) merupakan
bidang geometrik seperti sumbu, bidang datar dimana operasi
simetri dilakukan. Misalnya atom B yang berada di tengah
molekul BF3 ditusuk dengan lidi (khayalan saja) yang
berpotongan dengan bidang datar, lalu diputar ke kanan 120o,
240o dan 360o. Setiap kegiatan memutar ini merupakan operasi
simetri.

Adlim, Kimia Anorganik


74
F

B F

Unsur simetri yang paling umum iaitu sumbu rotasi (rotational


axes), bidang refleksi, pusat inversi (titik pusat) dan sumbu
rotasi tidak sempurna (improper rotation).

6.3 Sumbu Rotasi (rotational axes)

Sumbu rotasi (rotational axes) merupakan garis atau


sumbu khayalan yang dianggap sebagai posisi suatu object
diputar hingga dihasilkan posisi yang sama dengan posisi awal.
Simbul untuk sumbu rotasi ini adalah Cn untuk rotasi 360/n.
Rotasi hingga 180o maka disimbulkan C2, rotasi 120o
dilambangkan dengan C3 dan rotasi 90o dinyatakan dengan
symbol C4. Perhatikan Gambar 5.1 dan simbul-simbulnya.
Jika suatu objek atau molekul memiliki dua atau lebih
sumbu rotasi, maka sumbu rotasi yang paling besar (n paling
besar) dinyatakan sebagai sumbu utama (major axis) dan garis
sumbunya menurut konvensi adalah vertical atau sumbu z dan
arah rotasi searah dengan jarum jam (clockwise). Sumbu rotasi
lainnya tegak lurus dengan sumbu utama.
Jika diperhatikan Gambar 6.1(c) maka terdapat beberapa
sumbu rotasinya. Sumbu rotasi yang yang terbesar yang adalah
.....tentulah C4 dan ada 3 C2.

(a)

Adlim, Kimia Anorganik


75

(b) (c)

Gambar 6.1. Ilustrasi sumbu rotasi.


(a) Piring memiliki dua () kali rotasi atau C2 (gambar sebelah kiri) Piring
memiliki tiga (▲) kali rotasi atau C3 (gambar di tengah)
Piring memiliki empat () kali rotasi atau C4.
(b) Persegi Panjang memiliki 2 C2 dan
(c) Bujur sangkar memiliki 4 C2

Ilustrasi rotasi C3 sebagai berikut :

Gambar 6.2. Rotasi tiga (▲) rotasi yang merupakan unsur


simetri C3.

6.4 Bidang Refleksi (pencerminan)

Bidang cermin (mirror plane) berhubungan dengan


bayangan object pada sumbu koordinat kartesius. Unsur simetri
ini dilambangkan dengan sigma ().v untuk pencerminan pada
bidang vertical dan h pada bidang horizonatal. Jika suatu
molekul dapat dibagi dua (termasuk atom-atomnya) dan salah
satu bagian merupakan bayangan dari bagian yang lain maka
molekul tersebut memiliki unsur simetri bidang refleksi.

Adlim, Kimia Anorganik


76
Perhatian Gambar 6.3 dan 6.4 berikut ini tentukan ada berapa
bidang cermin masing-masing benda.

Gambar 6.3. Ilustrasi bidang cermin.


(a) Piring yang memiliki dua, tiga dan empat bidang
cermin.
(b) bidang cermin untuk benda persegi panjang,
(c) Bidang cermin untuk benda bujur sangkar.
(d) Bidang cermin untuk segiempat planar [PtCl4]2-.

Gambar 6.4. Dua bidang cermin vertical yang dinyatakan


dengan unsur simetri v

Adlim, Kimia Anorganik


77

6.5 Pusat inversi (titik pusat)

Pusat inversi dilambangkan dengan i merupakan titik


pusat geometri suatu objek. Benda yang mempunyai pusat
simetri merupakan benda yang sangat simetrik karena dapat
dibagi sama disemua bidang. Benda persegi panjang, H2O
misalnya tidak memilki pusat simetri tetapi benda dengan
geometri bujur sangkar, [PtCl4]2- , (lihat gambar di atas)
memiliki pusat simetri. Ilustrasi pusat inversi pada struktur
octahedral dapat dilihat pada Gambar 6.5 berikut ini.

Gambar 6.5. Operasi inversi dan pusat inversi molekul SF6

6-6 Sumbu Rotasi tidak sempurna (improper rotation)

Sumbu rotasi tidak sempurna dilambangkan dengan Sn


untuk 360/n. Sumbu ini merupakan kombinasi antara rotasi
kemudian refleksi pada bidang yang saling tegak lurus. Pada
Gambar 6.6 berikut ini dapat molekul CH4 diputar 90o dan
kemudian dicerminkan pada bidang vertical maka unsur
simetrinya adalah S4. Gambar…(b) BeCl2 memiliki unsur
simetri S2 karena dapat diputar 180o dan kemudian bidang
cermin horizontar dapat diletakkan membelah atom-atom
BeCl2.

Adlim, Kimia Anorganik


78

Gambar 6.6. Operasi rotasi tidak sempurna S4 (gambar


atas) untuk CH4 dan S2 (gambar
bawah) molekul linier

6.7 Group Titik (Point Group)

Benda-benda memungkinkan dikelompokkan


berdasarkan kesamaan geometrinya. Bayangkan tiga buah
benda ; Huruf E, kotak persegi panjang yang terbuka bagian
atasnya, dan struktur H2O.

H H

Adlim, Kimia Anorganik


79
Ketiga objek di atas sama-sama memiliki 4 unsur simetri iaitu
E, C2 dan dua v maka ketiga objek ini memiliki point group
yang sama.
Dalam teori, jumlah point group tidak terbatas tetapi
hanya 20 yang dipakai dalam ilmu kimia. Setiap point group
diidentifikasikan dengan huruf besar dan disertai indeks,
misalnya point group C2v.
Point group suatu molekul atau objek penting untuk
diketahui sehingga tidak perlu menggambarkannya objek
tersebut pada setiap penjelasan tentang bentuk molekul atau
objek. Ada beberapa petunjuk untuk mengidentifikasi point
group, di antaranya ialah dimulai dengan mencari unsur simetri
rotasi. Cn yang paling besar, dan kemudian ditempatkan searah
dengan sumbu-z, dan dijadikan acuan untuk unsur simetri
lainnya. Langkah-langkah tersebut secara singkat dapat diikuti
melalui diagram pada Gambar 5.6 di bawah ini. Langkah-
langkah harus megikuti urutan jika kriteria pertama tidak
terpenuhi maka dilanjutkan kriteria berikutnya secara berurutan.

Adlim, Kimia Anorganik


80
C1
Ci

yes no
i?
C3
yes no
Sn
σ?

yes no
Sn, n >2?

none
C n , n > 1?
one & only one one C n + nC 2' s

σh? sh ?
yes no yes no
σv? D nh sv?
C nh yes no yes no
Dn
S2n? Cn mora than D nd
yes no one Cn, n>3

D nd C nv
6C5?

yes no
i? 3C4?
yes no yes no
Ih I
i? s's
yes no no
Oh T
O Td

Gambar 6.7. Diagram penentuan point group

Adlim, Kimia Anorganik


81
Soal-Soal Pertanyaan

1. Jelaskan kegunaan simetri dan point group dalam


ilmu kimia.
2. Jelaskan unsur simetri rotasi, refleksi, rotasi tidak
sempurna dan inversi titik pusat.
3. Menuliskan unsur-unsur simetri dan point group:

(a) Huruf
Jawaban : C2v

(b) Bola lampu pijar


Jawaban : C v

(c) anion [Br-Au-Br]-


Jawaban : D v
F

(d) GeH3F (tetrahedral)


Jawaban : C3v Ge
H H
H

(e) Arsenik Pentabromida, AsBr5 (trigonal


bipiramidal) Jawaban : D3h
Br
Br
As Br
Br
Br

Adlim, Kimia Anorganik


82
(f) Trans Rotamer Disilana
Jawaban : D3d

2-
Cl Cl
(g) Ion Tetrakloroplatinat (II)
Pt
Jawaban : D4h
Cl Cl

Adlim, Kimia Anorganik


83

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami struktur padatan kovalen dan ionik dan bentuk-


bentuk kisinya serta kaitannya sifat fisik

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan cara menentukan kisi kristal
termasuk pengukuran panjang sisi dan jari-jari
atom.
2. Menerangkan konsep semikonduktor, doping,
dan type semikonduktor.
3. Menjelaskan sifat super konduktor.
4. Menjelaskan perbedaan hcp dan ccp.
5. Menggambarkan bcc, fcc, primitif.
6. Menerangkan jumlah atom dalam kristal.
7. Menerangkan kaitan antara cacat kristal dengan
konduktifitas kristal.

Adlim, Kimia Anorganik


84

Adlim, Kimia Anorganik


85

VII STRUKTUR ZAT PADAT

7.1 Struktur Padatan

Mayoritas padatan yang memiliki kemurnian dan


komposisi yang seragam dapat dikatagorikan sebagai padatan
molekuler (molecular solid), logam, senyawa kovalen yang
memiliki susunan atom yang tak terbatas (covalent infinite
arrays) dan struktur ionik.
Padatan molekuler terdiri dari molekul-molekul yang
saling terikat dengan ikatan Van der Walls (mungkin juga
ikatan hidrogen). Ketika dimampatkan dalam bentuk padat
(solid) atau liquid (cairan) maka sering kali molekul-
molekulnya dianggap sebagai molekul-molekul yang terpisah-
pisah.
Padatan kovalen yang banyak dikenal ialah intan, grafit,
belerang dan fosfor. Grafit dan intan sama-sama tersusun dari
unsur yang sama dan ikatan yang sama iaitu karbon dan ikatan
kovalen. Namun intan dan grafit mempunyai susunan atau
struktur molekul yang berbeda. Adanya suatu unsur yang
memiliki lebih dari satu bentuk yang disebabkan oleh perbedaan
baik struktur molekul seperti O2 dengan O3 maupun
pengemasan molekul dalam zat padat merupakan fenomena
yang disebut alotropi. Bentuk-bentuk unsur tersebut disebut
alotrop. Misalnya O2 adalah alotrop oksigen dan O3 disebut
alotrop lain dari oksigen. Intan merupakan alotrop dari karbon,
dan grafit merupakan alotrop lain dari karbon.
Perbedaan intan dan grafit terletak pada pengemasan
atom-atomnya. Intan merupakan benda yang paling keras dan
banyak digunakan sebagai mata bor pada industri pengeboran
minyak. Sedangkan grafit bersifat lunak digunakan sebagai isi
pensil. Atom karbon di dalam intan tersusun dengan pola
tetrahedral dengan hibridisasi sp3 dan tiap sisi diisi oleh karbon
Adlim, Kimia Anorganik
86
sehingga menghasilkan jaringan karbon raksasa berpola tiga
dimensi seperti Gambar 7.1 berikut ini :

Gambar 7.1 Susunan atom karbon yang berpola


tetrahedral dalam struktur molekul intan
(http://mineral.galaries.com)

Susunan ini sangat berbeda dibandingkan dengan susunan atom


grafit. Atom karbon tersusun dengan hibridisasi sp2 dan terdapat
ikatan  karena adanya ikatan rangkap dua. Grafit tersusun dari
cincin-cincin heksagonal yang saling berhubungan dalam
bidang datar, seolah-olah hanya dua dimensi dan mirip dengan
kasa ayam. Tiap atom karbon pada lapiran berikutnya berada
tepat di atas atom karbon lapisan di bawahnya. Struktur ini
dapat dilukiskan dalam Gambar 7.2 :

Gambar 7.2 Susunan atom karbon yang berpola lapisan-


lapisan planar dalam struktur molekul grafit

Selain model susunan atom karbon tersebut, saat ini telah


dikenal pola susunan atom karbon dalam senyawa sintetik baru
yang disebut senyawa fullerene dan karbon nanotube seperti
Gambar 7.3. Susunan karbon dalam senyawa fullerene
menyerupai pula bola kaki melingkar bulat terdiri jaringan
karbon gabungan antara segi enam dan segilima. Selain
keindahaan bentuknya saat ini telah dipelajari secara intensif
kegunaan atau manfaat bagi teknologi. Susunan karbon
Adlim, Kimia Anorganik
87
berbentuk tabung telah disintesa yang dikenal dengan nama
karbon nanotube. Celah tabung ini berukuran 1 nm atau 10-9 m
sehingga merupakan material baru dalam konsep
pengembangan nanoteknologi. Seperti juga fullerene karbon
nanotube terbentuk dari jaringan karbon dengan sususan
segienam.

(a) (b)
Gambar 7.3 Struktur C-60 fullerene (a) dan karbon
nanotube (b)

Selain karbon, padatan lain yang juga mempunyai alotropi ialah


belerang dan fosfor. Belerang padatan terdiri dari dua bentuk
krital yaitu orthorombik yang mempunyai titik leleh 96oC dan
monoklinik yang berbentuk jarum (meleleh pada 119oC). Kedua
kristal ini memilki susunan belerang S8 dalam bentuk cincin
seperti mahkota terlipat (Gambar 7.4).
Fosfor padatan berbentuk seperti lilin dan disebut fosfor
putih. Molekul ini memiliki struktur P4 (Gambar 7.5 (a) dan
sangat reaktif terutama terhadap oksigen sehingga terbakar jika
bersentuhan dengan udara. Alotrop fosfor yang lain dikenal
sebagai fosfor merah. Strukturnya belum diketahui dengan pasti
namun diperkirakan seperti Gambar 7.5 (b). Selain itu alotrop
ketiga yaitu fosfor hitam yang terbentuk bila fosfor putih
dipanaskan pada tekanan yang sangat tinggi dan diduga
strukturnya mirip seperti grafit.

7.2 Struktur kristal

Banyak bahan tambang seperti silika, sulfur, gipsum dan


batuan mineral lainnya terdapat dalam bentuk kristal yang
Adlim, Kimia Anorganik
88
terjadi secara alami. Misalnya kristal CaCO3 seperti yang
terdapat dalam Gambar 7.6. Kristal terdiri dari beberapa unit sel
yang tersusun dengan pola yang teratur. Unit sel merupakan
komponen yang dapat mewakili keseluruhan kristal. Susunan
atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul di dalam kristal yang
dapat dibatasi oleh garis yang menunjukkan pola unit-unit
kristal disebut kisi (lattice).

Sulfur Sulfur S8 struktur


(orthorombik) (monoklinik lingkaran
)

Sulfur Plastik

Gambar 7.4 Perbedaan struktur alotropi belerang

(a) (b)
Fosfor Putih, P4 Fosfor Merah

Gambar 7.5 Perbedaan struktur alotropi


fosfor Adlim, Kimia Anorganik
89

Gambar 7.6. Kristal CaCO3 yang terdapat secara alami

Penentuan Struktur Kristal


Bila seberkas sinar putih polikromatik dilewatkan pada
sebuah prisma maka prisma (yang terbuat dari kuarsa)
mendifraksi cahaya datang hingga muncul berbagai warna
seperti warna pelangi. Prinsip yang sama juga terjadi jika sinar
monokromatik (sinar-X) dilewatkan pada kristal, sinar-X akan
terdiffraksi seperti yang digambarkan pada Gambar 7.7 (a) dan
7.7 (b). Sinar yang terdiffraksi direkam pada lembaran film
sehingga muncul garis-garis yang disebut spektrum. Jarak antar
garis berhubungan dengan jarak antar atom dalam kristal yang
dinyatakan dengan d. Dengan menggunakan persamaan Bragg
nilai d dapat dihitung:
n = 2d sin 

Panjang gelombang  yang mempunyai kelipatan n berbanding


lurus dengan jarak antar atom d dan sudut sinar yang
terdiffraksi .

(a)

Adlim, Kimia Anorganik


90

(b)

Gambar 7.7 . Diffraksi sinar-X


(a) oleh beberapa lapisan atom
(b) direkam pada film

Ikatan dalam zat padat


Ikatan dalam zat padat terdiri dari beberapa bentuk.
Beberapa unsur seperti karbon atau senyawa seperti silika dapat
membentuk jaringan ikatan kovalen yang tak terhingga dan
biasanya mempunyai titik didih yang tinggi. Misalnya titik didih
kuarsa mencapai 1610oC. Sebagai perbandingan, gas hidrogen
yang memiliki ikatan kovalen dalam molekul yang kecil dan
terpisah-pisah memiliki titik didih yang rendah iaitu -259oC.
Demikian juga sulfur S8 yang hanya terikat dengan ikatan van
der Waals memiliki titik didih 113oC.
Zat padat juga membentuk ikatan ion yang terjadi jika
logam M yang memiliki elektronegatifitas rendah bersenyawa
senyawa dengan unsur non logam X yang memiliki
elektronegatifitas tinggi. Senyawa yang dibentuk adalah garam
yang memiliki titik didih yang tinggi. Ion Mm+ dan Xn- terikat
secara elektrostatik dengan suatu pola yang teratur (kisi kristal).
Energi interaksi elektrostatik disebut energi kisi dilambangkan
dengan U.
Jenis ikatan lain terdapat pula dalam logam dan disebut
ikatan logam. Dalam ikatan logam terjadi delokalisi elektron ke
seluruh kristal. Seolah-olah ion-ion logam berada dalam lautan
elektron yang terus bergerak bebas. Selanjutnya ikatan logam
Adlim, Kimia Anorganik
91
dapat diterangkan dengan teori band yang pada khakekatnya
merupakan teori orbital molekul. Orbital molekul terdiri dari
berbagai tingkat energi dan ketika jumlah molekul sangat besar
sebesar N (bilangan Avogadro) maka sejumlah molekul
memiliki tingkat energi yang sama yang disebut band seperti
ilustrasi pada Gambar 7.8.

Gambar 7.8. Band yang terdiri orbital molekul-orbital


molekul yang memiliki tingkat energi yang
berbeda-beda.

Band ini mengandung elektron dari atom-atom. Band yang


memiliki energi tertinggi dan mengandung elektron disebut
band valensi (valence band) sedangkan band yang memiliki
energi lebih tinggi dari band valensi disebut band konduksi
(conduction band). Band konduksi terdiri dari orbital kosong.
Jarak (perbedaan tingkat energi) antara band konduksi dengan
band valensi disebut band gap. Jika band gap sangat besar atau
band valensi penuh dengan elektron maka elektron sukar
tereksitasi ke band konduksi maka benda tersebut disebut
insulator. Sebaliknya jika band gap sangat kecil dan lagi band
valensi belum penuh sehingga hanya memerlukan sedikit energi
untuk berpindah dari band valensi ke band konduksi maka
bahan tersebut disebut konduktor seperti ilustrasi pada Gambar
7.9. Hantaran listrik terjadi bila elektron bergerak atau mengalir
bebas dari satu orbital ke orbital lainnya secara kontinyu. Pada
bahan konduktor seperti logam, maka elektron dengan mudah
pindah dari band valensi ke band konduksi. Orbital yang
ditinggal oleh elektron disebut lobang (hole). Orbital ini
Adlim, Kimia Anorganik
92
kemudian akan diisi oleh elektron berikutnya sehingga
terbentuk pula hole yang baru yang kemudian diisi oleh
elektron yang lain proses ini terus menurus sehingga terjadi
aliran listrik. Proses terjadinya hole dan perpindahan elektron
dapat dianalogikan seperti antrian mobil dari tempat parkir.
Sebuah mobil bergerak maju maka tempat sebelumya diisi oleh
mobil yang lain dari belakang dan tempat yang ditinggal kosong
diisi pula oleh mobil yang berada dibelakangnya dan
seterusnya.

Gambar 7.9. Struktur band insulator dan konduktor.


(a) Insulator, (b) logam tanpa
diberikan voltase, (c) logam dengan
elektron tereksitasi akibat diberikan
voltase.

Hantaran (conductance) pada bahan logam berkurang


dengan naiknya temperatur sebab terjadi peningkatan gerakan
vibrasi atom-atom yang mengganggu gerakan elektron dan
menyebabkan elektron sukar mengalir. Sifat bahan seperti ini
merupakan kharaktristik logam.
Beberapa unsur yang memiliki orbital valensi penuh
maupun tidak penuh tetapi berbeda dengan sifat insulator
karena memiliki band gap yang relatif kecil (hampir 2 eV),
unsur yang memiliki kharakteristik ini bersifat semikonduktor
contohnya silikon dan germanium. Intan yang mempunyai
ikatan kovalen konduktifitasnya sama dengan insulator pada
temperatur yang rendah namun pada temperatur yang relatif
tinggi konduktifitasnya naik karena sebahagian elektron
Adlim, Kimia Anorganik
93
tereksitasi ke band konduksi. Sifat bahan seperti ini merupakan
sifat bahan semikonduktor yaitu memiliki konduktivitas yang
lebih tinggi dari pada insulator tetapi lebih rendah dari pada
logam atau konduktor.
Silikon dan germanium adalah semikonduktor intrinsik
artinya dalam keadaan murni memiliki sifat semikonduktor.
Bahan yang lain yang tidak bersifat semikonduktor dapat
dirubah menjadi bahan semikonduktor dengan cara
memasukkan unsur lain dalam jumlah yang sedikit untuk
menghasilkan doped semikonduktor. Penambahan unsur lain
(doping) dapat dilakukan dengan cara menggantikan sebagian
unsur bahan dasar dengan unsur lain yang memiliki lebih
banyak atau lebih sedikit elektron. Jika unsur yang ditambahkan
memiliki lebih banyak elektron disebut semikonduktor tipe-n.
Contohnya P dalam bahan silikon. P memiliki 5 elektron
valensi sedangkan silikon hanya memiliki 4 elektron valensi.
Sebaiknya bahan penganti merupakan unsur yang memiliki
lebih sedikit elektron maka disebut semikonduktor type-p.
Contohnya aluminium dalam logam bahan silikon.
Perbandingan konduktifitas (conduktivity) antara
konduktor (logam), semikonduktor (metalloid) dan insulator
dapat dilihat pada Gambar 3.10. Konduktivitas logam seperti
besi dan tembaga berkisar 104-108 ohm-1 cm-1 sehingga bahan
ini banyak dipakai sebagai kabel listrik. Namun karena tembaga
tahan terhadap karat maka tembaga yang lebih banyak
digunakan sebagai penghantar arus listrik. Namun untuk
peralatan elektronik yang tidak tahan terhadap tegangan tinggi
maka diperlukan penghantar arus yang daya hantarnya rendah
agar komponen elektronik tidak rusak atau tersetrum. Bahan
yang sesuai untuk keperluan ini adalah bahan semikonduktor
(germanium, silikon) yang memilki konduktivitas 10-4 – 100
ohm-1 cm-1. Sedangkan insulator atau penghambat arus listrik
seperti silika, kaca, intan dan plastik biasanya memiliki
hantaran sangat rendah yaitu 10-20 – 10-8 ohm-1 cm-1.

Adlim, Kimia Anorganik


94

Gambar 7.10 Perbandingan konduktivitas insulator,


semikonduktor dan konduktor

Processor komputer
terbuat dari bahan
semikonduktor

7.3 Super Konduktor

Konduktifitas beberapa logam berubah secara tiba-tiba


pada suhu yang sama dinginnya dengan cairan helium iaitu 10
K (-263oC). Prinsip ini digunakan untuk menghasilkan
superkonduktor magnet yang digunakan dalam alat NMR
(nuclear magnetic resonance) atau resonasi magnetik inti.
Bahan superkonduktor yang biasa digunakan ialah alloy
niobium-titan, Nb-Ti-Cu atau Nb3Sn-Cu.
Super konduktor dapat pula terjadi pada suhu yang
relatif tinggi yaitu di atas 30 K jika kramik oksida La2CuO4
didope dengan Ba, Sr, atau Ca untuk menghasilkan bahan
superkonduktor (La2-xSrx)CuO4.

7.4 Packing (kemasan) Kristal

Packing tertutup atau closed packing merupakan struktur


kristal logam. Pada packing tertutup atom-atom dianggap
Adlim, Kimia Anorganik
95
menyerupai bola memiliki ukuran yang sama dan tersusun
dalam bentuk lapisan-lapisan yang rapat dan saling bersentuhan.
Susunan lapisan dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu packing
tertutup heksagonal (hexagonal closed packing, hcp) dan
packing terutup kubik atau cubic closed packing (ccp). Susunan
lapisan atom untuk hcp adalah lapisan ABAB… sedangkan ccp
ABCA…seperti Gambar 7.11 (a) dan 7.12 (b).

(www.chem.ox.ac.uk/icl/heyes/structure of_solids/coords/met-fcc.cmdf)

Gambar 7.11 (a) Heksagonal packing tertutup (hcp)


Posisi lapisan A(bawah) sama dengan A(atas)

(www.chem.ox.ac.uk/icl/heyes/structure of_solids/coords/met-fcc.cmdf)

Gambar 7.11 (b) Kubik packing tertutup (hcp)


Atom-atom lapisan A tidak sama dengan posisi
atom-atom C
Adlim, Kimia Anorganik
96
Tidak semua logam mempunyai packing tertutup terdapat pula
logam yang memiliki susunan atom yang kurang rapat terutama
jika logam dipanaskan.
Struktur yang sering dijumpai ialah kubik primitik
(cubic-P) atau pada sisi kubus terdapat atom-atom yang terbagi
(merupakan bagian) dari delapan kubus (unit sel) tetangganya.
Selain kubik primitif terdapat pula struktur “berpusat badan”
atau body center cubic (bcc) yaitu terdapat satu atom di tengah
kristal selain atom-atom yang ada di setiap sudut kristal.
Dengan asumsi bahwa atom, ion atau molekul merupakan
bulatan yang seragam dan saling berdekatan maka disebut
packing tertutup atau close-packing. Bentuk unit sel, sudut dan
ratio panjang sisinya (a:b:c) dapat diukur dengan pengukuran
sudut antar permukaan dengan alat Goniometer. Tetapi ukuran
unit sel yang yang lebih pasti ditentukan menggunakan diffraksi
sinar-X. Panjang dan kemiringan sisi-sisi bidang kristal
dilambangkan dengan a = panjang, b = lebar dan c = tinggi.
Sedangkan sudut-sudut dilambangkan dengan ,  dan  seperti
pada Gambar 7.12.

Gambar 7.12. Sisi dan sudut-sudut bidang kristal

Sistem kristal terdiri 7 kelompok besar yaitu kubus, heksagonal,


rhombohedral, tetragonal, ortorombik, monoklinik dan triklinik.
Perbedaan bentuk-bentuk digambar sebagai kisi Bravais
(Gambar 7.14) sedangan perbedaan panjang sisi-sisi dan sudut
ditabulasikan pada Tabel 7.1 :

Adlim, Kimia Anorganik


97
Tabel 7.1. Perbedaan sisi-sisi dan sudut kristal
Sistem Konstanta Kisi Sudut
Kubus* a=b=c  =  =  = 90o
Heksagonal a=bc  =  = 90o ;  = 120o
Rhombohedral a=b=c ==
Tetragonal a=bc  =  =  = 90o
Ortorombik a bc  =  =  = 90o
Monoklinik a bc  =  = 90o
Triklinik a bc 
Kubus disebut juga isometric

7.5 Kisi Bravais

Jumlah atom dalam sebuah unit sel atau satuan sel dapat
dihitung berdasarkan jumlah atom, molekul atau ion yang
berada di sudut, permukaan atau di tengah unit sel kristal. Jika
atom hanya ada pada sudut-sudut sel maka sebuah kotak
(kubus) terdapat 8 sudut. Susunan atom seperti ini disebut
primitive dan dilambangkan dengan P. Setiap atom pada setiap
sudut terbagi ke dengan delapan unit sel yang lain seperti
1
Gambar berikut ini 7.13. Jadi dalam satu sel tiap sudut atom
8
1
karena 8 sudut maka total atom dalam sebuah sel adalah x8
8
= 1 atom. Bentuk lainnya ialah kubus pusat badan (body center
cubic, bcc) disimbulkan dengan I. Pada kisi kristal ini selain 8
atom pada setiap sudut, terdapat pula satu atom di pusat. Atom
yang berada di tengah tidak terbagi dengan sel lainnya. Bentuk
kisi berikutnya ialah face center cubic (fcc) atau kubus berpusat
muka dimana terdapat 8 atom di setiap sudut dan satu atom
pada setiap bidang kubus dan atom tersebut terbagi dua. Jumlah
atom pada setiap sistem sel dapat ditabulasikan seperti Tabel
7.2.
Contoh kristal yang berstruktur kubus atau yang disebut
susunan primitif ialah struktur kristal NaCl (rock salt), MgO,
ScN, TiC. Sedangkan CsCl berstruktur bodi center cubic.
Adlim, Kimia Anorganik
98
Sedangkan struktur ortorombik, monoklinik dan lainnya banyak
didapati pada kristal-kristal lainnya. Pada Tabel 7.3
ditabulasikan kecenderungan struktur logam baik bcc, ccp, hcp
dan lainnya.

Tabel 7.2. Jumlah atom dalam tiap unit sel

Tipe Sim Posisi atom-atom Jumlah atom


kisi -bol Sudut Tengah Permukaan dalam satu sel

1
Primitif P 8 0 0 x8 =1
8

Pusat 1
I 8 1 0 ( x 8) + 1 = 2
Badan 8
1
Pusat ( x 8) + (1/5 x 6)
F 8 0 6 8
muka
=4

1 1
Pusat ( x 8) + ( x 2)
C 8 0 2 8 2
muka
=2

(a) (b)

Adlim, Kimia Anorganik


99

(c) (d)
Gambar 7.13. Susunan atom dalam kisi krital kubik.
(a) Kubus primitif, (b) Kubik primitif yang
bergabung dengan unit-unit sel lainnya sehingga
atom-atom terbagi, kubus pusat badan atau body
center cubic (bcc) serta (d) kubus pusat muka atau
face center cubic, fcc.

The 14 Bravais lattices, derived by centering of the seven


crystal classes (P and R) defined by symmetry operators.

Adlim, Kimia Anorganik


100

Gambar 7.14 Kisi Bravais

Bentuk kisi stuktur logam pada setiap jenis unsur dalam sistem
priodik dapat digambarkan pada Tabel 7.3. Sedangkan jenis
ikatan senyawa hidrida EHn dimana E adalah lambang unsur
tertentu dapat ditabulasikan pada Tabel 7.4.

Adlim, Kimia Anorganik


101
Tabel 7.3 Jenis-jenis kisi struktur logam

Tabel 7.4 Jenis ikatan senyawa hidrida (EHn)

7.6 Padatan Ionik Senyawa Biner


Padatan ionic (senyawa biner) terdiri ion logam dan
anion non logam yang struktur kristalnya dikenal dengan 6
bentuk yaitu Rock Salt (NaCl), Cesium klorida (CsCl), Fluorite
(CaF2), Rutile (TiO2), Zinc blende (cubic ZnS) dan Wurtzite
(hexagonal ZnS) seperti Gambar 7.15. Keenam struktur relatif
dapat mewakili struktur kristal yang lain.

Adlim, Kimia Anorganik


102

Rock Salt (NaCl) Cesium Klorida (CsCl)

Rutile (TiO2)
Fluorite (CaF2 )

Zinc blende (ZnS) Wurtzite (ZnS)


Gambar 7.15. Enam struktur ionik. Lingkaran besar
merupakan anion dan besar kation.

Kation dan anion dalam kisi kristal diikat oleh gaya


elektrostatik atau gaya Coulomb. Energi electrostatik tersebut
disebut energi kisi yang dilambangkan dengan U. Nilai U dapat
dihitung berdasarkan penjumlahan energi dalam proses
pembentukan kristal yang merupakan siklus dan dimanakan
siklus Born-Haber.

Adlim, Kimia Anorganik


103
7.7 Cacat kristal dan kisi nonstoikiometrik

Semua kristal tidak ada yang sempurna melainkan


kekosongan kisi terdapat secara acak. Jika sebagian kation dan
anion juga tidak terdapat (kosong) dalam kristal maka situasi ini
disebut cacat Schotty (Schotty defect). Sedangkan jika yang
hilang (kosong) ion tertentu saja (umumnya kation) maka
situasi ini dikenal sebagai cacat Frenkel (Frenkel defect). Kedua
situasi ini diilustrasikan seperti Gambar 4.16. Catat kristal
berkaitan dengan konduktifitas kristal tersebut. Padatan kristal
dapat bersifat konduktor jika dapat terjadi perpindahan muatan.
Perpindahan muatan dapat terjadi jika terdapat celah kosong
atau cacat kristal. Dengan adanya celah kosong maka baik
kation maupun anion dapat berpindah ke tempat tersebut yang
mengakibatkan terjadi perpindahan atau penyusunan kembali
kation dan anion yang lain. Adanya mobilitas ion-ion tersebut
maka terjadi hantaran listrik. Jika jumlah cacat atau celah
kosong dapat diatur misalnya melalui kristalisasi pada
temperature tertentu maka memungkinkan dihasilkan bahan
dengan tingkat konduktifitas yang diinginkan dan teknik ini
sudah digunakan dalam industri semikonduktor. Walaupun
demikian teknik doping atau memasukkan sejumlah kecil unsur
atau senyawa lain ke dalam bahan semikonduktor merupakan
teknik yang lebih umum digunakan. Misalnya Li2O
ditambahkan (dope) ke dalam kristal NiO menyebabkan
hantaran NiO yang terdoping naik 10 kali lipat dari sifat
asalnya.

NiO + xLi2O Li2xNiII(1-2x)NiIII2xO(1+x)

Nonstroikiometrik material dapat dihasilkan dengan cara


memanaskan kristal untuk menguapkan bahan volatile. Sebagai
contoh, seng oksida dipanaskan dihasilkan O2 dan ZnO2 seperti
reaksi berikut ini:
ZnO (x/2) O2 + ZnO (1-x)

Adlim, Kimia Anorganik


104

Gambar 7.16. Cacat kristal jenis Schottky dan Frenkel


defect.

Soal-Soal

1. Jelaskan cara menentukan kristal termasuk pengukuran


panjang sisi dan jari-jari atom.
2. Terangkan konsep semikonduktor, doping, dan tipe
semikonduktor.
3. Jelaskan super konduktor.
4. Jelaskan perbedaan hcp dan ccp.
5. Gambarkan bcc, fcc, kubus primitif.
6. Terangkan jumlah atom dalam kristal dan berikan
alasan.
7. Terangkan kaitan antara cacat kristal dengan
konduktifitas kristal.

Adlim, Kimia Anorganik


105

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami berbagai konsep asam dan basa kaitannya


dengan sifat-sifat dan ikatan dalam senyawa.

INDIKATOR

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan


mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan perbedaan dan kesamaan konsep asam-


basa Arhenius, Bronsted-Lawry dan Lewis.
2. Menjelaskan asam dan basa konyugasi
3. Menerangkan kriteria asam dan basa Lewis.
4. Menjelaskan kecenderungan reaksi berdasarkan
konsep asam-basa keras-lunak.
5. Memperkirakan tingkat keasaman suatu asam.

Adlim, Kimia Anorganik


106

Adlim, Kimia Anorganik


107

VIII TEORI ASAM BASA

8.1 Pengantar

Bagi penderita penyakit maag atau penyakit asam lambung,


magnesia merupakan obat maag yang biasa digunakan. Di dalam
lambung atau terdapat suatu cairan yang disebut asam lambung
yang biasanya berwarna bening, atau kekuningan dengan tingkat
asaman tinggi yaitu pH 1.0 sampai 2. Tingkat asaman ini kira-kira
2 sampai 5 kali lebih masam dibandingkan dengan asam cuka
(CH3COOH). Asam lambung terdiri dari 97-99% air dan kira-kira
0,5% asam khlorida (HCl). Kadar H+ di dalam larutan menentukan
tingkat keasamannya. Makin tinggi kadar H+ makin tinggi pula
keasaman larutan tersebut dan sebaliknya. Magnesia tersusun dari
magnesium karbonat (MgCO3) dan Mg(OH)2 merupakan basa
yang dapat menetralkan keasaman lambung.
Sejak tahun 1976 berbagai definisih asam basa sudah
diperkenalkan. Namun hanya beberapa yang dapat diadopsi secara
umum. Di antara teori asam basa yang banyak diadopsi ialah
konsep Arrhenius, Bronsted-Lowry, Solven sistem dan konsep
Lewis.

8.2 Konsep Arrhenius


Menurut Arrhenius (1894) asam ialah zat yang dapat
membentuk ion hidrogen (saat ini sering pula disebut ion
hidronium atau oksium, H3O+) dalam larutan air. Basa merupakan
zat yang dapat membentuk OH- dalam larutan air. Arrhenius
mendapat hadia Nobel di bidang kimia pada tahun 1903 atas teori
asam-basanya.

Adlim, Kimia Anorganik


108
Contoh :
HCl dalam air terioniasasi menjadi ion H+ atau H3O+ and
-
ion Cl dalam air. Maka HCl menurut definisih Arrehenius adalah
asam. Teori ini berlaku umum dalam larutan air tetapi konsep
Arrhenius tidak dapat diadopsi untuk larutan non air, gas atau fasa
padatan dimana H+ dan OH- biasanya tidak terjadi. Karena itu
berkembang teori yang lebih umum iaitu teori asam-basa Bronsted-
Lowry.

8.3 Konsep Bronsted-Lowry

Pada tahun 1923 Bronsted dan Lowry mendefinisihkan


asam sebagai yang cenderung melepaskan proton (ion H+) dan basa
adalah bahan atau zat yang cenderung menerima ion H+. Teori ini
merupakan lanjutan teori Arrhenius yang dapat diadopsi untuk fasa
gas. Karena itu HCl dan NH3 dalam bentuk gas dapat dinyatakan
sebagai asam dan basa. Dalam difinisih ini juga diperkenalkan
konsep asam-basa konyugasi.

Asam basa + H+
Basa konyugasi

Basa asam + OH-


asam konyugasi

Makin kuat asam makin lemah basa konyugasinya dan sebaliknya


makin kuat basa makin lemah asam konyugasinya. Air dapat
bersifat asam dan juga dapat bersifat basa (menerima atau
menyumbang H+) maka disebut bersifat amfoter. Asam (HA) yang
lebih kuat dari pada air menyumbang H+ kepada H2O hingga
terbentuk ion hidronium atau H3O+

H+ H+

HA + H2O H3O+ + A-
Adlim, Kimia Anorganik
109

Asam basa asam basa

H+ H+

NH3 + H2 O NH4+ + OH-


Basa asam asam basa

Contoh :

H+ H+

H3O+ + NO2- H2O + HNO2

Asam basa basa asam

Pasangan asam-basa konyugasi

Asam Basa

H3O+ H2O
HNO2 NO2-

NO2- dinyatakan basa karena pada reaksi tersebut menerima H+


membentuk HNO2 dan H2O sebaliknya H2O sebagai basa karena
menerima ion H+ dari HNO2 untuk membentuk H3O+ dan NO2-.
Agar lebih mudah dipahami reaksi di pisahkan yaitu

H+

H3O+ + NO2- H2O + HNO2

Asam basa asam basa

Adlim, Kimia Anorganik


110
H+

H3O+ + NO2- H2O + HNO2


Asam basa basa asam

Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi asam dengan basa untuk
menghasilkan garam dan satu atau lebih molekul pelarut misalnya
air
Asam + Basa Garam + Air

asam nitrat dapat dinetralkan dengan kalium hidroksida dalam air

HNO3 + KOH KNO3 + H2O

8.4 Konsep Lewis

Walaupun teori asam-basa Bronsted-Lowry lebih berlaku


umum dibandingkan teori asam Arrhenius yang terbatas dalam
larutan air, ternyata konsep asam-basa Bronsted-Lowry pun belum
dapat membahas reaksi asam-basa yang tidak melibatkan H+. Misal
boron triklorida (BCl3) dalam pelarut air memiliki pH < 7 yang
berarti bersifat asam. Demikian juga NH3 dalam air menunjukkan
pH > 7 yang berarti basa. Maka G.N. Lewis tahun 1923
mengembangkan teori asam-basa yang lebih bersifat umum. Teori
tersebut dikenal sebagai teori asam-basa Lewis. Menurut Lewis,
asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron dan basa
adalah zat yang dapat menyumbangkan pasangan elektron.

A + B A B
Konsep Lewis dapat mengakomodasi konsep asam-basa
sebelumnya. Misalnya H+ mempunyai orbital kosong yang dapat
menerima pasangan elektron. Sedangkan basa seperti OH- dan juga
semua anion memiliki pasangan elektron bebas yang dapat
Adlim, Kimia Anorganik
111
disumbangkan maka bersifat basa seperti konsep asam-basa Lewis.
Konsep Lewis juga dapat mengakomodasi lebih banyak reaksi
yang tidak dapat diterangkan dengan konsep asam-basa
sebelumnya. Beberapa contoh reaksi tersebut ialah :

BCl3 + N(CH3)3 (CH3)3N◦BCl3


AlH3 + H- AlH4-
Ag+ + 2 CN- [Ag(CN)2]-

Boron, B yang hanya memiliki elektron valensi 3 dan semua


elektron valensi telah dipakai untuk berikatan dengan 3 atom Cl.
Jumlah elektron valensi bersama dengan pasangan elektron ikatan
masih kurang dari 8 atau belum okted. Karena itu boron cenderung
menerima pasangan elektron dan dengan demikian bersifat asam.
Atom nitrogen yang memiliki 5 elektron valensi, dan tiga
diantaranya dipakai berikatan dengan radikal CH3◦, maka terdapat
sepasang elektron bebas yang dapat disumbangkan kepada BCl3,
dengan demikian N(CH3)3 bersifat basa.

Cl CH3 Cl CH3
Cl B + N CH3 Cl B N CH3
Cl CH3 Cl CH3
Asam basa

Kriteria asam Lewis


Beberapa molekul yang memiliki ikatan rangkap dapat
menyumbang elektron  maka digolongkan sebagai asam Lewis.
Asam Lewis biasanya memiliki orbital kosong untuk dapat
mengakomodasi pasangan elektron bebas; beberapa di antaranya
ialah

1. H+, karena memiliki orbital kosong


2. Senyawa yang kurang okted misalnya senyawa berellium,
boron dan aluminium
Adlim, Kimia Anorganik
112
3. Senyawa yang dapat melebih okted misalnya senyawa PR3
dan SR2
4. Senyawa yang mempunyai ikatan polar dapat menyediakan
sisi asam pada atom yang kurang elektronegatif misalnya C
dalam R2C=O dan O=C=O dan sulfur O=S-O.
5. Kation logam.

Kriteria basa Lewis


Suatu basa Lewis mesti mempunyai pasangan elektron
bebas untuk disumbangkan, karena itu yang termasuk basa Lewis
di antaranya:

1. Karbonion :
CR3
2. NH3, PH3, AsH3, SbH3, basa konyugasi dan turunannya
3. H2O, H2S, H2Se, H2Te , basa konyugasi dan turunannya
4. Ion halida

8.5 Kekuatan Asam Basa

Di antara faktor yang mempengaruhi kekuatan asam ialah


affinitas proton atau kemampuan mendonor H+. Affinitas proton
untuk asam halida meningkat mengikuti urutan :
HF < HCl < HBr < HI

Berarti urutan kekuatan asam , HI > HBr > HCl > HF


Ka 109 108 106 10-3
pKa -9 -8 -6.1 +3.18

Kekuatan asam dapat juga dinilai dari nilai konstata asam (Ka) atau
–log Ka (pKa). Makin besar Ka atau makin kecil pKa makin kuat
keasamannya. Nilai Ka atau pKa beberapa asam dan basa dapat
dilihat pada lampiran.
Asam tersier oksi dengan rumus umum HmXOn cenderung
bersifat asam jika X adalah non logam atau metalloid. Dengan
sedikit pengecualian (misalnya untuk fosfor sistem) hidrogen asam
oksi cenderung terikat pada oksigen.
Adlim, Kimia Anorganik
113

1. Jika terdapat lebih dari satu hidrogen yang dapat


dibebaskan maka Ka1 > Ka2 > Ka3…sedangkan pKa
merupakan kebalikannya.
2. Makin besar elektronegatifitas X makin kuat keasaman
asam oksi karena pengaruh induksi unsur yang menarik
elektron (elektron withdrawing). Urutan elektronegatifitas
() adalah
B < P < C < S < I < Br < N < O <Cl < F
Dan Keasaman meningkat dari kiri ke kanan
H3PO4 < H2SO4 < HClO4
HIO3 < HBrO3 < HClO3
CH3COOH < FCH2COOH < F2CHCOOH < CF3COOH <
H2SO4 < HSO3F
3. Keasaman meningkat dengan bertambahnya oksigen (ini
juga disebabkan efek induksi)
HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4

Keasaman asam HmXOn dapat diperkirakan dengan menggunakan


persamaan Ricci dan Pauling yaitu :
pKa = 8-9f + 4 (n-m)

f ialah muatan formal heteroatom X (dihitung dengan asumsi


ikatan X-O hanya ikatan tunggal) dan m adalah jumlah atom H dan
n adalah jumlah O, n-m merupakan jumlah atom oksigen yang
tidak terikat pada atom hidrogen.

Contoh : H3AsO4
pKa perhitungan pKa eksperimen
pKa1 = 8-9(+1) + 4(4-3) = 3 2.21
pKa2 = 8-9(+1) + 4(4-2) = 7 6.98
pKa3 = 8-9(+1) + 4(4-1) = 11 11.5

pKa hasil perhitungan atau perkiraan ternyata hampir sama dengan


nilai pKa yang sesunggunya atau eksperimen. Namun demikian
persamaan Ricci dan Pauling tidak berlaku untuk H3PO3 dan
H3PO2 karena keduanya lebih bersifat asam dibandingkan hasil
perkiraan.
Adlim, Kimia Anorganik
114
8.6 Asam-Basa Keras-Lunak (Soft –Hard Acid-Base)

R.G. Pearson mengembangkan pendekatan yang digunakan


oleh Ahrland, Chatt dan Davies tentang konsep asam-basa dalam
hal keras-lunak keasamaan. Asam-Basa Keras-Lunak tidak identik
dengan asam-basa kuat-lemah. Kekerasan (asam-basa) biasanya
dimiliki senyawa/ion/molekul yang berukuran yang kecil,
mempunyai kerapatan muatan listrik yang besar, dan lemah
kepolarannya dan sifat sebaliknya untuk asam-basa lunak. Reaksi
antara asam keras dengan basa keras atau asam-lunak dengan basa
lunak lebih cendrung terjadi spontant secara termodinamika
dibandingkan jika terjadi kombinasi asam-basa keras-lunak.

Contoh : 1

Ag+ + I- AgI(s) dapat terjadi spontan reaksi


lunak-lunak; AgI sangat tidak larut

Li+ + F- LiF(s) dapat terjadi spontan reaksi


keras-keras; LiF sangat tidak larut

Ag+ + F- AgF(s) tidak spontan lunak-keras;


AgF sukar larut.

Li+ + I- LiI(s) reaksi keras-lunak, tidak


spontant; LiI mudah larut dalam air

ZnO + 2 LiC4H9 Zn(C4H9)2 + Li2O


Lunak-keras keras-lunak lunak-lunak keras-keras

Contoh soal :

Ion mana yang lebih cenderung menghasilkan garam yang sukar


larut OH- atau S2- dengan logam transisi 3+ atau logam transisi 2+
?

Adlim, Kimia Anorganik


115
Jawab :
karena OH- merupakan basa keras dan logam transisi +3 adalah
asam keras maka OH- cenderung bereaksi dengan transisi +3, S2-
cenderung bereaksi dengan logam transisi 2+ (kelompok garis
batas, boulder line).

Asam

Keras Lunak
H+, Li+, Na+, K+ Cu+, Ag+, Au+, Hg+,
CH3Hg+, Tl+
Be2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+ Pd2+, Pt2+, Cd2+, Hg2+, BH3,
GaMe3, GaCl3
BF3, B(OR)3, AlH3, AlCl3, GaI3, LnCl3, CH2, carbine,
AlMe3 Br2, I2, Br+, I+
CO2, RCO+, NC+, Si4+, Atom logam
CH3Sn3+, N3+, Cl3+
I5+, I+7
Al3+, Sc3+, Ga3+, In3+, La3+,
Cr3+, Fe3+, Co3+
Ti4+, Zr4+, Hf4+
Kekerasan Sedang (borderline)
Fe2+, Ru2+, Os2+, Co2+, Rh3+, Ir3+, Ni2+, Cu2+, Zn2+, BMe3,
GaH3, R3C+, C6H5+, Sn2+, Pb2+, NO+, Sb3+, Bi3+, SO2

Basa

Keras Lunak
CO32-, CH3COO-, NH3, CO, CN-, RNC, C2H4, C6H6,
RNH2, N2H4, H2O R3P, (RO)3P
OH-, ROH, RO-, R2O, R3As, R2S, RSH, H-, R-, I-,
F-, Cl-, NO3-, PO43-, SCN-, S2O32-
ClO4-
Kekerasan Sedang (borderline)
N2, N3-, NO2-, C5H5N, C6H5NH2, Br-

Adlim, Kimia Anorganik


116
Latihan :
Beberapa reaksi berikut ini menghasilkan garam yang sukar dan
mudah larut;
a. Urutkan kereaktifan Cu2+ terhadap OH- , NH3 , O2- dan S2-
?
b. Urutkan kereaktifan Fe2+ terhadap OH- , NH3 , O2- dan S2-
?
c. Urutkan kereaktifan Ag+ terhadap NH3 dan PH3 ?
d. Apakah Fe, Fe2+ atau Fe3+ sangat reaktif bereaksi dengan
CO?

1. Tuliskan persamaan yang menunjukkan HCl


berperilaku
(a) Asam Arrhenius.
(b) Asam Bronsted-Lowry terhadap ammonia
(c) Basa Bronsted-Lowry terhadap asam sulfat

2. Jelaskan mengapa setiap reaksi berikut ini merupakan


reaksi asam-basa
3. Dengan menggunakan persamaan Ricci, perkirakan nilai pKa
masing-masing senyawa berikut ini:
a. H2SeO4 b. H2SeO3 c. HSeO3-
d. HNO3 e. H3BO3.

4. Kelarutan molar CaCl2 kira-kira empat kali besar dari


kelarutan molar BaCl2 jelaskan dengan konsep asam-
basa keras-lunak

5. Untuk reaksi berikut ini identifikasi asam dan basa.


Juga tunjukkan konsep asam-basa yang mana (Lewis,
Bronsted)
a. BF3 + 2 ClF [Cl2F]+ + [BF4]-
b. HClO4 + CH3CN CH3CNH+ + ClO4-

Urutkan kekuatan keasaman Bronsted dan jelaskan ;


H3AsO3, H2AsO3-, H3AsO4, H2SO4, H2SeO4

Adlim, Kimia Anorganik


117
Soal-Soal Tambahan

1. Jelaskan perbedaan dan kesamaan konsep asam-basa


Arhenius, Bronsted-Lawry dan Lewis.
2. Menerangkan kriteria asam dan basa Lewis.

Adlim, Kimia Anorganik


119

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami berbagai aspek termodinamika dan kaitannya


terhadap ekstraksi logam, kesetabilan ion logam dalam air
serta kesetabilan senyawa anorganik.

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menghitung suhu minimum ekstraksi unsur
menggunakan diagram Ellingham.
2. Menjelaskan konsep overpotensial
3. Menjelaskan kesetabilan logam dalam air
berdasarkan data potensial reduksi dan pH.
4. Menjelaskan konsep disproporsionasi.
5. Menentukan potensial reduksi suatu spesi kimia
menggunakan diagram Latimer.

Adlim, Kimia Anorganik


120

Adlim, Kimia Anorganik


121

IX ASPEK TERMODINAMIKA

9.1 Ekstraksi Unsur

Reduksi oksida biji logam (oxide ores)


Perubahan oksida logam menjadi logam merupakan
proses reduksi. Reduksi logam pada temperatur rendah
dilakukan secara elektrokimia. Sedangkan reduksi oksida
logam pada temperatur tinggi digunakan karbon atau
batubara sebagai sumber zat reduktor. Kelayakan terjadinya
reaksi reduksi dan oksidasi secara termodinamika dievaluasi
berdasarkan nilai perubahan energi bebas Gibbs, G. Jika
nilai G negatif maka reaksi akan berlangsung spontan atau
makin memungkinkan reaksi dapat berlangsung. Sebaliknya
jika nilai G positif maka reaksi tidak spontan atau tidak
dapat berlangsung pada keadaan dimana G ditentukan.
Energi bebas Gibbs standard, Gø dipengaruhi oleh
temperatur T dan berhubungan dengan nilai konstanta
kesetimbangan, K.

Gø = -RT ln K 9.1

Diagram yang menghubungkan nilai Gø dengan suhu untuk


oksida biji logam menggunakan karbon pada temperatur
tinggi dikenal sebagai diagram Ellingham seperti yang
tertera pada Gambar 9.1 berikut ini. Pada diagram tersebut
dapat ditentukan minimum temperatur agar oksida logam
dapat direduksi secara spontan oleh karbon. Dalam reaksi
reduksi oksida logam menjadi logam karbon atau karbon
monoksida mengalami oksidasi.
Adlim, Kimia Anorganik
122

Gambar 9.1 Diagran Ellingham; korelasi antara


temperature dan Gø untuk reduksi
oksida logam dengan C.
2CO(g) + O2(g) 2 CO2(g) Gø (CO,CO2)
C(s) + O2(g) CO2(g) Gø (C,CO2)
2C(s) + O2(g) 2CO(g) Gø (C,CO)

Jadi reaksi reduksi oksida logam dengan C menjadi menjadi


CO2 dapat ditulis sebagai berikut:
C(s) + 2/x MOx(s) 2/x M(l) + CO2(g)

Gø = Gø (C,CO2)- Gø(MOx,M ) 9.2


Gø = Gø (oksidasi)- Gø(reduksi )
Adlim, Kimia Anorganik
123

Agar reaksi dapat berlangsung spontan maka nilai Gø


oksida logam harus lebih besar dari Gø (C,CO2). Atau Gø
(C,CO2) harus lebih negatif dibandingkan Gø oksida logam.
Dengan menggunakan diagram Ellingham maka
reaksi reduksi oksida logam oleh karbon akan berlangsung
spontan jika kurva oksida logam berada di atas Gø
oksidasi karbon.

Contoh.
Berapa temperatur minimum agar ZnO dapat direduksi
menjadi logam oleh karbon. Bagaimana reaksi secara umum
untuk temperatur ini.

Jawab
Dari diagram Ellingham, kurva ZnO berada di atas kurva
oksidasi C menjadi CO pada temperatur 950oC, maka di atas
temperatur ini secara termodinamika reaksi dapat
berlangsung. Reaksi yang terlibat sebagai berikut:
2C(s) + O2(g) 2CO(g)
2Zn(l) + O2(g) 2ZnO(s)

secara keseluruhan
2C(s) + 2ZnO(s) 2Zn(l) + 2CO(g)

disederhanakan:
C(s) + ZnO(s) Zn(l) + CO(g)

Latihan
Dengan menggunakan diagram Ellingham, berapa suhu
minimum agar oksida MgO dapat direduksi menjadi logam
magnesium menggunakan karbon sebagai reduktor.

Reduksi secara kimia

Beberapa biji logam misalnya biji tembaga agak


sukar direduksi menggunakan karbon pada suhu tinggi
karena memerlukan temperatur yang tinggi dan biji tersebut
Adlim, Kimia Anorganik
124
mengandung belerang yang kemudian berubah menjadi SO2
yang mencemari lingkungan. Sebagai altenatif logam
tembaga dapat diperoleh dengan cara melarutkan biji
tembaga hingga dihasilkan ion-ion tembaga dan kemudian
direduksi menggunakan gas hidrogen.

Cu2+ (aq) + H2(g) Cu(s) + 2H+ (aq)

Reduksi secara elektrolisis

Seperti yang ditunjukkan oleh diagram Ellingham


bahwa reduksi Al2O3 dengan C dapat hanya memungkinkan
berlangsung pada suhu 2000oC. Hal ini tidak ekonomis
sehingga cara elektrolisis menjadi alternatif. Elektrolisis
dapat terjadi jika terdapat perbedaan potensial yang cukup
besar antara potensial kimia di dalam sistem larutan dengan
potensial listrik di sirkulit luar. Kelayakan elektrolisis juga
dapat dieveluasi secara termodinamika berbasarkan nilai
energi bebas Gibbs. Hubungan antara energi bebas Gibss,
G dengan beda potential (E) dinyatakan dengan
persamaaan

G = -nFE 9.3

n merupakan jumlah mol elektron yang ditransfer dan F


adalah konstanta Faraday (F = 96500 C mol-1). Total energi
bebas Gibs pertukaran dari pasangan proses internal dan
eksternal adalah
G + G (external process) = G - nFEext 9.4
G
Eext = 9.5
nF
Ext = eksternal

Contoh soal
Perkirakan berapa beda potensial minimum diperlukan untuk
mereduksi Al2O3 dengan karbon menjadi CO pada 500oC.

Adlim, Kimia Anorganik


125
Jawab.
Energi bebas Gibbs untuk decomposisi
2 4
Al2O3 Al + O2
3 3
Dari diagram Ellingham yang merupakan energi bebas per
mol O2 ialah, ΔG = +960 kJ.
Bilangan oksidasi Al dalam Al2O3 adalah +3 dan turun
menjadi nol atau Al0, yang berarti
4 3+ 4
Al mempunyai muatan + = (3)  4 memerlukan 4
3 3
mol elektron untuk menetralisir muatan ;

G  960 kJ
maka Eext = =  2,5V
nF 4 mol x 96,49 kC mol 1

Jadi pada 500oC, beda potensial paling sedikit harus ada


minimum 2,5 V agar reaksi reduksi dapat berlangsung.

Latihan :
Perkirakan beda potensial minimum yang diperlukan untuk
mereduksi TiO2 menjadi titanium secara elektrolisis.

Dalam prakteknya biji aluminum atau bauxite dapat


dianggap sebagai campuran dari oksida asam SiO2, dan
oksida amfoter Al2O3 dan Fe2O3 (termasuk dalam jumlah
sedikit TiO2). Dengan penambahan NaOH maka aluminium
dan silikon terpisah dari besi. Karena Fe(OH)3 mengendap
sedangkan aluminium dan silikon hidroksida larut dalam
larutan basa. Netraliasasi larutan dengan CO2 menyebabkan
Al(OH)3 mengendap sedangan silikon tetap dalam larutan.
Maka Aluminium hidroksida dapat terpisah bahan
pengotornya. Al(OH)3 dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) sebelum direduksi secara elektrokimia. Proses ini
memerlukan 4,5 V dengan kuat arus 1 A cm-3 yang
merupakan energi listrik yang cukup besar.

Adlim, Kimia Anorganik


126
Unsur diekstrak secara oksidasi

Halogan merupakan unsur yang paling penting


diekstrak secara oksidasi. Contoh reaksi oksidasi halogen :

2Cl-(aq) + 2H2O(l)
2OH- (aq) + H2 (aq) + Cl2 (aq) ΔG0 = +422 kJ

nilai ΔG0 positif, yang berarti tidak spontan. Jika


disubstitusikan pada persamaan 5.5 maka diperoleh
minimum potensial yang dibutuhkan 2,2 V (sebab n = 2 pada
reaksi tersebut). Dengan katalain reaksi ini tidak dapat
berlangsung tanpa ada energi dari luar misalnya energi listrik
seperti dalam proses elektrolisis.
Beda potensial 2,2 V lebih besar dibandingkan
dengan beda potensial pada elektrolisis air. Dalam metoda
elektrolisis, air terurai menjadi H2 dan O2 dengan ΔG0 =
+414 kJ.
2H2O(l) 2H2(g + O2(g) ΔG0 = +414

Dari persamaan 5.5 maka beda potensial minimum yang


diperlukan untuk elektrolisa air adalah 1.2 V (n = 4 mol e
yang terlibat). Reaksi elektrolisis air tergolong lambat
dibandingkan reduksi ion klor menjadi gas klor. Juga
dikatakan bahwa elektrolisis air memiliki over potensial ()
yang tinggi.
Pada industri klor-alkali yaitu elektrolisis air laut
untuk menghasilkan gas Cl2 dan NaOH, produk yang
dihasilkan selain gas klor dan NaOH juga gas H2 sedangkan
O2 sangat sedikit. Hal ini disebabkan sumber O2 hanya dari
elektrolisis air yang lebih lambat atau disebut memiliki
overpotensial yang tinggi.

Adlim, Kimia Anorganik


127
9.2 Potensial Reduksi (E0red)

Potensial reduksi (setengah reaksi) suatu reaksi dapat


diukur dengan menggunakan standard elektroda sebagai
pembanding. Standard elektroda sudah diketahui dengan
pasti potensial reduksinya sehingga potensial sel dikurangi
potensial standard elektroda maka diperoleh potensial
reduksi reaksi yang dibandingkan. Ada beberapa standard
elektroda termasuk standard elektroda hydrogen yang
mempunyai E0 red = 0,0 Volt.
Karena G = -nFE0 maka jika E0 > 0 yang berarti G tetap
negatif atau < 0 dan reaksi berlangsung spontant pada
kondisi dimana E0 diukur. Tanda 0 atau  atau Ө sebagai
subscript pada E atau G menunjukkan kondisi standard
elektrokimia yaitu 25oC. Reaksi yang mempunyai
potensial reduksi paling besar (positif) cenderung lebih
mudah tereduksi dan bertindak sebagai oksidator. Sebaliknya
makin kecil potensial reduksi makin makin sukar tereduksi
tapi makin mudah teroksidasi sehingga cenderung bersifat
reduktor

Ered Besar Mudah Mengalami Bersifat


(sangat tereduksi reduksi oksidator
positif)
Ered Kecil Sukar Mengalami Bersifat
(sangat terduksi oksidasi reduktor
negatif)

Contoh Soal :

Berdasarkan tabel potensial reduksi lampiran 6 tentukan ion


yang mana (Fe2+, Cl- atau Ce3+) yang dapat dioksidasi oleh
ion permanganate ?

Adlim, Kimia Anorganik


128
Jawab : Potensial reduksi MnO4-/ Mn2+ dalam suasana asam
adalah +1,51 Volt. Sedangkan E0 (Fe3+/Fe2+) = +0,77 Volt,
E0 (Cl2 / Cl-) = +1,36 dan E0 (Ce4+/Fe3+) = 1,72 Volt.

Untuk dapat mengoksidasi maka MnO4-/ Mn2+ harus mudah


tereduksi, dengan kata lain E0 nya harus lebih besar dari zat
yang dioksidasi. Sehingga dioksidasi oleh MnO4- adalah Fe2+
dan Cl- sedangkan Ce3+ tidak dapat dioksidasi oleh MnO4-
karena potensial reduksi lebih besar.

Latihan :
Biasanya dalam larutan asam ion Besi (II) dapat ditentukan
kadarnya secara mentitrasi dengan ion bikromat. Seandarnya
dalam larutan tersebut mengandung klor dari besi (II) klorida
apakah titrasi penentuan besi (II) masih akurat. Berikan
penjelasan berdasarkan konsep potensial reduksi.

Sel Elektrolisis

Contoh : Penyepuhan logam, pemurnian logam, pembuatan


gas H2, O2, Cl2, dll, pengisian Accu (batere basah).
Reaksi kimia pada sel elektrolisis
Adlim, Kimia Anorganik
129
a. Ketentuan untuk sel bentuk lelehan (tanpa adanya
H2O) sebagai pelarut.
Lelehan garam jika dielektrolisis maka kation logam
direduksi menjadi logam dan anionnya dioksidasi
menjadi gas.
b. Ketentuan sel dalam bentuk larutan & menggunakan
elektroda inert misalnya Pt/C. Inert = tidak bereaksi.
(i) Garam yang kationnya golongan utama, jika
dielektrolisis, H2O tereduksi sedangkan kation logam
tetap dalam bentuk ion. Sedangkan garam dari
golongan unsur transisi yang direduksi adalah kation
logam transisi menjadi logam transisi tersebut.
(ii) Anion yang mengandung O (NO3-, SO42-,
dll) yang dioksidasi adalah H2O,
sedangkan anion yang tidak mengandung O
(Cl-, Br-, dll) yang dioksidasi adalah
anion tersebut menjadi gas diatomik.
c. Ketentuan untuk sel dalam bentuk larutan dengan
elektroda bukan inert seperti Fe, Cu, Zn, dll.
(i) H2O tereduksi sedangkan kation logam
tetap dalam bentuk ion
(ii) Pada anion, yang dioksidasi adalah
elektrodanya menjadi ion-ion.

Hukum Faraday
Faraday merumuskan banyaknya zat yang dihasilkan
pada reaksi elektrolisi :

W=e.f 9.6

dimana : W = massa zat (gram)


e = massa ekivalen
f = jumlah arus dalam satuan Faraday
A
e r 9.7
n
i.t
f  9.8
F
n = banyaknya elektron yang diterima/dilepaskan
Adlim, Kimia Anorganik
130
t = waktu dalam detik
i = kuat arus dalam satuan ampere
F = tetapan Faraday, 1 F = 96500 Coulomb

Ar i .t
Maka W  9.9
nF

Kemudian Faraday membuat percobaan reaksi


elektrolisis dengan penggunaan arus listrik dan waktu
yang sama yang disusun secara seri, maka rumus Faraday
II adalah :
W1 n1 W2 n2
 9.10
Ar1 Ar 2

Contoh :
(1) Tentukan massa logam Ag (Ar = 108) jika arus listrik
sebesar 0,2 Faraday
dialirkan pada larutan tersebut?
(2) Tentukan massa logam Cu (Ar = 63,5) jika listrik 20
ampere dialirkan selama 965 detik pada larutan
CuSO4
(3) Arus listrik yang dialirkan pada larutan AgNO3
mengendapkan 10,8 g logam Ag. Jika arus dalam
waktu yang sama dialirkan pada larutan ZnSO4.
Tentukan banyaknya logam Zn (Ar = 65) yang
mengendap

Korosi

Korosi merupakan proses oksidasi suatu logam.


Dalam istilah sehari-hari dikenal dengan istilah berkarat atau

Adlim, Kimia Anorganik


131
karatan. Contoh karat besi : Fe2O3.nH2O, peristiwa korosi
merupakan pristiwa elektrolisis yang melibatkan reaksi :

Reaksi di katoda : O2 + 2H2O + 4 e 4 OH-


2+
Reaksi di anoda : Fe Fe + 2 e

OH- bereaksi dengan H+ yang ada di alam membentuk H2O,


ion Fe2+ dengan mudah teroksidasi menjadi Fe3+. Penyebab
karat adalah oksigen dari udara atau dalam air dibantu oleh
air serta dikatalisis oleh H+ (elektrolit).

Pencegahan korosi :
1. Melapisi permukaan logam dengan zat yang sukar
ditembus air dan O2
2. Melapisi logam dengan logam lain yang lebih tahan
karat. Misalnya melapisi besi dengan perak.
3. Menghubungkan dengan logam yang lebih mudah
teroksidasi. Proses ini dikenal proteksi katodik.
Umumnya logam Mg ditanam sebagian dalam tanah,
kemudian dihubungkan dengan besi, maka yang
teroksidasi/mengalami korosi adalah Mg. Setelah Mg
habis teroksidasi maka besi pula yang mulai berkarat
jika Mg tidak diganti.

9.3 Persamaan Nernst

Potensial reduksi standard diukur pada kondisi


standard sehingga energi bebas Gibss pun juga dalam kondisi
standard yaitu 25oC. Potensial sel dan energi bebas Gibss
pada kondisi tidak standard, ditentukan dengan persamaan

ΔG = ΔGӨ + RT ln Q 9.11

Dimana Q adalah :
aA + bB aA’ + bB’

A-A’ (oksidasi) B-B’ (reduksi)


Adlim, Kimia Anorganik
132

[ A' ]a [ B' ]b
Q= 9.12
[ A]a [ B]b

Karena ΔG = -nFE dan ΔGӨ = -nFEӨ

Maka
RT
E = EӨ - ln Q 9.13
nF
Persamaan ini disebut persamaan Nernst. Reaksi akan
spontan jika E positif

Pada keadaan setimbangan E = 0 dan Q = K sehingga


RT
EӨ = ln K 9.14
nF

Pada keadaan standard 250C nilai (RT/F) x 2,303 = 0,059


V persamaan menjadi
0,059V
E = EӨ - log Q 9.15
n

Contoh Soal :
Apakah potensial reduksi H+/H2 dipengaruhi oleh pH pada
kondisi tekanan hydrogen 1 bar dan temperatur 25oC ?

Jawab :
Setengah reaksi :
2H+ (aq) + 2e H2 (g) E0 = 0,0 V

Persamaan Nernst
0,059V p( H 2 )
E(H+/H2) = EӨ - log 9.16
2 [ H  ]2
0,059V 1
=0– log  2
2 [H ]
= + 0,059 V x log [H+]
= -0,059 V x pH

Adlim, Kimia Anorganik


133
Potensial reduksi H+/H2 dipengaruhi oleh pH
Latihan : Tentukan potensial untuk mereduksi MnO4- (1 M)
menjadi Mn2+ (1 M) dalam larutan netral (pH = 7) pada
keadaan standard.

9.4 Faktor Kinetik

Overpotensial (potensial lebih)


Logam yang mempunyai potensial reduksi negatif
secara teoritis dapat mereduksi 2H+ menjadi H2 karena
potensial reduksi ( H+/H2) = 0,0 Volt. Tetapi sebenarnya
belum pasti reaksi dapat berlangsung secara nyata. Tidak ada
satu teori yang berlaku umum yang dapat memperkirakan
apakah reaksi redoks berlangsung cepat walaupun secara
termodinamika dikatakan berlangsung konstant. Namun
kecenderungnya bahwa jika potensial reaksi > 0,6 V for
transfer 1 elektron dapat dinyatakan reaksi tersebut
berlangsung cepat walaupun terdapat beberapa pengecualian.
Keberadaan overpotensial dapat menjelaskan alasan
mengapa beberapa logam mereduksi asam dan bukan
mereduksi molekul air. Logam seperti Fe dan Zn memiliki
potensial reduksi negatif tetapi potensialnya cukup kecil
untuk memenuhi kebutuhan overpotensial dalam larutan
netral (pH = 7). Selisi potensial E(H+/H) – E (Fe2+/Fe) dapat
diperbesar dengan cara menurunkan pH dari pH 7 ke pH
asam atau pH < 7.
Jika selesihnya melebih nilai overpotensial maka reduksi
dapat berlangsung dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Contoh :
Apakah memungkinkan Fe dioksidasi menjadi Fe2+ (1M)
dalam larutan netral (pH = 7) dan 25oC tekan 1 bar.

Jawab :
Karena dalam soal dikaitkan dengan pH yang berarti
keterlibatan H+ maka reaksi tersebut :
Adlim, Kimia Anorganik
134
Fe(s) + H+ (aq)
Fe2+ (aq) + H2 (g) E0 = 0,41V

Fe2+/Fe = -0,41 Volt


H+/H2 = 0,00 Volt

2H+ +2e  H2 Eo = 0,0


Fe  Fe2+ + 2e Eo = +0,41
---------------
E = 0,41

p ( H 2 )[ Fe 2  ]
Q=
[ H  ]2
Pada 25oC
E = E0 – ½ 0,0591 V log Q

Dengan memasukkan tekanan p(H2) = 1 bar, pH = 7 atau


[H+] = 10-7 M dan [Fe2+] = 1 M dan E0 = 0,47 V
0,059V p ( H 2 )[ Fe 2  ]
E = EӨ - log
2 [ H  ]2 [ Fe]

E = 0,41 V -0,0295 x 14 = + 0,05 V

Jadi walau pun E positif dan secara termodinamika


berlangsung spontan tapi nilai E < 0,6 untuk transfer 1 mol e)
reaksi ini tergolong lambat dalam skala laboratorium.
Oksidasi besi merupakan proses korosi yang berlangsung
lambat.
Latihan :
Jika permukaan magnesium selalu dibersihkan dari
oksidanya apakah magnesium cepat teroksidasi dalam air
pada pH 7 ?

Adlim, Kimia Anorganik


135
9.5 Kesetabilan Redoks Dalam Air

Bereaksi dengan air


Air dapat bertindak sebagai oksidator yaitu dalam
prosesnya tereduksi menjadi H2 dan OH-. Selain itu air
dapat juga berperan sebagai reduktor dimana air teroksidasi
menjadi O2 dan H+. Zat yang stabil secara termodinamika
dalam air harus mempunyai potensial di antara batas kedua
proses ini.

Teroksidasi oleh air


Reaksi logam dengan air atau dengan asam
sebenarnya merupakan oksidasi logam oleh air atau ion H+ :

M(s) + 2H2O(l) M2+(aq) + H2(g) + 2OH-(aq)


M(s) + 2H+ M2+(aq) + H2(g)

M adalah logam blok s selain Be, atau unsur deret pertama


dari golongan 4 (IVB) hingga golongan 7 (VIIB) (Ti, V, Cr,
Mn). Sejumlah logam yang lain juga berlangsung seperti
reaksi di atas tetapi jumlah elektron yang ditransfer berbeda-
beda. Contoh dari golongan 3 (IIIB) :

Sc(s) + 6H+(aq) 2Sc3+ (aq) + 3H2(g)

Jika potensial reduksi logam negatif, maka logam tersebut


semestinya mengalami oksidasi dalam larutan 1 molar asam
dengan membebas gas H2. Tetapi faktor overpotensial selalu
menjadi pertimbangan.
Walaupun Mg dan Al dalam lingkungan uap air
secara temodinamika dapat mengalami oksidasi atau korosi,
tetapi kenyataanya logam ini tahan bertahun-tahun atau
lambat mengalami korosi. Logam jenis ini berbeda dengan
besi yang oksidanya (karat besi) mudah terlepas sehingga
korosi berlagsung terus menerus. Oksida logam (karat) Mg
dan Al tidak mudah terlepas dari permukaan dan sekaligus
melindungi permukaan logam yang berada di bawahnya

Adlim, Kimia Anorganik


136
sehingga proses oksidasi atau korosi menjadi tertahan atau
pasif.

Tereduksi oleh air


Seperti dijelaskan di atas bahwa air dapat juga
berperan sebagai reduktor melalui setengah reaksi :

2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4 e

yang merupakan kebalikan dari setengah reaksi reduksi :


4H+(aq) + O2(g) + 4 e 2H2O(l) EӨ = 1,23 V

Walaupun kebanyakan logam teroksidasi dalam air tetapi


logam seperti Co3+ justru terduksi dalam air. Hal ini
disebabkan potensial reduksi Co3+/Co2+ = 1,82 V yang
berarti lebih besar dari potensial reduksi air (E = 1,23 V).
Reaksi ion kobalt (III) dalam air sebagai berikut :

4Co3+(aq) + 2H2O(l)
4Co2+ (aq) + O2(g) + 4H+(aq) EӨ = 0,59 V

nilai EӨ = 0,59 V mendekati tercapainya overpotensial yang


sudah diketahui yaitu 0,6 V, maka netralisasi reaksi di atas
menyebabkan reaksi semakin cepat sebab H+ berkurang
maka reaksi semakin mengarah ke kanan.

9.6 Medan Kesetabilan Air


Kesetabilan logam dalam air (yang berarti tidak
dioksidasi atau direduksi) dengan mudah oleh air selain
ditentukan oleh potensial reduksi masing-masing logam dan
juga kondisi lain seperti overpotensial dan pH. Medan atau
daerah kestabilan air dapat diartikan sebagai kawasan
dimana logam/zat dapat stabil dalam air. Secara ringkas
medan kesetabilan air digambarkan dalam bentuk diagram
seperti Gambar 9.2. Potensial reduksi air dipengaruhi oleh
pH ;
Adlim, Kimia Anorganik
137
O2(g) + 4H+(aq) + 4 e 2H2O n=4
1
Q=
p (O2 )[ H  ]4
Maka
RT
E = EӨ + ln p (O2 )[ H  ]4
4F
Jika tekanan parsial O2 1 bar, pada 25oC maka menjadi :

E = 1,23 V – 0,059 V x pH 9.17


Zat yang memiliki potensial lebih tinggi dari persamaan
9.17 pada pH yang sama maka dapat direduksi oleh air.

E = 1,23 V – 0,059 V x pH

Ag+/Ag = 0,8

E = 1,23 V – 0,059 V x 14 = 0,4

Reduksi air menjadi H2 terjadi berdasarkan setengah reaksi :


2H+(ag) + 2 e H2 n=2
p( H 2 )
Q=
[ H  ]2
E = EӨ - 0,059 V x pH
E = -0,059 V x pH 9.18

Zat yang memiliki potensial reduksi lebih kecil dari


persamaan 9.18, akan dapat mereduksi air menjadi H2. Pada
Gambar 9.2 dapat dilihat bahwa jika potensial reduksi logam
dalam air berada pada misalnya 0-0,8 V maka logam tersebut
stabil (tidak mudah dioksidasi dan direduksi oleh air) dalam
air pada pH 4-9.

9.7 Disproporsionansi

Karena EΘ (Cu+, Cu) = + 0,52 V and EΘ (Cu2+, Cu+) =


+0,16 V keduanya terletak di daerah medan kesetabilan air.
Adlim, Kimia Anorganik
138
Ion Cu+ tidak mengoksidasi maupun mereduksi air. Namun
demikian Cu+ tidak stabil dalam air karena mengalami
disproporsionasi (auto redoks) yaitu reaksi dimana bilangan

Gambar 9.2 Medan Kesetabilan air. Sumbu vertikal


potensial reduksi redoks dalam air,
garis tebal atas dapat mengoksidasi air, garis
tebal bawah dapat mereduksi air, garis miring
atas dan bawah jika overpotensial turut
diperkirakan. Garis putus-putus rentang pH
untuk air normal, bagian yang diarsir
merupakan medan kestabilan air alami.

Adlim, Kimia Anorganik


139

oksidasi suatu unsur naik dan turun secara simultan


(bersamaan), seperti pada reaksi :

Biloks turun

Cu+(aq) + Cu+(aq) Cu2+(aq) + Cu(s)

Biloks naik

Reaksi ini secara termodinamika berlangsung spontan karena


EΘ = 0,52 V-0,16 V = +0,36 V. Demikian juga nilai K sangat
besar yang menunjukkan jika pun dalam keadaan
kesetimbangan, arahnya ke kanan atau kearah terbentuknya
hasil reaksi :

0,059 V 0,059
E= log K 0,36 = log K K = 1,3 x 106
n 1

Selain tembaga contoh lainnya adalah asam hipoklorit, HOCl


(aq) yang juga mengalami disproporsionasi :

+1 +5

5HOCl(aq) Cl2(g)+ ClO3-(aq) +2H2O(l) + H+(aq)

+1 0

Kebalikan disproporsionasi adalah comproporsionasi.


Dalam comproporsionasi, dua zat dari unsur yang sama dan
memiliki bilangan oksidasi berbeda membentuk suatu
produk yang unsurnya mempunyai bilangan oksidasi
intermediate (peralihan). Sebagai contoh :

Ag2+(aq) + Ag(s) 2Ag+(aq) EØ = 1,18 V


Adlim, Kimia Anorganik
140

Nilai EΘ = 1,18 V menunjukkan Ag(II) dalam larutan segera


berubah menjadi Ag+

Soal latihan :

Jelaskan apakah reaksi redoks berikut ini mengalami


disproposionasi :

(a) 2H+(aq) + Cu2O(s) Cu(s) + Cu2+(aq)


(b) Cl2(g) + 2OH-(aq) ClO-(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)

(c) H+(aq) + 3NO2-(aq)


NO3-(aq) + 2NO(g) + H2O(l)

9.8 Diagram Latimer

Diagram yang paling sederhana yang apat


menunjukkan perubahan bilangan oksidasi zat yang tereduksi
serta potensial reduksinya diperkenalkan oleh Wendell
Latimer dan diagram tersebut disebut diagram Latimer.
Contoh diagram Latimer untuk klor dalam suasana asam:

+1,20 +1,18 +1,70 +1,63 +1,36


ClO4- ClO3- ClO2 HClO Cl2 Cl-
+7 +5 +3 +1 0 -1

Bilangan oksidasi biasanya ditulis di atas atau di bawah


lambang unsur

Dengan menggunakan diagram Latimer dapat ditulis reaksi


reduksi dan potensial reduksi standardnya:

Misalnya :
Adlim, Kimia Anorganik
141
+1,20
ClO4- ClO3-
Disetarakan :
ClO4-(aq) + 2H+(aq) + 2e
ClO3-(aq) + H2O(l) EΘ = +1,20 V

Potensial reduksi untuk reaksi yang tidak berdekatan


misalnya ClO4- menjadi ClO2 dapat dihitung dengan
menggabung kedua reaksi sehingga potensial reduksi juga
dapat dihitung.
Contoh :

Tentukan potensial reduksi ClO- menjadi Cl- dalam larutan


asam dengan menggunakan diagram Latimer !

Jawab : Dari diagram Latimer : ClO- diambil dari


HClO dan kemudian berubah menjadi Cl2, kemudian Cl2
menjadi Cl-

HClO(aq) + H+(aq) + e
Cl2(g) + H2O(l) EΘ(HClO, Cl2) = +1,67 V

½ Cl2(g) + e Cl-(aq)
EΘ (Cl2, Cl-) = +1,36 V

Maka potensial reduksi ClO- menjadi Cl-

EΘ(HClO, Cl2) + EΘ (Cl2, Cl-)


E= = +1,57 V
n1 + n2

Latihan :
Hitung potensial reduksi HClO3 menjadi HClO

Adlim, Kimia Anorganik


143

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami sifat-sifat fisik dan kimia unsur utama dan transisi


serta senyawa-senyawanya

INDIKATOR

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan


mahasiswa dapat menjelaskan sifat
1. Unsur hidrogen dan senyawanya
2. Unsur gol IA & senyawanya
3. Unsur gol IIA & senyawanya
4. Unsur gol IIIA & senyawanya
5. Unsur gol IVA & senyawanya
6. Unsur gol VA & senyawanya
7. Unsur gol VIA & senyawanya
8. Unsur gol VIIA& senyawanya
9. Unsur gol transisi & senyawanya

Adlim, Kimia Anorganik


144

Adlim, Kimia Anorganik


145

X UNSUR-UNSUR UTAMA

10.1 Pengantar

Sejak Zaman Mesir Kuno, ilmu kimia sudah mulai


dikenal sebagai zaman al-chemie. Ilmu kimia pada waktu
merupakan ilmu yang penting karena para ilmuan dapat
merubah batu (biji logam) menjadi logam bahkan menjadi
emas. Proses tersebut kemudian dikenal sebagai teknik ekstraksi
logam, pencampuran logam atau ilmu-ilmu metalurgi. Semua
proses ini tergolong kimia anorganik.
Pada zaman modern dimana unsur kimia sudah
mencapai lebih dari 107 unsur maka diperlukan suatu daftar
yang mengandung informasi tentang sifat-sifat unsur. Dalam
daftar tersebut tersusun sifat-sifat unsur secara priodik dan
sistimatis dan daftar tersebut ”sistem periodik unsur-unsur”.
Unsur-Unsur ini sebagian besar tersebar di alam termasuk di
bumi. Jumlah unsur-unsur di alam bervariasi; oksigen baik
dalam bentuk gas maupun senyawa mendominasi komposisi
unsur di alam dalam persentase berat. Komposisi berat unsur
yang ada di kerak bumi dapat ditabulasikan pada Tabel 1.
Di era teknologi sekarang ini kimia anorganik telah luas
digunakan di semua bidang; kembang api, marcon, galvanisasi,
diagnosis`penyakit, besi baja, pupuk dan lain-lain tidak terlepas
dari peranan kimia anoragnik.
Asap putih yang biasa dikeluarkan oleh pesawat tempur
sebagai jalur penerbangannya mengandungan TiO2. AgNO3
merupakan bahan baku dalam industri fotographi. Mangan dan
kromium digunakan dan sebagai campuran waja tahan asam dan
karat.

Adlim, Kimia Anorganik


146
Tabel 1. Komposisi berat unsur di kerak bumi
Unsur Berat (%) Unsur Berat (%)
O 46,6 Ti 0,440
Si 27,7 F 0,080
Al 8,1 P 0,120
Na 2,8 C 0,032
Ca 3,6 Mn 0,100
Fe 5,0 S 0,052
Mg 2,1 Cl 0,048
K 2,6 Li 0,007

KCN dan merkuri digunakan sebagai pelarut biji emas. Logam


magnesium, stronsium dan barium digunakan sebagai bahan
pembuatan kembang api karena masing menghasilkan warna
putih, merah dan hijau jika terbakar. Cangkang hewan laut,
tulang dan gigi terbentuk CaCO3. Radium sulfat digunakan
sebagai makanan bagi penderita bocor lambung untuk
mengevaluasi tingkat kerusakannya dengan menggunakan sinar-
X. Lambung yang mengadung BaSO4 nampak bercahaya putih
ketika disinari dengan sinar-X (Gambar 10.1).

Gambar 10.1. Foto sinar-X lambung; bercahaya putih karena


penderita mengkonsumsi barium sulfat (Barium
meal).

10.2 Hidrogen

Hidrogen mempunyai tiga isotop iaitu 1H, 2H (deuterium


atau D) dan 3H (tritium atau T). Namun hidrogen yang ada di
alam didominasi oleh 1H, sedangkan 2H hanya 0,0156% dan 3H
jauh lebih sedikit serta tidak stabil mempunyai waktu paruh
dalam ukuran menit. D2O atau disebut air berat dapat diisolasi
dari air biasa dengan cara distilasi fraksionasi atau elektrolisis.

Adlim, Kimia Anorganik


147
D2O banyak digunakan sebagai moderator reaktor nuklir dan
pelarut-pelarut sampel yang dianalisis dengan alat NMR (nuklir
magnetic resonance atau resonansi magnetik inti, RMI) atau
untuk melebel senyawa tertentu. Di lobarorium gas H2 dapat
dibuat dengan cara mereksikan logam (Zn, Fe) dengan larutan
asam kuat encer. Misalnya sebuk Zn dalam larutan HCl encer

Zn + 2HCl ZnCl2 + H2

Dalam industri gas hidrogen diperoleh dari reaksi yang disebut


water-gas shift. Reaksi antara gas metana dengan uap air yang
promosi oleh katalis besi, tembaga atau nikel pada 750 oC
seperti reaksi berikut ini:

CH4 + H2O CO + 3H2

Gas hidrogen yang dihasilkan bersifat reduktor dapat mereduksi


oksida-oksida logam menjadi logam atau menjadi senyawa
dengan oksida yang lebih rendah bilangan oksidasinya. Dengan
menggunakan katalis yang tepat gas hidrogen dapat bereaksi
dengan gas nitrogen membentuk ammonia.
Gas hidrogen sangat mudah terbakar karena titik
didihnya -253oC. Sebagai perbandingan alkohol yang mudah
terbakar titik didinya 76oC. Karena itu gas hidrogen digunakan
sebagai bahan bakar dalam alat Gas Kromatografi, bahan bakar
roket/pesawat ulang-alik. Para ilmuan memperkirakan gas
hidrogen alami banyak terdapat pada matahari.

Pembentukan senyawa
Atom hidrogen hanya memiliki satu elektron. Jika
elektron ini dilepaskan akan menjadi H+ dan jika menangkap
elektron akan menjadi H- dan pembentukan sepasang ikatan
kovalen seperti pada senyawa CH4. Pada saat perlindungan
(shielding) elektron hilang misalnya bermuatan positif, hidrogen
dapat membentuk ikatan yang unik misalnya
1. Membentuk banyak senyawa dengan struktur tidak
stoikiometrik dengan unsur logam misalnya LaH2,87,
YbH2,55, TiH1,7, dan ZrH1,9.

Adlim, Kimia Anorganik


148
2. Membentuk ikatan jembatan hidrogen dengan senyawa
yang kekurangan elektron misalnya dengan boron dan
krom;
CO CO
CO CO
H H H
B OC Cr H Cr CO
B
H H H OC CO
CO CO

3. Membentuk ikatan hidrogen iaitu ikatan antar molekul


yang memiliki atom berelektronegatifitas tinggi. Ikatan
hidrogen terdapat pada molekul air, HF, NH3, alcohol
dan lain-lain. Secara umum dilukiskan X-H Y. X
umumnya F, O, N atau Cl. Ikatan hidrogen terdapat juga
dalam molekul C2H5OH yang menyebabkan senyawa ini
mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan
isomernya CH3OCH3 yang tidak mempunyai ikatan
hidrogen.

Hidrat dan Klathrat


Padatan yang pada molekulnya terdapat molekul air
disebut hidrat. Molekul air dapat terlepas pada pemanasan pada
100oC tanpa terjadi dekomposisi senyawa induknya. Contoh
CuSO4.5H2O (biru) jika dipanaskan akan berubah menjadi putih
(CuSO4). Lain halnya ScCl3.6H2O yang merupakan klathrat,
jika dipanaskanterdekomposisi menjadi ScOCl, HCl, dan H2O.
kalor
ScCl3.6H2O ScOCl +2HCl + 5H2O

Bahan Bakar Gas H2


Salah satu bahan bakar yang dapat diperbaharui ialah
gas hidrogen. Gas hidrogen mudah terbakar dan sisanya hanya
menghasilkan uap air sehingga tidak mencemari lingkungan.
Lain halnya minyak bumi atau gas yang jika terbakar
menghasilkan bukan saja air tetapi juga karbon dioksida yang
dapat meningkatkan suhu bumi dan bahkan karbon monoksida
yang sangat beracun. Gas lain seperti nitrogen oksida atau

Adlim, Kimia Anorganik


149
sulfur oksida mungkin juga terbentuk jika bahan bakar tersebut
mengadung senyawa nitrogen atau sulfur. Gas hidrogen yang
didinginkan pada temperatur yang sangat rendah berubah
menjadi cairan. Sama seperti uap air yang mengembun di luar
gelas yang berisi es. Gas hidrogen dapat dihasilkan dengan
berberapa cara salah satunya melalui elektrolisa air. Jika dua
potong karbon (arang) dihubungan dengan sumber arus DC
(batere, + 6 Volt) dan kemudian dicelupkan ke dalam air, maka
akan terbentuk gelumbung dimasing-masing potongan karbon
(elektroda). Pada salah satu elektroda tersebut terbentuk gas
oksigen dan elekroda lain gas hidrogen. Gas hidrogen
dimurnikan dari uap air dan disimpan dalam tangki yang tahan
terhadap tekanan. Metoda lain memperoduksi gas H2 dalam
industri ialah mereaksikan naphtha (destillat minyak bumi)
dengan dengan uap air atau karbon pada temperatur tinggi.
Bahan bakar ini telah biasa digunakan sebagai bahan bakar
pesawat antariksa, namun belum banyak digunakan dalam
industri biasa karena terdapat kekhawatiran mudah meledak
terutama jika gas hidrogen dengan kemurniaan yang tinggi.
Teknik baru pembuatan hidrogen telah dikembangkan oleh ahli
bioteknologi yaitu menggunakan enzim hidrogenase yang
diekstrak dari bakteri seperti Clostridium butyricum.
Penggunaan bahan bakar hidrogen dan oksigen untuk
menghasilkan listrik secara langsung disebut sel bahan bakar.
Reaksi yang terjadi dalam bahan sel bakar sebenarnya ialah
reaksi pembentukan air dari gas hidrogen dan oksigen seperti
yang reaksi berikut ini :

H2(g) + ½ O2(gas) H2O (l)

Diagram sel bahan bakar (fuel cell) :


Besarnya energi yang dihasilkan dari setiap sel ini yaitu antara
0,6 V sampai 1,0 V atau kurang sedikit dari energi listrik batere
kering ; 1,5 V.

Adlim, Kimia Anorganik


150

(a) (b)

Gambar 10.2. (a) Diagram fuel cell; (b) contoh fuel cell

10.3 Golongan alkali (IA)

Unsur pertama logam alkali adalah litium (Li). Biji


litium ( Litium aluminium silikat atau Spodumene) yang
mengandung 3,7% kandungan litium dapat dikonversi menjadi
litium sulfat dan kemudian menjadi litium klorida (LiCl). LiCl
dapat direduksi menjadi logam litium. Litium logam yang
paling ringan dan banyak digunakan sebagai campuran logam
terutama litium-tembaga. Sabun litium atau litium stearat
(C17H35COOLi) digunakan sebagai bahan pelumas/gemok.
Natrium dan Kalium banyak terdapat di alam dalam
bentuk senyawa NaCl, dan KCl.MgCl.6H2O (karnalit) dengan
kelimpahan berturut-turut 2,6 dan 2,4%. Litium, Rb, dan Cs
lebih sedikit kelimpahan dan terdapat dalam senyawa-senyawa
silikat. Fransium merupakan isotop yang memiliki paruh yang
pendek dan terdapat dalam beberapa mineral silikat atau dari
peluruhan dalam reaktor nuklir. Nama trivial senyawa alkali
dapat dilihat pada Tabel 10.2.
Natrium dan senyawanya merupakan bahan kimia yang
penting. Alloy Na-Pb digunakan sebagai bahan tetraalkiltimbal
sebagai anti knocking dalam bensin dan juga beberapa
kegunaan industri lainnya. Senyawa hidroksida, karbonat,

Adlim, Kimia Anorganik


151
sulfat, tripolifosfat dan silikat logam natrium merupakan bahan
baku 50 top industri kimia.
Garam kalium biasanya senyawa sulfat digunakan
sebagai pupuk. Kegunaan utama litium ialah untuk pembuatan
organologam litium yang sebahagian senyawaan digunakan
sebagai katalis.
Secara biologi Na+ dan K+ mempunyai peranan penting
dalam kehidupan biologi hewan dan manusia. Garam litium
digunakan sebagai obat untuk penyakit kelainan mental.

Tabel 10.2. Beberapa senyawa alami unsur golongan I


Mineral
Mineral
Rumus (nama Rumus
(nama umum)
umum)
LiAlSi2O6 Spodumene Mg3Si4O10(OH2) Talc
NaCl Rock Salt MgCO3 Magnesite
Na2CO3.NaHCO3 Trona MgCO3. CaCO3 Dolomite
Calcite
Chile
NaNO3 CaCO3 (limestone,
saltpter
marble, etc)
Na2B4O7•10H2O Borax CaSO4•2H2O Gypsum
Flourspar,
KCl Sylvite CaF2
fluorite
KCl•MgCl2•6H2O Carnallite SrSO4 Celestite
KNO3 Saltpeter SrCO3 Strontianite
Beryl, Barite
Be3Al2Si6O18 BaSO4
emerald

Pembuatan dan sifat-sifat unsur

Litium dan Na diperoleh secara elektrolisis dari lelehan


garam. Logam cair dimurnikan secara destilasi. Logam Na, K
dan Rb berwarna perak sedangakn Cs berwarna kuning emas.
Energi ikatan (binding energi) dalam bentuk logam relatif
lemah maka logam tersebut sangat lunak dan mempunyai titik

Adlim, Kimia Anorganik


152
leleh yang rendah. Alloy Na-K dimana komposisi Kalium
mencapai 77.2%. Na-K mempunyai titik leleh -12,3oC. Lelehan
Li, Na atau K dapat didispersi pada pendukung padat seperti
Na2CO3 atau kieselguhr dan digunakan sebagai katalis misalnya
dimerisasi propena menjadi 4-metil pentena.
Dalam air logam natrium bereaksi cepat, kalium
menyala sedangkan rubidium dan cesium meledak. Dalam
jumlah relatif besar natrium juga meledak dalam air. Litium, Na
dan K dapat diangkat di udara terbuka walaupun segera berekasi
dengan udara. Sedangkan yang lain harus dalam atmosfir argon.
Perbedaan fondametal terhadap ukuran kation dapat
ditunjukkan oleh reaksi logam-logam alkali dengan O2. Di
udara atau dalam O2 pada 1 atm logam alkali terbakar. Litium
hanya menghasilkan Li2O dan sedikit Li2O2. Sedangkan natrium
tidak hanya membentuk peroksida Na2O2 juga berlanjut dengan
pembentukan superoksida NaO2. Kalium, Rb dan Cs
membentuk superoksida MO2. Peningkatan kesetabilan per- dan
superoksida bersamaan dengan peningkatan ukuran ion. Logam
alkali bereaksi dengan alkohol (etanol atau t-butanol)
membentuk alkoksida yang berfungsi sebagai reduktor (Na atau
K alkoksida) dan sebagai sumber nukleofilik ion RO-. Natrium
dan logam lainnya dapat dengan bercampur dengan air raksa
membentuk amalgam (Na/Mg). Jika natrium sedikit, amalgam
berbentuk cair dan berbentuk padatan jika Na pada proporsi
yang banyak. Amalgam ini bersifat reduktor dan dapat
digunakan dalam larutan air.
Logam alkali dapat bereaksi dengan air membentuk basa
dan gas H2. Bila bereaksi gas halogen membentuk garam halida
dan jika bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrida. Mudah
bereaksi dengan oksigen membentuk oksida, membentuk
peroksida pada suhu tinggi dan menghasilkan superoksida jika
supply oksigen tidak dibatasi. Demikian juga jika bereaksi
dengan belerang membentuk sulfida dan membentuk seyawa
nitrida jika bereaksi dengan nitrogen:

Adlim, Kimia Anorganik


153
(a) Reaksi logam alkali dengan air
2L(s) + 2H2O(l) 2LOH(aq) + H2(g)
Logam alkali air basa
Contoh :
2 Na(s) + 2H2O 2NaOH(aq) + H2(g)

(b) Reaksi logam alkali dengan halogen


2L(s) + X2 2LX
Logam alkali halogen garam halida

Contoh: 2K(s) + Cl2 2KCl

(c) Reaksi logam alkali dengan gas hidrogen


2L(s) + H2(g) 2LH(s)
Logam alkali gas hidrogen hidrida logam alkali

Contoh : 2Li + H2(g) 2LiH

(d) Reaksi logam alkali dengan oksigen


2L(s) + O2(g) 2L2O(s)
Logam alkali gas oksigen oksida logam alkali
2L(s) + O2(g) L2O2(s)
Logam alkali gas oksigen peroksida logam alkali
2L(s) + O2(g) LO2(s)
Logam alkali gas oksigen superoksida logam alkali

(e) Reaksi logam alkali dengan belerang


2L(s) + S(s) L2S(s)
Logam alkali belerang sulfida logam alkali

(f) Reaksi dengan nitrogen


6Li(s) + N2(g) 2Li3N(s)
Litium gas nitrogen litium nitrida

Warna Nyala Logam Alkali


Jika unsur logam alkali dibakar akan berubah menjadi
atom-atom gas. Elektron dalam atom-atom gas tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dan kemudian kembali keadaan

Adlim, Kimia Anorganik


154
dasar sambil memancarkan energi. Besarnya energi dalam
bentuk emisi yang dipancarkan nilainya tertentu dan khas untuk
setiap atom seperti tertera pada Tabel 10.3. Sebahagian dari
energi tersebut berada pada panjang gelombang sinar tampak
sehingga kelihatan berwarna-warni

Tabel 10.3 Warna nyala


Unsur Warna Nyala
Li Merah
Na Kuning
K Ungu
Rb Merah
Cs Biru

Larutan logam alkali dalam ammonia dan


pelarut-pelarut lain
Logam alkali dan juga beberapa logam lain seperti Ca,
Sr, Eu dan Yb dapat larut dan relatif stabil dalam ammonia.
Larutan ini dapat menghantarkan arus listrik yang disebabkan
elektron yang terlarut (solvated). Dalam larutan encer terdapat
M+ dan elektron-elektron yang semuanya terlarut. Larutan
berwarna biru karena elektron yang terlarut dengan absorpsi
berada pada 15000 Å. Magnetik dan Spin Resonance
menunjukkan adanya elektron yang tidak berpasangan tetapi
segera menurun sifat paramagnetiknya pada larutan yang
berkonsentrasi tinggi. Diperkirakan elektron tunggal berasosiasi
membentuk pasangan dan bersifat diamagnetik. Reaksi ini
dilukiskan sebagai berikut:

Na(s) (terdispersi) Na (dlm larutan) Na++ e-


2 e- e22-

Logam alkali juga larut pelarut organik lainnya seperti amina,


heksametilfosforamida, ether, THF dan lain-lain membentuk
larutan biru.
Larutan logam dalam ammonia, amina banyak
digunakan dalam sintesis organik dan anorganik. (litium dalam

Adlim, Kimia Anorganik


155
metil amin atau dimetil amin dapat mereduksi cincin aromatik
menjadi siklik monoolefin). Reaksi logam alkali dengan
ammonia dapat terjadi secara fotokimia dan dikatalisis oleh
logam transisi misalnya Fe(III) klorida seperti reaksi berikut ini
:
Na + NH3(l) NaNH2 + ½ H2
Li(s) + Et2NH(l) LiNEt2(s) + ½ H2

Oksida-oksida logam alkali terhidrolisis dalam air:


Oksida : M2O + H2O 2M+ + 2OH-
peroksida : M2O2 + 2 H2O 2M+ + 2OH- + H2O2
Superoksida: 2MO2+2H2O O2+2M++2OH-+H2O2

Senyawa hidroksida logam alkali di antaranya ialah NaOH dan


KOH berwarna putih menyerap karbon dioksida dari udara.
Logam alkali (K+, Na+, Li+) menunjukkan reaksi
berbeda-beda jika bereaksi dengan crown eter. Crown eter
merupakan senyawa eter berbentuk siklik. Jumlah oksigen
dalam cincinnya menentukan besarnya celah (cavity) yang
dapat ditempati oleh ion logam alkali. Crown eter yang
mempunyai celah dengan diameter 2,6-3,2 Å mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap K+ yang mempunyai diameter ion
2,66 Å. Sementara crown eter yang mempunyai celah 1,7-2.2 Å
dan 1,2-1,5 Å berturut-turut menunjukkan afinitas yang tinggi
terdapat Na+ (diameter ion; 1,80 Å) danLi+ (diameter ion; 1,20
Å).

O O
O
O O O O
O o O
o 1,2-1.5 A
o
2,6-3.2 A 1,7-2.2 A
O O O
O O

18-crown-6 15-crown-5 12-crown-4

Ion logam alkali K+ Na+ Li+


Diameter ionik Å 2,6 1,8 1,2
Adlim, Kimia Anorganik
156

Selain crown eter siklik polipeptida misalnya valinomicin yang


terdapat dalam membran makhluk hidup, dapat mengikat K+
dan berfungi menghantarkan ion-ion alkali tanah melewati
membran.
Banyak senyawa alkali terutama dari turunan natrium
bermanfaat dalam industri. Misalnya NaOH digunakan dalam
penghancur kayu dalam industri kertas. Klorine termasuk bahan
penjerni air, NaClO3 merupakan pembasmi gulma, Na2Cr2O7
adalah bahan kimia dalam industri photografi. Na2S dan NaSH
telah lama digunakan sebagai pewarna (tanning) pada
pengolahan kulit. Potas atau K2CO3 merupakan senyawa
banyak digunakan sebagai pupuk untuk sumber kalsium. Soda
abu dapat berupa kristal Na2CO3•H2O atau serbuk padat
andridat Na2CO3 yang dikenal juga sebagai soda kue banyak
digunakan dalam industri miniman yang mengandung soda.
Soda abu dapat dikonversi dari mineral trona,
Na2CO3•NaHCO3•2H2O melalui pemanasan.
2(Na2CO3•NaHCO3•2H2O) 3Na2CO3 + CO2 + 3H2O

Pada awalnya Na2CO3 dibuat dengan proses Solvay yaitu dibuat


dari Reaksi NaCl dengan CaCO3 dalam larutan amonia.
NH3 (aq)
2NaCl + CaCO3 Na2CO3 + CaCl2

Organo logam alkali


Alkil dan aril litium dibuat dari reaksi alkil dan aril
klorida dengan logam litium dalam pelarut benzena. Metil
litium dapat pula dibuat pada temperatur rendah di dalam
pelarut heksana dari reaksi butil litium dan metal iodida.

C2H5Cl + Li C2H5Li + LiCl


C4H9Li + CH3I CH3Li(s) + C4H9I

Organo logam litium beraksi cepat dengan oksigen dan air dan
terbakar secara spontan di udara terbuka.

Adlim, Kimia Anorganik


157
Logam alkali dapat diperoleh dari hasil elektrolsis
lelehan senyawa kloridanya misalnya KCl & NaCl.

2 MCl (l) 2M (l) + Cl2 (g) (gol I)


MCl2 (l) M (l) + Cl2 (g) (gol II)
Proses ini harus bebas air

Ion logam alkali dan alkali tanah termasuk asam Lewis yang
lemah, ion golongan IIA dapat membentuk khelat dengan
etilenendiamine dan EDTA. Sedangkan golongan IA lebih
terikat secara selektif pada ligand Crown Eter & Cryptands.
Crown eter merupakan polister siklik, sedangkan cryptand
polieter siklik yang mengandung atom-atom sebagai jembatan
sehingga membentuk crown eter tiga dimensi seperti pada
Gambar 10.3.

(a) (b) (c)


Gambar 10.3. Crown Eter (a) dan cryptands (b-c)

Senyawa alkali
Jika CaCO3 dibakar/dikalsinasi 1100 K maka dihasilkan
CaO (kapur) dan gas CO2 yang dapat direaksi dengan NaOH
untuk membentuk Na2CO3. Sedangkan CaO jika bereaksi
dengan air membentuk air kapur, Ca(OH)2.

CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O


CaO + H2O Ca(OH)2

Adlim, Kimia Anorganik


158
Na2CO3 digunakan untuk menetralisir limbah asam karena
bahan ini tidak akan menyebabkan naik di atas pH 9 seandainya
berlebihan.

Tabel 10.4. Senyawa biner dan tersier yang banyak digunakan

Rumus Nama umum Rumus Nama umum

Soda Api, coustic


NaOH KOH Caustic potash
soda, Lye
Na2CO3 Soda Abu KNO3 Salpeter
Na2CO3•7H2O Soda Pembersih K2CO3 Potash, pearl ash
Lime, kapur ,
Na2SO4 Garam Kue CaO
calx
NaNO3 Chile Saltpeter Ca(OH)2 Air kapur
CaSO4•
NaHCO3 Soda Kue Plaster of Paris
1/2H2O

Klor alkali
Industri pembuatan NaOH dan gas klor sekaligus
disebut industri klor alkali. NaOH dihasilkan dari hidrolisis air
laut. Air yang dibuat jenuh dengan NaCl yaitu 360 g atau 6,2
mol NaCl per kilogram air dielektrolisis dengan dua elektroda
titanium yang dilapisi RuO2 (Gambar 2). Antara katoda (-)
dengan anoda (+) dibatasi oleh difragma asbes (seperti Gambar
3). Ketika larutan dialiri listrik maka kation bergerak ke katoda
dan kemudian tereduksi dan anion bergerak ke katoda dan
sebahagian teroksidasi. Dengan demikian gas klor akan
terbentuk di anoda. Di katoda air direduksi menjadi H2 dan OH-.
OH- kemudian bereaksi natrium membentuk NaOH. Reaksi
yang terlibat sebagai berikut :

Anoda : 2 Cl- Cl2 (g) + e


Katoda : Na+ + e Na
Na + H2O NaOH + H2

Adlim, Kimia Anorganik


159
Hasil Sampingan
2NaOH + Cl2 NaOCl + NaCl + H2O
2OH- + Cl2 2OCl- + H2
4OH- O2 + 2H2O

Transfer 1 mol elektron (1 F = 96485 A det) akan menghasilkan


1 mol redok. Dalam hal ini 1 mol Cl- dirubah menjadi 0,5 mol
Cl2, 1 mol air direduksi menjadi 1 mol OH- dan 0,5 mol H2.

Larutan NaCl

NaOH + NaCl

Gambar 10.5. Elektrolisis larutan NaCl (juga air laut)

Latihan
1. Mengapa logam alkali lunak dan volatile ?
2. Mengapa logam alkali mudah bersifat elektropositif ?
3. Tuliskan konfigurasi elektron fransium ?
4. Bagaimana membuat litium hidrida dan mengapa lebih
stabil dari NaH ?

Adlim, Kimia Anorganik


160
5. Mengapa natrium peroksida bersifat oksidator dam
larutan air ?
6. Apa itu krown eter ?
7. Bagaimana mengatasi kebakaran logam natrium di
laboratorium?
8. Lengkapi reaksi berikut ini
(a) KCl + Na (b)Li + N2
(c) Na + O2 (d) Cs + O2
(e) K + C2H5OH (f) Li + HNEt2
(g) RbO2 + H2O (h) Li2O + H2O
(i) KOH + CO2 (j) Li + ClC6H5
(k) C4H9Li + CH3I

9. Jika oksigen pada crown eter diganti dengan belerang maka


ion mana yang cenderung terikat K+ atau Ag+, jelaskan !

10.4 Logam Alkali Tanah (alkali earth metal)

Berilium terdapat dalam mineral beryl, Be3Al2(SiO2)6.


Senyawa berilium umumnya bersifat racun terutama jika
terhirup sehingga harus ditangani secara berhati-hati. Senyawa
berilium jika terhirup dapat merusak jaringan sel-sel paru-paru.
Berbeda dengan unsur alkali tanah lainnya garam berilium
dalam air bersifat basa. Sedangkan garam magnesium, kalsium,
barium bersifat netral dalam larutan air. Senyawa alkali tanah
bersifat ionik kecuali senyawa berilium yang cenderung bersifat
kovalen.
Magnesium, kalsium, stronsium dan barium terdapat
secara alami dalam mineral-mineral yang berasal dari laut.
Sebagian terdapat sebagai batu kapur (limestone), CaCO3,
dolomite (CaCO3 MgCO3) dan karnalit (KClMgCl26H2O).
Mineral yang jarang terdapat ialah strontianite (SrSO4) dan
barite (BaSO4). Isotop radium-226 merupakan unsur radioaktif
dan biasa digunakan dalam terapi atau pengobatan kanker.

Adlim, Kimia Anorganik


161
Logam berilium diperoleh dengan cara mereduksi BeCl2
dengan logam Ca atau Mg. Berilium merupakan logam yang
sangat ringan dan sering digunakan sebagai “window” pada
peralatan sinar-X karena dapat menyerap radiasi
elektromagnetik.
Magnesium diisolasi dengan beberapa cara di antaranya
ialah dengan cara kalsinasi dolomite untuk menghasilkan oksida
campuran CaO/MgO. Oksida ini dapat dipisahkan sebagai
Mg(OH)2 dan Ca(OH)2 jika dilarutkan dalam air. Mg(OH)2
akan mengendap lebih dahulu karena kelarutan Mg(OH)2 lebih
kecil dari pada kelarutan Ca(OH)2.

Mg(OH)2Ca(OH)2 + Mg2+ Mg(OH)2 + Ca2+

Cara lain yang lebih penting ialah elektrolisis campuran halida


(misalnya MgCl2 + CaCl2 + NaCl). Dari proses ini yang paling
kecil sifat elektropositifnya yaitu Mg akan terendapkan
sehingga terpisah dari campuran. Magnesium dapat juga
diisolasi dari pemanasan CaOMgO dengan ferrosilicon :

CaOMgO + FeSi Mg + Silikat Ca dan Fe

Pemanasan oksida MgO dengan batu bara pada 2000oC dapat


menghasilkan magnesium.

MgO + CO Mg + CO

Magnesium digunakan sebagai alloy untuk pembuatan bahan


logam campuran yang digunakan dalam alat-alat kontruksi.
Selain itu magnesium merupakan bahan pembuatan reagent
Grignard yang banyak digunakan pada sintesa senyawa-
senyawa organik. Secara biologi magnesium merupakan bagian
dari krorofil.
Senyawa alkali tanah seperti kalsium karbida CaC2
(karbid) digunakan sebagai bahan baku las karbid. CaC2
bereaksi dengan air menghasilkan kapur Ca(OH)2 dan gas
asetilen (C2H2) yang mudah terbakar.

Adlim, Kimia Anorganik


162
CaC2 + 2H2O Ca(OH)2 + C2H2

Magnesium karbonat (MgCO3) dapat menyerap asam lambung


karena itu digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat
penyakit maag. Selain MgCO3, magnesium sulfat
(MgSO47H2O) atau garam Epsom juga digunakan sebagai obat
maag. BaSO4 (yang disebut barium meal) biasa ditambahkan ke
dalam makanan bagi pasien yang akan diamati (didiagnosa)
keadaan lambungnya. BaSO4 akan nampak keruh jika terkena
sinar-X, sehingga digunakan sebagai tambahan dalam makanan
untuk mengamati kebocoran lambung dengan alat Rontgent.

Sifat umum
Logam alkali tanah terletak pada golongan IIA dalam
sistem priodik. Unsur ini terdiri dari beriliium (Be), magnesium
(Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba) dan radium
(Ra). Agar lebih mudah diingat urutannya maka dapat
digunakan kalimat :
Beli Mangga Cara Sri Baginda Raja

Sebahagian besar logam alkali tanah terdapat di alam dalam


bentuk senyawa. Tetapi radium bersifat radioaktif dan terdapat
dalam uranium. Logam alkali tanah mudah teroksidasi karena
potensial ionisasi kecil. Karena mudah teroksidasi maka
bersifat reduktor yaitu dapat mereduksi logam lain kecuali
terhadap logam alkali. Dalam satu golongan, sifat reduktor dan
juga reaktifanya terhadap unsur lain meningkat dari Be hingga
Ba. Hal ini disebabkan karena jari-jari atomnya semakin besar
sehingga daya tarik inti atom (positif) terhadap elektron valensi
(terluar) semakin lemah. Dengan demikian elektron pada kulit
terluar mudah terlepas sehingga logam alkali tanah mudah
bersifat elektropositif.

Sebagaimana logam alkali, logam alkali tanah mudah


bereaksi dengan air, gas oksigen, gas nitrogen dan halogen.
Sifat basa meningkat dari Be hingga Ba. Be(OH)2 bersifat
amfoter karena dapat bereaksi dengan asam maupun dengan
Adlim, Kimia Anorganik
163
basa. Bila reaksi dengan asam Be(OH)2 bersifat basah dan jika
bereaksi dengan basa yang lebih kuat, Be(OH)2 atau ditulis
H2BeO2 cenderung bersifat asam.

Be(OH)2 + HCl BeCl2 + H2O


Basa asam garam air

Be(OH)2 + NaOH Na2BeO2 + 2H2O


Asam basa garam air

Jika dibakar unsur logam alkali tanah akan


memancarkan warna spesifik dan berwarna warni. Sehingga
logam alkali tanah digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kembang api. Warna nyala logam alkali dapat dilihat pada
Tabel 10.5
Tabel 10.5 Warna nyala logam alkali tanah
Unsur Warna Nyala
Be putih terang
Mg putih terang
Ca merah jingga
Sr merah bata
Ba Hijau

Senyawa logam alkali hampir semuanya larut dalam air


termasuk senyawa sulfatnya. Sedangkan senyawa alkali tanah
tidak semuanya larut dalam air terutama garam sulfatnya.
Kelarutan suatu senyawa dapat dilihat dari nilai Ksp
yang disebut juga sebagai hasil kali kelarutan. Makin besar nilai
Ksp makin mudah larut. Misalnya di dalam air, BeSO4 dan
MgSO4 mudah larut karena nilai Kspnya besar. Sedangkan
CaSO4 sedikit larut dan SrSO4 dan BaSO4 sukar larut dalam air.
Sifat kelarutan garam sulfat unsur logam alkali tanah
merupakan kebalikan dari sifat kelarutan basanya. Kelarutan
basa alkali tanah dari Be hingga Ba meningkat tetapi kelarutan
garam sulfatnya justru menurun.
Garam karbonat, oksalat dan kromat dari mangnesium
sedikit larut dalam air sedangkan dari unsur alkali tanah lainnya
sukar larut air.

Adlim, Kimia Anorganik


164
Semen Potland
Senyawa alkali juga banyak terdapat dalam semen. Ada
beberapa macam semen di antaranya termasuk slag semen,
alumina cement dan asbestos cement. Tetapi yang paling
banyak digunakan adalah semen potland. Composisi utama
semen potland ialah lempung, (lime atau limestone, marl).
Semen potland dapat pula dibedakan berdasarkan composi
bahan penyusunnya (clinker) yang mempunyai dampak
terhadap kekuatan dan kecepatan mengeras. Jenis C3S, C2S,
C3A, C2(A,F), C, M. Formula ini merupakan singkatan untuk
menunjukkan komposis semen potlant, dimana C = CaO, S =
SiO2, A = Al2O3, M = MgO.
Secara sederhana pencampuran bahan penyusun dapat
dilakukan dengan beberapa teknis seperti teknik wet process,
haf-wet process, half-dry process, dry process. Pengeringan
dilakukan pada suhu 1250-2070oC dan burning temperatur pada
suhu 1450oC. Flow chart proses pembuatan semen dapat dilihat
pada Gambar 10.6. Proses pengerasan semen terjadi setelah
komponen penyusun semen bereaksi dengan air.

2(3CaO•SiO2) + 4H2O
3CaO.2SiO2•H2O + 3Ca(OH)2

kalsium aluminat masih bereaksi dengan kalsium hidroksida


membentuk trikalsium aluminat hidrat. Beberapa reaksi yang
kompleks dapat terjadi tergantung bahan-bahan penyusun
semen
3CaO•A2O3 + Ca(OH)2 + 12 H2O
4CaO•A2O3.13 H2O

Gambar 10.6 Flow chart proses pembuatan semen


Adlim, Kimia Anorganik
165
Kramik
Kramik dapat digolongkan pada kramik lempung
(komposisi lempung > 20%) dan kramik spesial (lempung <
20%). Secara industi kramik lempung paling banyak digunakan.
Kedua jenis ini dapat pula diklompokkan berdasarkan
kehomogenan partikelnya. Kramik halus (fine kramik yang
mempunyai diameter partikel 0,2 mm dan kroamik kuarsa yang
mempunyai partikel besar dan berpori besar. Kramik dibedakan
pula pada tingkat porositi yaitu berpori dan tidak berpori. Lihat
scan. Kramik lempung halus bayak digunakan untuk barang
pecah belah sedangakn yang kasar digunakan sebagai pipa,
lantai. Kramik spesial terutama yang halus digunakan insulator
listrik, filter dll.
Pembuatan kramik dimulai dengan penggilingan,
klasifikasi, dan pencampuran). Proses dilanjutkan dengan
pembentukan (press, spay dll), pengeringan (penghilangan air
dan bahan organik), pembakaran sekitar 1000oC tergantung
bahan, finishing (pengkilatan) pencelupan/penyemprotan
dengan alkali oksida (Li2O, Na2O, K2O) , logam tanah jarang,
PbO2, boron dioksida dan pembakaran kembali. Selain zat
pengkilat juga ditambahkan zat pewarna. Jika bahan pengkilat
adalah PbO2 bahan pewarna biasanya kromium oksida (Cr2O3)
(2%) akan menghasilkan warna zamrud, kobalt oksida (CoO)
menghasilkan warna biru, besi oksida memberi warna hijau,
tembaga oksida menghasilkan warna merah dan serium oksida
sebagai sumber warna kuning.
Bahan pewarna terdiri dari beberapa sumber baik alami
maupun sintetik. Menurut bahan yang digunakan dapat pula
berasal dari bahan organik atau anorganik. Bahan organik
banyak digunakan dalam industri makanan dan pakaian
sedangkan pewarna anorganik terdapat dalam cat, kertas,
plastik, kramik, tinta, bahan-bahan konstruksi. Titanium
dioksida (TiO2) merupakan bahan pewarna putih, besi oksida
(-Fe2O3) sebagai pewarna merah, seng kromat (ZnCrO3)
sebagai sumber warna kuning. Kromium oksida hijau (Cr2O3)
sebagai pewarna hijau, kobalt oksida (CoAl2O4) sebagai pigmen
biru dan besi oksida coklat (Fe2O3) merupakan pigmen warna
coklat dan besi oksida hitam (Fe2O4) sumber warna hitam.

Adlim, Kimia Anorganik


166
10.6 Senyawa golongan IIIA

Boron
Boron secara alami ditemukan sebagai senyawa borat.
Biji boron Ulexite {NaCa[B5O6(OH)6]5H2O;
boraks{Na2[B4O5(OH)4]8H2O;Colemanite
{Ca[B3O4(OH)3]22H2O}; Kernite {Na2[B4O5(OH)4]2H2O}. Tidak
ada B3+ entalpi ionisasi boron relatif tinggi. Senyawa boron
halide BX3 semuanya bersifat asam Lewis bahkan oksidanya
B2O3 dan B(OH)3 juga bersifat asam.
Boron membentuk beberapa alotropi yang sukar
dimurnikan karena padatannya mempunyai titik leleh yang
tinggi. Boron dengan kemurnian 95-98% dapat dibuat dengan
mereduksi oksida B2O3 dengan logam magnesium. Boron sebuk
yang diperoleh dicuci dengan NaOH, HCl, dan HF.
B2O3 + 3Mg 2B + 3MgO

Boron yang lebih murni dapat disintesis dengan mereduksi BCl3


dengan Zn pada 900oC.
2BCl3 + 3 Zn 3ZnCl2 + 2B

Boron merupakan unsur yang unik dalam golongan IIIB (13)


dan hanya sedikit persamaan sifatnya dengan aluminium yang
berada pada golongan yang sama. Di antara keunikan itu ialah:
1. Oksida B2O3 dan B(OH)3 bersifat asam. Al(OH)3
cenderung bersifat basa walaupun dapat juga bersifat
amfoter (bersifat asam dan basa) yang lemah dan larut
dalam NaOH.
2. Borat dan silikat tersusun dengan struktur yang mirip.
Atom-atom oksigen menjadi penghubung sehingga
menghasilkan rantai, lingkaran dan struktur lainnya yang
kompleks.

3. Boron dan silikon halida (kecuali BF3) dapat


terhidrolisis. Aluninium halida berupa padatan dan
hanya sebahagian yang dapat terhidrolisis. Semuanya
bersifat asam Lewis.

Adlim, Kimia Anorganik


167

4. Boron dan silikon halida bersifat volatil, sangat mudah


terbakar dan dapat terhidrolisis. Aluminium hidrida
merupakan polimer (AlH3)n.

H
O

B
O O
H
O B O
B O
H
O O
B
O
H
Struktur anion borat, [B4O5(OH)4]2-

Senyawa boron
Hampir semua boron yang ada di alam mengandung
oksigen dan bentuk mineral borat. Turunan boron dalam
senyawa organik di antaranya ialah ortoborat, B(OR)3; asil
borat, B(OCOR)3; perokso borat, B(OOR)3 asam boronik
RB(OH)2.
Asam B(OH)3 diperoleh dari borat atau dari hidrolisis
boron trihalida menghasilkan kristal berupa jarum-jarum
berwarna putih. Beberapa reaksi asam borat dapat dilihat pada
diagram berikut ini.
Asam borat sedikit larut dalam air membentuk B(OH)4-
+
dan H . Konsentrasi asam borat dapat ditentukan dengan cara
menambahkan pengompleks seperti gliserol dan kemudian
dititrasi dengan NaOH.
Boron hidrida atau boron yang bersenyawa dengan
hidrogen saja disebut borana. Beberapa senyawanya seperti
B2H6, B4H10, B9H15, B10H14 dan B20H16.

Adlim, Kimia Anorganik


168

NA[HB(OR)3]

NaF in THF Perokso borat dan


borat perokso hidrat B2O3
B(OR)3 BF3
NH4BF3
Kalor
H2O2
Alkohol alkohol, H2SO4 Na2O2 Penggabungan dengan NH4HF2
kalor

polialkohol tertentu
B2O3 HBO2 B(OH)3 Kompleks khelat (asam)
kalor

RCOCl Penggabungan
dengan oksida logam

B(OCOR)3
Borat

Berapa reaksi asam borat (B(OH)3)

Diboran, B2H6 berupa gas yang mempunyai titik didih -


92oC dan spontan terbakar di udara. Borana yang lebih berat
misalnya B6H10 berbentuk cair dan mudah terbakar di udara.
B10H14 merupakan padatan yang mempunyai titik leleh 99,7oC
dan stabil di udara. Struktur borana mirip dengan struktur
alkana siklik tetapi B dan H dapat menjadi jembatan atau
penghubung ikatan. Ion tetrahidroborat atau borohidrida
misalnya natrium borohidrida (NaBH4) merupakan reduktor
yang kuat.
Senyawaan boron dengan dengan nitrogen disebut
amino borana contohnya adalah borazina atau borazin B3N3H6
yang mempunyai struktur :
H
B
HN NH

HB BH
N
H
Adlim, Kimia Anorganik
169
Silikat dan Aluminat
Silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) termasuk senyawa
yang berlimpah di alam. Batuan kuarsa sering terdapat dalam
jumlah besar di alam dan sebagian transparan. Kedua
senyawanya tergolong stabil karena terdapat ikatan yang kuat
antara Si-O-Si yang berbentuk rantai, lingkaran, lempengan dan
jaringan. Terdapat oksigen yang berada pada setiap sudut ikatan
molekul silikat, SiO44- yang berstruktur tetrahedral seperti
terlihat pada Gambar 4 dan Hal yang hampir sama terjadi juga
pada jaringan struktur aluminat, AlO52-. Oksigen berada pada
setiap sudut dan menjadi perhubung dengan unit molekul
aluminat lainnya. Unit molekul aluminat berstruktur oktahedral
seperti terlihat pada Gambar 10.7.
Asbes atau asbestos yang banyak digunakan sebagai
bahan bagunan merupakan termasuk turunan silikat yang serat
tersendiri. Serat terbentuk dari lapisan silikat yang tergulung
seperti gulungan tikar. Debu asbes terbukti dapat menyebabkan
kanker paru-paru. Asbes juga tahan terhadap basa sehingga
digunakan sebagai membran dalam industri pembuatan NaOH.
Kombinasi antara lapisan silikat dan aluminat yang
memiliki struktur tetrahedral dan oktahedral seperti dijumpai
pada mika (biasa permukaan lapisan tripleks mica). Jika diganti
Si4+ dengan Al3+ maka akan dihasilkan jaringan Si-O-Al.
Zeolit terdapat secara alami maupun sintesis. Bahan ini
telah menjadi perhatian ilmuan sehingga menjadi objek
penelitian hingga saat ini. Jaringan struktur zeolit ialah Al-O-Si
yang melingkari rongga-rongga yang diberhubungan satu sama
lain seperti terowongan mikro. Secara umum rumus struktur
Zeolit Ma/n[(AlO2)a(SiO2)b]•xH2O, dimana 1  b/a  5. Struktur
zeolit sebagai seperti Gambar 10.8. Jenis-jenis zeolit
dinataranya ialah : Zeolit X ( alami, analcime,
Na[AlSi2O6]•H2O); Zeolit Y (Na2Ca)-[AlO2)2(SiO2)4]•8H2O;
Zeolit A (sintetik, M112 [(AlO2)12(SiO2)12]•27H2O.

Adlim, Kimia Anorganik


170

Silikat Aluminat
Gambar 10.7. Perbedaan struktur silikat (kiri) dan aluminat
(kanan)

Gambar 10.8. Model struktur zeolit

Tabel 10.6 Lebar effektif pori (channel) pada zeolit-A


Tipe Zeolit Kation Lebar pori
+
3A K 300
+a
3A Na 400
5A ½ Ca2+ b 500
a
Na+ lebih kecil dari K+, maka porinya lebih besar
b
Ca2+ memiliki ukuran hampir sama dengan Na+, tapi
jumlahnya hanya ada setengah

Adlim, Kimia Anorganik


171
Kegunaan zeolit :
(1) Bahan penukar kation (cation exchange)
Cation yang ada di zeolit dapat ditukar dengan kation
lain dalam larutan dan sebaliknya dapat dikembalikan.
Hal berguna untuk melunakkan air sadah, dan bahan
aditif dalam detergent sebagai bahan pengikat kalsium
yang dapat membuat detergen tidak berfungsi.

Na2Z(s) + Ca2+(aq) CaZ(s) + 2Na+(aq)


Na2Z(s) + Mg2+(aq) MgZ(s) + 2Na+(aq)

(2) Sebagai pengering


Jika molekul air dihilangkan dari pori-pori zeolit
(biasanya dengan cara pemanasan pada 350oC dalam
vacuum), maka zeolit dapat menyerap molekul kecil
terutama air. Zeolit menyerap secara selektif molekul
yang ukurannya sama atau lebih kecil dari ukuran pori
sebagaimana yang tertera pada Tabel 10.6. Zeolit 3A
misalnya dapat secara selektif menyerap molekul air
yang bercampur dalam pelarut DMSO (dimethyl
sulfoxide). Sehingga untuk fungsi ini zeolit disebut juga
sebagai molecukar sieves (penyaring molekul). Agar
molekul dapat diserap oleh zeolit maka molekul harus
polar dan cukup kecil sehingga dapat melewati pori.
Dengan demikian molekul air yang polar dan berstruktur
tetrahedral dan memiliki momen dipole permanent dapat
terserap dengan kuat ke dalam struktur zeolit. Sementara
gas helium, metana (tetrahedral), CO2 (linier) tetapi
tidak memiliki momen dipole permanent (non polar)
tidak terserap oleh zeolit walaupun molekul tersebut
dapat melewati pori zeolit. Sifat menyerap air zeolit
digunakan untuk menghilangkan air dari LNG (liquid
natural gas).

(3) Katalis Padat


Luas pori jaringan aminosilikat dalam zeolit mencapai
100 kali lebih luas dari pada luas permukaan luar zeolit.
Luas pori dapat mencapai 1000 m2 g-1. Akibatnya zeolit

Adlim, Kimia Anorganik


172
dapat berfungsi sebagai katalis untuk reaksi yang
menyenangi permukaan aluminosilikat. Penggantian Si4+
dengan Al3+ pada struktur dasar zeolit (biasanya hingga
jenuh) menghasilkan zeolit asam. Misalnya jika zeolit
direndam dalam NH4Cl dan kemudian dipanaskan.
Maka NH4+ akan terurai menghasilkan NH3 dalam
bentuk gas dan H+ yang akan tetap dalam zeolit untuk
menambah muatan aluminium (Al3+ + H+) agar dapat
menjadi pengganti silikon (Si4+). Proton terikat pada
oksigen yang terdapat dalam jaringan alumino silikat.
Ketika dipanaskan maka proton bersamaan dengan
oksigen terlepas (dalam bentuk molekul air) dari
jaringan struktur zeolit sehingga zeolit menjadi berkutup
atau polar. Pada sisi silikon terdapat muatan positif
sedangkan pada sisi alumina bermuatan negatif. Dengan
demikian silikon berfungsi sebagai katalis berbagai
reaksi organik yang dapat dikatalis oleh asam Lewis
(aseptor pasangan elektron).

Jadi katalis zeolit dapat digunakan pada reaksi katalitik :


(a) alkilasi aromatik hidrokarbon (reaksi Fridel-Craft)
dengan AlCl3 sebagai asam Lewis
(b) cracking (pemutusan rantai) hidrokarbon
(c) isomerisasi alkana, alkena, alkil aromatik.

Keunggulan zeolit pada isomerisasi ialah kemampuannya


menghasilkan/mengatur agar dihasilkan lebih banyak isomer
rantai lurus dan mengurangi produksi isomer bercabang.
Normal alkana hingga n-C14H30 dapat melewati pori zeolit 5Å
dan kemudian ikatan C-C atau C-H terputus-putus sehingga
membentuk molekul yang lebih kecil dan berantai lurus.
Sementara alkana yang bercabang tidak dapat meliwati pori.
Seleksi ini disebut ”shape selektive reforming” (penyusunan
selektif bentuk molekul) yang sangat penting untuk
menghasilkan bahan bakar bensin yang lebih bermutu.
Tujuannya meminimumkan jumlah normal alkana (terutama
normal heptana) yang dapat menyebabkan ketidakstabilan

Adlim, Kimia Anorganik


173
pembakaran (knocking), dan memaksimumkan alkana
bercabang terutama isooktana.
Hingga tahun sembilan belas delapan puluhan, TEL
(tetraethyl lead) masih digunakan sebagai anti knocking dalam
bensin. Namun karena sifat racun lead (Pb) maka diganti
dengan tert- butyl ether [MTBE, CH3OC(CH3)3]

Lempung
Lempung terdari lapisan-lapisan silikat dengan ukuran
partikel lebih kecil dari 4 m yang dihasilkan oleh kondisi iklim
alumino silikat. Mineral lempung secara umum terbagi pada dua
kelompok ; tipe koalinit yang berdasarkan pasangan
lapisan/lembaran unit-unit tetrahedral SiO44- dan oktahedral
[AlOn(OH)(3+n)-(6-n) ] atau MgOn(OH)(3+n)-(6-n). Kelompok kedua
ialah illite yang memiliki struktur oktahedral dan dilapisi dua
lapisan atas dan bawah tetraderal (muscovite). Banyak mineral
lempung lainnya yang masuk kategori illite seperti semectics
(khususnya montmorillonite dan beidellite yang merupakan
komponen utama endapan bentonit. Lempung dapat juga
mempunyai sifat seperti zeolite.

10.7 Senyawa golongan IVA

Kaca silikat
Botol dan kaca jendela merupakan natrium kalsium
silikat (soda lime) yang dapat mengandung berbagai
komponen zat lainnya. Misalnya 72% SiO2, 14% Na2O, 10%
CaO dan 3% MgO. Komponen CaO dan MgO diperlukan untuk
mencegah agar gelas tidak larut dalam air. Natrium silikat
berbentuk cairan kental yang disebut water-glass.
Kaca dibuat dari pasir (SiO2), natrium karbonat, kapur
(CaO dan sedikit MgO) dengan cara mengkalsinasi pada
temperatur tinggi. Pengotor yang sering terdapat dalam pasir
ialah besi (II) yang berwarna hijau.

Adlim, Kimia Anorganik


174
Kaca dapat juga dibuat dengan cara mencampur SiO2
(81%) dengan Na2CO3 (setara dengan 4,5% Na2O), asam borat
(B2O3, 12,5%) dan Al2O3 (2%). Dari proses ini dihasilkan kaca
yang tahan terhadap temperatur tinggi.
Kita melihat banyak gelas-gelas yang berwarna terutama
untuk hiasan. Pewarnaan gelas dilakukan pada proses
pembuatannya dengan menambah mineral pewarna seperti
tertera pada Tabel 10.6 :

Karbon
Polusi udara yang paling serius disebabkan oleh polusi
gas CO, CO2, O3, NOz , SO2. Komposisi udara bersih terdiri
dari 78,08% N2, 20,95% O2, 0,934% Ar, hanya 0,036% CO2
(360 ppm) dan minor komponen termasuk Ne, He, CH4, Kr, H2,
N2O dan Xe.
Telah diteliti bahwa dengan adanya perkembangan
industri dan peningkatan jumlah kenderaan bermotor maka
semakin banyak CO2 dilepaskan ke udara telah menyebabkan
perubahan cuaca. Bumi lebih panas dari keadaan sebelumnya.
Isu ini sangat popular dan sebut “panas global atau global
warming”. Diperkirakan pada tahun 2100 akan terjadi kenaikan
suhu bumi rata-rata 1-3,5oC.

Tabel 10.6 Pigmen untuk gelas


Senyawa Warna
oksida besi Hijau, coklat
oksida mangan Orange
Oksida kobalt Biru tua
Emas klorida Merah rubi
Senyawa selenium merah
Karbon dioksida coklat
Campuran mangan, kobalt & besi hitam
Oksida antimony (Sb) putih
Oksida uranium Kuning kehijauan
Senyawa sulfur coklat
Senyawa tembaga Biru muda, merah
Senyawa tima putih

Adlim, Kimia Anorganik


175
Dalam jumlah yang nomal CO2 tidak berbahaya karena
gas ini akan dirubah oleh tumbuhan menjadi karbohidrat dalam
proses fotosintesis dan lainnya beraksi dengan batu kapur
berubah menjadi CaCO3 secara alami. Namun akibat
peningkatan jumlah CO2 yang sangat besar ke atmosfir,
menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan. Pada saat ini
setiap individu rata-rata melepaskan 1,1 metrik tons CO2 setiap
tahun.
Penambahan lapisan CO2 di atmosfir menyebabkan
panas matahari yang dipantulkan kembali dari bumi
terperangkap di antara lapisan CO2 dan bumi. Peristiwa ini
penyerupai sinar matahari yang terperangkap dalam rumah kaca
atau greenhouse effect.

Beberapa usaha mengurangi pelepasan CO2 ke udara ialah :


(1) Meningkatkan jumlah tumbuhan (biodeversity)
(2) Dianjurkan lebih baik menggunakan LNG dari pada
minyak bumi dan batu-bara
(3) Menggunakan energi matahari (solar cell), energi nuklir
dari pada energi fosil (minyak bumi dan batu bara).
(4) Kurangi pembabatan hutan
(5) Batasi penggunaan kenderaan bermotor.

Kegunaan karbon dioksida


(a) Pembuatan Urea
(b) Pembuatan es kering (dry es) yang memilki tekan uap
100 kPa pada -78oC, maka menguap pada temperatur
dan tekanan atmosfir tanpa lebih dahulu mencair.
(c) Sebagai gas untuk membuat inert atmosfir.

Bahan bakar jika terbakar akan berubah menjadi karbon


dioksida dan uap air yang lepas ke udara. Karbon dioksida
dikonsumsi oleh tumbuhan dalam fotosintesis dan dirubah
menjadi karbohdrat yang dimakan oleh hewan dan manusia.
Tumbuhan dan hewan yang mati dapat menjadi fosil berubah
ribuan tahun kemudian menjadi bahan bakar. Selain itu kotoran
hewan juga menjadi pupuk bagi tumbuhan. Hewan dan manusia

Adlim, Kimia Anorganik


176
melepaskan CO2 ke udara alam bentuk respirasi sehingga terjadi
siklus karbon di alam seperti terlihat pada Gambar 10.9.

Gambar 10.9 Siklus karbon di alam

10.8 Unsur golongan VA

Nitrogen
Nitrogen biasa membentuk ikatan kovalen dengan tiga
ikatan –N=. Senyawa oksida nitrogen diantaranya ialah N2O,
NO, NO2, N2O3, N2O4 dan N2O5. Senyawa nitrida yang
terbentuk antara nitrogen dengan logam elektropositif misalnya
(Ca2+)3(N3-)2 dan (Li+)3(N3-) dapat diaggap sebagai senyawa
ionik. Senyawa ini dapat dengan segera terhidrolisis
menghasilkan amonia dan basa.

Adlim, Kimia Anorganik


177

Beberapa senyawa nitrogen lainnya termasuk :


(a) Hidrazina, N2H4 merupakan cairan bening dan mudah terurai
di udara menjadi gas N2 dan air ;

N2H4 (l) + O2 (g) N2 (g) + 2H2O

(b) Hidroksilamin, NH2OH merupakan padatan putih

NH2OH (aq) + H2O NH3OH+ + OH-

(c) Azida
Logam berat azina mudah meledak sedangkan logam natrium
azida (NaN3) dapat dibuat dari reaksi
175oC
3NaNH2 + NaNO3 NaN3 + 3NaOH + NH3

Ion azina memilki sifat seperti ion halida

Sintesis amonia
Reaksi antara gas hidrogen dengan gas nitrogen dengan
komposisi 3 mol H2 dan 1 mol N2 dengan katalis Fe dan KOH
sebagai promotor pada temperatur 400-540oC dan tekanan 80-
350 bar, akan menghasilkan gas ammonia yang kemudian
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea. Proses
sintesis ammonia ini disebut Haber-Bosh.
Gas hidrogen yang paling murah dapat disentesa dari
conversi batu bara, minyak bumi (yang memyai titid didih <=
200oC seperti propane, butane, naphta) atau gas alam (metana)
yang lebih dikenal dengan nama LNG (li\quid natural gas).
Metana dan uap air panas dilewatkan pada catalyst NiO
supported (-alumina) pada suhu antara 700-830oC dan tekanan
40 bar untuk menghasilkan gas H2 dan gas karbon monoksida.
Nitrogen dapat diperoleh dari udara dengan cara merubah udara
menjadi cairan dengan pendinginan. Kemudian nitrogen
dipisahlan dari komponen udara lainnya melalui penyulingan.
Proses pembeuatan ammonia meliputi :

Adlim, Kimia Anorganik


178

N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)

Gas nitrogen diperoleh dengan cara penyuling udara


sedangakan gas H2 diperoleh dari reaksi antara metana dengan
uap air :

CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2

Pabrik ammonia bisanya bersamaan dengan pabrik pembuatan


urea sebab ammonia dan CO2 yang dihasilkan dari parik
ammonia digunakan untuk membuatan urea.
CO2 gas + 2 NH3 (l) NH2COONH4(l) (disebut
ammonium karbamat) yang kemudian dalam keadaan
keseimbangan menjadi urea dan air

NH2COONH4 (l) NH2CONH2 + H2O

Sebanyak 70% CO2 dapat bereaksi membentuk urea pada molar


ratio NH3 : CO2 = 4:1 pada suhu 200OC dan tekanan 250 bar.
Kemudian dapat dilakuan penguapan ammonia pada suhu
tersebut dan sekaligus ammonium karbamat berubah menjadi
urea.
Reaksi antara ammonia dengan gas CO2 pada 150 barr dan
200oC dapat dihasilkan urea;

CO2 + NH3 NH4[CO2NH2] (H2N)2CO+ H2O

Hanya sedikit mikroba yang dapat menggunakan


langsung nitrogen dari udara untuk menyusun asam-asam amino
dan protein mikroba tersebut. Tumbuhan biasanya mengambil
nitrogen dari dalam tanah dalam bentuk garam nitrat (-NO3-),
nitrit (-NO2) dan ammonium (NH4+). Hewan memperoleh
nitrogen dengan memakan tumbuhan. Jadi satu siklus nitrogen
dari hewan, tumbuhan dan nitrogen kembali ke udara (Gambar
10.10). Siklus ini disebut siklus nitrogen. Beberapa jenis bakteri
yang hidup pada akar kacang-kacangan dapat merubah langsung
nitrogen menjadi asam amino yang kemudian digunakan oleh

Adlim, Kimia Anorganik


179
tumbuhan kacangan-kacangan tersebut. Sumber nitrogen
biasanya diberikan dalam bentuk pupuk misalnya pupuk urea,
CO(NH2)2. Urea terurai dalam tanah dengan sejumlah proses
hingga dihasilkan NO3- yang dapat diserap oleh tumbuhan dan
sebahagian terlepas ke udara. Hanya 28-34% nitrogen yang
dapat terserap oleh tumbuhan pada pemupukan di daerah
persawahan. Skema peruraian tersebut dituliskkan sebagai
berikut :

Perubahan urea
CO(NH2)2 + H2O NH2COONH4
NH2COONH4 + H2O (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 2NH3 + CO2 + H2O
NH3+H2O NH4OH
NH4OH NH4+ + OH-

Nitosomonas nitrobacter
NH4+ NO2- NO3-
+O2 +1/2O2

Urease nitrosomonas nitrobakter


Urea NH4+ NH3 NO2- NO3-

Denitrifikasi Diserap tumbuhan


NO3- N2O, NO, N2
leaching loss

Adlim, Kimia Anorganik


180

Gambar 10.10. Siklus nitrogen di alam

Fosfor
Unsur fosfor dapat diisolasi dari batuan fosfat yang dibakar
bersama pasir silica dan karbon :

2Ca3(PO4)2 + 6SiO2 + 10C P4+6CaSiO3 + 10CO

P4 (putih) menyala di udara sehingga harus disimpan dalam air.


Fosfor merah dan hitam stabil di udara tetapi segera terbakar
jika dipanaskan. P4 larut dalam CS2, benzena dan senyawa
organik lainnya dan bersifat racun. Senyawa fosfor termasuk
PCl5 , PCl3 , OPCl3, P4O10 , P4O6 , P4S10 asam-asam oksi fosfor.

Adlim, Kimia Anorganik


181

10.8 Unsur-Unsur Golongan VIA

Oksigen
Ozon
Ozon merupakan alotropi karbon, tidak berwarna, sangat
endoterm dan memilki bau yang menusuk. Ozon dapat
disintesis dengan cara radiasi atau mengaliri listrik gas oksigen:

UV atau aliran listrik


3/2 O2 O3

Ozon bersifat racun bagi tumbuhan dan berbahaya bagi manusia


pada konsentrasi yang tinggi. Ozon dapat menyebabkan sakit
kepala, irritasi selaput lendir walaupun pada konsentrasi rendah.
Namun demikian ozon bermanfaat karena dapat
digunakan sebagai pembunuh hama atau sterilisasi air minum,
oksidator yang kuat pada industri kimia, menjadi lapisan
pelindung bagi bumi dari sengatan sinar matahari. Lapisan
ozon di atmosfir menyerap gelombang pendek (energi tinggi)
sinar UV yang dapat merusak kehidupan mahluk hidup di bumi.

Lapisan stratosfir lapisan ozon menyerap UV dengan berbagai


jenis :

(a) UV-A (320-400 nm) yang dapat menyebabkan


kulit merah.
(b) UV-B (290-320 nm) yang dapat menyebab luka
bakar sinar matahari, kanker kulit, kerusakan
mata.
(c) UV-C (200-290 nm) menyebabkan kanker kulit,
luka parah pada kulit.

Lapisan ozon di atmosfir dapat rusak atau terutai akibat gas


CFC (chlorofluorocarbon) seperti CF2Cl2 dan CFCl3 yang
merupakan gas pendingin, gas pendorong dalam botol parfum.
Gas ini dilepaskan dari tiap rumah tangga setiap hari dan gas

Adlim, Kimia Anorganik


182
tersebut terakumulasi ke udara dan akhirnya sampai ke lapisan
ozon.

Belerang

Gas SO2 & H2S


Batu bara biasanya mengandung belerang baik dalam
bentuk unsur maupun senyawaan. Ketika batubara dibakar
maka sulfur ikut terbakar dan menghasilkan gas SO2. SO2 tidak
terlalu beracun namun jika terhisap secara langsung dan dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Batas yang
maksimum yang diperboleh di atmosfir ialah 40-60 g SO2 m-3.
SO2 di udara dapat teroksidasi menjadi SO3 dan kemudian
bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat atau hujan asam.
Sebahagian bagunan dan patung-patung yang terbuat dari beton
di Eropa telah kropos diduga karena hujan asam.
Sulfur terdapat di alam dalam bentuk unsur, H2S, SO2,
biji logam sulfida, sulfat seperti kalsium sulfat dan magnesium
sulfat dsb. Gas H2S yang terdapat dalam gas alam juga dapat
diolah menjadi sulfur jika direaksikan dengan oksigen:

2H2S + O2 3S + 2H2O

Sulfur cenderung membentuk cincin sehingga ditulis S8 , S2, S3


, S4 , S6 bahkan S20 . Sulfur terdiri dari beberapa senyawa
termasuk SF4, SCl2, SOCl2 , tiosulfat (S2O32-) dan beberapa oksi
sulfur serta logam ditionat (M2+ S2O42-). Politionat dengan
formula umum [O3SSnSO3]2- juga termasuk senyawa sulfur.

Ada beberapa sistem pengontrolan jumlah SO2 sebelum


dilepaskan ke udara yaitu :
(a) Menghilangkan belerang dalam bahan bakar. Misalnya
pencucian dengan NaOH dan kemudian dialirkan CO2
untuk mengendapkan sulfur.
(b) Mengalirkan gas buangan yang mengadung SO2 pada
adsorben CaCO3
H2O
CaCO3 (s) + SO2 (g) CaSO3 (s) + CO2 (g)

Adlim, Kimia Anorganik


183

(c) Merubah SO2 menjadi H2SO4


(d) Fluidized bed combustion
Pada temperatur 820 – 870oC batu kapur dapat bereaksi
dengan SO2 dan udara membentuk kalsium sulfat
(e) Menggunakan bahan bakar berkadar rendah sulfur

Gas H2S merupakan gas beracun dan korosif. Gas CO2


walaupun sifat racunnya tidak seperti H2S namun dapat bersifat
korosif bila bereaksi dengan uap air membentuk asam karbonat
sehingga baik H2S maupun CO2 harus dihilangkan. Berbagai
metoda absorpsi H2S telah diterapkan terutama dengan cara
melewatkan pada larutan monoetanolamina (Lee, 1994) atau
dietanolamin (DEA) (Helwani, 1993). Namun baik senyawa
monoetanolamin maupun DEA bersifat racun dan hidroskopis.
Gas H2S biasanya banyak terdapat dalam gas alam dan
bahkan gas H2S tersebut dijadikan bahan baku industri
pembuatan belerang dan industri terkait lainnya. Bila gas H2S
direaksikan dengan gas SO2 maka akan diperoleh belerang dan
uap air seperti reaksi berikut ini :

2H2S(g) + SO2(g) 3S(s) + 2H2O(g)

Sulfur dapat digunakan untuk pembuatan asam suflat,


vulkanisasi karet dan juga dicampurkan dengan karbon aktif
untuk digunakan sebagai absorben pengikat uap merkuri.
Dietanolamin mempunyai rumus (OHCH2CH2)2NH
disingkat dengan DEA (ditethaolamine) dapat bereaksi dengan
CO2 maupun H2S sehingga DEA digunakan absorben untuk
mengikat gas tersebut. Pada industi eksplorasi gas alam, DEA
dicampur dengan K2CO3 yang ditempatkan pada suatu menara
carbonate absorbenr dan juga DEA absorber. Gas alam yang
mengandung CO2 dan H2S dialirkan pertama pada carbonate
absorber dimana H2S dan CO2 terikat. Kemudian gas alam
dialirkan lagi ke DEA absorber dari atas ke bawah pada suhu
62oC sehingga sisa H2S dan CO2 terikat secara sempurna. Baik
K2CO3 mapun DEA dapat diregenerasi dengan cara pemanasan.
Reaksi – reaksi reaksi yang dapat terjadi adalah :

Adlim, Kimia Anorganik


184
dingin
K2CO3 + H2O + CO2 2KHCO3
panas

dingin
2 K2CO3 + H2S 2KHCO3 + K2S
panas

30o – 60oC
2 (HOCH2CH2)2 NH + CO2 + H2O
100 o – 150oC
(HOCH2CH2)2 NH3)2CO3

30o – 60oC
(HOCH2CH2)2 NH + H2S
100 o – 150oC
(HOCH2CH2)2 NH3+ SH-

Penggunaan K2CO3 untuk adsorben gas CO2 lebih


ekonomis dari pada Na2CO3. Namun penggunaan K2CO3 harus
pada kondisi reaksi yang lebih rumit yaitu suhu reaksi
mendekati titik didih larutan K2CO3 dan pada tekanan lebih
besar dari 1 atm. Sedangkan Na2CO3 dapat menyerap CO2 pada
suhu kamar.

Asam Sulfat
Asam sulfat disintesis dengan cara membakar belerang
menjadi SO2 dan kemudian SO2 direaksikan dengan gas oksigen
dengan menggunakan katalis Pt atau V2O5 untuk menghasilkan
SO3;
Pt atau
2SO2 + O2 2SO3
V2O5

Adlim, Kimia Anorganik


185
Sintesis ini disebut proses Kontak. Gas SO3 yang dihasilkan
dilewatkan ke dalam larutan H2SO4 100% dan kemudian air
ditambahkan untuk menghasilkan disulfat (H2S2O7) atau disebut
oleum. Oleum dapat dihidrolisis menjadi asam-asam sulfat.

Beberapa produk unsur belerang


SO2 dalam bentuk cairan dengan titik didih -10oC
memiliki beberapa kegunaan :
(a) Ekstraktan
Iodium dapat diekstrak dari endapan natrium nitrat Chili
dengan mengalirkan gas SO2
(b) Sebagai pengawet minuman bir
(c) Bahan baku industri pulp dan kertas
(d) Pengolahan limbah klor dan kromium (VI)

Kimia Sulfur dalam industri pulp dan kertas


Pada umumnya kertas terbuat dari serat kayu walaupun
sering juga ditambahkan kapas dan bahan lainnya untuk
menghasilkan kertas tertentu misalnya yang lebih tahan
terhadap serangan serangga. Kayu terdiri dari tiga komponen
utama :
(a) serat yang berukuran 3-5 mm (Kayu lunak di Amerika
Utara) atau 1-2 mm (kayu keras) yang tersusun dari
selulosa.
(b) Lignin yang mengikat/menyatukan secara alami serat-serat
kayu.
(c) Minyak, lemak dan protein yang terdapat dalam sel-sel
kayu dan dalam prosesnya dapat dihasilkan terpena, asam
lemak, tanin dan sebagainya.

Tujuan proses pengolahan kayu menjadi pulp (bahan sebelum


dipress menjadi kertas) ialah untuk memutuskan struktur lignin
untuk menghasilkan anion yang terlarut tetapi tidak terjadi
hidrolisis berlebihan terhadap selulosa. Ada dua proses
pembuatan pulp yang banyak digunakan dalam industri kertas
yaitu proses Kraft dan Proses Sulfit.

Adlim, Kimia Anorganik


186
Perbandingan dua jenis proses kimia pembuatan pulp kayu

Proses Kraft Proses Sulfit


Basa : Asam :
-menggunakan peralatan tabung -menggunakan peralatan
baja karbon atau stainless steel, baja tahan Korosi
menghasilkan kartas yang kuat -serat lebih pendek karena asam
(kraft artinya kuat dlm bahasa -menghidrolisis selolusa
Swedia dan Jerman). - Hanya jenis kayu tertentu
-semua jenis kayu - Pulp berwarna putih
-pulp berwarna coklat kecuali - Kegunaan : kertas putih
diputihkan.
- kegunaan : kertas untuk kardus,
dan
- kertas putih berkualitas tinggi.

Proses Kraft :

Serpihan kayu dimasukkan dalam larutan air


o
NaOH/Na2S/Na2CO3 (pH 12) pada 180 C selama 1-3 jam
tergantung jenis kayu. Cairan ini disebut liquor yang
mengandung bahan kimia tersebut dengan konsentrasi
campuran 120 g L-1.
Cincin aril eter dan gugus metoksi lignin diserang oleh OH- dan
S2- (atau HS-) untuk menghasilkan alkohol terlarut, anion asam
dan beberapa markeptan atau tiol dan sulfida organik yang
sering menimbulkan bau menyengat di lingkung industri kertas.
Tetapi sebahagian limbah yaitu 1,5 hingga 3,2 kg dimetil
sulfida per meter kubik selulosa dapat diolah menjadi bahan
kimia baru yaitu DMSO (dimetilsulfoksida). Gas NO2
direaksikan dengan limbah untuk menghasilkan DMSO. Selain
DMSO terpentin dapat juga dihasilkan dari kondensat gas
buangan. Larutan limbah dikenal sebagai black liquor, dapat
disentrifuse untuk menghasilkan tall oil sebagai bahan baku
asam oleat dan linoleat yang digunakan dalam industri sabun.
Fasa air diuapkan hingga kering dan residunya dibakar untuk
membuat karbon aktif. Residu yang tersisa atau meleleh
mengandung NaOH, kemudian dicampur dengan Na2SO4 maka
akan terjadi reaksi :

Adlim, Kimia Anorganik


187
Na2SO4 + 2C + 4NaOH(l) 2Na2CO3 + Na2S + 2H2O

Hasil reaksi didinginkan dan dilarutkan dalam air dan terbentuk


larutan yang disebut green liquor. Warna hijau disebabkan
terjadi reaksi antara ion besi dari bahan dasar kayu dengan
sulfide
Pada awalnya zat gas klor digunakan sebagai pemutih
pulp. Gas klor dapat sekaligus diperoleh dari industri
pembuatan NaOH yaitu elektrolisis air laut. Namun gas klor
dapat bereaksi dengan senyawa organik yang ada di dalam pulp
dan menghasilkan organoklor termasuk dioksin yang bersifat
racun. Zat pemutih kemudian diganti dengan kaporit Ca(ClO2)2
sehingga kadar limbah dioksin menurun dan dapat dihasilkan
kertas lebih bermutu. Agar limbah terbebas dari dioksin maka
hidrogen peroksida digunakan sebagai bahan pemutih. Namun
bahan ini tidak setabil dalam keadaan murni sehingga
ditambahkan natrium silikat sebagai pengikat ion logam yang
menyebabkan hidrogen peroksida terdekomposisi.
Metoda sulfit sudah jarang digunakan karena terdapat
beberapa kelemahan di antaranya banyak menyebabkan selulosa
terhidrolisis, sangat korosif terhadap logam serta terbatas pada
jenis kayu tertentu. Proses pembuatan kertas dapat dilihat pada
Gambar 10.11.

10.9 Unsur-Unsur Golongan VIIA

Halogen
Gas klor biasanya dihasilkan dari produk sampingan
industri pembuatan NaOH. Gas ini banyak digunakan pada
industri kimia organik, industri kertas dan pengolahan air
minum. Walaupun banyak manfaatnya tetapi terdapat pula
konsekuensi terhadap kemungkinan pencemaran lingkungan.
Berapa senyawa klor yang telah luas digunakan sekarang mulai
dirasakan dampak terhadap lingkungan:
(a) Kloroflourokarbon (CFC) atau freon merupakan bahan
pengisi mesin kulkas dan AC. Bahan ini juga digunakan
sebagai pelarut, gas pendorong pada botol semprot
Adlim, Kimia Anorganik
188
(parfum), pengembung plastik (pada industri plastik).
CFC telah mulai dikurangi produksinya karena dapat
merusak lapisan ozon di udara sehingga bumi semakin
terbuka terhadap sinar matahari atau bumi menjadi lebih
panas.

Gambar 10.11 Flow chart pembuatan kertas

Adlim, Kimia Anorganik


189
(b) Pelarut senyawa klor (chlorinated solvent) misalnya 1,1-
trikhloroetana (CH3CCl3) juga dapat merusak lapisan
ozon. Kloroform (CHCl3) dapat menyebabkan kanker
pada konsentrasi tinggi.
(c) Pestisida, herbisida dan fungisida umumnya merupakan
senyawaan klor yang juga dapat merusak lingkungan
contohnya DDT.
DDT (Dichlorodiphenyltrichloroethane) merupakan
insektisida yang sudah sejak lama dipakai dan terkenal
sangat effektif membasmi hama. DDT menyerang
bagian system syaraf serangga dan menyebabkan
kematian. Namun bebepa tahun kemudian ditemukan
beberapa masalah seperti serangga menjadi imun atau
tidak mampan lagi dibunuh dengan DDT dan juga
masalah pencemaran lingkungan. Setelah diteliti terjadi
suatu enzim yang dinamakan DDT-dehydrochlorinaase
atau disingkat DDTase dapat merubah struktur DDT
yang beracun menjadi DDE
(dichlorodiphenylchloroethylene) yang tidak lagi
beracun. Bila enzim ini terdapat dapat tubuh serangga
maka serangga tersebut dapat menetralkan DDT menjadi
DDE. Para ahli kimia juga masih merasa heran mengapa
sebahagian serangga sudah imun juga mati bila terkena
DDT. Ternyata ada dua lagi zat yang menyebabkan
enzim DDTase tidak berfungsi sehingga DDT tetap
menjadi racun pada serangga yang sudah imun tersebut.
Senyawa kimia tersebut ialah chlorofenthol dan p-
khlorobenzena-N,N-dibutil-sulfonamida. Salah satu
senyawa ini dapat terikat pada enzim DDTase sehigga
menutupi bereaksinya DDTase dengan DDT. Struktur
kimia DDT, DDE, chlorofenthol dan p-khlorobenzena-
N,N-dibutil-sulfonamida. Struktur DDT dapat dilihat
pada Gambar berikut ini.

(d) Polivenyl klorida (PVC) merupakan bahan baku polimer


untuk menghasilkan plastik. Limbahnya juga dapat
mencemari lingkungan.

Adlim, Kimia Anorganik


190
Limbah Chloroflouro karbon dapat diolah menjadi bahan kimia
yang lebih aman dan bermanfaat, dengan cara mereaksikannya
dengan natrium oksalat :

CF2Cl2(g) +2Na2C2O4 2NaF(s) +2NaCl (s) + 4CO2 (g)+C(s)

Gas flour dan senyawa flour


Gas flour tidak sepopuler gas klor. Senyawa flour alami
seperti flouroapatite [Ca5(PO4)3(F,OH)], flourite (flouspar,
CaF2) dan mika merupakan bahan baku industri yang penting.
Proses isolasi halogen dapat dilihat pada Gambar 10. Tabung
lampu TL atau flouresence dilapisi dengan flouroapatite yang
dicampur dengan fosfor, ion transisi atau lantanida.
Senyawa hidroksiapatite, Ca3(PO4)3OH yaitu komponen
utama lapisan enamel gigi bereaksi lambat dengan ion florida
membentuk floroapatite. Floroapatite merupakan lapisan keras
yang dapat melindungi gigi. Sebanyak 0,7 sampai 1 ppm ion
flour diperlukan untuk pemeliharan gigi. Jika berlebihan (> 4
ppm) ion F- dalam air dapat menyebabkan gangguan pada gigi
dan tulang.

Bromium dan Iodium


Bromium berwarna merah, cairan korosif (titik didih
o
59 C). Gas Brom dapat dibuat dari air laut dengan cara
mengalirkan gas klor. Uap brom dapat ditangkap dalam larutan
Na2CO3 (sumber basa).

Cl2 (g) + 2Br- (air laut) 2Cl- (aq) + Br2 (l)


Br2 (l) + 6OH-(aq) 5Br- + BrO3- + 3H2O

Brom dapat diperoleh kembali jika ditambahkan asam

5Br- + BrO3- + 6 H+ 3Br2 + 3H2O

Adlim, Kimia Anorganik


191

Iodium
Gas iodium berbentuk pada pada suhu kamar, berwarna
lembayung, tetapi berwarna coklat dalam larutan. Iodium dalam
etanol digunakan sebagai antiseptik. Kelarutan I2 dalam air
dapat meningkat jika ditambah garam iodide karena I- dapat
bereaksi dengan I2 membentuk I3-. Seperti juga brom, iodium
diperoleh dari air air laut dengan cara mengalirkan gas brom.
Iodium terkonsentasi pada kelenjer tyroid yang ada pada
manusia dan membentuk asam iodoamino atau tyroxine.

Adlim, Kimia Anorganik


193

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami struktur molekul senyawa koordinasi melalui


konsep ikatan valensi dan teori medan kristal, sifat magnet,
sintesis dan sifat-sifat senyawa koordinasi.

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan konsep pembentukan ikatan
koordinasi
2. Menjelaskan nama senyawa koordinasi
3. Menjelaskan kaitan sifat magnetik dengan
struktur senyawa koordinasi
4. Menjelaskan teori medan kristal
5. Menjelaskan term spektra senyawa kompleks
6. Membedakan isomerisasi senyawa koordinasi
7. Menjelaskan teknik mensintesa senyawa
anorganik
8. Menjelaskan sifat-sifat unsur senyawa
koordinasi

Adlim, Kimia Anorganik


194

Adlim, Kimia Anorganik


195

XI SENYAWA KOORDINASI

11.1 Ikatan Koordinasi

Seperti penjelasan pada bab sebelumnya bahwa pada


tahun 1916 G.N Lewis, Professor kimia di University of
California, Berkeley, USA mempostulatkan ikatan antara atom
A dan B berdasarkan pemakaian bersama pasangan elektron
hingga muncul konsep struktur Lewis. Ikatan kovalen
koordinasi NH4+ biasanya diperkenalkan dalam kuliah kimia
dasar. NH3 yang mempunyai sepasang elektron bebas
disumbangkan kepada H+ yang tidak lagi mempunyai elektron
dan ikatan ini disebut ikatan kovalen koordinasi atau ikatan
koordinasi saja. Dalam konsep asam-basa Lewis NH3
merupakan basa Lewis dan H+ adalah asam Lewis. Demikian
juga dalam senyawa kompleks, H+ digantikan oleh ion logam
dan NH3 merupakan ligand monodentat (dapat menyumbang
satu pasang elektron bebas).

Senyawa koordinasi atau disebut juga senyawa kompleks atau


kompleks saja terdiri dari atom pusat yang biasanya logam dan
dikelilingi oleh kumpulan ion atau molekul yang terikat secara
koordinasi ke atom pusat. Ion atau molekul yang terikat
langsung ke atom pusat disebut ligand. Kompleks dapat berupa
ion, anion atau non ionik. Senyawa koordinasi telah
Adlim, Kimia Anorganik
196
memegang peranan penting dalam industri dan dalam
kehidupan. Tahun 1963 hadia nobel dianugrahkan kepada Dr.
K. Ziegler dan Prof. G. Natta dari Itali dalam karya mereka
menciptakan katalis Zigler-Natta untuk polimersasi plastik
polietilene. Katalis tersebut merupakan senyawa kompleks dari
logam aluminium dan titanium.
Dalam kehidupan sehari-hari, senyawa kompleks
magnesium dapat ditemui dalam klorofil (zat hijau daun) dan
hemoglobin di dalam darah. Beberapa senyawa kompleks
dapat disintesa dengan mudah di laboratorium. [Ag(NH3)2]Cl
misanya dihasilkan dari reaksi AgNO3 dengan HCl dan
kemudian endapan AgCl dilarutkan dalam ammonia.
Perbentukan senyawa kompleks seringkali diikuti oleh
perubahan warna. Sebagai contoh CoCl2 yang juga disebut
tinta rahasia segera beruba dari kemerahan atau bening (kalau
encer) menjadi biru jika dipanaskan dan kembali tidak
berwarna jika dibiarkan dingin. CoCl2 dalam air mempunyai
struktur [Co(H2O)6]Cl2. Jika dipanaskan maka molekul air
terbebas dan kompleks Co[CoCl4] (biru) terbentuk. Pada
waktu dingin air diikat lagi dari atmosfir sehingga kembali
menjadi senyawa [Co(H2O)6]Cl2 (tidak berwarna).

2[Co(H2O)6]Cl2 Co[CoCl4] +12 H2O


kemerahan atau bening biru kalau encer

Ligand biasanya molekul atau ion yang mempunyai pasangan


elektron bebas dan dapat menyumbangkannya ke atom pusat
untuk membentuk ikatan koordinasi. Namun beberapa molekul
ikatan rangkap seperti etena, pentadiene dan sebagainya juga
dapat menjadi ligand.
Tidak semua anion dalam senyawa kompleks
merupakan ligand. Ligand hanya molekul atau ion yang terikat
langsung ke atom pusat dalam bentuk ikatan koordinasi.
Jumlah ikatan antara ligand dan atom pusat dinyatakan sebagai
bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi tidak identik dengan
jumlah ligand. Sebab sebuah ligand dapat membentuk ikatan
lebih dari satu terutama ligand polidentat dan molekul
sikloetena.
Adlim, Kimia Anorganik
197

Kompleks [Pt(NH3)4(NO2)Cl]SO4,
ligand; NH3, NO2- dan Cl-,
bukan ligand; SO42-,
bilangan koordinasi; 6

Kompleks [Co(NH3)3(NO2)3]
ligand; NO2-, NH3
bil. Koordinasi; 6
CO
Kompleks : CO
Co

Ligand; : CO &
bilangan koordinasi; :7

Teori ikatan dalam senyawa koordinasi dapat


diterangkan dengan tiga teori ikatan iaitu teori ikatan valensi,
teori orbital molekul dan teori medan kristal. Namun
perkembangan ilmu pengetahuan, teori medan kristal/ teori
medan ligand dan teori orbital molekul lebih berkembang
sedangkan teori ikatan valensi yang dikembangkan oleh Linus
Pauling sudah mulai ditinggalkan karena dianggap terlalu
sederhana padahal sesunggunya ikatan yang terjadi sangat
kompleks apalagi jika dimaksukkan konsep simetri orbital,
gelombang elektron dan teori-teori lainnya.

Adlim, Kimia Anorganik


198

11.2 Tatanama /Nomenclature Senyawa Kompleks

Tatanama senyawa kompleks menurut konvensi


IUPAC 1971 sebagai berikut:
Senyawa binary yang tersusun dari logam dan logam; logam
ditulis lebih dahulu. Jika keduanya logam maka diurutkan
secara abjad.

Contoh penulisan yang benar : Li2O ZnCl2


CsNa

Senyawa non logam, metalloid dan logam pilihan, prioritas


urutan sebagai berikut:

Rn > Xe > Kr > B > Si > C > Pb > As > P > N > H > Te > Se >
S > At > I > Br > Cl > O > F, maka

Contoh penulisan yang benar : SiC, CH4, Cl2O, OF2

Nama akhir senyawa biner ditambah akhiran ida. Awalan di,


tri, dll digunakan hanya untuk menghindari keraguan struktur.
Contoh : SiC, silicon karbida
CS2, karbon disulfida (awalan di diperlukan untuk
membedakan CS dan CS2).

Beberapa nama trivial disudah diadopsi sejak lama seperti


H2O, air PH3, fosfin
NH3, ammonia AsH3, arsin
N2H4, hidrazin SbH3, stibene
Nama beberapa senyawa volatil unhidrida biner ditambah
akhiran ana. Jika lebih dari satu heteroatom awalan juga
ditambahkan.

GeH4, jermana
Si2H6, disilana
B5H11, pentaborana(11)
B5H9, pentaborana(9)
Adlim, Kimia Anorganik
199
Nama untuk ion poliatomik dan radikal
Kation yang terbentuk dari hasil protonasi molekul netral,
maka diberi akhian –onium.
H3O+, hidronium
NH4+, ammonium
+
N2H5 , hidrazonium
PH4+, fosfonium

Nama anion oksi (yang mengandung oksigen) sederhana


mendapat awalan berdasarkan jumlah relatif oksigen yang ada.
Akhiran it berarti lebih sedikit oksigen dari pada yang
berakhiran at.
NO2-, nitrit NO3-, nitrat

Jika diperlukan awalan hipo (masih kurang oksigen) dan per


(sudah lebih oksigen) dikombinasikan dengan it atau at

ClO-, hipoklorit ClO2-, khlorit


ClO3-, klorat ClO4-, perklorat

Anion oksi yang lebih kompleks mengandung awalan untuk


menunjukkan jumlah heteroatomnya, ditambahkan awalan
siklo yang ditulis miring.

3-
O O
O O 2- P

O S O O O O
S
O O
O O P P
O O O

ion disulfat
siklo-trifosfat

Beberapa senyawa kovalen yang biasanya merupakan radikal


diberi akhiran il
Adlim, Kimia Anorganik
200
HO, hidroksil SO, tionil
CO, karbonil SO2, sulfonil
atau sulfuril
NO, nitrosil S2O2, disulfuril
NO2, nitril SeO, selenil
PO, fosforil SeO2, selenoil
ClO, klorosil CrO2, kromil
ClO2, kloril UO2, uranil
ClO3, perkloril NpO2, neptunil

Nama radikal ini dalam senyawanya

NOF, nitrosil florida NO2F nitril florida

Asam dan Garam Ganda


Garam asam yang terdiri dari tiga nama, dan pada
bagian tengah, awalan kata hidrogen digunakan bila
diperlukan. Contoh,
NaHSO4, natrium hidrogen sulfat
KH2PO4, kalium dihidrogen sulfat.

Garam ganda nama logamnya ditulis berdasarkan urutan abjad


AlNa(SO4)2, Aluminum natrium sulfat.

Tatanama Ion dan Senyawa Koordinasi


Pada penulisan rumus kimia, atom pusat ditulis lebih
dahulu dan kemudian diikuti oleh ligand. Kurang besar sering
digunakan untuk menandakan bagian yang kompleks.

Contoh : [Co(NH3)6]3+, Na2[PtCl4]

nama ligand diurutkan berdasarkan dengan urutan (1) ligand


negatif, (2) ligand netral dan (3) ligand positif yang ditulis
bersambung-sambung. Jika terdiri dari dua atau lebih ligand
yang sejenis maka namanya diurut berdasarkan abjad nama
ligand dalam bahasa Inggris, tapi tidak termasuk awalannya.
Nama ligand ditulis sebelum nama atom pusatnya.
Adlim, Kimia Anorganik
201
Contoh :
(a) [Pt(NH3)4(NO2)Cl]SO4, ligand anion Cl-, NO2-, sedangkan
ligand netral NH3 yang komplek ialah kation, maka nama
senyawa kompleks ini ;
kloronitrotetraaminplatinum(IV) sulfat
Cl- dalam bahasa Inggris disebut chloro yang berarti lebih
dahulu ditulis sebelum nitro
Sehingga ;

(b) Mn(CO)5P3, pentakarbonil(trifenilfosfin)mangan


(c) [Pt(py)4]Cl2, tetrapiridinplatinum(II) klorida.

Awalan bis, tris, tetrakis, pentakis, etc digunakan jika awalan


yang biasa seperti (di, tri, tetra dsb) pakai bersamaan.

[Pt(PMe3)4](NO3)2, tetrakis(trimetilfosfin)palladium(II)
nitrat

Ligand anion ditandai dengan akhiran –o, misalnya

H-, hidrido N3-, azido O22-, perokso


F-, floro CN-, siano OH-, hidrokso
Cl-, kloro NO3-, nitrato S2-, tio
Br-, bromo O2-, okso SH-, markepto
I-, iodo O2-, superokso SO42-, sulfato

Ligand netral mempunyai nama yang khusus,

H2O, agua NH3, amin


CO, karbonil NO, nitrosil

Senyawa kompleks terdiri dari tiga kelompok senyawa;


kompleks netral, kation yang kompleks dan anion yang
kompleks. Logam dalam anion kompleks diberi akhiran at
sedangan pada kation kompleks dan netral tidak diberi akhiran
apapun. Kompleks yang mempunyai banyak jenis ligand, nama
ligandnya diurut berdasarkan abjad.

Adlim, Kimia Anorganik


202
Contoh:
anion yang kompleks; K4[Fe(CN)6],
kalium heksasianoferat (II)

Kation yang kompleks; [Co(NH3)6]Br3,


heksaaminkobalt(III) bromida

Kompleks netral; Mn(CO)5I,


pentakarbonil(iodo)mangan(I)

Untuk ligand ambidentat, isomernya sering dibedakan dengan


lambing atom yang terikat ke atom pusat)

[Rh(NH3)5SCN]2+, pentaamin(tiosinato-S)rhodium(III)
[Rh(NH3)5NCS]2+, pentaamin(tiosinato-N)rhodium(III)

Walaupun demikian nama yang sudah dikenal seperti SCN-


dan NO2-

M-SCN, tiosianato M-NCS, isotiosinato


M-NO2, nitro M-ONO, nitrit

Posisi ligand dapat juga ditandai dengan penomoran. Ligand


pada kompleks segiempat planar diberi nomor 1-3 dan 2-4
sebagai posisi trans. Sedangkan pada komplek oktahedral
posisi trans ada pada 1-6, 2-4 dan 3-5. Seanadainya semua
ligand berbeda-beda maka bukan lagi isomer cis-trans
melainkan isomer optik.
1 2 Cl NH 3
M M
3 4 H3N NO2
trans-kloronitrodiamiplatinum(II)

Adlim, Kimia Anorganik


203
Cl Br

H3N NO2
ion 1-kloro-3-nitrobromoaminplatinum(II)

1 NH3
5 2 H3N Br

M Rh

4 3 H3N Br
6 NH3

ion cis-dibromotetraaminrhodium(III)
Cl
py Br
Pt 1-kloro-2-bromo-4-iodo-6-
nitroaminpiridinplatinum(IV)
I NH3
NO 2

Ligand yang terikat pada dua atom pusat diidentifikasi dengan


.

Cl Cl Cl 2-

Pt Pt

Cl Cl Cl

Di--klorobis(dikloroplatinum(II))

Huruf Rumawi (eta) digunakan untuk menunjukkan jumlah


atom (ligand ) yang terikat secara kkordinasi ke atom pusat

Adlim, Kimia Anorganik


204
CO
CO
Co

Dikarbonil(5-siklopentadienil)kobalt

Hg

Bis((1-siklopentadienil)merkuri

Struktur dan Singkatan Beberapa Ligand yang sering


digunakan

Nama Singkatan Struktur

Ion asetilasetonat acac -


O O
(acetylacetonate ion)
Me C CH C Me

Bipridin bipy
(Bipyridine)
N N
Bis(difenilfosfino)-
etana 2P-CH2-CH2-P2
(Bis(diphenyl-
phosphino)-ethane)

Siklooktatetraena cot
(cyclooctatetraene)

Siklopendadienil cp
(cyclopentadienyl)

Adlim, Kimia Anorganik


205
O
Dimetilformamida dmf Me2N C H
(Dimethylformamide)
Me Me
Dimetilglioksim dmg C C
(Dimethylglyoxime) HO N N OH

Dimetilsulfoksida dmso Me2SO


(Dimethylsulfoxide)

Etilendiamin en H2N-CH2-CH2-NH2
(ethylenediamine)
Asam etilena-
diamintetraasetat edta H2CN(CH2-COOH)2

(etylenediamin-
etetraacetic acid) H2CN(CH2-COOH)2

Fenantrolin phen
N N
(phenantroline)

Piridin py
(pyridine)
N
Terpiridin terpy
(terpyridine)
N
N N

Triamino-
trietilamin tren (H2N-CH2-CH2)3N
(triamino-riethylamine)

Ligand polidentat dan denrimer


Saat ini sintesis ligand polidentat berkembang pesat
mulai dari polieter siklik seperti Crown eter, poliamino dan
bahkan dendrimer yaitu molekul besar seperti polimer siklik.
Crown eter dapat secara selektif mengikat Na+, K+ dan Li+
berdasarkan kesesuaian diamater dalamnya crown eter dengan
Adlim, Kimia Anorganik
206
diameter molekul crown eter. Ion K+ yang mempunyai jari-jari
2,6 Å dapat diikat oleh 18-crown eter-6, sementara Na+ dan Li+
yang mempunyai jari-jari ion 1,8 Å dan 1,2 Å masing dapat
diikat selektif oleh crown-15 dan 12.
Contoh makrosiklik lainnya dari poliamino ialah
porphyrin yang struktur dasarnya menyerupai struktur dasar
hemoglobin dalam sel darah merah dan juga klorofil, vitamin
B12 dan biomolekul lainnya. Ligand polidentat ini juga
mengikat berbagai logam dan telah banyak dipelajari sebagai
model reaksi keterlibatan besi dalam sel darah merah.
Dendrimer merupakan bentuk ligand polidentat yang
lebih besar, bercabang banyak dan dapat berperan seolah-olah
seperti jala ikan atau ikan gurita yang dapat mengikat dan
melepas molekul besar dalam pori-porinya dengan cara
mengatur teknik adsorpsi dan desorpsinya. Selain molekul ion-
ion bahkan logam dapat diikat dalam pori-pori denderimer.
PAMAM-OH merupakan dendrimer poli(aminoamin) dengan
permukaan/cabang terluar gugus hidroksil, -OH. Senyawa ini
disintesa dari 1 mol diaminopropana, H2NCH2CH2CH2NH2
dengan 2 mol akrilonitril dengan reaksi adisi Michael.
Kemudian gugus –CN reduksi menjadi –NH2 untuk reaksi
pembuatan cabang berikutnya hingga terbentuk dendrimer
yang bercabang banyak.

Crown Eter dengan berbagai diameter

Adlim, Kimia Anorganik


207

Ion besi di pusat


lingkaran porfirin

Sulful siklik

Dendrimer PAMAM-OH yang di dalam porinya dimasukkan


bilogam Pd/Rh yang kemudian berfungsi sebagai katalis
untuk berbagai reaksi

11.3 Teori Ikatan Valensi

Teori ikatan valensi dapat menerangkan lebih jelas


tentang komplek [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+ iaitu dua ion yang
berbeda kekuatan medan ligandnya. Pertama sekali harus
Adlim, Kimia Anorganik
208
diketahui bahwa [CoF6]3- memiliki empat elektron yang tidak
berpasangan sedangkan [Co(NH3)6]3+ semua elektronnya
berpasangan. Data tersebut dapat diperoleh dari nilai magnetic
susceptibility effektif (eff) masing-masing ion yang diperoleh
dari hasil eksperiemen menggunakan alat “Gouy balance”.
Nilai eff untuk [Co(NH3)6]3+ adalah nol yang berarti bersifat
diagametik sedangkan eff [CoF6]3- ialah 5.4 BM (Bohr
magneton) yang setara dengan 4 elektron yang tidak
berpasangan. Berdasarkan data ini dapat diperkirakan
perbedaan hibridisasi orbital-orbital d atom kobalt pada ion
[Co(NH3)6]3+ dan ion [Co(NH3)6]3+.
Atom kobalt terdiri dari orbital s, p dan orbital d terdiri
dari 5 orbital dengan notasi, dxy , dyz, , dxz d x 2  y 2 dan d z 2 . Satu
orbital s, tiga orbital p dan dua orbital mengalami hibridisasi
dan membentuk orbital hibrida sp3d2. Pada [CoF6]3- orbital 3d
tidak terlibat dalam
hibridisasi karena tidak terdapat orbital kosong melainkan
orbital penuh dan setengah penuh sesuai dengan data
eksperimen. Sehingga orbital yang terlibat iaitu orbital 4d dan
orbital hibridanya sering ditulis sp3d2. Kompleks ini disebut
kompleks orbita luar (outer-orbital) karena melibatkan orbital
luar d. Lain halnya [Co(NH3)6]3+ mempunyai dua orbital
kosong 3d sehingga orbital ini terlibat dalam pembentukan
orbital hibrida d2sp3 dan disebut kompleks orbital dalam
(inner-orbital) karena menggunakan orbital dalam d. Jadi
perbedaan mendasar [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+ ialah
keterlibatan orbital d. Ilustrasi perbedaan hibridisasi ini
sebagai berikut:

Adlim, Kimia Anorganik


209
Sifat magnet atom dan ions
Atom, ion atau molekul yang memiliki elektron yang
tidak berpasangan adalah paramegnetik artinya benda yang
mengandung ion dan molekul jenis ini ditarik oleh medan
magnet. Sebaliknya molekul, ion atau unsur yang semua
elektronnya berpasangan disebut bersifat diamagnetik atau
tidak dapat ditarik oleh medan magnet. Teori ini
memungkinkan menebak jumlah elektron yang tidak
berpasangan jika nilai moment magnetnya unsur atau molekul
dapat diukur. Dari teori kuantum dijelaskan bahwa moment
magnet terjadi karena spin elektron yang tidak berpasangan
seperti persamaan :

  2 S ( S  1) 11.1

S merupakan jumlah spin elektron yang tidak berpasangan.


Sedangkan  adalah moment magnet atom dalam satuan Bohr
Magneton atau BM. Moment magnet sebenarnya tidak hanya
karena spin (elektron berputar pada porosnya) melainkan juga
orbital atau gerakan elektron mengelilingi inti serta juga spin
inti, momen magnetik dari ligand, pelarut dan sebagainya. Jika
diukur dengan alat misalnya Gouy Balance (Gambar 11.1)
maka nilai yang terukur adalah moment magnetik keseluruhan.
Tetapi jika dihitung secara (teoritis) pisah-pisah maka nilai
moment magnetiknya dikenal sebagai Spin Only Moment
Magnet yang sedikit lebih rendah dari moment magnetik
eksperimen seperti tertera pada Tabel 11.1 berikut ini :

Tabel 11.1 Momen magnet spin only


Jumlah elektron tidak S* (BM)
berpasangan (n)
1 ½ 1,73
2 1 2,83
3 3/2 3,87
4 2 4,90
5 2,5 5,92
* total bilangan kuantum spin, S = n x ½
Adlim, Kimia Anorganik
210

Gambar 11.1. Penggunaan Balance Gouy untuk


menentukan moment magnetik suatu
senyawa atau unsur.

11.4 Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory, CFT)

Pada VBT ikatan antara atom pusat dan ligand


dianggap ikatan kovalen. Sedangkan pada CFT ikatan tersebut
dianggap ikatan ionik dengan gaya elektrostatik. Agar dapat
memahami CFT harus dipahami secara benar orientasi orbital-
orbital d. Interaksi antara orbital d atom pusat dengan orbital
ligand menghasilkan effek medan kristal. [TiF6]2- dapat
digunakan sebagai model untuk menjelaskan kompleks
oktahedral. Ti4+ dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2
3p6 3d0 mempunyai orbital d kosong. Ke lima orbital kosong d
mempunyai energi yang sama. Orbital-orbital yang
mempunyai energi yang sama disebut orbital terdegenerasi.
Ion Ti4+ dalam [TiF6]2- dikelilingi oleh 6 ion F-. Orbital d
dibawah pengaruh ligand F- ini mempunyai energi yang lebih
tinggi dibandingkan orbital Ti4+ tanpa pengaruh ligand.
Pada kompleks oktahedral ligand akan menempati
posisi dengan koordinat x, y, z agar sesuai dengan geometri
oktahedral. Orbital yang berada pada sumbu x, y dan z ialah
ialah orbital d x 2  y 2 dan d z 2 . Orientasi orbital d pada setiap
koordinat x,y dan z dapat digambarkan seperti Gambar 11.2.

Adlim, Kimia Anorganik


211
Karena ligand berada paling dekat atau searah dengan
orbital d x 2  y 2 dan d z 2 , maka orbital ini lebih sukar ditempati
oleh elektron karena adanya tolakan dari elektron-elektron
ligand. Dengan demikian orbital ini dinyatakan mempunyai
energi lebih tinggi dari tiga orbital d lainnya (dxy , dyz, , dxz)
yang arahnya berada di antara orbital ligand-ligand. Akhirnya
orbital d terbagi dalam dua kelompok berdasarkan tingkat
energinya. Kelompok orbital eg ( d x 2  y 2 dan d z 2 ) dan t2g (dxy ,
dyz, , dxz).

Gambar 11.2. Intraksi antara orbital ligand dengan orbital


d atom pusat

Proses terbaginya orbital d dari keadaan awal terdegenerasi


disebut spitting atau pembelahan. Perbedaan tingkat energi
orbital pada medan oktahedral disimbulkan dengan o. Energi
orbital t2g adalah 0,4 o dan orbital eg mempunyai energi 0,6
o. Nilai o disebut CFSE (Crystal Field Stabilization Energy)
(Tabel 6.2). Dalam beberapa buku yang lain o setara dengan
10 Dq. Nilai CFSE (dalam satuan perbandingan tingat energi)
secara teoritis dihitung:

n1(0.4o) + n2(-0.6o), 11.2

Adlim, Kimia Anorganik


212
n1 dan n2 merupakan jumlah elektron di orbital t2g, dan orbital
eg.
Pada kompleks oktahedral yang mempunyai 1 elektron
pada orbital atom pusat (misalnya [Ti(H2O)6]3+), elektron
tersebut akan menempati orbital berenergi terendah iaitu
orbital t2g.
Pada medan tetrahedral posisi ligand tidak persis
berada pada sumbu x, y dan z melainkan di antara sumbu-
sumbu tersebut. Orbital yang terarah pada ligand tersebut ialah
dxy, dyz dan dxz karena itu orbital t2g mempunyai energi yang
lebih tinggi dibandingkan energi orbital eg ( d x 2  y 2 dan d z 2 ).
Orbital tertinggi segiempat planar dan tetragonal ialah
d x 2  y 2 dan yang paling rendah dxz, dyz seperti yang tertera pada
diagram berikut ini. Pada kompleks segiempat planar ligand
berada pada sumbu x dan y dimana berhadapan dengan d x 2  y 2 .
Beberapa istilah sering digunakan CFT di antaranya

Medan ligand kuat (strong ligand field) = o bertambah


besar jika low spin berpasangan (spin paired)
Medan ligand lemah (weak ligand field) ; o bertambah
kecil jika high spin atau spin bebas (spin free)

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh minimal faktor iaitu :


1. Menurut aturan Hund, pada keadaan normal cenderung
elektron tidak berpasangan. Diperlukan energi yang
cukup untuk mengimbangi tolakan antar elektron
seandainya dua elektron menempati orbital yang sama.
2. Dengan adanya medan kristal, elektron orbital d
cenderung menempati orbital berenergi rendah dan
menghindari sedapat mungkin tolakan jika terjadi
intraksi dengan ligand.

Jika medan kristal tidak cukup besar maka susunan elektron


dalam kompleks cenderung tidak berpasangan atau komplek
tipe spin tinggi. Sebaik jika medan kristal kuat maka elektron
mempunyai energi yang cukup untuk berpasangan maka
kompleks yang dihasilkan ialah kompleks tipe spin rendah.
Adlim, Kimia Anorganik
213
Medan kristal terjadi dari interaksi yang kuat antara
ligand dan orbital atom pusat yang mengarah ke ligand.
Intraksi yang lebih lemah terjadi jika ligand tidak searah
dengan orbital atom pusat. Agar terjadi pembelahan atau
perbedaan medan kristal, maka ada cenderungan ligand
menfokuskan muatan negatifnya pada orbital atom pusat. Jadi
intraksi akan lebih terfokus seandainya ligand hanya
mempunyai sepasang elektron bebas. Ini pula alasan yang
dikemukan untuk menjelaskan bahwa NH3 yang hanya
memiliki sepasang electron bebas mempunyai pemisahan
medan kristal lebih besar dibandingkan H2O atau halida yang
memiliki lebih dari sepasang elekron bebas.

Tabel 11.2 CFSE untuk ion logam pada kompleks


oktahedral

Ligand sering diklasifikasikan berdasarkan kemampuan


menyumbang atau menerima pasangan elektron. Beberapa
ligand seperti ammonia hanya dapat sebagai donor orbital
molekul sigma sebab tidak ada orbital molekul yang
simetrinya memungkinkan membentuk ikatan  dengan atom
Adlim, Kimia Anorganik
214
pusat yang orbitalnya didominasi orbital d. Ligand yang
digolongkan dapat membentuk ikatan  ialah ligand yang
mempunyai orbital molekul p atau *. Ligand yang
mempunyai orbital kosong * cenderung sebagai aseptor  dan
ligand * yang terisi cenderung sebagai ligand donor .
Kekuatan pemisahan medan kristal untuk berbagai jenis ligand
mengikuti urutan spektrokimia seperti pada Gambar 11.3.
Teori medan kristal yang menganggap bahwa ion pusat
dan ligand terikat dengan ikatan ionik dimodifikasi oleh teori
medan ligand yang menganggap ada kecenderung ikatan
kovalen antara ion pusat (logam) ligand terutama CO, CN-,
phen dan NO2-. Ligand ini dapat meningkatkan nilai medan
kristal karena mampu membentuk ikatan . Ikatan  dapat
terjadi jika elektron yang disumbangkan dari atom pusat dan
ligand dipakai bersama.

Gambar 11.3. Pemisahan medan kristal (o) orbital d pada


spin tinggi dan spin rendah
kompleks kobalt(III)

Adlim, Kimia Anorganik


215

splitting
CN- besar
NH3

H2O

OH-

F- splitting
kecil
Cl-

Sumbangan elektron dari ion logam ke ligand disebut “back-


bonding” karena biasanya hanya ligand yang menyumbangkan
pasangan elektron.

Ion logam ligand


Logam menyumbangkan elektron ke ligand

Adanya ikatan  menyebabkan nilai medan kristal makin


besar. Nilai o juga dipengaruhi bilangan oksidasi ion logam
dan jenis orbital d. Makin tinggi bilangan oksidasi atom pusat
makin besar pemisahan medan kristal. Sebagai contoh o
kompleks [Co(NH3)6]2+ lebih kecil dari o kompleks
[Co(NH3)6]3+. Adanya pemisahan medan kristal dapat
menjelaskan terjadi warna-warni senyawa kompleks. Jika
Adlim, Kimia Anorganik
216
elektron menyerap energi sinar tampak maka dapat terjadi
transisi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan
ini dapat menyebabkan senyawa kompleks berwarna. Sebagai
contoh warna menjadi indikasi spektrum absorpsi kompleks
[Ti(H2O)6]3+ seperti Gambar 6.3. Penyerapan sinar tampak
dapat dijelaskan sebagai transisi elektron dari orbital t2g ke eg.
Spektra senyawa kompleks yang memiliki lebih dari satu
elektron semakin sukar dijelaskan sebab terdapat beberapa
kemungkin transisi elektron.
Persamaan Plack berhubungan dengan energi E
transisi elektron, dan panjang gelombang () sinar yang
diserap. h adalah konstanta Planck (6,62 x 10-27 erg/det) dan c
adalah kecepatan cahaya ( 3,00 x 1010 cm/det).

hc 2,84 x 10 5
E  11.3
 

Gambar 11.4. Spektrum absopsi [Ti(H2O)6]3+ ; larutan


asal [Ti(H2O)6]3+ berwarna merah
lembayung berubah menjadi biru dan
merah.

Adlim, Kimia Anorganik


217

Gambar 11.5. Ilustrasi transisi elektron pada kompleks


[Ti(H2O)6]3+ karena menyerap
sinar UV-Vis

11.5 Penyerapan sinar

Warna senyawa-senyawa koordinasi dapat dijelaskan


dengan fenomena warna komplementer. Warna komplementer
adalah warna yang dipantulkan oleh suatu zat yang menyerap
cahaya putih. Jadi warna zat yang terlihat secara visual
merupakan warna komplementer zat itu. Sebagai contoh jika
suatu zat menyerap cahaya merah maka warna yang terlihat
secara visual ialah warna hijau. Warna komplementer ini dapat
diingat melalui diagram berikut ini. Pada diagram tersebut
warna komplementer berhadapan (ditunjukkan oleh anak
panah yang berlawanan arah) dengan warna yang diserap
benda seperti pada Gambar 11.6. Panjang gelombang sinar
tampak ini dapat dilihat pada Tabel 11.3 berikut ini
Jika sinar dengan intensitas Io pada panjang tertentu
dilewatkan pada suatu larutan yang mengandung zat penyerap
sinar, sinar yang sudah melewati larutan akan mempunyai I
dan dapat diukur dengan suatu detektor yang sesuai. Sebagai
contoh ion Cu2+(d9) menyerap sinar yang disebut absorbans
(A) pada panjang gelombang antara 666-1000 nm.
Hubungan antara absorban (A), intensitas sebelum dan
sesuah melewati larutan, konsentrasi larutan (c) serta panjang
sinar yang melewati larutan (l) serta koefisien penyerapan
molar () (molar extinction coeffiecient) dinyatakan dapat
persamaan Lambert-Beer.

Adlim, Kimia Anorganik


218
Io
Log  A   .l. c 11.4
I

merah

lembayung orange

biru merah

hijau

Gambar 11.6 Warna yang diserap dan warna komplementer

Tabel 11.3 Daftar warna komplementer

Adlim, Kimia Anorganik


219
Spektra pada spektrofotometer biasanya diproleh dengan plot
antara absorban dengan panjang gelombang seperti pada
Gambar 6.4 sedangkan plot antara koefisien penyerapan molar
() dengan panjang gelombang dapat menunjukkan
kharakteristik molekul atau ion tertentu. Spektrum yang
terekam merupakan akibat dari adanya transisi antar state yang
memiliki energi yang berbeda. Pada akhirnya dapat pula
dijelaskan struktur molekul dan ikatan yang terjadi dalam
molekul atau ion tersebut.
Dari alat spektrofotometer dari diukur panjang
gelombang maksimum suatu molekul atau ion. Dengan
diketahui panjang gelombang maka energi yang diserap dapat
pula ditentukan dengan persamaan :
hc 1
E  hv   hc    hc ύ
 
E = energi
h = konstanta Planck = 6,62 x 10-34 J det
c = kecepatan cahaya = 2,99 x 108 m det-1
v = frekuensi (det-1)
 = panjang gelombang (nm)
1
 ύ = panjang gelombang (cm-1)

Persamaan di atas dapat disederhanakan dan dengan


menggunakan data  dari Tabel 11.2 dapat dibandingkan
energi yang diserap

2,84 x10 5
E

Untuk logam yang memunyai orbital d1 atau d9 nilai E


merupakan beda energi antara orbital (spitting) yang
dilambangkan dengan Δ atau Dq

Adlim, Kimia Anorganik


220
11.6 Pengaruh Medan Ligand Pada Warna

Hampir semua senyawa logam transisi berwarna karena


umumnya logam transisi memiliki orbital d yang belum
penuh. Energi sinar tampak atau ultra violet sesui untuk
mempromosikan elektron ke orbital yang lebih tinggi.
Misalnya dari dari orbital t2g ke orbital eg pada kompleks
oktahedral. Besarnya energi untuk promosi elektron tergantung
dari jenis atom pusat dan juga ligand, [Ti(H2O)6]3+ berwarna
ungu sedangan [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda sedangkan
[Cu (NH3)4(H2O)2]2+ berwarna biru tua.
Bila zat menyerap sinar dengan panjang gelombang
tertentu, maka zat tersebut akan meneruskan warna
komplemennya yang nampak pada mata kita sebagai warna.
Zat yang berwarna hitam (warna komplenen) yang berarti
menyerap sinar dari semua panjang gelombang. Sebaliknya
benda yang nampak berwarna putih; berarti zat tersebut
memantul sinar dari berbagai panjang gelombang.
[Ti(H2O)6]3+ berwarna ungu yang berarti menyerap warna
hijau dengan panjang gelombang 490-550 nm. Demikian juga
[Cu (NH3)4(H2O)2]2+ berwarna biru tua, sesunggunya senyawa
kompleks ini menyerap warna orange dengan panjang
gelombang 580-650 nm.
Latihan :

Perhatikan jumlah ligand yang digantikan, perubahan warna


dan gunakan Tabel 6.3 serta persaman 6.4 untuk
membandingkan kekuatan medan ligand pada senyawa beriku
ini :

(a) [Cr(NH3)6]3+ [Cr(NH3)5(H2O)]3+ [Cr(NH3)4(H2O)2]3+


kuning kuning orange merah orange

[Cr(NH3)3(H2O)3]3+ [Cr(NH3)2(H2O)4]3+ [Cr(H2O)6]3+


merah menyala merah ungu ungu muda

(b) [CrF6]3- [CrCl6]3-


biru kehijauan hijau kebiruan
Adlim, Kimia Anorganik
221
(c) [Co(NH3)6]3+ [Co(NH3)5Cl]2+ [Co(NH3)4Cl2]+
orange ungu tua ungu muda
Co(NH3)3Cl3]
hijau kebiruan

11.7 Term Spektra

Term pada masing-masing simetri berbeda-beda. Pada


kuliah ini tidak dibahas cara menyusun term menurut simetri
tapi hanya menggunakan tabel term yang sudah tersedia pada
lampiran. Pada senyawa dengan simetri oktahedral terdapat
term A1g , T1g , T2g , Eg , A2g . Tetapi untuk simetri tetrahedral
terdapat A1 dan T2 . Agar lebih jelas dapat dilihat pada
lampiran. Hubungan antara term symbol atom dengan term
pada masing-masing simetri khususnya untuk simetri
oktahedral ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 11.4 Terms simbul atom, jumlah state dan simetri


Term dalam
Term Simbul Jumla
simetri
Atom (microstate) State
Oktahedral

S 1 A1g
P 3 T1g
D 5 T2g + Eg
F 7 T1g + T2g + A2g
G 9 T1g+ T2g + Eg + A2g

Cara menghitung jumlah state :


3
Contoh : F Nilai L untuk F dalah 3,
multiplisiti = 2(L) + 1
maka 2(3) + 1 = 7. Jadi jumlah state = 7

Adlim, Kimia Anorganik


222
Term spektra merupakan simbol-simbol Mulliken yang
dapat menggambarkan geometri orbital molekul. Geometri
orbital molekul ini disusun berdasarkan point group
(kumpulan titik yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Agar
dapat menggambarkan geometri orbital melekul yang lengkap
tanpa harus melukiskannya maka dikumpulkan term spektra
dalam satu tabel yang disebut Character Table.

Contoh Character Table

Arti Term
Agar dapat memahami term ini konsep simetri dan point group
harus dipahami lebih dahulu dan dengan menggunakan
karakter tabel yang ada pada lampiran dapat dijelaskan bahwa :
Lambang A : artinya single degenerate atau hanya ada
satu jenis tingkat energi. Lambang A juga
berhubungan dengan rotasi maksium (Cn).
Sate A mempunyai simetri rotasi (C = +1)
dan nilai E = 1.

Lambang B : berarti single degenerate atau hanya ada


satu jenis tingkat energi. B bermakna
bahwa tidak mempunya simetri rotasi
maksimum (C = -1) dan nilai E = 1.

Lambang E : artinya double degenerate atau ada dua


kemungkinan tingkat energi. Nilai E = 2.

Adlim, Kimia Anorganik


223
Lambang T : adalah triple degenerate atau mempunyai
tiga kemungkinan tingkat energi.
Indeks g & u : merupakan singkatan dari bahasa German
gerade (even) dan ungerade (odd). Ini
berhubungan terhadap simetri
inversi pencerminan terhadap titik pusat).
Huruf g artinya mempunyai
simetri inversi dan u berarti tidak
mempunyai simetri inversi.
Angka 1,2 dst:
Hanya merupakan pembeda pada orbital.
Misalnya pada medan oktahedral A1g
terdapat pada orbital s dan A2g terdapat
pada orbital p.
Jika terjadi perubahan posisi amplitudo
dioperasikan pada satu sumbu
simetri maka disimbolkan (-1) sedangkan
jika tidak terjadi perubahan
maka diberi simbul (+1 atau 1).

Spektra Senyawa Kompleks

Spektra absorpsi senyawa koordinasi dapat diklasifikasikan


dalam tiga kelompok yaitu :

1. Transisi orbital molekul  - * antara ligan dengan


ligan
2. Transfer muatan dari orbital logam ke orbital ligan dan
sebaliknya
3. Transisi dari orbital d ke orbital d dalam logam.

Tanabe – Sugano Diagram


Tanabe dan Sugano menyusun diagram yang terdiri
dari term orbital dan tingkat energinya sebagaimana terlihat
pada Gambar 11.7. Mereka memplot grafik antara E/B dan o
untuk tiap tingkat energi state. Pada medan oktahedral paling
Adlim, Kimia Anorganik
224
sedikit terdapat dua kelompok orbital yaitu T2g dan Eg . Bila
hanya ada satu electron maka electron tersebut dapat
menempati pada dua kemungkinan tingkat energi yaitu
keadaan dasar T2g dan exited state Eg. Bila elektron tersebut
pada T2g maka termnya2s+1 T2g , bila spin ke atas maka s = +1/2
2
jadi T2g demikian juga bila di Eg maka menjadi 2Eg. Pada
sumbu horizontal merupakan nilai o/B, dimana o splitting
medan ligand octahedral dan B adalah racah parameter yaitu
ukuran tolakan antara dua state term yang mempunyai
multiplicity yang sama. Misalnya
3
P
15 B
3
F

Sumbu vertical merupakan nilai E/B , E adalah energi di atas


energi ground
state Pada diagram Tanabe-Sugano Ground state electron
selalu diletakkan sejajar dengan sumbu horizontal yang
merupakan garis yang paling bawah bahkan berimpit dengan
sumbu horizontal tersebut.
Transisi pada diagram Tanabe – Sugano harus mengikuti
aturan seleksi.
Aturan seleksi secara mendetil dibahas dalam kuliah
spektroskopi molekul. Namun gambaran umum dapat
dinyatakan bahwa :

Adlim, Kimia Anorganik


225

Gambar 11.7 Tanabe-Sugano diagram

Contoh : diagram Tanabe – Sugano untuk kompleks d2

1). S = 0, bila S tidak sama dengan 0 disebut spin


forbidden (dilarang) dalam spektra kompleks
intensitas absorpsi ini sangat lemah sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi.
Contoh spin forbidden : transisi antara
2
Eg 4
A2g nilai  max = < 1 M-1 cm-1.

Contoh Transisi yang diperbolehkan


4
T1g 4
A2g nilai  max = 28500 M-1 cm-1.
2). Aturan Laporte : pada molekul atau ion yang
mempunyai pusat inversi (titik pusat) transisi hanya
dapat terjadi bila terjadi perbedaan parity misalnya
yang dibolehkan antara
g u.

sedangkan transisi yang dilarang


Adlim, Kimia Anorganik
226

u u atau g g.

Contoh transisi spin terjadi tetapi Laporte forbidden :

Transisi pada 4 T2g 4


T1g nilai  max = 100 M-1 cm-1.

3). Transfer Muatan (LMCT = Ligand metal Charge Transfer)

Transfer muatan merupakan fenomena lain yang


menarik bahas karena absorbsi yang terjadi pada proses ini
sangat besar. Sebagai contoh pergantian ligan dari ligan medan
kuat ke ligan medan lemah menyebabkan absorpsi bergeser ke
daerah energi yang lebih rendah. Hal ini terjadi bila gugus
datang menyumbangkan sepasang elektron  ke orbital atom
pusat. Dalam banyak hal transfer muatan diikuti oleh
terjadinya perubahan simetri molekul atau ion misalnya dari
oktahedral (yang mempunyai titik pusat) menjadi tetrahedral
(yang tidak mempunyai pusat inversi). Maka absorbansinya
sangat besar. Dalam aturan seleksi disebut symmetry allowed.
Besarnya intensitas spektra dalam bentuk nilai  max. untuk
kompleks 3d dapat dilihat pada Tabel 11.5 ini . Contoh konkrit
spektrum yang berhubungan aturan seleksi ini dapat dilihat
pada Gambar 11.5

Tabel 11.5 Nilai  max


 max
Tipe band
(M-1 cm-1)
Spin-forbidden <1
Laporte forbidden 20-100
Laporte allowed > 250
Symmetry allowed 1000 – 50000

Contoh :
[ V (H2O)6 ]3+ (d2)

Contoh penggunaan diagram Tanabe-Sugano dalam


menjelaskan spektra elektron pada compleks d2,
Adlim, Kimia Anorganik
227
[ V (H2O)6 ]3+. Pada diagram Tanabe-Sugano di atas untuk d2
terdapat empat state yang mempunyai multiplisity yang
sama yaitu : 3T1g (F) sebagai ground state, dan tiga state
eksitasi yaitu : 3T2g , 3T1g (P), 3A2g . Sehingga ada tiga
kemungkinan transisi yaitu dari
3 3
T1g (F) T2g
3 3
T1g (F) T1g (P),
3 3
T1g (F) A2g
Dengan demikian pada spektrum (d ) kompleks [V(H2O)6]3+
2

diperkirakan ada tiga puncak dimana masing-masing puncak


menunjukkan adanya transisi ini. Namun yang dapat terlihat
yang jelas pada spektrum [ V (H2O)6 ]3+ (d2) hanya ada dua
puncak yaitu pada 17.800 dan 25.700 cm-1. Sedangkan puncak
yang ketiga tidak terekam karena diperkirakan berada pada
38.000 cm-1 yang nampak dengan jelas dalam larutan air oleh
transper muatan, tetapi puncak ini tidak nampak pada spektrum
UV, (5000 hingga 35000 cm-1) seperti tertera pada Gambar
11.8 Jadi band dari transisi ditunjukkan dalam diagram
Tanabe-Sugano yaitu v1 , v2 dan v3.
Penelitian tentang spektra beberapa kompleks ion
logam serta perkiraan strukturnya telah banyak dilaporkan.
Spektra yang direkam mulai dari serapan pada daerah sinar
tampak dan ultra violet hingga derah sinar X. Data tersebut
dapat diperoleh dalam bentuk tabel yang berjudul “
Coordination Geometries and Absorption Spektra of
Transition-Metal Ions” . Informasi ini biasanya terdapat
dalam handbooks of spectroscopy atau handbooks lainnya
seperti handbook of physics and chemistry.

11.8 Isomerisasi
Isomer dalam kimia koordinasi terdiri dari beberapa
tipe yaitu isomer hidrat atau pelarut, isomer ionisasi, isomer
koordinasi. Diagram berikut ini dapat mempermudah
membedakan antara jenis-jenis isomer. Contoh klasik isomer
ionisasi ialah [Co(NH3)5Br]SO4 (lembayung) dan
Adlim, Kimia Anorganik
228
[Co(NH3)5SO4]Br (merah). Isomer yang berwarna lembayung
terionisasi menghasilkan ion sulfat sedangkan yang merah
membebaskan ion brom. Pada isomer lembayung, Br terikat ke
kobalt sedangkan dalam senyawa merah tidak terikat ke
kobalt.
Isomer hidrat merupakan isomer atau dua struktur
senyawa yang berbeda hanya pada jumlah molekul air yang
terikat di atom pusat.

a
Gambar 11.4 Spektrum UV beberapa ion kompleks
(a) Spektrum UV ion kompleks [V(H2O)6 ]3+
(b) Spektrum UV compleks d3 [Cr(NH3)6]3+

Gambar 11.8 Spektra UV beberapa ion logam

Contoh hidrat ialah Cr(H2O)6]Cl3 (violet),


[Cr(H2O)5Cl]Cl2◦H2O (biru-hijau) dan [Cr(H2O)4Cl2]Cl◦H2O
(hijau pekat). Isomer linkage (hubungan) ialah isomer yang
Adlim, Kimia Anorganik
229
memiliki dua struktur senyawa yang hanya berbeda posisi
ikatan antara ligand poliatomik terikat dengan atom pusat.
Sebagai contoh ligand nitro (-NO2); N terikat ke atom pusat
dan ligand nitrito (-ONO) justru O yang terikat ke atom pusat.
Secara lengkap ditulis ; [(NH3)5Co-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Co-
ONO]Cl2.

Stereoisomers atau isomer geometri


Kompleks planar segiempat termasuk bentuk cis dan
trans, isomer kiral, senyawa dengan konformasi lingkaran
khelat yang berbeda dan isomer lain yang hanya berbeda pada
geometri letak ion logam.
Kompleks segiempat planar dapat mempunyai isomer
cis dan isomer trans tetapi tidak memiliki isomer kiral jika
memiliki sumbu simetri. Isomer cis-trans segiempat planar
biasanya terdapat pada komplek platinum(II) seperti
[Pt(NH3)2Cl2]. Isomer cis digunakan sebagai bahan antitumor
yang disebut cis platin. Dua isomer segiempat planar berikut
ini tidak simetris dan salah satu senyawanya merupakan
bayangan cermin dari yang lain, maka sehingga senyawa
tersebut kiral atau dapat memutar bidang polarisasi cahaya.

Isomer optik
Dua isomer dalam larutan air yang hanya berbeda
tehadap sifat memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri atau ke
kanan disebut isomer optik. Isomer yang memutar bidang
polarisasi ke kiri disebut leavo dan dilambangkan l sedang
yang memutar bidang polarisasi ke kanan disebut dekstro dan
dilambangkan dengan d. Isomer optik ditandai adanya
kiralitas.

Adlim, Kimia Anorganik


230

Cl NH3 H3N Cl

Pt Pt

Cl NH3 Cl NH3
cis-[Pt(NH)2Cl2] trans-[Pt(NH3)2Cl2]
H2 H2 H2
H2C CH2 O N CH2
N N O=C

Pt Pt
C H2C C=O
O C=O N O
O O H2
cis-diglisinplatinum (II) trans-diglisinplatinum (II)

Adlim, Kimia Anorganik


231
NH3 + Cl +
NH3 NH3 NH3 NH3

Cr Cr

H3N Cl H3N NH3

Cl Cl

Ion cis-diklorotetra Ion trans-diklorotetra


aminkromium (III) aminkromium (III)

Kiralitas
Molekul kiral (dari bahasa Latin yang berarti tangan)
tidak simetris. Molekul kiral hanya jika tidak terdapat bidang
simetris rotasi-refleksi (Sn). Molekul kiral tidak mempunyai
sumbu simetris sama sekali atau hanya ada sumbu simetri
rotasi. Molekul tetrahedral dengan empat ligand yang berbeda
tidak simetris mempunyai struktur kiral. Cara lain untuk
mengetahui bahwa isomer optik ialah jika bayangan cerminnya
tidak identik dengan struktur semula.

H2 H
C N N C CH3
H C N M
N C H
H H2 CH3

H H2 CH3
H C N N C H
M CH3
C N N C
H2 H

Adlim, Kimia Anorganik


232
Isomer kiral segiempat planar (meso-
stilbenediamine)isobutilenediamine platinum (II) dan
palladium(II) merupakan isomer optik

cis trans cis trans


Gambar 11.9 Posisi atom geometric cis-trans untuk oktahendral

Adlim, Kimia Anorganik


233
11.9 Sintesis dan Reaksi Senyawa Koordinasi
(Prosedur eksperimen di lampiran)

Salah satu cabang ilmu kimia yang paling penting dan


berkembang pesat dalam ialah sintesis senyawa-senyawa baru
apalagi jika senyawa yang dihasilkan mempunyai manfaat
secara komersial atau dapat menjelaskan fenomena baru dalam
ilmu kimia. Industri cat, polimer, perekat, tekstil, petrokimia
dan sebagainya telah melakukan infestasi yang besar dalam
upaya mensintesis bahan-bahan kimia baru untuk tujuan
komersial.
Senyawa koordinasi dapat diklasifikan dalam dua
kelompok yaitu (1) komplek Warner dan (2) kompleks logam
karbonil dan organo logam. Senyawa kompleks Warner tidak
mempunyai ikatan antara karbon-logam. Senyawa kompleks
Warner cenderung polar dan dapat larut dalam air menyerupai
sifat-sifat garam. Sedangkan kompleks kelompok ke dua
memiliki paling sedikit satu ikatan karbon-logam. Senyawa
kompleks kelompok ini cenderung mempunyai ikatan kovalen,
dapat larut dalam pelarut non polar, titik leleh dan titik
didihnya rendah.
Beberapa teknik eksperimen dapat digunakan walaupun
tidak semuanya berlaku secara umum dan sangat tergantung
pada sifat senyawa kompleks yang disintesis. Sebagai tahap
awal harus dicari reaksi yang dapat menghasilkan produk
reaksi yang diharapkan dengan yield (hasil) atau persentase
hasil yang cukup besar. Tahap berikutnya harus ditemukan
cara mengisolasi dan memurnikan hasil reaksi dari campuran
preaksi-preaksi dan pelarut atau pengotor lainnya.
Pemurnian kelompok senyawa kompleks Warner biasanya
dilakukan melalui proses kristalisasi yaitu dengan cara

1. Menguapkan pelarut dan mendinginkan untuk


memekatkan larutan dalam penangas es. Menambahkan
kristal senyawa yang diinginkan ke dalam larutan
sebagai seed atau bibit pembentukan kristal. Misalnya
jika senyawa yang ingin diperoleh CuSO4, maka kristal

Adlim, Kimia Anorganik


234
CuSO4 yang sudah ada dimasukkan sebagai seed
tempat tumbuhkan kristal CuSO4 yang baru.

2. Menambahkan secara perlahan-lahan pelarut yang


dapat bercampur dengan larutan yang mengandung
senyawa kompleks tetapi tidak sampai menyebabkan
senyawa kompleks yang akan dihasilkan larut.
Menggores tabung reaksi, menambahkan seed atau
pendingin mungkin diperlukan agar senyawa baru
dapat mengendap atau terpisah dari pelarutnya.

3. Jika kompleks yang diinginkan adalah kation maka


dapat ditambahkan anion yang sesuai untuk dapat
membentuk garam yang dapat terpisah dari pelarutnya.

Teknik isolasi ini kadang-kadang dapat juga diterapkan untuk


pemurnian senyawa kelompok ke dua. Senyawa kompleks
kelompok ke dua dapat juga dimurnikan melalui distilasi,
sublimasi dan proses kromatografi.

Reaksi subsitusi dalam pelarut air


Reaksi subsititusi dalam pelarut air merupakan reaksi
yang paling sering dilakukan dalam sintesis senyawa
kompleks. Reaksi yang terjadi biasanya antara garam dengan
ligand atau senyawa pengkoordinasi. Misalnya kompleks
[Cu(NH3)4]SO4 disintesis dari larutan CuSO4 dan ammonia
dalam air. Ion Cu2+ dalam air mengikat molekul air
membentuk [Cu(H2O)4]2+, kemudian molekul air digantikan
oleh ammonia. Kristal biru pekat akan terbentuk setelah
ditambah etanol.

[Cu(H2O)4]2+ + SO42- + 4 NH3


[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 4 H2O

karena SO42- di dalam air sebagai ion bebas dan tidak ada
perubahan seperti yang terlihat pada reaksi di atas maka reaksi
dapat disingkat menjadi
Adlim, Kimia Anorganik
235

[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + H2O


biru biru pekat

Reaksi reaski di atas berlangsung hampir seketiga, tetapi


beberapa reaksi memerlukan kondisi yang lebih rumit
misalnya untuk mensintesis K3[Rh(C2O4)3]. Larutan pekat
K3[RhCl6] dan K2C2O4 didihkan selama 2 jam dan kemudian
diuapkan hingga terbentuk kristal.
H2O
K3[RhCl6] + 3K2C2O4 K3[Rh(C2O4)3] + 6KCl
o
Merah anggur 100 C, 2 jam kuning

Reaksi di atas hanya terdiri satu jenis ligand yang disubstitusi.


Dalam beberapa reaksi yang lain beberapa jenis ligand-ligand
dapat disubtitusi sekaligus misalnya ammonia dan klor dalam
kompleks [Co(NH3)2Cl]Cl2 disubsitusi dengan en
(etilendiamin) dalam penangas air panas

[Co(NH3)2Cl]Cl2 + 3 en [Co(en)3 ]Cl3 + 5NH3


lembayung orange
Senyawa kompleks [Pt(en)(NH3)2]Cl2 disintesis dua tahap
yaitu dari K2[PtCl4] dengan etilendiamin membentuk
[Pt(en)Cl2]. Dengan penambahan ammonia [Pt(en)(NH3)2]Cl2
seperti reaksi berikut ini.

K2[PtCl4] + en [Pt(en)Cl2] + 2KCl


Merah kuning

[Pt(en)Cl2] + 2NH3 [Pt(en)(NH3)2]Cl2


kuning tidak berwarna

Kompleks dengan ligand-ligand baru

Saat ini sintesis senyawa koordinasi lebih banyak


mengarah pada penggunaan ligand-ligand sintesis sebagai
pengompleks. Porfirin misalnya banyak digunakan sebagai
Adlim, Kimia Anorganik
236
ligand dalam sintesis senyawa-senyawa kompleks unsur
transisi. Kerangka molekul porfirin menyerupai kerangka
struktur hemoglobin yang juga berperan sebagai pengikat ion
besi dalam darah.
Selain porfirin ligand baru seperti khitosan telah
banyak pula diteliti karena sifatnya yang dapat mengikat ion
logam. Khitosan yang dikonversi dari khitosan yang diisolasi
dari kulit udang mengandung gugus amino dan hidroksil yang
dapat mengikat ion logam. Struktur (a) dan (b) berikut ini
merupakan khitosan yang telah dimodifikasi dan digunakan
sebagai pengkhelat ion logam.

(a) Khitosan yang dimmobilisasi pada silika digunakan


sebagai adsorben ion Pd2+ dan digunakan sebagai
katalis hidrogenasi keton.

Adlim, Kimia Anorganik


237

(b) Khitosan yang direaksikan dengan Bis(2,2’-bipyridine)


[4- methyl-4’-(6-bromohexyl)-
2,2’- bipyridine]ruthenium(II).

Substitusi dalam pelarut non air


Minimal ada dua alasan penggunaan pelarut bukan air
yaitu jika logam mempunyai affinitas yang besar atau reaktif
terhadap air dan jika ligand tidak larut dalam air. Beberapa
logam yang dapat membentuk ikatan logam-oksigen seperti
Al(III), Fe(III) dan Cr(III) mempunyai afinitas yang besar
terhadap air. Penambahan ligand yang bersifat basa ke dalam
larutan ion-ion logam tersebut menyebabkan pengumpalan
sehingga sukar terbentuk senyawa kompleksnya.
Reaksi antara ion Cr(III) dalam air dengan
etilendiamine menghasilkan garam kromium yang berwarna
hijau. Tapi jika unhidruos CrCl3 direaksikan dengan
etilenediamine menghasilkan garam kromium yang berwarna
kuning seperti reaksi-reaksi berikut ini.

H2O
[Cr(H2O)6]3++ 3en [Cr(H2O)3(OH)3] + 3enH+
violet hijau

Adlim, Kimia Anorganik


238
tanpa air atau anhydrous

CrCl3 + 3en [Cr(en)3]Cl3


Lembayung kuning

Banyak senyawa kromium yang telah pernah disintesis tapi


umumnya hampir tidak ada yang disintesis secara langsung
dalam air. Biasanya DMF (dimetil formamida), (CH3)2NCHO
digunakan sebagai pelarut seperti pada sintesis cis-
[Cr(en)2Cl2]Cl.

[Cr(DMF)3Cl3] + 2en cis-[Cr(en)2Cl2]Cl


biru-keabu-abuan violet

Dalam beberapa hal pelarut non air diperlukan jika ligand tidak
larut dalam air. Biasanya ligand dapat dilarutkan dalam pelarut
yang juga dapat bercampur dengan air misalnya etanol seperti
pada sintesis [Fe(bipy)3]2+. Ligand bipy tidak larut dalam air
tapi dapat dilarutkan dalam etanol-air.

H2O-C2H5OH
2+
[Fe(H2O)6] + 3bipy [Fe(bipy)3]2+ + 6H2O
tidak berwarna merah menyala

Reaksi substitusi tanpa pelarut


Reaksi langsung antara ligand unhidrat dengan cairan
ligand dapat merupakan suatu teknik dalam sintesis senyawa
kompleks. Biasanya cairan ligand ditambahkan secara
berlebihan sehingga dapat juga berfungsi sebagai pelarut.
Misalnya pada sintesis kompleks logam-amin, garam NiCl2
ditambahkan ke dalam cairan ammonia

NiCl2 + 6 NH3 (liquid) [Ni(NH3)6]Cl2


Kuning violet

Adlim, Kimia Anorganik


239
Untuk reaksi ini ammonia-air lebih merupakan pilihan terbaik
karena menghasilkan produk yang sama. Tetapi pada sintesis
[Cr(NH3)6]Cl3, cairan ammonia harus digunakan sebab jika
menghandung air maka akan terbentuk Cr(OH)3 yang dapat
mengotori hasil reaksi.
Demikian juga pada pembentukan [Pt(en)2]Cl2 atau
[Pt(en)3]Cl4, garam PtCl2, dan atau PtCl4 direaksikan dengan
cairan etilenediamine. Kobalt (II) perklorat ditambahkan
langsung ke dalam cairan dimetilsulfoksida (DMSO) akan
menghasilkan kompleks kobalt dimetilsulfoksida.

Co(ClO4)2 + 6 (CH3)2SO [Co(DMSO)6](ClO4)2


Jingga jingga

Sintesis senyawa kompleks melalui dekomposisi termal


Salah satu teknik sintesis senyawa kompleks ialah
melalui pemanasan sehingga ligand yang volatile terlepas atau
terdekomposisi. Misalnya [Rh(NH3)5H2O]I3 jika dipanaskan
100oC dihasilkan [Rh(NH3)5I]I2 dan uap air

100oC
[Rh(NH3)5H2O]I3 [Rh(NH3)5I]I2+ H2O
tidak berwarna kuning

teknik yang sama juga digunakan dalam pembentukan trans-


[Pt(NH3)2Cl2] dari [Pt(NH3)4]Cl2 melalui pemanasan pada
250oC.

250oC
[Pt(NH3)4]Cl2 trans-[Pt(NH3)2Cl2] + 2NH3
putih kuning

Reaksi oksidasi-reduksi
Sintesis senyawa kompleks sering melibatkan reaksi
redoks. Misalnya kompleks kobalt(II) mudah disubstitusi,
sedangkan kompleks kobalt (III) hanya stabil jika membentuk
Adlim, Kimia Anorganik
240
koordinasi dengan ligand tertentu. Kompleks kobalt (III) lebih
sukar disubstitusi dibandingkan kompleks kobalt(II). Dengan
demikian untuk menghasilkan kompleks kobalt(III) sering
dimulai dengan sintesis kompleks kobalt (II) dan kemudian
kobalt(II) dioksidasi menjadi kobalt (III) seperti pada reaksi
berikut ini.

Secara langsung
4[Co(H2O)6]Cl2 + 4NH4Cl + 20NH3 + O2
jingga
4[Co(NH3)6]Cl3 + 26H2O
orange

dua tahap

[Co(H2O)6]Cl2 + 6NH3 [Co(NH3)6]Cl2 + 6H2O


jingga jingga pekat

4[Co(NH3)6]Cl2 + 4NH4Cl + O2
jingga pekat
4[Co(NH3)6]Cl3 + 4NH3 + 2H2O
orange

Dalam reaksi ini O2 sebagai oksidator. Dalam reaksi lain dapat


juga digunakan oksidator lain tetapi oksidator harus dapat
dipisahkan dari produk reaksi dan tidak menambahkan logam
lain sebagai pengotor. Hidrogen peroksida misalnya dapat
dengan mudah dipisahkan dari reaksi melalui pemanasan.
Oksida PbO2 dapat juga digunakan sebab dalam reaksi akan
tereduksi menjadi Pb2+ yang kemudian dipisahkan atau
diendapkan sebagai garam PbCl2 yang tidak larut sehingga
dapat dimurnikan dengan cara penyaringan. SeO2 juga dapat
digunakan karena akan terrendapkan sebagai logam Se.
Hasil reaksi dapat juga dipengaruhi oksidator yang
digunakan. Misalnya [Co(EDTA)]- disintesis dengan cara
mengoksidasi [Co(EDTA)]2- dengan menggunkan [FeCN)6]3-
sebagai oksidator. Jika Br2 sebagai oksidator hasil reaksinya
adalah [Co(EDTA)Br]2-. Perbedaan ini disebabkan pada reaksi
Adlim, Kimia Anorganik
241
pertama terjadi transfer satu elektron dari reduktor ke
oksidator. Sedangkan reaksi kedua diperkirakan melibatkan
serangan langsung molekul brom pada atom pusat kobalt dan
sehingga terjadi transfer atom brom

[Co(EDTA)]2-+ [FeCN)6]3- [Co(EDTA)]-+[FeCN)6]4-


jingga violet

[Co(EDTA)]2- + Br2 [(EDTA)Co-Br2 ]2-


jingga
[(EDTA)Co-Br]2- + Br
jingga pekat

Metoda sintesis yang jarang digunakan ialah


mereduksi atom pusat. Biasanya dilakukan kondisi inert
atmosfer dan bukan dalam pelarut air untuk mencegah atom
pusat teroksidasi kembali.

Cairan amonia
K2[Ni(CN)4 + 2 K K4[Ni(CN)4]
Kuning kuning

Dalam reaksi di atas atom nikel mempunyai bilangan oksidasi


nol.
Atom pusat juga direduksi hingga mempunyai bilangan
oksidasi negative seperti pada reaksi

Fe(CO)5 + 4KOH K2[Fe(CO)4]+ K2CO3+ 2H2O


Kuning tidak berwarna

Adlim, Kimia Anorganik


242
Beberapa Reaksi Kompleks dan Perubahan Warnanya
Karena Terjadi Substitusi Ligan
(http://www.chemguide.co.uk)

Jika garam nitrat dari logam krom, besi, kobalt, nikel dan
tembaga, maka di dalam air akan mengikat melekul air
membentuk warna :

Jika molekul air pada ion hexaaqua krom(III) diganti dengan


dengan hidroksil atau ammonia maka molekul air digantikan
oleh ligand tersebut dan terjadi perubahan warna.

Ion hexaaqua kobalt (II) jika ditambahkan HCl pekat maka


terjadi perubahan warna karena molekul air digantikan oleh
ion klor. Namun reaksinya dapat balik jika larutan diencerkan.

[Co(H2O)6]2++ 4Cl-

[Co(Cl)4]2+ + 6H2O

Adlim, Kimia Anorganik


243
Hal yang sama terjadi pada heksaaqua tembaga(II) yang
direaksikan dengan HCl pekat

Substitusi ligand aqua dengan ammonia

Adlim, Kimia Anorganik


244
Reaksi dengan hidroksida

Adlim, Kimia Anorganik


245
Reaksi dengan ligand lainnya

Al3+ dan Zn2+ akan mengendap dengan NaOH, namun larut


kembali jika NaOH berlebihan

Adlim, Kimia Anorganik


246
Katalisis

Katalis dapat digunakan untuk mempercepat reaksi


pembentukan senyawa kompleks. Misalnya [Co(NH3)6]Cl3
dipanaskan berjam-jam tidak terjadi perubahan apa-apa. Tetapi
jika ditambahkan charcoal (arang aktif) maka reaksi berubah
menjadi berwarna merah sebagai bukti adanya reaksi kimia
iaitu terbentuknya ion [Co(NH3)5OH2]2+. Jika dipanaskan
dalam waktu yang lama maka kompleks [Co(NH3)6]Cl3
terdekstruksi secara total hingga terbentuk endapan Co(OH)2.
Pembentukan [Co(NH3)6]2+ dari [Co(NH3)5OH2]2+ juga
dipengaruhi oleh katalis karbon seperti pada ilustrasi
persamaan reaksi berikut:

sangat lambat
2+ NH3
[Co(NH3)OH] 3+
[Co(NH3)6]
C, cepat
jingga orange

Beberapa katalis homogen telah banyak disintesis dari


kompleks platinum(IV). Sintesis kompleks ini sangat lambat
tetapi dengan adanya katalis kompleks platinum(II) reaksi
sintesis platinum(IV) dapat berlangsung lebih cepat. Secara
umum ion kompleks trans-[PtA4X2]2+ disintesis dengan
mengoksidasi [PtA4]2+ dengan halogen (X2).
Metoda lain sintesis trans-[PtA4Y2]2+ ialah dengan
penambahan ion halida secara berlebihan dan adanya katalis
[PtA4]2+. Sebagai contoh reaksi antara trans-[Pt(NH3)4Cl2]2+
dan Br- dikatalisis oleh [Pt(NH3)4]2+.

[Pt(NH3)4]2+
trans-[Pt(NH3)4Cl2] +2Br-
2+
trans-Pt(NH3)4Cl2]2++2Cl-
kuning orange

Substitusi dapat juga dilakukan dengan ion tiosinat(SCN-)


seperti reaksi :
Adlim, Kimia Anorganik
247

[Pt(NH3)4]2+
2+ -
trans-[Pt(NH3)4Cl2] + 2SCN
kuning
trans-[Pt(NH3)4SCN]2+ + 2Cl-
orange

Reaksi substitusi tanpa pemutusan ikatan logam-ligand


Reaksi-reaksi substitusi yang sudah dijelaskan di atas
melibatkan terjadi pemutusan ikatan logam-ligand dan
pembentukan ikatan logam-ligand yang baru. Beberapa reaksi
senyawa kompleks tidak terjadi pemutusan ikatan logam-
ligand. Ikatan yang terputus hanya di antara atom-atom ligand
yang disubstitusi. Misalnya pada sintesis [Co(NH3)5OH2]3+
dari [Co(NH3)5CO3]+ dan CO2 dibebaskan. Pemutusan ikatan
terjadi pada ligand O-CO2 dan bukan pada Co-OCO2.

[(NH3)5Co-O CO2]+ + 2H+


jingga
[(NH3)5Co OH2]2+ + CO2
jingga

reaksi dilakukan dalam air berlabel 18O. Dengan cara ini dapat
diketahui bahwa oksigen molekul air dalam ion
[(NH3)5Co(OH2)]2+ bukan dari pelarut air tetapi hasil
dekomposisi CO3-.
Beberapa reaksi yang lain juga tidak terjadi pemutusan
ikatan Co-O dan Co-N pada sintesis kompleks [(NH3)5Co-
ONO]2+ dan [(NH3)5Co-NH3]3+.

[(NH3)5Co-18OH]2+ + N2O3
jingga
[(NH3)5Co-18ONO]2+ + HNO2
jingga

Adlim, Kimia Anorganik


248
H2O2
[(NH3)5Co-NCS]2+ [(NH3)5Co-NH3]3+
H2O
Orange Orange

Efek khelat

Konstanta kestabilan merupakan besaran yang


menunjukkan kestabilan senyawa kompleks. Makin besar nilai
konstanta kestabilan makin stabil senyawa tersebut dan
sebaliknya makin kecil konstanta kestabilan makin labil
senyawa kompleks tersebut.
Amonia dan etilendiamine (en) secara teori dapat
dinyatakan mempunyai sifat ligan yang hampir sama karena
nilai masing-masing Kb dan posisi keduanya yang hampir
sama dalam deret elektrokimia. Namun kenyataannya nilai
konstanta kesetimbangan (konstanta kestabilan) yang
diperkirakan seharusnya mendekati 1,0 ternyata nilai konstanta
kesetimbangannya sangat besar yaitu mencapai 1,1 x 109 pada
25oC.

[ Ni(NH3)6 ]2+ + 3 en [ Ni(en)3 ]2+ + 6 NH3

Gejala ini disebut efek khelat. Jadi efek khelat dapat


diartikan bahwa kompleks khelat (ligan terikat secara
polidentat), lebih stabil dari kompleks dengan ligan
monodentat. Efek ini dapat diterangkan berdasarkan konsep
termodinamika yaitu dengan parameter entropi. Kompleks
khelat akan mempunyai nilai entropy lebih tinggi
dibandingkan dengan kompleks non khelat karena pada reaksi
khelat lebih banyak molekul yang bebas dari pada pada reaksi
non khelat. Menurut termodinamika makin besar entropy
suatu sistem makin spontan atau makin stabil sistem tersebut.
Pada reaksi di atas jumlah mol species reaktan adalah 4
sedangkan jumlah mol species hasil reaksi adalah 7. Kenaikan
jumlah mol species pada hasil reaksi ini meningkatkan
Adlim, Kimia Anorganik
249
entropi sehingga So semakin positif dan Ho semakin
mendekati nol akhirnya nilai Go menjadi negatif berarti
reaksi berlangsung spontan. Hubungan ini dapat ditulis : Go =
Ho - TSo. Dalam eksperimen sering dijadikan pendekatan
bahwa bila nilai konstanta kestabilan kompleks dengan ligan
polidentat mencapai 1012M-1 hingga 1025 M-1 maka
merupakan indikasi terjadinya efek khelat dalam reaksi
tersebut.

Efek Sterik (ruang)


Bila ligan membentuk khelat dengan ligan yang tidak
mempunyai ikatan rangkap pada cincinnya, maka kompleks
dengan lingkaran 5 atom merupakan kompleks yang paling
stabil. Tetapi bila terdapat ikatan rangkap pada cincin ligan
pengkhelat, maka kompleks dengan lingkaran 6 atom
merupakan kompleks yang paling stabil. Contoh ligan yang
akan membentuk cincin lima dan enam, contoh :

Adanya cabang-cabang yang terdapat pada suatu


senyawa sering menghambat terjadinya aktifasi reaksi secara
associative antara pusat cabang tersebut dengan gugus datang.
Namun aktifasi reaksi secara dissociative lebih
memungkinkan karena pada mekanisme ini bilangan
koordinasi berkurang. Contoh konstanta Laju reaksi hidrolisis
untuk kompleks cis-[PtClL(PEt3)2] (Cl digantikan H2O)
menurun bila ligan L banyak cabangnya. Nilai k untuk
berbagai ligand L dapat dilihat pada Tabel 11.7 berikut ini .
Adlim, Kimia Anorganik
250

Tabel 11.7 Nilai k senyawa kompleks Pt dengan ligan L


Ligan L = piridin 2-metilpiridin 2,6-dimetilpiridin
k/s-1 8 x 10-1 2,0 x 10-4 1,0 x 10-6

Gambar struktur ligan di atas dapat dilihat pada gambar berikut


ini:

Peranan Kekerasan Ligan


Pengaruh kekerasan sifat ligan terbukti mempengaruhi
kestabilan kompleks. Untuk atom pusat yang bersifat asam
keras maka urutan kestabilan sebagai berikut :
N > P > As O>S F- > Cl- > Br - > I-
Hal ini sangat berbeda bila atom pusatnya merupakan asam
lunak :
As < P < N S>O I- < Br - < Cl- < F-

Deret Irving-Williams
Nilai konstanta kestabilan kompleks divalen
(bermuatan +2) mengikuti deret Irving-Williams sebagai
berikut :

Ba2+<Sr2+< Ca2+< Mg2+< Fe2+<Co2+<Ni2+<Cu2+ >Zn2+

Urutan ini tidak banyak berubah walaupun ligan berbeda-beda.


Pengecualian terjadi pada kompleks yang lebih stabil dari
kompleks nikel bila terjadi distorsi Jahn-Teller. Menurut
distorsi Jahn-Teller bahwa pada kompleks tembaga tetragonal
terjadi 4 ikatan yang kuat antara ligan dengan ion tembaga

Adlim, Kimia Anorganik


251
pada suatu bidang datar sedangkan ligan pada posisi axial
(vertical) kurang kuat terikat ke atom pusat.

Laju Mekanisme Substitusi Ligan


Laju reaksi adalah suatu yang sangat penting dalam
kesetimbangan kimia koordinasi. Sejumlah isomer ligan amin
dengan Co(III) dan Pt(II) tidak akan dapat diisolasi bila
substitusi ligan dan perubahan isomer berlangsung sangat
cepat.

1. Kelabilan dan Keinertan

Kompleks yang dapat bertahan atau stabil dalam selang


waktu (minimum satu menit) dapat disebut inert. Menurut
Hendri Taube untuk larutan 0,1 molar pada 25 oC dikatakan
labil bila pergantian ligan senyawa kompleks tidak lebih dari 1
menit. Kompleks octahedral dari deret pertama unsur transisi
dan mempunyai konfigurasi electron d3 dan d6 medan kuat (
seperti Cr(III) dan Co(III)) secara umum bersifat inert.
Sedangkan lainnya labil. Menurut teori medan kristal, pertama
kali dikemukakan oleh Taube bahwa : kompleks oktahedral
dimana orbital antibondingnya terisi (kompleks d4 – d6 dan
semua d7 – d10 ) cenderung labil karena elektron dapat dengan
mudah berperan dalam reaksi kimia. Demikian juga
kompleks yang mempunyai orbital t2g kosong (d0 – d2) juga
cenderung labil. Sedangkan lainnya (d3 dan spin rendah d4-d6)
realtif cenderung inert.

2. Nukleofilisitas

Keaktifan reaksi pada reaksi substitusi ditentukan oleh


dua factor utama. Pertama adalah energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan antara ion logam dan gugus perginya.
Kedua ialah energi yang dilepaskan pada saat terbentuknya
ikatan antara ion logam dengan gugus datang. Pada faktor
kedua ini merupakan kesetaraan kinetika kebasaan yang
disebut nuklefilisitas (nucleophilicity), atau afinitas terhadap
Adlim, Kimia Anorganik
252
pusat positif. Kebasaan relatif diukur dengan membandingkan
konstanta kesetimbangan untuk reaksi asam-basa, sedangkan
nukleofilitas diukur dengan membandingkan konstanta Laju
reaksi substitusi. Makin cepat reaksi substitusi gugus datang
makin besar nukleofilisitas gugus datang.
Kinetika yang analog dengan keasaman disebut
elektrofilisitas (electrophilicity) , atau afinitas terhadap pusat
negatif. Makin cepat reaksi asam Lewis dengan gugus datang
makin besar elektrofilisitas asam tersebut.

3. Reaksi Asosiatif
Kesensitifan perubahan Laju reaksi pada pengaruh jenis
gugus masuk tetapi kurang sensitive terhadap jenis gugus pergi
merupakan sifat reaksi substitusi asosiatif. Contoh :

Tabel 11.8 Pengaruh gugus datang terhadap laju reaksi


Gugus Laju Reaksi, Selisi, Perubahan
Senyawa
masuk -1 -1
M s 10-4 Laju.reaksi

Trans- NH3 4.7 x 10-4


[Pt(py)2Cl2 ]
Sensitif
- -3
Br 3.7 x 10

I- 0.107

Trans- 3.5 Tidak


[Pt(py)2I2 ] sensitif

4. Reaksi Disosiatif

Dalam prakteknya sifat disosiatif dapat ditentukan


berdasarkan sifat ketidaksensitifan perubahan Laju reaksi pada
jenis (variasi) gugus datang. Berdasarkan metoda ini umumnya
reaksi substitusi oktahedral lebih cenderung reaksi disosiatif
dari pada reaksi asosiatif. Hal ini dapat membantu
Adlim, Kimia Anorganik
253
menerangkan karena kelabilan senyawa koordinasi oktahedral
dapat diterangkan tanpa memperhitungkan pengaruh gugus
masuk. Kelabilan adalah sifat dari senyawa kompleks itu
sendiri. Ion logam dalam air yang mempunyai muatan kecil
tetapi berjari-jari ionnya besar akan membentuk ikatan yang
lemah dengan ligan atau bersifat labil.

Effect Trans
Pembuatan senyawa kompleks platinum (II) segiempat
planar telah dikembangkan secara sistematik. Para ilmuan
mengamati bahwa beberapa ligand yang sudah ada dalam
senyawa kompleks platinum (II), menyebabkan ligand yang
datang berada pada posisi berseberangan (trans) dengan ligand
tersebut. Pengaruh ini disebut effect trans. Tingkat kekuatan
pengaruh ligand untuk menempatkan ligand yang datang pada
posisi berbeberangan dengannya mengikuti urutan gugus
pengarah trans sebagai berikut:

CN-  CO  C2H4 > PH3 > SH2 > NO2- > I- > Br- > Cl- > NH3 
py > OH- > H2O

Cl Cl 2- Cl NH3 - H3N NH3


NH3 NH3
Pt Pt Pt
+ +
NH4 NH4
Cl Cl Cl Cl Cl Cl
merah kuning
orange
cis-[Pt(NH3)2Cl2]

H3N NH3 2+ H3N Cl + H3N Cl


- -
Cl Cl
Pt Pt Pt

H3N NH3 H3N NH3 Cl NH3


kuning
tidak berwarna kuning
trans-[ Pt(NH3)2Cl2]

Contoh trans effek pada sinetsis cis-[Pt(NH3)2Cl2] dan


trans-[Pt(NH3)2Cl2]

Adlim, Kimia Anorganik


254
Substitusi [PtCl4]2- dengan NH3 menyebabkan tersubstitusinya
ion Cl- dengan NH3 pada sembarang posisi sebab semua ligand
sama. Tetapi pada substitusi kedua dengan NH3 menyebabkan
NH3 kedua berada pada posisi berseberangan dengan klor
(cetak tebal) sebab pada deret kekuatan pengarah trans; Cl- >
NH3. Sehingga produk akhirnya berupa cis-[Pt(NH3)2Cl2].
Sebaliknya pada substitusi [Pt(NH3)4]2+ dengan Cl- dihasilkan
trans-[Pt(NH3)2Cl2] karena pada substitusi yang kedua, Cl-
(cetak tebal) yang sudah ada mengarahkan Cl- yang datang
pada posisi berseberangan dengannya. Walaupun ada NH3
dalam kompleks tersebut tapi sekuat Cl- mengarah pada posisi
trans.

11.10 Senyawa Logam Sebagai katalis

Katalis merupakan bahan yang dapat mempercepat


reaksi kimia pada saat reaksi hampir mencapai kesetimbangan
dan katalis tidak berubah menjadi senyawa lain secara
kimiawi. Katalisis adalah proses reaksi yang dilakukan oleh
katalis. Ada tiga aktivitas yang dilakukan oleh katalis yaitu
berinteraksi dengan molekul/reaktan mempercepat terjadinya
reaksi dan melepaskan diri kembali dari reaktan.
Berdasarkan keadaan fisik katalis dikatagorikan katalis
yang berfasa gas, cairan dan padatan. Katalis dikelompokkan
katalis anorganik dan katalis organik jika dibedaan dari bahan
pembuatannya. Katalis dikelasifikasikan menjadi katalis
homogen dan heterogen berdasarkan cara kerja katalisis.
Katalis dikenal pula sebagai katalis asam-basa, enzimatik,
photokatalis, elektrokatalis dan sebagainya jika
dikelompokkan berdasarkan kegiatan/tindakan katalisis.
Kegunaan katalis dibedakan pula sebagai katalis untuk
industri, katalis pengolahan lingkungan, katalis dalam
dikembangkan dalam riset. Menurut ukuran partikel, katalis
dikelompokkan pula sebagai sebagai katalis nanopartikel dan
katalis berpartikel besar (bulky catalyst).
Proses reaksi katalisis dibedakan empat kelompok
sistem reaktor yaitu : sistem bath, continue dengan fasa cairan
Adlim, Kimia Anorganik
255
dan continue dalam fasa gas dan sistem fixed-bed reactor dan
fluidised-bed seperti ilustrasi berikut ini

Reaktor bath Reaktor fixed bed Reaktor fluidised bed

Gambar 11.10 Jenis reaktor

Sintesis katalis secara umum industri dilakukan dengan


beberapa teknik seperti diantaranya (a) metoda pengendapan,
(b) adsorpsi (penyerapan), (c) impregnasi, (d) pencampuran
kering (dry mixing). Sebagian ion logam direduksi menjadi
logam dengan menggunakan reduktor atau H2 pada temperatur
tinggi. Namun ada juga katalis yang hasil akhirnya merupakan
ion logam yang berada pada dipermukaan atau dalam pori-pori
penyangga. Ilustrasi prosedur sintesis dilukiskan pada Gambar
6.6.
Zat padat inert (tidak mudah larut, tidak volatil, dan
mempunyai titik leleh yang tinggi) misalnya SiO2, Al2O3, TiO2
dan lainnya sering digunakan sebagai bahan pendukung padat
(support) katalis. Sebagai contoh katalis palladium yang
distabilkan oleh khitosan diiimobilisasi pada TiO2 sebagai
bahan pendukung/penyangga dapat dilihat pada Gambar 11.11.

Adlim, Kimia Anorganik


256

Gambar 11.11. Foto TEM partikel katalis palladium


berukuran nanometer di atas permukaan
TiO2 yang dilapisi oleh khitosan (Adlim,
2004), Ph.D dissertation).

Kegunaan zat pendukung ialah untuk menghasilkan


katalis yang tersebar merata, partikel yang lebih halus dan luas
permukaan katalis meningkat. Ukuran dan distribusi partikel
sangat merupakan faktor yang sangat penting dalam sntesis
katalis. Partikel katalis yang diharapkan ialah tidak hanya
ukurannya kecil tapi juga tersebar merata. Karena dengan
kondisi seperti ini substrat (reaktan) dapat berintraksi secara
maksimum dengan partikel katalis. Upaya untuk menghasilkan
partikel katalis yang terdispersi dan berukuran nanometer
merupakan tema penyelidikan katalis saat ini. Ilustrai pengaruh
agregasi (penumpukan/penggabungan partikel dalam gugus)
terhadap persentase permukaan atom dalam gugus yang dapat
diakses oleh reaktan digambarkan pada Tabel 11.9. Jika suatu
gugus hanya terdiri dari 13 atom maka persentase permukaan
atom yang dapat diakses oleh reaktan mencapai 92% dan
diameter gugus 0,7 nm. Bila dibandingkan dengan gugus lain
yang tersusun dari 561 atom, persentase permukaan atom yang
dapat diakses oleh substrat berkurang hingga 45%.

Adlim, Kimia Anorganik


257
Tabel 11.9. Hubungan antara persentase permukaan atom
dan jumlah atom dalam gugus (Aiken &
Finke, 1999 dalam Adlim, 2005).

Katalis nanopartikel biasanya disentesis dalam bentuk


koloid dengan menggunakan penstabil biasanya polimer seperi
PVP (polivenil pirrolidon), PVA (polivenilalkohol) bahkan
polimer alami yaitu khitosan. Khitosan dikonversi dari khitin
yang banyak terdapat dalam kulit udang dan kepiting. Ion
logam distabilkan oleh polimer dalam larutan yang saling
bercampur, dan kemudian direduksi dengan cara merefluks
dalam alkohol atau penambahan reduktor misalnya natrium
borohidrat atau hidrazina.

(a) Metoda pengendapan; bahan pendukung/penyangga misalnya


SiO2 dimasukkan ke larutan logam sehingga jenuh, kemudian
disaring dan dicuci sebelum direduksi/dikalsinasi dan
dikeringkan.

Adlim, Kimia Anorganik


258

(b) Metoda adsorpsi; bahan pendukung misalnya SiO2 dimasukkan ke


larutan logam hingga tercapai keseimbangan adsorpsi, kemudian
disaring dan dicuci sebelum direduksi/ dikalsinasi dan
dikeringkan.

(c) Metoda impregnasi; bahan pendukung (support) berpori


dimasukkan ke dalam larutan logam. Ion logam terserap
dipermukaan atau dalam pori katalis sebelum perlakuan
selanjutnya seperti reduksi pemanasan dan pengeringan.

Gambar 11.12 Prosedur umum sintesis katalis industri


(bulky katalis)

Partikel logam yang disiapkan dengan cara ini bukan


saja terdispersi melainkan berukuran nanometer namun
tergantung pada jenis dan kuantitas polimer penstabil, reduktor
atau teknik reduksi dan juga jenis logamnya seperti yang
terlihat pada Gambar 11.13.

Adlim, Kimia Anorganik


259

(a) (b)

Gambar 11.13 Foto TEM


partikel logam dalam
matriks khitosan
(a) patikel perak yang
direduksi NaBH4,
(b) partikel perak yang
direduksi dengan MeOH
(c) partikel emas yang
direduksi dengan metanol
(Adlim, 2006).
(c)

Gambar 11.11 merupakan foto partikel logam matrik khitosan


yang diamati menggunakan alat TEM (Transmission Electron
Microscope). Logam nanopartikel tersebut terdiri dari logam
emas dan perak yang disintesis dengan berbagai teknik; (a)
partikel logam perak yang direduksi oleh NaBH4 dalam matrik
khitosan, (b) partikel perak yang direduksi dengan cara refluks
dalam metanol dan (c) partikel emas yang direduksi dengan
refluks dalam metanol dan menggunakan penstabil khitosan.
Gambar 11.7 (a) terlihat partikel sangat terdispersi, berukuran
1-10 nm. Gambar 11.7 (b) tersusun sepert rantai yang
kemudian dikenal dengan istilah (nano rod). Gambar 11.7 (c)

Adlim, Kimia Anorganik


260
kurang terdispersi tapi membentuk gugus bergeometri kristal
seperti segitiga dan heksagonal.
Pada umumnya katalis yang banyak digunakan dalam
industri adalah katalis dalam fasa padatan. Ion logam
diimmobilisasi pada bahan pendukung padat (support) dan
kemudian direduksi atau dioksidasi hingga terbentuk katalis
yang dinginkan. Sebagai contoh katalis vanadium pentaoksida
(V2O5) yang biasa digunakan sebagai katalis dalam pembuatan
asam sulfat dengan proses kontak. Vanadium pentaoksida
mengkatalisis oksidasi SO2 menjadi SO3 pada 400 hingga
600oC. Pada skala industri, V2O5 digunakan dalam bentuk
padatan dan bahan inert seperti silika digunakan sebagai bahan
pendukung/penyangga padat.
Pada prinsip interaksi antara katalis dengan bahan
pendukung dan juga intraksi antara katalis substrat (reaktan)
merupakan hal yang sangat penting dalam proses katalisis.
Bahan pendukung harus stabil dan tidak mengoksidasi atau
mereduksi katalis. Ikatan yang terjadi antara substrat dan
katalis harus merupakan yang lemah sehingga katalis dan hasil
reaksi mudah dipisahkan.
Kebanyakan reaksi katalisis ada dalam bentuk gas-
padatan dimana gas preaksi terserap di permukaan katalis. Jika
penyerapan gas tidak membentuk ikatan kimia disebut adsorpsi
secara fisika (physical adsorption) dan sebaliknya jika
terbentuk ikatan kimia antara gas preaksi dengan katalis maka
disebut adsorpsi secara kimia. Demikian juga jika logam yang
mengikat kuat gas preaksi maka bukan merupakan katalis yang
baik juga logam yang tidak dapat menyerap gas preaksi
biasanya tidak dapat digunakan sebagai katalis untuk reaksi
tersebut. Sebagai contoh logam emas hampir tidak dapat
menyerap gas apapun sehingga emas hampir tidak pernah
digunakan sebagai katalis dalam industri. Demikian juga
logam aktif misalnya kalsium, litium, natrium, magnesium
sangat reaktif terhadap gas terutama gas oksigen maka logam
ini tidak banyak digunakan sebagai katalis. Lain halnya dengan
logam yang menyerap secara lemah beberapa jenis gas, logam
ini merupakan katalis yang paling banyak digunakan baik
dalam skala industri maupun di laboratorium. Hal ini berkaitan
Adlim, Kimia Anorganik
261
dengan prinsip dasar katalisis yaitu pada tahap awal katalis
menyerap substrat (reaktan) di permukaan katalis dan
kemudian mengaktifkannya. Setelah substat aktif dan dapat
bereaksi dengan substrat lainnya. Reaksi dapat terjadi sewaktu
masih terikat pada katalis atau sesudah teraktifasi dan terlepas
dari katalis. Teori yang membahas tahap-tahap proses
terjadinya reaksi disebut mekanisme reaksi tapi di luar
pembahasan buku ajar ini.

11.11 Logam Transisi Sebagai Katalis

Katalis logam biasanya berhubungan reaksi hidrogenasi


atau dehidrogenasi seperti katalis Fe yang digunakan dalam
sintesis ammonia dengan proses Haber. Demikian juga katalis
nikel yang digunakan dalam pembuatan mentega atau
sejenisnya. Logam banyak juga digunakan sebagai katalis
dalam proses oksidai dan reduksi seperti misalnya oksidasi
ammonia menjadi nitrogen dioksida dan katalis dalam knalpot
kenderaan bermotof. Pada Tabel 11.10 berikut ini dapat dilihat
beberapa jenis logam dan tipe katalisisnya. Semua logam
kecuali emas dapat mengikat gas-gas berikut ini secara kimia
dengan urutan kekuatan penyerapan :

O2 > alkuna > alkena > CO > H2 > CO2 > N2

Logam seperti Sc, Ti, V, Cr dan Mn mengikat gas tersebut


sangat kuat termasuk N2 maka logam ini teracuni (poisoning)
oleh gas yang terserap. Secara lengkap klasifikasi logam dan
kemampunan menyerap gas ditabulasikan pada Tabel 11.11.
Dari deret dan daftar kekuatan adsorpsi (Tabel secara
kimia dapat diperkirakan katalis yang sesuai untuk reaksi
tertentu.

Adlim, Kimia Anorganik


262
Tabel 11.10 Logam transisi dan fungsi katalisnya

Adlim, Kimia Anorganik


263
Tabel 11.9 Klasifikasi logam menurut kemampuannya
terhadap adsorpsi secara kimia

+ berarti dapat terikat, + terikat lemah, - tidak teramati adanya


ikatan

Sebagai contoh katalis untuk proses Haber dalam


pembuatan ammonia harus mengadsorpsi secara kimia gas N2
dan H2 tetapi ikatan tersebut tidak terlalu kuat karena itu
katalis yang sesuai diantaranya ialah Fe, Ru dan Os. Tetapi Ru
dan Os sangat mahal maka Fe menjadi pilihan yang tepat dari
aspek ekonomi. Hal yang sama dapat juga dinyatakan katalis
apa yang sesuai untuk hidrogenasi olefin misalnya etilene?
Jawaban ialah katalis harus dapat mengikat H2 jadi katalis
tersebut yang sesuai di antara ialah Ni, Pd, Rh, Pt dsb tetapi
yang paling murah ialah nikel dan agar katalis dapat tersebar
merata dan mempunyai luas permukaan besar maka katalis
tersebut diimmobilisasi di atas bahan pendukung padat seperti
Al2O3, TiO2 atau SiO2.

11.12 Kompleks Logam Transisi Sebagai Katalis


Homogen

Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa


yang sama dengan substrat atau reaktan. Katalis homogen
umumnya cairan walaupun ada juga dalam bentuk gas
misalnya gas NO sebagai katalis dalam pembuatan gas klor
dari uap HCl yang dikenal proses Deacon. Dalam beberapa
aspek katalis homogen kurang disenangi karena sukar
Adlim, Kimia Anorganik
264
dipisahkan dari hasil reaksi dan reaktan tetapi katalis homogen,
sering lebih reaktif dan lebih mudah dimodifikasi dan
dipelajari karakteristiknya. Dengan demikian memungkin
mensintesis katalis homogen yang tidak hanya mempunyai
kereaktifan dan selektifitas yang tinggi.
Pada prinsipnya katalis berfungsi untuk membawa
molekul-molekul reaktan untuk bereaksi dan menfasilitasi
terjadinya penyusunan kembali ikatan kimia dengan cara
berperan sebagai bank elektron. Dalam hal logam transisi
memiliki sifat-sifat katalis tersebut karena logam transisi
memiliki bilok yang bervariasi dan mempunyai kemampuan
mengikat dan menukar ligand. Selektifitas dan aktifitas katalis
senyawa logam transisi dapat lebih mudah diproleh dengan
cara memiliki spectator ligand (ligand pengarah) yang sesuai.

Beberapa contoh reaksi katalisis


(a) Hidroformilasi alkena
Hidro berarti melibatkan reaksi dengan hidrogen
sedangkan formil berkaitan dengan gugus fungsi
aldehid. Pada reaksi ini senyawa alkena bereaksi
dengan karbon monoksida dan hidrogen dikatalisis oleh
kompleks tetrakarbonilhidridokobalt (I) atau kompleks
karboniltripospinhidridorhodium(I) untuk
menghasilkan aldehid

HCo(CO)4 atau HRh(CO)(PPh3)3


RCH=CH2 + CO + H2 RCH2CH2CHO

(b) Sintesis Asam Asetat metoda Monsato


Reaksi ini merupakan karbonilasi methanol menjadi
asam asetat dan dikenal dengan metoda Monsato. Reksi
tersebut dapat dikatalis oleh kompleks kobalt, rhodium
dan iridium tetapi yang paling aktif kompleks rhodium
[RhI2(CO)2]-

[RhI2(CO)2]-
CH3OH + CO CH3COOH
Adlim, Kimia Anorganik
265
(c) Hidrogenation alkena dengan katalis Wilkinson
Katalis Wilkinson, RhCl(PPh3)3 (Ph = fenil, C6H5) telah
digunakan pada hidrogenasi etena menjadi etana dan
mekanisme reaksi pun sudah diketahui. RhCl(PPh3)3
yang mempunyai struktur segiempat planar dengan bilok
Rh(I). RhCl(PPh3)3 cenderung membentuk 6 bilangan
koordinasi dengan cara mengikat dua molekul H2 dan
kemudian mensubsitusi ligand PPh3 dengan alkena.
Atom H yang sudah terikat diberikan kepada alkena
untuk membentuk alkana dan seterusnya terlepas sebagai
molekul alkana bebas. Katalis mengikat kembali PPh3
untuk membentuk kembali RhCl(PPh3)3 seperti semula.

(d) Polimerisasi olefin dengan katalis Ziegler-Natta


K. Ziegler menemukan bahwa trietilaluminium bereaksi
dengan TiCl4 dalam pelarut hidrokarbon yang inert,
membentuk suspensi coklat dan menyebabkan
polimerisasi etilena walaupun temperatur kamar dan
tekanan atmosfer. Penemuan spektakuler ini telah
menemukan bahwa polimerisasi polimetilen dapat
dilakukan temperatur kamar. Sebelumnya polimerisasi
polimetilen harus pada temperatur dan tekanan tinggi.
Katalis Ziegler mempunyai keterbatasan karena TiCl4
dapat larut dalam pelarut organic dan menjadi tidak larut
setelah melalui alkilasi oleh trialkilaluminium. Ti(IV)
sebahagian tereduksi menjadi Ti(III) yang tidak larut
dalam pelarut organik. G. Natta mengembangkan katalis
heterogen dari penemuan Ziegler yaitu menggunakan
TiCl3 pada posisi TCl4 untuk menghasilkan polimer yang
pada salah satu ligandnya tersedia gugus R’ yang menjadi
pusat rantai karbon. Dengan keadaan ini dapat dihasilkan
polielofin yang struktur menyilang (isotaktik) seperti
Gambar 11.14 dan tidak semata-mata linier.

Adlim, Kimia Anorganik


266

CH2 CH2 CH2


C C C C
CH3 H CH3 H CH3 H H
CH3

Gambar 11.14 Poliolefin yang struktur menyilang,


dihasilkan menggunakan katalis
Ziegler-Natta

Kombinasi dua penemuan ini disebut katalis Ziegler-Nata.


Polimer yang mempunyai struktur isotaktik merupakan
polimer termoplastik kristalin (titik leleh  165oC) dengan sifat
mekanik yang paling baik sehingga kegunaannya lebih luas
dapat diinjeksikan dan dijadikan serat atau fiber. Sedangkan
yang bentuk lulus (atactic) poliporopilen hanya berbentuk
karet (elastomer) rapuh dan kegunaanya terbatas.

Katalis Ziegler-Natta disintesis dari alkyl logam (gol IA, IIA,


IIIA) dan garam transisi dari golongan IIIB sampai golongan
VIIIA. Contoh katalis Ziegler-Nata adalah AlEt3 + TiCl4
untuk polimerization of etilene, AlEt2Cl + VCl4 untuk
polimerisasi propilene dan AlEt3 + Cr(acac)3 untuk
polimerisasi butadiene (Boor, 1979).

(e) Polimerisasi menggunakan katalis Metalocene


Ligand siklopentadienil, C5H5 (disingkat Cp) merupakan
ligand yang banyak dibahas dalam organologam.
Organologam yang berhubungan dengan siklik polihapto
disebut metallocene. Metallocene terdiri atom logam
sebagai atom pusat yang terletak di antara dua planar
bidang polihapto (misalnya ferrocene) yang disebut juga
senyawa “senyawa sandwich”.

Adlim, Kimia Anorganik


267

Fe

contoh metallocene (ferrocene)


Titanocene tipe Cp2TiX2 terdiri dari dua unit 5-
siklopendadiena yang terikat ke atom pusat Ti(IV).
Kompleks ini juga dapat berfungsi sebagai katalis
Ziegler-Natta untuk sisi Ti. Selain titan, senyawa
zirconium kompleks Cp2ZrCl2 (Gambar 11.9) yang
diaktifkan oleh dimetilamonium klorida berfungsi
sebagai katalis polimerisasi propilena.

+ +
Zr P Zr P

blok isotaktik blok ataktik


Gambar 11.9. Ilustrasi struktur katalis kompleks
bis(penilindenil)zirconium, Cp2ZrCl2 yang
berfungsi pada pembentukan kopolimer
polipropilen isotaktik-ataktik

Adlim, Kimia Anorganik


268
11.13 Senyawa Organologam Sebagai Katalis

Organologam atau disebut juga organometallik


merupakan senyawa yang mempunyai paling sedikit satu
ikatan logam-karbon. Senyawa metal alkyl seperti dietilseng
[Zn(C2H5)2], tetraetil timbale Pb(C2H5)4, kompleks arene
(metallocene) seperti ferrocene [Fe(C2H5)2] dan juga metal
karbonil misalnya Ni(CO)4 termasuk dalam golongan
organometallik. Topik organo logam cukup luas dan sebagian
senyawanya mempunyai nilai komersial misalnya sebagai
biosida, penstabil plastic, katalis dan bahan pembuatan film
dalam industri elektronik. Namun pada pokok bahasan ini
dibatasi pada senyawa organometallik yang digunakan sebagai
katalis.

Pertanyaan dan Soal-Soal

1. Jelaskan pengertian senyawa koordinasi dan berikan


contohnya
2. Ion [Fe(CN)6]3- mempunyai momen magnetic (eff) =
2,3 BM sedangakan [Fe(CN)6]4- bersifat diamegnetik,
bandingkan struktur elektron dan hibridisasi kedua ion
ini.
3. Jelaskan terjadinya splitting pada medan oktahedral.
4. [Cr(H2O)6]2+ berwarna ungu mudah ketika reaksi
dengan NH3 membentuk senyawa [Cr(NH3)6]2+ yang
berwarna kuning, jelaskan kekuatan ligand H2O, NH3,
dan mana CFSE yang lebih besar di antara keduanya.
5. Hitung CFSE ion [FeF6]3-
6. Tuliskan nama senyawa kompleks
[Ni(NH3)6]Cl2, [Ni(en)3]SO4, Na[Co(CO)4],
K4[Ni(CN)4], NH4[Cr(NH3)2(NCS)4],
[Co(NH3)3(NO2)3] dan [Cu(acac)2] .
7. Jelaskan dan berikan contoh jenis-jenis isomer senyawa
kompleks.
8. Jelaskan metoda-metoda sintesis senyawa kompleks.

Adlim, Kimia Anorganik


269
9. Tuliskan mekanisme reaksi sintesis trans dan cis
[PtI2(NO2)2].
10. Jelaskan contoh-contoh aplikasi senyawa koordinasi
dalam katalisis.

11.14 Unsur-Unsur Logam Transisi

Unsur-unsur transisi merupakan unsur golongan B pada


sistem priodik versi CAS yaitu dari golongan scandium (III B)
hingga golongan seng (IB). Semua unsur transisi adalah logam
yang umumnya bersifat keras, kuat, mempunyai titik leleh dan
titik didih yang tinggi, serta bersifat konduktor menghantarkan
arus listrik. Semua logam transisi dapat membentuk alloy
(campuran logam dengan logam). Bermuatan positif bila
dilarutkan dalam asam anorganik (misalnya HNO3, HCl,
H2SO4 dsb). Pada umumnya mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu nilai. Contoh bilangan oksidasi mangan adalah
+0, +2, +3, +4, 6, dan +7.
B
I
L
O
K
S

Mn2+ Mn3+ Mn4+ Mn6+ Mn7+

Adlim, Kimia Anorganik


270

Bilangan oksidasi unsur transisi lainnya

Semua unsur transisi mempunyai orbital d pada kulit


terluarnya dan umumnya orbital d tersebut belum penuh
sehingga umumnya bersifat paramagnetik (dapat ditarik oleh
medan magnet).

Unsur-Unsur Golongan I B (Tembaga (Cu), Perak

(Ag) dan Emas (Au))


Logam tembaga, perak dan emas sering disebut
coinage metals atau bahan pembuatan uang logam. Dalam
sistem priodik versi CAS ketiga logam ini berada pada
golongan IB.

Tembaga dan Senyawanya

Tembaga sudah dikenal selama lebih dari 10,000 tahun


yang lalu. Logam yang lebih banyak digunakan sebagai logam
murni dari pada sebagai alloy dan kebanyakan digunakan
dalam alat-alat listrik. Biji tembaga umumnya dalam bentuk
sulfida. Biji tembaga dihancurkan dan kemudian dimurnikan
dengan cara flotation (pengapungan).
Beberapa alloy tembaga yang terpenting adalah
cupronickel untuk membuat koin, kuningan (campuran
tembaga-seng, kandungan seng mencapai 20%), dan perunggu
yaitu campuran tembaga, fosfor, seng, timah, mangan dan
Adlim, Kimia Anorganik
271
beberapa logam lainnya. Mineral tembaga juga berperan dalam
metabolisme tumbuhan dan juga hewan serta manusia. Pada
tumbuhan, tembaga berperan dalam proses fotosintesis dan
keraktifan enzim yang mengkatalisis beberapa reaksi redoks
dalam sistem biologi. Khusus pada manusia diperlukan 2 mg
tembaga per hari dalam darah manusia. Namun bila terdapat
tembaga dalam darah lebih besar dari 2 mg maka tembaga
akan bersifat racun. Tembaga sulfat dapat berfungsi sebagai
fungisida.
Bilangan oksidasi tembaga biasanya yang paling stabil
adalah 0, dan +2
Yaitu logam tembaga dan CuSO4. Telah ditemukan beberapa
senyawa tembaga dengan bilangan oksidasi yang lain seperti
+1, +3 dan +4, namun senyawa ini kurang stabil. Contoh
senyawa tersebut di anataranya Cu2O, KCu2O dan Cs2CuF6.
Tembaga (I) kurang stabil karena dapat mengalami
disproporsionasi atau redoks menjadi tembaga (II) atau
tembaga (0) dalam satu sistem reaksi. Reaksi ini dapat ditulis :

Cu + Cu2+ 2 Cu+

Perak
Biji tembaga yang sering dijumpai adalah tembaga
sulfida (Ag2S). Logam perak bersifat lentur dan dapat
ditempah. Logam ini merupakan pengantar arus listrik yang
baik karena mempunyai tahanan jenis paling rendah
dibandingkan logam lainnya. Logam perak murni tidak
berkarat atau tidak teroksidasi oleh udara. Namun lelehan
logam perak dapat bereaksi cepat dengan oksigen. Logam
perak bereaksi dengan gas H2S dan berubah warna menjadi
kecoklatan. Perak dan juga emas dapat bereaksi dengan ion
sianida sehingga prinsip reaksi ini digunakan untuk
mengisolasi emas dan perak dari biji-bijinya. Senyawa perak
sudah lama digunakan dalam industri fotografi. Campuran
perak bromida dan iodida dicampurkan dengan gelatin dan
dioleskan pada plastik transparan (biasanya terbuat dari
selulosa asetat). Perak halida biasanya berwarna kuning muda
Adlim, Kimia Anorganik
272
tetapi bila kena cahaya berubah menjadi hitam. Bila direndam
(dicuci) dengan larutan natrium tiosulfat, maka bagian yang
kena cahaya berubah menjadi perak. Sedangkan yang tidak
kena cahaya terbuang bersama larutan natrium tiosulfat
bereaksi membentuk kompleks yang dapat larut. Untuk tiap
meter kubik film fotografi terdapat sebanyak 15 g perak.
Karena itu perak yang terdapat dalam film bekas dapat pula
diekstrak kembali.

Emas
Emas atau aurum (Au) diekstrak dari bijinya dengan
cara peleburan , pelarutan dengan air raksa atau pelarutan
dengan larutan alkali sianida (NaCN) dan kemudian
dielektrolisis. Logam emas murni sangat lunak maka sering
dicampur dengan tembaga, perak, seng atau nikel untuk
mendapat logam campuran emas yang bersifat lebih keras.
Kemurnian emas biasanya dinyatakan dengan satuan karat.
Emas murni dinyatakan 24 karat maka emas 18 karat
mengandung (18/24) x 100% = 75% emas. Emas merupakan
logam yang tahan karat walaupun direndam dalam asam kuat
atau basa kuat. Emas hanya larut dalam aqua regia (campuran
HCl dan HNO3 pekat dengan perbandingan 4 : 1), alkali
sianida dan air raksa.

Logam dan campuran transisi

Seng, Kadmium, dan Merkuri


Seng (Zn) merupakan logam yang lunak dibandingkan besi
(Fe) tetapi lebih keras dari pada timah (Sn). Logam kadmium
(Cd) dan senyawanya bersifat racun. Sedangkan merkuri atau
raksa (Hg) adalah satu-satunya nya logam yang merupakan
cairan pada suhu kamar. Di alam seng terdapat dalam biji
tambang yang disebut zinc blende (ZnS) atau biji seng. Kadar
logam seng yang dapat diestrak dari biji tersebut adalah 120
gram logam seng per kubik ton zinc blende. ZnS dibakar di
udara terbuka sehingga berubah menjadi seng oksida (ZnO).
Seng oksida dibakar dengan batu bara (karbon) sehingga
dihasilkan logam seng dalam keadaan meleleh sedangkan
Adlim, Kimia Anorganik
273
oksigen bereaksi dengan karbon membentuk karbon
monoksida dan karbon dioksida yang menguap dan terpisah
dari lelehan seng. Kegunaan seng selain dalam bentuk logam
seng lembaran juga seng dicampur dengan logam lainnya
(alloys). Misalnya kuningan merupakan campuran antara 3
hingga 45% logam seng dengan tembaga (Cu). Seng
sebenarnya mudah berkarat (korosi), tetapi oksida seng yang
telah mengalami korosi menutupi permukaan seng, sehingga
seng di bahagian dalam terlindungi dari udara dan tidak
mengalami korosi selagi oksida seng tersebut masih menutupi
permukaannya. Bila oksida seng yang menutupi permukaan
terlepas maka seng pun segera mengalami korosi. Karena sifat
ini maka seng sering digunakan sebagai zat pelapis logam yang
mudah berkarat. Logam yang mudah berkarat dicelupkan ke
dalam lelehan logam seng. Metoda ini disebut galvanisasi.
Seng oksida (ZnO) berwarna putih sehingga digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan cat putih. Seng sulfat
(ZnSO4) digunakan dalam pembentukan rayon viskosa, dan zat
pengapung bui (froth flotation of mineral (dalam industri
pulp/rayon). ZnCl digunakan dalam batere kering, Mineral
seng juga merupakan mikromineral yang diperlukan oleh
hewan dan manusia yang berfungsi dalam metabolisme karbon
dioksida. Terdapat dalam darah dan pankrease yang diperlukan
dalam penyimpanan insulin. Pada tumbuhan kekurangan unsur
hara seng dapat menyebabkan penyakit daun.

Kadmiun (Cd)
Kadmium diperoleh sebagai hasil sampingan dari
pengolahan biji seng, biji timbal dan biji tembaga. Di alam
biasanya senyawa kadmium bercampur dengan seng, timbal
(Pb) dan tembaga. Sehingga pada saat pengolahan biji seng,
timbal dan tembaga dapat pula diekstrak logam kadmium.
Kadmium umumnya digunakan sebagai pelapis baja ,alloys
dan logam lainnya agar logam tersebut menjadi lebih kuat.
Dalam industri elektronika, kadmium digunakan sebagai
campuran tembaga agar tembaga menjadi lebih lentur sehingga
lebih mudah digunakan sebagai penghantar dan terminal arus
Adlim, Kimia Anorganik
274
listrik terutama pada suhu tinggi. Selain itu campuran
kadmium dan nikel serta KOH sebagai elektrolit merupakan
bahan dalam pembuatan batere yang dapat diperbaharui
(digunakan ulang). Kadmium sulfida (CdS) digunakan dalam
peralatan fotoelektronik seperti tabung layar televisi dan solar
cell. Di udara terbuka kadmium
Korosi merupakan peristiwa oksidasi. Zat yang
mengalami korosi mengalami oksidasi sementara zat lain harus
mengalami reduksi. Peristiwa korosi pada suatu logam hanya
dapat terjadi bila terdapat zat lain yang lebih mudah
mengalami reduksi. Parameter yang dapat digunakan untuk
membandingkan zat-zat yang dapat mengalami reduksi dengan
mudah adalah potensial reduksi standard (E o). Makin besar
potensial reduksi standar makin mudah mengalami reduksi.
Potensial reduksi besi (F2+/Fe) adalah –0,44 V sedangkan
potensial reduksi seng (Zn2+/Zn) adalah –0,7626 V dan
aluminium (Al3+/Al) adalah -1,67 V. Jadi berdasarkan nilai ini
dapat diketahui bahwa besi lebih mudah tereduksi
dibandingkan dengan seng dan aluminium. Dengan kata lain
seng dan aluminium lebih mudah teroksidasi atau lebih mudah
mengalami korosi. Namun kenyataannya di alam seng lebih
tahan dibandingkan dengan besi. Hal ini disebab oksida besi
(karat besi) mudah terlepas dari permukaan besi, sehingga
permukaan besi selalu terbuka terhadap udara. Lain halnya
dengan seng dan aluminium, kedua logam mudah berkarat
namun karat atau oksidanya tidak mudah lepas dari permukaan
logam tersebut sehingga logam tersebut terlindungi dari udara.

Tipe Korosi
Korosi dapat terjadi dengan beberapa kondisi yaitu;
(1) Korosi dua logam (bimetallic corrosion)
Jika logam seng dan tembaga dihubungan satu sama
lain dan kedua logam tersebut terendam di dalam air
maka akan terjadi aliran elektron dari seng ke tembaga.
Hal ini menyebabkan seng segera mengalami oksidasi
atau korosi dengan cepat, sebab potensial reduksi
tembaga > potensial reduksi seng. Dalam air asin yang

Adlim, Kimia Anorganik


275
mengandung garam proses korosi menjadi lebih cepat
karena elektrolit akan mempercepat aliran elektron.

(2) Korosi oleh oksigen


Korosi dapat segera terjadi jika logam terendam dalam
air atau diudara yang lembab. Logam dioksidasi oleh
oksigen yang terlarut dalam air.

(3) Korosi Atmosfir


Jika kelembaban udara mencapai 60% maka korosi
dengan mudah dapat terjadi. Udara yang lembab dan
tercemar oleh gas SO2 dan NO2 yang berasal dari
industri akan mempercepat terjadinya korosi logam,
karena jika oksida ini bereaksi dengan air, maka
dihasilkan asam yang bersifat korosif terhadap logam.

Mencegah korosi
Korosi dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
(1) Perlindungan katoda
Menghubungkan logam yang lebih kecil potential
reduksinya dengan logam yang akan dilindungi.
Misalnya untuk melindungi besi terhadap korosi maka
logam besi dihubungan dengan magnesium yang lebih
mudah tereduksi dibandingkan dengan besi dan air.
Magnesium akan dikorbankan karena akan mengalami
korosi dan lama kelamaan akan habis. Selagi
magnesium masih ada maka besi tidak mengalami
korosi. Tetapi pada saat logam magnesium habis
tereduksi maka besi segera dioksidasi oleh air atau
mengalami korosi.
(2) Pelapisan
Agar permukaan logam terlindung dari udara maka
logam dapat dilindungi dengan cara mencat, melapisi
dengan plastik atau logam yang lebih tahan korosi.

(3) Inhibitor Korosi


Agar korosi dapat dicegah maka kandungan oksigen
yang terdapat dalam air harus dikurangi. Deoksigenasi
Adlim, Kimia Anorganik
276
dapat dilakukan dengan cara mengalirkan gas nitrogen,
memanaskan air, menambah bahan kimia pengikat
oksigen seperti hidrazina, atau natrium sulfit. Bahan
kimia ini diklasifikasikan sebagai inhibitor korosi.

Baja tahan korosi


Logam dapat dibuat menjadi tahan terhadap korosi
dengan cara mencapur dengan logam lain yang tahan korosi
sehingga dihasilkan alloy (logam campuran). Titanium
merupakan logam tahan korosi tetapi logam ini tergolong
mahal kurang padat dibandingkan besi. Besi dicampurkan
dengan kromium hingga 11% atau lebih dihasilkan baja tahan
karat yang disebut stainless steel. Jika ditambahkan silikon
atau molibdenum maka dihasilkan baja tahan asam tetapi
rapuh. Alloy Duriron (Si : C: Fe; 14,5% : 0,95% : 85%) ;
Dirichlor (Si : Mo : Fe; 14,5%: 3%: 82,5%) merupakan baja
yang banyak digunakan dalam industri kimia terutama yang
melibatkan asam.

Campuran logam (Alloys)


Campuran tembaga dengan emas dihasilkan : coinage,
barang perhiasan (suasa) dalam monel dan baja campuran
terutama baja nikel ferrite termasuk sebagai campuran. Pt-Rh
yang digunakan dalam thermocouple lebih keras jika
dibengkokkan kalau dibandingkan dengan wire platinum. Fe3C
termasuk logam yang liat dan CuAl2 tergolong aluminium
yang lunak. Tungsten and tantalum karbida mempunyai titik
didih tinggi dan sangat keras sehingga digunakan sebagai mata
mesin gergaji.

Campuran logam tahan karat dan panas


Baja yang digunakan sekara khusus untuk kawat
pengantar listrik. Merupakan kombinasi nikel, tembaga, besi
dan logam tambahan seperti krom, mangan, atau aluminum.
Alloy yang mengandung tembaga mudah teroksidasi dan dapat
digunakan tidak melebihi 300oC. Alloy yang paling sering
Adlim, Kimia Anorganik
277
digunakan adalah constantan (55 Cu dan 45% nikel) karena
mempunyai tahanan listrik yang rendah dan lebih tinggi titik
lelehnya dibanding tembaga saja. Selain itu ada juga manganin
(tembaga dengan mangan 10% to 20% dan nikel 0 to 4%).
Alloy tembaga : kuningan (alfa brasses, 36% Zn, beta
brasses, 40% Zn) alfa lebih kuat dan keras serta lebih murah.
Perunngu (bronzes, Cu-Sn, Sn 13%). Penambahan 0,5% Zn
dapat menambah kekuatan perunggu. Juga penambahan Pb
dalam jumlah sedikit untuk menambah kemampuan mekanik.
Uang perunggu terdiri dari 4 % Sn, 1% Zn. Logam untuk
senjata biasanya termasuk campuran logam dengan komposisi
10% Sn, 2 % Zn. Perunggu olimpiade memiliki komposisi
96% Cu, 3% Si, 1% Zn dan sedangkan everdur komposisi
logam terdiri dari 96% Cu, 3% Si, 1 Mn.

Baja Tahan Panas


Alloy yang tahan pada suhu tinggi adalah campuran
besi dan nikel tetapi mempunyai tahanan listrik yang besar.
Campuran Ni 60%, Fe 20%, Cr 15 hingga 20%; tahan hingga
temperatur 1000oC. Sedangkan Ni 80%, Cr 20% tahan hingga
suhu 1100oC. Campuran logam ini dikenal dengan beberapa
nama seperti Nichrome, Chromel, Tophet, dan lain-lain.
Campuran besi-krom dengan penambahan aluminium
(Fe 80%, Cr 15%, Al 5%) untuk menambah ketahanan
terhadap listrik banyak diminati. Alloy in dapat digunakan
hingga suhu 1350oC. Alloy yang tahan hingga 1500oC,
biasanya merupakan campuran Pt-Ir atau Pt-Rh.

Stainless steel
Sifat umum stainless steels adalah adanya logam
kromium (Cr) paling sedikit 11% dan umumnya 18% sebagai
campuran baja. Jika baja direndam dalam asam nitrat, sifat
mereduksi menjadi sangat kurang atau dengan kata lain
menjadi lebih tahan karat. Sifat ini diperkirakan karena lapisan
melekul oksigen menutupi permukaannya. Campuran Fe-Cr
dikenal dengan nama stainless steel. Cr mempasifkan besi jika
Adlim, Kimia Anorganik
278
Cr pada proporsi yang cukup (>15%). Jumlah Cr ditentukan
berdasarkan perubahan potential elektrokimia setelah
campuran logam cathodically polarized dalam 0,05 mol asam
sulfat.

Baja stainless steel dapat dikatagorikan menjadi kelompok :


(a) Martensitic Chromium steel
Baja yang mengandung sedikit atau tidak ada sama
sekali logam nikel. Kandungan Cr biasanya 12%. Baja tipe 410
(11.5-13.5% Cr) ini biasanya digunakan sebagai daun kipas
baling-baling turbin. Campuran dengan komposisi 12-14% Cr,
sedikit selenium, molibnedium dan zirkonium merupakan baja
tipe 416.

(b) Ferritic chromium steel


Juga tidak mengandung nikel tapi kadar Cr mencapai
12-20%. Type 430 (14-18% Cr) merupakan baja tahan karat
dan digunakan dalam industri kimia misalnya sebagai bahan
pembuatan tangki kenderaan pengangkut asam nitrat.
(c) Austentic steinless steel
Baja yang mengandung 18% Cr dan 8-12% nikel (Ni).
Tipe 304 yang banyak digunakan 18-8 artinya 18 Cr dan 8 Ni.
Tipe 316 mengandung 2-3% molybdenum (Mo) sebagai logam
tambahan, baja yang lebih tahan terhadap korosi sehingga
banyak digunakan dalam industri kimia.

(d) The 200 series stainless steel


Baja sejenis Austentic tapi nikel diganti dengan mangan (Mn)

Baja tahan asam


Alloy tahan asam : mengandung campuran logam Cr,
Co, Ni, dan Fe yang disebut acid proof yang biasa digunakan
sebagai pengganti Pt artinya tahan terhadap asam termasuk
asam nitrat.

Adlim, Kimia Anorganik


279

Besi dicampur Sifat Kegunaannya


dengan khusus termasuk
peralatan dapur,
stainless resists wastafel logam,
Cr & Ni
steel corrosion kemasan makanan &
minuman
Baja tahan turbin gas, pesawat
Ti
titanium panas udara
mesin penghancur
baja Sangat
Mn batu, rel kereta api,
mangan keras
helm tentara

Magnet
Sifat magnet: Fe-Ni, 40-55% Ni, merupakan magnet
lunak yang disebut permalloys. Sedangkan Fe-Co-Ni disebut
perminvars, yang semua sebagai magnet sementara.
Permanent magnet yang murah terbuat dari campouran
C, Mn, W, Mo, Co sedangakan yang lebih mahal terbuat dari
campuran : Fe-Ni-Al, atau Fe-Co-Mo. Mn yang bersifat
nonferromagnetik dapat bersifat ferromagnetik bila dalam
campuran 61% Cu, 25% Mn, 13% Al.

Mata uang perak & emas


Mata uang perak : Ag 92,5%; 7,5% Cu, sedangkan mata uang
emas : 24 carat = emas murni, 18 carats = 18/24 =75 Au, 25%
Cu).

Pencegahan korosi
Pencegahan korosi: oksida logam dapat terbentuk
secara spontan melapisi logam di bawahnya. Sifat ini banyak
pada baja, aluminium dan logam lainnya. Pelapisan secara
kimia juga bertujuan mencegah korosi. Proses tersebut
termasuk Parkerizing atau pencelupan dalam larutan 2% asam
Adlim, Kimia Anorganik
280
fosfat dan MnO dan sebagainya serta dilanjutkan pemanasan
hingga mendidih untuk membentuk lapisan fosfat dan sisa
fosfat dihilangkan dengan pencelupan dalam minyak.

Daftar Pustaka

A. Katritzky (1987). Chemistry Today, The World Book


Encyclopedia of Science, Chicago.
F. A. Cotton, G. Wilkinson, P. L. Gaus. (1987). Basic
Inorganik Chemistry, 2nd edition, John Wiley & Sons,
Singapore.
G. E. Doan (1953). The principles of metallurgy, third
edition, Tokyo: McGraw-Hill.
J. Bowser. (1993). Inorganic Chemistry, Brook/Cole,
California.
J.R. Taylor & A.C. Bull. (1986). Ceramic Galze Teknology,
Teknology Licau
Seramik (1996); Zainal Abidin Ahmad, Ahmad Badri Ismail,
Shamsull Baharin Jamaludin (penterjemah), USM,
Malaysia.
T. W. Swaddle. (1997). Inorganic Chemistry, Academic
Press, Toronto.

Adlim, Kimia Anorganik


283

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep fotokimia dan aplikasinya dalam kimia


anorganik

INDIKATOR

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan


mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan prinsip dasar fotokimia
2. Menjelaskan peranan sinar pada eksitasi orbital
molekul
3. Menjelaskan pendekatan eksperimen dalam
fotokimia
4. Menjelaskan korelasi antara terms dengan spektra
5. Menjelaskan contoh aplikasi fotokimia dalam kimia
anorganik

Adlim, Kimia Anorganik


284

Adlim, Kimia Anorganik


285

XII FOTOKIMIA

12.1 Pengantar

Teori tentang energi aktifasi sudah dibahas pada kimia


dasar, kimia fisika dan kimia anorganik. Energi aktifasi adalah
energi minimum yang dicapai agar reaksi dapat berlangsung.
Pada beberapa reaksi energi aktifasi sangat rendah, dan reaksi
dapat berlansung walaupun pada temperatur rendah. Namun ada
juga reaksi yang tidak dapat berlangsung di dalam keadaan
gelap, walaupun temperatur sudah dinaikkan beberapa kali lipat
dibandingkan dengan temperatur awalnya. Sebaliknya banyak
senyawa yang dapat terurai menjadi molekul yang lebih kecil
bila terkena sinar matahari.

12.2 Prinsip Dasar Fotokimia

Pada umumnya sinar radiasi menghasilkan panas yang


sangat besar. Misalnya sinar matahari, sinar lampu pijar, senter
dan lain-lain. Tetapi terdapat pula sinar yang dingin yang
disebut luminesen seperti pada lampu luminesen atau mineral
yang biasanya dipakai dalam jam sehingga bercahaya lebih
terang walau disinari dengan sumber cahaya yang jauh lebih
kecil atau tidak disinari sama sekali.
Pada dasarnya sinar terjadi karena eksitasi elektron
dalam benda yang menghasilkan sinar. Agar elektron tereksitasi
diperlukan energi. Lampu pijar diperlukan energi dari bateri
agar elektronnya tereksitasi dan kemudian kembali ke posisi
awalnya sambil memancarkan sinar. Pada benda yang dapat
terjadi luminesen, energi untuk pengeksitasi elektron dapat
berasal dari luar maupun dari benda itu sendiri. Jika sumber
energi itu dari luar atau hanya bercahaya lebih terang jika
disinari maka luminesen jenis ini disebut fluoresen. Contoh

Adlim, Kimia Anorganik


286
dalam diterjen terdapat bahan yang bersifat fluoresen sehingga
jika cucian kena matahari warnanya menjadi lebih terang.
Namun jika sesuatu benda bercahaya sendiri tanpa disinari lebih
dahulu maka tipe luminesen ini disebut fosforesen. Contonya
adalah cat yang mengandung fosfor.
Sinar dapat dinyatakan sebagai kumpulan foton.
Fotokimia hanya dapat terjadi bila foton diserap oleh suatu
molekul. Tidak semua foton diserap oleh molekul dan tidak
semua molekul menyerap foton. Molekul yang tidak
mempunyai kromofor tidak dapat menyerap foton. Kromofor
adalah suatu susunan atom-atom yang menyebabkan dapat
menyerap foton pada panjang gelombang tertentu di dalam
spektrum emisi sumber sinar.

12.3 Penyerapan Sinar dan Orbital Molekul

Orbital molekul adalah gabungan dari beberapa orbital


atom. Orbital molekul biasanya mempunyai notasi : 
(bonding), * (antibonding),  (bonding), * (antibonding), 
(bonding), * (antibonding). Orbital molekul ini mempunyai
urutan tingkat energi yang berbeda-beda, untuk etena urutan
tingkat energi orbital molekul :

HOMO adalah singkatan dari Higest-Occupied Molecular


Orbital atau orbital molekul yang terisi elektron dan yang
mempunyai energi tertinggi. Sedangkan LUMO adalah Lowest-
Unoccupied Molecular Orbital atau orbital molekul yang tidak
terisi elektron. Elektron pada HOMO adalah elektron yang

Adlim, Kimia Anorganik


287
paling jauh dari tarikan ini sehingga bila tersedia energi maka
elektron ini dapat dengan mudah pindah ke LUMO. Jadi
fotokimia dapat terjadi bila sinar yang diberikan mengandung
foton yang mempunyai energi sama dengan energi yang
diperlukan satu elektron pindah dari HOMO ke LUMO. Bila
sinar tidak mengandung foton yang mempunyai energi sebesar
itu maka fotokimia tidak akan terjadi. Bila terjadi perpindahan
elektron dari HOMO ke LUMO maka ada tiga kemungkinan
susunan elektron dalam molekul etena

Berikut ini diagram ekstitasi molekul A dari singlet ground sate


(S0) ke singlet excited state (S1). Molekul B yang tereksitasi
dapat turun ke ground state dengan memancarkan panas atau
sinar (fluorescence) atau menyeberang ke state C triplet excited
state sebelum kembali ke ground state dengan memancarkan
sinar (phosphorescence).

12.4 Hubungan Antara Panjang Gelombang Dengan Energi


Foton
Energi foton dihitung dengan rumus E = c /  , dimana
c adalah kecepatan cahaya dan  adalah panjang gelombang
cahaya. Perbedaan energi (E) dalam kalori per mol untuk
transisi molekul dari ground state ke excited state adalah
(E) = E1 – Eo = h c / , h adalah konstanta Planck (9,534 x 10-
14
kkal det/mol) dan c = 3 x 1017 nm / det ,
maka E = 28600 / .

12.5 Pertimbangan Eksperimen untuk Reaksi


photosensitizion
Kondisi reaksi photosensitizion yang paling ideal ialah
bila molekul yang dirubah tidak mempunyai absorption pada
panjang gelombang tertentu pada saat reaksi photosensitizion

Adlim, Kimia Anorganik


288
berlansung. Jadi jika molekul dan fotosensitizer disinari, maka
hanya elektron fotosensitizer yang mengalami eksitasi dan hasil
reaksinya dihasilkan dari transfer energi.
Tetapi kondisi reaksi menjadi lebih sulit bila spektrum
yang diemisikan dari sumber sinar sebahagian timpang tindih
(overlaps) dengan spektrum absorpsi molekul dan
fotosensitizernya.

Studi kinetik
Perubahan konsentrasi spesies kimia (pada ground state
atau excited state) merupakan fungsi waktu yang dapat analisis
secara eksperimen. Perubahan konsentrasi ini juga merupakan
fungsi dari beberapa variabel untuk zat tertentu misalnya
viskositas pelarut, konsentrasi dari berbagai komponen dalam
reaksi, temperatur dan panjang gelombang radiasi.

Masa hidup (Lifetime) keadaan eksitasi


Molekul yang mempunyai elektron tereksitasi secara
spontan kembali ke tingkat dasar (ground state) :

A* A

Jika tidak diganggu dan molekul melakukan luminesce dalam


larutan encer, maka peluruhan ini mengikuti reaksi orde satu
yang dinyatakan dengan peramaan :
- d [ M* ]
= kLo [ M* ]
dt

Masa hidup luminescence berhubungan dengan konstanta laju


yang dinyatakan dalam persamaan

0L = 1/ kLo
notasi L menunjukkan bahwa peristiwa luminescence, 0 adalah
lambang masa hidup.

Adlim, Kimia Anorganik


289
12.6 Penggunaan Fotokimia

Beberapa jenis detergen pada zaman ini mengandung zat


yang dapat mengalami luminescence setelah sinari matahari.
Dengan demikian warna tekstil yang dicuci detergen tersebut
kelihatan lebih cerah warnanya dibandingkan dengan warna
aslinya.
Dalam fotografi, Nicephore Niepce menemukan bahwa
bila lapisan asphalt yag disebut bitumen ditaburkan pada
permukaan logam maka warnanya berubah dari hitam menjadi
putih bila dikenai sinar. Bitumen tidak lagi larut dalam minyak
lavender. Bitumen yang melarutkan dengan minyak lavender
dituangkan ke logam dan kemudian kemudian bagaian bitumen
yang mengalami polimerisasi dapat dikerok dengan
menggunakan asam. Sedangkan bahan yang sudah mengalami
polimerisasi tidak terpengaruh oleh penambahan asam. Prinsip
inilah yang pakai saat dalam teknologi fotografi.
Beberapa reaksi fotokimia telah dilaporkan yaitu
senyawa 2,3,7,8-tetraklorodibenzo-p-dioksin dapat dirubah
menjadi asam 2-hidroksibenzoat dengan melibatkan sinar
matahari. Selain itu senyawa azo yang dalam gerakan seperti
kupu-kupu , hanya larut dalam pelarut organic dapat
menguncup setelah disinari dan tidak larut lagi dalam pelarut
organik. Sebaiknya bila disimpan dalam kamar gelap senyawa
azo tersebut kembali mekar seperti sayap kupu-kupu. Fenomena
ini dapat dimanfaatkan mengekstrak logam dan kemudian dapat
meregenerasi absorbent hanya dengan penyinaran. Ilustrasi
reaksi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Contoh : 1

Adlim, Kimia Anorganik


290
Contoh : 2

Selain reaksi di atas telah populer di lingkungan masyarakat


bahwa berjemur di matahari pagi baik untuk kesehatan karena
dipercayai dapat merubah provitamin D yang ada dalam tubuh
menjdi previtamin D dan kemudian beruba menjadi vitamin D
sebagaimana reaksi berikut ini

12.7 Reaksi Fotokimia Dalam Kimia Anorganik

Penyerapan foton dapat meningkatkan energi senyawa


kompleks antara 170 hingga 600 kJ mol-1. Energi sebesar ini
biasa lebih besar dari energi aktifasi maka reaksi alur reaksi
baru sangat memungkinkan terjadi. Walaupun proton berenergi
tinggi dapat digunakan untuk memulai reaksi ke kanan dan
berlangsung spontan, tapi reaksi sebaliknya sering kali tidak
spontan. Dengan demikian maka sistem reaksi fotokimia ini
sering digunakan untuk menghindari terjadinya reaksi balik.

Adlim, Kimia Anorganik


291

(1) Reaksi yang Berlangsung Cepat dan Lambat


Beberapa keadaan eksitasi dapat terdisosiasi dengan
cepat. Sebagai contoh ialah pembentukan intermediate
pentakarbonil yang memulai terjadinya substitusi ligand pada
karbonil.

hv
Cr(CO)6 Cr(CO)5 + CO
Intermediate

Contoh lainnya pada pemutusan ikatan Co-Cl dalam reaksi :

hv ( < 350 nm)


[ CoIII (NH3)5Cl ]2+ [ CoII(NH3) ]2+ +  Cl

kedua reaksi ini berlangsung kurang dari 10 piko detik sehingga


disebut reaksi cepat (prompt reactions).
Sementara itu ada juga keadaan tereksitasi yang
berlangsung lambat yaitu bila kecepatannya Lebih besar atau
sama dengan 10 piko detik. Contoh reaksi ini :

[ RuII (bipy)3 ]2+ + hv (590 nm) [ #Ru(bipy)3 ]2+

(2) Fotokatalis
Fotokatalis adalah katalis yang akan bersifat aktif
dengan menggunakan sinar cahaya elektromagnetik khususnya
cahaya matahari. Oksida-oksida logam seperti TiO2 dapat
menyerap sinar dan sekaligus menguraikan sebahagian molekul
air menjadi radikal hidroksida OH dan anion superoksida O2-1
yang dapat menguraikan senyawa organik volatil dan limbah
organik beracun menjadi CO2 dan uap air pada temperatur
kamar dengan bantuan sinar UV atau ultra violet dekat. Prinsip
kerja katalis dapat dilihat pada Gambar 12.1

Fotokatalis mempunyai beberapa keunggulan dibanding katalis


konvensional yaitu :

Adlim, Kimia Anorganik


292
(1) menghancurkan polutan menjadi molekul air dan karbon
dioksida yang tidak
beracun.
(2) proses katalisis dapat dilakukan pada temperatur kamar
dan tekanan rendah
(3) tersusun dari bahan-bahan yang ada dilingkungan dan
mudah dirangkai
(4) murah dan menggunakan yang menggunakan energi
yang rendah
(5) dapat digunakan untuk sampel yang besar

Reaktor katalis telah dirancang dengan berbagai rupa. Bahkan


ada bentuk yang paling sederhana ialah jeregen yang terbuat
dari bahan katalis TiO2, nanopartikel Ag, serta SiO2 yang
dicampur dengan polimer untuk menghasilkan jeregen yang
semi transparan. Jerengen ini bukan saja sebagai tempat
menyimpan limbah melainkan menjadi reaktor untuk merubah
limbah organik menjadi air dan gas karbon dioksida.
Bentuk reaktor yang lebih canggih ialah berupa tabung
yang terbuat dari bahan fotokatalis dan berongga sehingga dapat
dilewati oleh pollutan. Di dalam rongga itu terjadi reaksi
pengikatan bahan pencemar oleh partikel katalis dan kemudian
disinari untuk merubah polutan menjadi air dan karbon
monoksida seperti Gambar 12.2.

www.photocoat.com/index php ? pr=Tio2_Application


Gambar 12.1 Proses aktifasi fotokatalis TiO2

Adlim, Kimia Anorganik


293

Gambar 12.2 Reaktor fotokatalis yang berongga

Kegunaan fotokatalis secara umum dapat digambarkan sebagai


berikut :
(1) Penyernihan Udara
Polutan seperti gas NO, SO2 dan formaldehid dapat
didekomposisi oleh fotokatalis
(2) Penghilangan warna
Polusi asetaldehid, ammonia dan hidogen sulfida dapat
dihilangkan
(3) Penghilangan zat kontaminan yang melekat pada
permukaan asap rokok
(4) Pemurnian air
(5) Sterilisas bakteri

Soal-soal
1. Jelaskan proses terjadinya reaksi fotokimia secara umum
2. Apakah foton dengan sembarang energy dapat
menyebabkan reaksi fotokimia, berikan alas an!.
3. Hal-hal apasaja yang harus dipertimbangkan dalam
menyusun eksperimen photosensitizion
4. Tuliskan beberapa contoh senyawa photosynthesizer
5. Jelaskan proses terjadi luminescence dan
phosphorescence

Adlim, Kimia Anorganik


294
6. Jelaskan beberapa contoh penerapan reaksi fotokimia.
7. Jelaskan contoh reaksi fotokimia dalam kimia
anorganik.

Daftar Pustaka

1. Kagan J, Organic Photochemistry, prisiples and


Aplication, Academic Press, Toronto, 1993.
2. Shriver, D. F. , P.W. Atkints, dan C.H. Langford,
Inorganic Chemistry, W.H.Feeman and Company,
New York, 1990.

Adlim, Kimia Anorganik


295

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep-konsep bioanorganik terutama peranan ion


logam dalam kehidupan biologi dan pencemaran lingkungan.

INDIKATOR

Setelah proses pembejaran ini selesai diharapkan


mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan klasifikasi parsial biomolekul logam
berdasarkan fungsi biologinya.
2. Menerangkan pembentukan kompleks porfirin berkaitan
dengan fungsi biologisnya.
3. Menerangkan struktur hemoglobin dan mioglobin
berkaitan dengan fungsinya sebagai pengangkut oksigen.
4. Menjelaskan perbedaan mendasar fungsi hemoglobin dan
mioglobin.
5. Menerangkan struktur dan fungsi sitokrom.
6. Menjelaskan fungsi berbagai metalloenzim.
7. Menjelaskan enzim-enzim yang berperan dalam fiksasi
nitrogen.
8. Menjelaskan berbagai unsur logam dan nonlogam yang
dapat merubah sistem biologi dan menjelaskan bahaya
serta pencemaran yang diakibatkannya.

Adlim, Kimia Anorganik


296

Adlim, Kimia Anorganik


297

XIII BIOANORGANIK

13.1 Pengantar

Banyak orang tidak menyadari bahwa bahan kimia


anorganik diperlukan oleh tubuh. Penyakit anemia biasanya
diobati dengan obat berbagai merek namun koposisi obat itu
biasanya adalah FeSO4 atau FeC2O4 merupakan bahan kimia
anorganik. Demikian juga senyawa anorgaik lainnya seperti Cis
platin atau Pt(NH3)2Cl2 telah dimanfaatkan sebagai obat
kelainan mental. Kekurangan mineral mangan (Mn) dapat
menyebabkan kemandulan. Namun banyak juga kasus
keracunan karena limbah logam berat. Dengan demikian logam
mana yang diperlukan oleh tubuh? Bagaimana fungsi-
fungsinya? Dalam bentuk/senyawa apa yang ditemukan dalam
sel? Menjadi bidang kajian dalam ilmu bioanorganik.
Telah dibuktikan bahwa ada 30 unsur (lihat unsur yang
diarsir pada diagram berikut ) telah diidentifikasikan bermanfaat
dan berperan penting dalam kehidupan. Kegunaan unsur-unsur
tersebut dikelompokkan dalam 4 kategori; (1) penyusun
(struktur) (unsur penyusun protein; kalsium untuk tulang, gigi
dan cangkang. (2) kegunaan energi dan simpanan makanan
(fosfor dalam adenosin fosfat). (3) bahan transport dan
cadangan/simpanan (misalnya O2 oleh kompleks besi dan
tembaga. (4) pengkatalis/mempercepat reaksi (umumnya
kompleks magnesium dan kompleks logam transisi).

Adlim, Kimia Anorganik


298

Symptom atau gejala/tanda-tanda kekurangan mineral


diantaranya adalah kejang-kejang otot jika kekurangan
magnesium, anemia merupakan gejala kekurangan mineral besi
dan kemandulan jika kekurangan mineral magnesium.
Tubuh manusia mengandung mineral logam maupun
non logam yang terdapat alam tulang, darah dan organ-organ
tubuh. Komposisi mineral tersebut dalam tubuh manusia dengan
berat bada 70 kg sebagai berikut :

Logam Berat Logam Berat Non logam berat


Ca 1000 g Sn 20 mg Oksigen 45.500 g
K 140 g V 20 mg Karbon 12.600 g
Na 100 g Cr 14 mg Hidrogen 7.000 g
Mg 25 g Mn 12 mg Nitrogen 2.100 g
Fe 4,2 g Mo 5 mg Fosfor 700 g
Zn 2,3 g Co 3 mg
Cu 7,2 mg Ni 1 mg

Unsur/mineral tersebut memiliki berbagai funsi diantaranya


adalah termasuk bahan penyusun DNA, tulang (Ca, Mg, Zn dan
Si). Sebagai pembawa perintah/informasi dalam sistem syaraf
(Na, K, Ca, Mg), mengaktifkan enzim (Mg, Ca). Penyusunan,
metabolisme dan penghilangan senyawa organik yang
dikatalisis oleh asam dan basa Lewis (Zn, Mg). Tansfer elektron
(konversi energi) (Fe(II)/Fe(III)/Fe(IV). Berfungsi mengikat,
mengantarkan dan menyimpan serta mengkonversi melekul
kecil seperti O2 (Fe, Cu), N2 dikonversi oleh Fe, Mo, V menjadi
amonia. CO2 direduksi menjadi metana oleh Ni dan Fe. Ion Na+

Adlim, Kimia Anorganik


299
dan K+ berperan penyeimbang elektrolit dalam cairan tubuh. Ion
Ca2+ merupakan mineral penting dalam fungsi otot dan sebagai
senyawa hidroksiapatit dalam stuktur tulang. Sedangkan kobalt
amin dan magnesium masing-masing merupakan komponen
penyusun struktur vitamin B12 dan klorofil.
Unsur non logam lainnya juga mempunyai peranan
penting dalam sistem biologi. Flour (F) ditemukan sebagai
flouroapatit yaitu komponen penyusun gigi. Sedangkan I-
merupakan berperan dalam hormon tyroid.
Unsur/senyawa lainnya yang tidak terdapat dalam tubuh
tapi digunakan sebagai pengobatan atau diagnosa penyakit telah
pula digunakan di zaman modern ini. LiCO3 dalam dosis yang
rendah digunakan sebagai obat depressi (kelainan jiwa). Ion
gadolinium (Gd3+) adalah mineral yang digunakan sebagai
bahan pewarna/penanda (contrast agent) yang diinjeksikan ke
dalam tubuh pasien yang akan didiagnosa penyakit tumornya
dengan alat MRI. Selain itu barium sulfat yang dikenal sebagai
barium meal (makan barium) termasuk bahan pewarna
(penanda) yang harus dikonsumsi oleh pasien yang sebelum
lambungnya dirontgen. Technetium-99m atau 99mTc yang
mempunyai waktu paruh hanya 6 jam digunakan sebagai
pewarna pada diagnosi penyakit tyroid
Selain unsur yang esensial, banyak unsur lainnya yang bersifat
racun bagi makhluk hidup jika kuantitas yang masuk ke dalam
tubuh di atas ambang tertentu. Keracunan terjadi biasanya
muncul tiga cara:
(1) Menghalangi sisi aktif beberapa biomolekul. Karbon
monoksida CO, CN-, H2S dan PH3 dapat terikat dengan
kuat ke hemoglobin (HB) sehingga memperlemah ikatan
O2 yang diperlukan oleh tubuh sehingga molekul HB ini
lagi tidak dapat mengikat O2 yang akibatnya besifat fatal
terhadap kehidupan.
(2) Menggantikan logam yang esensial bagi tubuh. Logam
yang tidak diperlukan tubuh tapi sifatnya sama dengan
sifat logam yang esensial biasanya bersifat racun.
Misalnya barium (dalam bentuk terlarut) bersifat racun
karena dapat menggantikan kalsium yang esensial bagi

Adlim, Kimia Anorganik


300
tubuh. Demikian juga kadmium bersifat racun karena
dapat menggantikan seng dalam enzim tertentu.
(3) Memodifikasi struktur molekul. Dalam molekul protein
terdapat nitrogen, oksigen dan sulfur yang berfungsi
sebagai ligan untuk ion logam. Namun demikian ikatan
hidrogen dan juga intraksi antar molekul yang
menentukan konformasi struktur protein berubah bentuk
setelah terjadi ikatan koordinasi dengan logam.
Akibatnya terjadi peubahan ukuran molekul dan sering
pula menjadi tidak lagi aktif.
Secara urutan sifat racun adalah Te > Se > Be > V > Cd
> Ba > Hg > TI > As > Pb > Sn > Ni > etc. Urutan agak
berubah tergantung pada jenis organisme.

Biomolekul logam dapat diklasifikasikan menurut fungsi


biologinya. Biomolekul logam dikelompokkan dalam tiga
kelompok yaitu pengangkut dan penyimpan protein, enzim dan
non protein. Menurut fungsinya kelompok pengangkut dan
penyimpan protein mempunyai tiga macam yaitu pembawa
elektron (electron carriers), penyimpan, pembawa dan
penyusun logam dan pengikat oksigen. Enzim bersifat sebagai
katalis biologi dan non protein mempunyai fungsi photo-redoks
dan pengangkut dan penyusun logam.

13.2 Senyawa Porfirin

Keterlibatan ion-ion logam dalam sistem biologi umumya


terjadi dalam pembentukan senyawa kompleks dengan suatu
jenis ligan makrosiklik alam yang disebut porfirin. Cincin
porfirin terdiri dari sebuah sistem pirol makrosiklik dengan
ikatan rangkap terkonjugasi dengan beberapa subtituen pada
pinggirnya seperti pada Gambar 13.1. Porfirin bisa menyerap
dua ion hidrogen untuk membentuk ion +2 atau melepaskan dua
proton untuk menjadi ion –2. Bentuk ion –2 dipakai oleh
porfirin untuk membentuk komplek porfirin dengan ion-ion
logam (biasanya logam divalen), senyawanya sering disebut
metalloporfirin.

Adlim, Kimia Anorganik


301
Senyawa komplek porfirin atau turunannya mempunyai
peranan penting dalam beberapa proses biologi yang berbeda.
Jika bilangan oksidasi, atau logamnya, atau sifat subtituen
organik pada struktur porfirinnya berbeda, maka fungsinya
dapat berbeda pula.
Jarak ikatan antara atom N dengan atom pusat (atom
transisi baris pertama) diperkirakan sekitar 200 pm. Ukuran
lobang tengah pada pusat cincin porfirin ideal untuk
memasukkan logam-logam transisi baris pertama tersebut.

Diagram Klasifikasi partial biomolekul logam berdasarkan


fungsi biologinya.

Adlim, Kimia Anorganik


302

Gambar 13.1. Struktur porfirin dan turunannya

Sistem cincin porfirin agak kaku, kekakuan dalam cincin


porfirin disebabkan oleh delokalisasi elektron-elektron  dalam
lingkaran pirol. Meskipun demikian, jika atom logam sangat
kecil seperti pada nikel porfirinat, cincin akan mengkerut
sehingga memungkinkan atom-atom nitrogen bergerak
mendekati logam. Sebaliknya jika atom logam sangat besar,

Adlim, Kimia Anorganik


303
logam tidak bisa masuk ke dalam “hole” dan tetap berada di
atas cincin sehingga membentuk puncak.
Kestabilan dari kompleks porfirin dengan ion logam +2
sesuai dengan teori deret sifat basa Irving-Williams, yaitu deret
kenaikan kestabilan ion logam +2 yang disebabkan oleh
naiknya keasaman ion logam (biasanya karena berkurangnya
jari-jari). kecuali dengan ligan segi empat planar, ion Ni2+ lebih
cendrung konfigurasinya d8 atau bermuatan +2. Kecendrungan
kestabilannya adalah Ni2+>Cu2+>Co2+>Fe2+>Zn2+.

Hemoglobin dan Mioglobin


Protein hemoglobin dan mioglobin berfungsi sebagai
pengangkut dan penyimpan oksigen. Sisi aktif pada ke dua
protein ini adalah kelompok heme planar seperti ilustrasi pada
Gambar 13.2 berikut ini :

Fungi hemoglobin (Hb) adalah untuk mengikat O2 pada


tekanan tinggi dan mengangkutnya melalui darah ke daerah
yang diperlukan termasuk ke mioglobin (Mb) yang berfungsi
sebagai penyimpan oksigen.

Gambar 13.2 Gugus Heme


Reaksi ini dapat digambarkan :
Hb + 4O2 Hb(O2)4
Hb(O2)4 + 4Mb 4Mb(O2) + Hb

Hemoglobin mempunyai berat molekul sekitar 65000,


terdiri dari empat buah sub unit mioglobin, dimana dua

Adlim, Kimia Anorganik


304
mioglobin berbeda dengan dua yang lain. Pada setiap sub unit,
sebuah molekul oksigen dapat berikatan pada atom besi,
sehingga membentuk kompleks besi heksakoordinat.
Mioglobin, terdiri dari satu globin dan satu group heme.
Mioglobin hanya memiliki satu buah atom Fe, berat molekulnya
sekitar 17000 dan mengikat oksigen jauh lebih kuat dibanding
hemoglobin. Struktur mioglobin dapat dilihat dilihat pada
Gambar 13.3

Gambar 13.3 Skema molekul mioglobin

Hemoglobin membawa oksigen melalui sistem


peredaran darah dari paru-paru ke jaringan. Di sana oksigen
diserahkan kepada mioglobin, dan mioglobin akan menyimpan
oksigen tersebut sampai dibutuhkan dalam proses metabolisme.
Ketika oksigen ditransfer dari hemoglobin, posisi oksigen
digantikan oleh sebuah molekul air, kemudian bagian protein
dari hemoglobin mengabsorbsi H+. Secara tidak langsung hal
ini akan menolong penghilangan CO2 dari jaringan, karena CO2
akan dikonversikan menjadi HCO3- dan H+. Darah akan
memindahkan ion HCO3- yang larut dan hemoglobin
memindahkan H+. Darah kembali ke jantung melalui vena,
kemudian dipompa ke paru-paru, dimana ion HCO3- dikonversi
kembali menjadi CO2 yang akhirnya dikeluarkan ke udara
melalui pernafasan. Darah kembali mengangkut oksigen dan
proses ini berlangsung kembali.

Adlim, Kimia Anorganik


305
Sifat hemoglobin yang sangat menonjol adalah dalam hal
pengikatan oksigen (autokatalitik). Pada tekanan rendah
mioglobin mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap O2
dibandingkan hemoglobin. Konstanta kesetimbangan mioglobin
KMb lebih besar dari konstanta kesetimbangan hemoglobin KHb.
Effek ini terlihat jelas pada kurva pengikatan oksigen berikut ini

[ Mb(O2 )]
K Mb 
[ Mb][O2 ]
[ Hb(O2 ) 4 ]
K Hb 
[ Hb][O2 ]2.8

Gambar 13.4. Kurva Pengikatan Oksigen pada Mioglobin


dan Hemoglobin oleh pengaruh tekanan O2

Pada konsentrasi oksigen tinggi, hemoglobin dan


mioglobin mengikat oksigen dengan kekuatan yang hampir
sama kuat. Pada konsentrasi oksigen yang rendah seperti dalam
otot ketika atau setelah aktifitas otot, hemoglobin tidak kuat
mengikat oksigen, maka hemoglobin akan memberikan
oksigennya kepada mioglobin. Perbedaan pengikatan oksigen
antara keduanya terlihat menonjol pada pH rendah. Pada pH
rendah transfer dari hemoglobin ke mioglobin lebih cendrung
terjadi, pada saat oksigen sangat dibutuhkan yaitu pada jaringan
dimana oksigen sudah dikonversi menjadi CO2.
Kurva pengikatan oksigen pada hemoglobin
menunjukkan bahwa keempat sub unit hemoglobin tidak
bekerja secara terpisah, tapi saling berkomunikasi satu sama
lain. Ketika satu gugus heme bereaksi dengan molekul oksigen,
kemampuan tiga grup heme yang tersisa untuk bereaksi dengan
oksigen bertambah.

Adlim, Kimia Anorganik


306
Hb + 4 O2  Hb(O2)4

Faktor penting dari peran hemoglobin sebagai pembawa


oksigen adalah prosesnya yang reversibel. Jika komplek
oksigen yang terbentuk sangat stabil, maka akan banyak sekali
energi yang harus dibebaskan dalam jaringan dan menyisakan
sedikit energi ketika oksigen dibebaskan dalam otot. Bentuk
oksigenasi ini disebut oksihemoglobin dan bentuk reduksinya
disebut deoksihemoglobin.

Hb(O2)4 + 4Mb 4Mb(O2) + Hb

Transfer O2 yang dilakukan oleh Hb terjadi karena hanya


melibatkan Fe(II) bukan Fe(III). Seandainya seseorang
keracunan gugus lain seperti CO, CN- dan PF3 maka gugus ini
juga dapat diikat oleh Hb bahkan dapat mengisi posisi O2 atau
berkompetisi dengan O2 sehingga dapat menyebabkan
kematian. Ikatan koordinasi Hb dengan polutan ini bersifat
refersibel namun lebih kuat. Sedang Fe (II) dalam Hb dapat
membentuk kompleks irreversible dengan ion CN-. Ligan-ligan
di atas akan mereduksi atau mencegah tranfer oksigen dan dapat
menyebabkan kematian.

13.3 Sitokrom

Sitokrom terdapat dalam beberapa macam, namum


secara umum digolongkan sebagai sitokrom a, sitokrom b, dan
sitokrom c. Semua sitokrom disusun oleh empat unit heme, dan
mempunyai berat molekul sekitar 12.400 dalton. Sama halnya
dengan homoglobin¸ Fe terikat kepada empat buah atom N
dalam setiap cincin porfirin, dan posisi ke limanya diisi oleh
sebuah atom N dari asosiasi protein. Bagian struktur sitoktrom
yang sangat berbeda adalah posisi ke enam yang biasanya diisi
oleh sebuah atom S dari sebuah asam amino seperti metionin,
yang juga merupakan bagian dari protein.

Adlim, Kimia Anorganik


307

Sitokrom terlibat dalam pembebasan energi melalui


oksidasi glukosa dengan molekul O2 dalam mitokondria mahluk
hidup. Sitokrom teroksidasi secara reversibel, karenanya ia
berperan sebagai pembawa elektron. Atom Fe-nya berada
dalam keadaan spin rendah¸ dan berubah secara reversibel
antara bilangan oksidasi (+2) dan (+3). Sitokrom a, b dan c
mempunyai potensial reduksi yang berbeda dan ketiga-tiganya
terlibat dalam reaksi secara berurutan yaitu b, c, a.

Tabel 13.1 Potensial reduksi (Eo) sitokrom


Sitokrom Potensial reduksi
Sitokrom b 0.04 V
Sitokrom c 0.26 V
Sitokrom a 0.28 V

Adlim, Kimia Anorganik


308

13.4 Klorofil
Klorofil mempunyai cincin porfirin dan merupakan
pigmen hijau yang terdapat pada tumbuhan. Klorofil
mengandung magnesium dan berfungsi memulai proses
fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil menyerap cahaya
merah, mentransfer elektron kepada molekul tetangganya, dan
dengan suatu reaksi yang kompleks, akhirnya mentransfer
energi cahaya tersebut dalam proses metabolik tumbuh-
tumbuhan. Reaksi keseluruhannya adalah:
2H2O O2 + 4H+ + 4e-
CO2 + 4H+ + 4e- [CH2O]n + H2O

dimana [CH2O]n adalah gula, karbohidrat, dan selulosa yang


disintesa dalam tumbuhan.
Senyawa lainnya yang mengandung ion logam adalah
ferredoksin yang juga terlibat dalam reaksi transfer elektron
pada fotosintesis. Ferredoksin adalah sebuah senyawa besi-
sulfur yang mempunyai sisi aktif yang biasanya disingkat
Fe2S2(cys)4, dimana cys adalah cystein. Diperkirakan
strukturnya mempunyai Fe(II) dan Fe(III) dalam jembatan
tetrahedral dengan ion sulfida dan terikat dalam protein dengan
ikatan Fe-S pada cystein seperti ilustrasi pada Gambar 13.4.

Gambar 13.4 Struktur Fe yang terikat pada gugus sulfida


protein

Adlim, Kimia Anorganik


309
13.5 Enzim

Enzim adalah molekul protein besar yang dapat


mengikat paling sedikit satu pereaksi (substrat) dan
mengkatalisis suatu reaksi biokimia. Enzim sangat penting
sebagai katalis, karena dapat mempercepat reaksi menjadi 106
kali lebih cepat dibandingkan laju tanpa katalis, atau bahkan
dibandingkan laju dengan menggunakan katalis nonenzim
konvensional.
Enzim tidak hanya mengontrol laju reaksi, tetapi juga
dapat menurunkan energi aktivasi. Sebuah sistem ikatan kimia
yang reversibel dan dapat bergabung dengan suatu enzim pada
reaksi tertentu dan kemudian dilepaskan enzim tersebut dan
kemudian bergabung dengan zat lainnya disebut coenzim.
Beberapa enzim terdapat satu atau lebih logam dalam
struktur normalnya, dan sering disebut metalloenzim. Ion
logam tidak hanya ikut serta ketika kompleks enzim-substrat
ada, melainkan juga merupakan bagian permanen dari enzim.
Atom logam yang terdapat pada enzim berada pada sisi aktif
atau sangat dekat dengan sisi aktif. Jika terdapat lebih dari satu
atom logam, minimal salah satu atom logam tersebut berada
pada posisi aktif.
Logam-logam yang paling umum terdapat dalam enzim
adalah Zn, Fe, dan Cu, selain itu terdapat juga Ca, Mn dan Mo
namun tidak terlalu umum. Sedangkan Co2+, meskipun terdapat
dalam metaloenzim seng, keberadaannya dalam enzim asli
sangat langka.
Katalis biologi yaitu enzim telah menjadi pusat
perhatian para peneliti dan menjadi altenatif katalis dalam
industri karena dapat diperbaharui dan dapat dioperasikan pada
teperatur biasa. Ragi misalnya sudah sejak lama dikenal sebagai
sumber enzim yang menkonversi karbohidrat (gula) menjadi
etanol. Selain itu enzim telah pula digunakan dalam pemisahan
campuran resemik ibuprofen yaitu komponen utama dalam obat
anti nyeri anti-inflammatoy dan analgesic. Dalam proses
produksinya dihasilkan campuran resemik yaitu isomer-S dan
isomer-R ibuprofen. Tenyata isomer-S seratus kali lebih aktif
sebagai obat dibandingkan dengan isomer-R nya. Jika campuran

Adlim, Kimia Anorganik


310
resemiknya hidrolisis dengan bantuan enzim, maka hanya
isomer-S yang terhidrolisis sedangkan isomer-R tidak berubah.
Dengan demikian isomer-S dapat dipisahkan oleh campuran
resemiknya untuk menghasilkan obat yang lebih efektif.
Asam heksanoat biasanya disintesi dari proses
dehidrogenasi benzena dengan katalis nikel. Dalam proses ini
dihasilkan N2O yang sukar dipisahkan dari sistem reaksi.
Penelitian yang dikenal Drafhs-Frost sintesis berhasi
mensintesis asam mukonat dari glukosa dengan bantuan bakteri.
Senyawa mukonat kemudian dikonversi menjadi asam
heksanoat.

Metalloenzim Seng
Sekitar 20 metaloenzim seng sudah diketahui, yang
paling penting adalah karbonat anhidrase (BM = 30.000 dalton;
1 Zn) dan karboksipeptidase (BM = 34.300 dalton; 1 Zn).
Karbonat Anhidrase adalah enzim yang terdapat dalam sel-
sel darah merah dan mengkatalisis dehidrasi ion bikarbonat dan
hidrasi CO2:
Adlim, Kimia Anorganik
311
OH- + CO2 HCO3-
Tanpa enzim reaksi ini berlangsung sangat lambat untuk
kebutuhan fisiologis.
Karboksipeptidase adalah enzim yang terdapat pankreas
binatang menyusui¸ mengkatalisis hidrolisis peptida yang
terikat pada ujung karboksil suatu rantai peptida,

-R”CH-CONH-CHR’-CONH-CHRCOO- + H2O
-R”CH-CONH-CHR’-CO2- + H3N+CHRCOO-

Enzim ini lebih suka memilih substrat tertentu yang rantai


samping R adalah aromatik, yaitu –CH2C6H5 atau –
CH2C6H4OH.

Metaloenzim Tembaga dan metaloprotein lainnya


Meskipun sudah lebih dari 15 jenis metalloenzim telah
diisolasi, namun tidak ada satupun struktur atau fungsinya
dimengerti dengan jelas secara kimia. Enzim tembaga yang
paling banyak adalah oksidase¸ yaitu enzim yang mengkatalisis
oksidasi. Contoh-contohnya adalah:
1. Asam askorbat oksidase (BM=140.000 dalton; 8 Cu)
tersebar secara luas dalam tanaman dan
mikroorganisme, ia mengkatalisis oksidasi asam
askorbat (Vitamin C) menjadi asam dehidroaskorbat.
2. Sitokrom oksidase, penerima elektron terminal dalam
jalur oksidatif sel mitokondria, enzim ini juga
mengandung heme.
3. Berbagai Trisionase, yang mengkatalisis pembentukan
pigmen (melanin) dalam sekelompok tanaman dan
binatang.

Pada binatang tingkat rendah, seperti kepiting dan


cacing, molekul pembawa oksigen adalah protein yang
mengandung tembaga hemosianin (meskipun tidak mengandung
gugus heme), yang memiliki berat molekul yang sangat besar,
dan nampak terikat pada sebuah molekul O2, setiap dua atom
Cu.

Adlim, Kimia Anorganik


312
13.6 Fiksasi Nitrogen

Molekul nitrogen, N2, tidak mempunyai respon terhadap


reaksi kimia biasa, dan disebut juga sebagai sebagai gas inert
yang hampir sama dengan gas mulia. Energi ikatan rangkap
tiganya yang sangat besar (945 kJ/mol) cenderung menjadi
penghalang besar. Agar nitrogen bereaksi dengan senyawa lain
diperlukan kondisi yang kaya energi untuk mengatasi energi
aktvasinya yang sangat besar.

Fiksasi Nitrogen In Vitro (di luar sel)


Penemuan bahwa nitrogen dapat membentuk kompleks
yang stabil dengan logam-logam transisi mendorong ilmuan
untuk mengadakan investigasi tentang kemungkinan fiksasi
nitrogen melalui kompleks. Penemuan selanjutnya adalah
kompleks posfin dari Molibdenum dan tungsten yang
mengandung dinitrogen mudah menghasilkan amonia dalam
media asam:

[MoCl3(thf)3] + 3e- +2N2 + dppe (berlebih)


[Mo(N2)2(dpe)2] + 3Cl-
[Mo(N2)2(dpe)2] + 6H+ 2NH3 + N2 + MoVI
(produk)

dimana thf = tetrahydrofuran,


dppe = 1,2-bis(diphenylphosphino)ethane, Ph2PCH2-CH2PPh2
Kedua reaksi di atas berlangsung pada temperatur kamar dan
tekanan atmosfer, pereduksinya adalah pereaksi Grignard.

Fiksasi Nitrogen In Vivo (di dalam sel mahluk hidup)


Ada beberapa jenis bakteri dan alga hijau kebiruan yang
dapat melakukan fiksasi nitrogen secara in vivo. Spesies
terpenting yang dapat memfiksasi nitrogen secara in vivo adalah
spesies mutualistik dari Rhizobium yang hidup pada ujung akar
dari bermacam-macam spesies legumes (semanggi, buncis, dll).
Enzim aktif dalam fiksasi nitrogen adalah nitrogenase,
namun pada setiap spesies, enzimnya berbeda, namun secara
umum sama. Digolongkan dalam dua jenis protein, yang lebih

Adlim, Kimia Anorganik


313
kecil mempunyai berat molekul 57.000-73.000 dalton,
mengandung kelompok-kelompok Fe4S4. Jenis protein yang
lebih besar adalah sebuah  2  2 tetramer dengan berat molekul
antara 220.000-240.000 dalton, mengandung dua atom
molibdenum, sekitar 30 atom besi, dan sekitar 30 ion sulfidaa
yang labil. Kelompok besi-sulfur kemungkinan berperan
sebagai pusat redoks.

13.7 Senyawaan Kimia Anorganik dalam Sistem


Biologi

Pembahasan tentang sistem metaloporfirin dan sistem


metalloenzim menunjukkan pentingnya unsur-unsur tertentu
dalam reaksi kimia pada makhluk hidup. Unsur-unsur tertentu
sangat diperlukan (esensial) untuk proses kehidupan, beberapa
unsur-unsur lain tidak penting, karena tidak berperan positif
dalam sistem biologi.`

Merkuri
Merkuri dan Timbal adalah dua logam yang mendominasi
pencemaran lingkungan, meskipun telah diupayakan usaha
penanggulangannya, namun namun masih saja menjadi
permasalahan serius.
Kontaminasi dan keracunan merkuri menjadi masalah pada
Laboratorium Kimia dan Fisika. Ketika merkuri cair dalam
jumlah banyak digunakan dalam manometer, pompa Toepler,
dan pompa difusi merkuri vakum, tumpahan merkuri tidak bisa
dihindari. Ketika cairannya dalam bentuk tetesan-tetesan kecil,
membersihkannya sangat-sangat sukar dan kontaminasinya
masih saja tertinggal meskipun usaha pembersihan sudah
maksimal. Akibatnya uap merkuri tetap ada dalam
laboratorium dan dapat menyebabkan reaksi beracun.
Beberapa proses industri menggunakan merkuri dalam
jumlah yang banyak, dan kemungkinan untuk tumpah dan
terbebaskan ke lingkungan sangat besar. Salah satu industri
yang menggunakannya dalam skala yang sangat besar adalah
industri klor-alkali, dimana merkuri digunakan sebagai

Adlim, Kimia Anorganik


314
elektroda untuk elektrolisis air laut menjadi gas klorin dan
natrium hidroksida:

2H2O + 2e- H2 + 2OH- dan 2Cl- Cl2 + 2e-

Dalam tragedi Minamata (Jepang), senyawaan merkuri


dilepaskan ke sungai oleh sebuah pabrik plastik, meskipun
garam anorganik atau metilmerkuri tersebut konsentrasinya
sedikit, namun kontaminasinya luar biasa dan metilmerkuri
ditemukan dalam lumpur, binatang dan manusia. Metilmerkuri
dalam jumlah kecil dikonsumsi oleh tumbuhan dan hewan
dalam air, organisme ini kemudian dimakan oleh organisme
yang lebih besar, sehingga semua yang terlibat dalam rantai
tersebut terkontaminasi oleh merkuri. Konsentrasi merkuri
dalam setiap predator menjadi lebih besar, menunjukkan bahwa
semakin besar ikan yang dimakan manusia, semakin banyak
merkuri yang dikonsumsinya.
Pada mulanya, merkuri yang berada dalam danau dan
sungai diperkirakan tidak bereaksi, namun kemudian diketahui
bahwa logam merkuri yang tidak larut dapat dikonversi menjadi
metilmerkuri yang larut dengan melibatkan metilkobalmin,
sehingga semakin banyak sumber logam beracun yang menjadi
masalah bagi makhluk hidup.
Ketika merkuri dalam industri diperlakukan dengan
lebih aman dan kontaminasinya cenderung sudah lebih
terkontrol, namun penggunaan merkuri justru meningkat dalam
batere-batere kecil dan produk-produk lain yang secara
keseluruhan meningkatkan distribusi merkuri. Teknik
antisipasinyapun harus lebih difokuskan pada kontaminasi
logam-logam berat di atmosfir dari hasil pembakaran-
pembakaran sampah. Logam berat termasuk merkuri harus
dihilangkan dari sampah sebelum dibakar.

Timbal
Timbal adalah salah satu logam yang menyebar luas di
lingkungan, pencemaran ini umumnya disebabkan oleh aktifitas
manusia. Dua sumber terbesar timbal di lingkungan adalah
pada pewarna cat dan bensin-bertimbal, walapun pada saat

Adlim, Kimia Anorganik


315
penggunaan timbal produk-produk ini sudah dikurangi. Timbal
putih [basa timbal karbonat, 2 PbCO3. Pb(OH)2] digunakan
sebagai pigmen cat selama bertahun-tahun, gedung-gedung tua
masih menyisakan cat yang mengandung timbal.
Sama dengan merkuri, timbal dapat mempengaruhi aksi
saraf dan menyebabkan keterbelakangan mental dan masalah-
masalah mental lainnya. Di beberapa kota, permasalahan racun
timbal umumnya didapat pada anak-anak. Solusi terhadap
permasalahan ini ialah yang menciptakan produk baru tanpa
timbal dan bahan beracun lainnya.
Tetraetil Lead (TEL), Pb(C2H5)4, dulunya digunakan
sebagai senyawaan anti knocking dalam bensin, sehingga timbal
dalam bensin didistribusikan ke lingkungan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tanah dan tumbuh-tumbuhan di
sekitar jalan terdapat kadar timbal yang semakin bertambah.
Peraturan-peraturan tentang pelarangan penggunaan
bensin mengakibatkan munculnya perubahan-perubahan pada
mesin bermotor dan industri pemurnian bensin. Pada knalpot
kenderaan terdapat katalis yang menkonversi gas CO yang
berbahaya menjadi CO2 yang lebih aman. Logam-logam yang
sering digunakan adalah platina, palladium dan nikel. Mobil-
mobil yang menggunakan pengkonversi katalitik ini hanya
boleh menggunakan bensin tanpa timbal sebab timbal akan
meracuni/mencemari katalis tersebut. Beberapa logam lain juga
bersifat racun namun kurang banyak tersebar, dan jumlahnya
tidak terlalu besar. Banyak sungai dan danau yang mengandung
logam-logam terkontaminasi, pencemaran ini bersumber dari
industri-industri yang sudah beroperasi sebelum masalah
pencemaran lingkungan menjadi populer.
Selain logam-logam berat, unsur-unsur yang bersifat
radioaktif juga mengakibatkan pencemaran. Limbah radioaktif
yang mempunyai waktu paruh yang lama akan meninggalkan
material-material radioaktif untuk waktu ratusan tahun dan
selama itu radiasinya akan selalu berbahaya.

Adlim, Kimia Anorganik


316
Soal-soal:

1. Jelaskan sistem transportasi oksigen dan proses pengeluaran


CO2 dari dalam tubuh.
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Hemoglobin
dengan Mioglobin.
3. Jelaskan bagaimana logam Fe terikat dalam kompleks
Sitokrom, bagaimana perbedaannya dengan Hemoglobin
dan Mioglobin.
4. Sebutkan logam-logam yang berperan dalam enzim.

Daftar Pustaka

1. Miessler, Gary L. dan Donald A. Tarr. (1991). Inorganic


Chemistry, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
2 Huheey, James E. (1993). Inorganic Chemistry, Fourth
Edition, Harper Collins College Publishers New York,
1993.
3. Joly, William L (1991). Modern Inorganic Chemistry,
Second Edition McGraw-Hill, Inc., Toronto.
4. Cotton, F. Albert dan Wilkinson, Geofrey, Basic
Inorganic Chemistry, John Willey & Son, Inc., 1976.
5. Lee, J.D. (1991). Concise Inorganic Chemistry, Fourth
Edition Chapman & Hall.

Adlim, Kimia Anorganik


317

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep kaidah kesetabilan, sintesis dan kegunaan


kompleks organologam

INDIKATOR

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan


mahasiswa dapat :
1. Mengidentifikasi organologam dari rumus kimia
2. Menjelaskan kaidah 18 elektron
3. Menjelaskan jenis ikatan dalam senyawa
organologam
4. Menuliskan reaksi sintesis organologam
5. Mejelaskan kegunaan senyawa organologam

Adlim, Kimia Anorganik


318

Adlim, Kimia Anorganik


319

PENGANTAR
XIV SENYAWA ORGANOLOGAM

14.1 Pengantar

Senyawa organologam dari unsur-unsur transisi telah


berkembang pesat karena telah menjadi pusat perhatian para
ahli kimia pada sejak lima decade yang lalu. Sebagian
senyawa organologam digunakan sebagai katalis dalam proses
industri sehingga penelitian di bidang ini terus berkembang
menghasil katalis-katalis baru yang lebih effektif.
Pengertian senyawa organologam atau organometalik
adalah senyawa yang terdiri logam dan gugus-gugus organik.
Dalam senyawa tersebut terdapat ikatan langsung antara atom
logam dengan karbon; M-C. Pada kenyatannya defenish ini
fleksibel karena beberapa ilmuan juga menggolongan ikatan
antara logam dengan boron, M-B atau dengan fosfor M-P
bahkan silikon; M-Si sering masuk kategori organologam.
Senyawa organologam pertama ditemukan oleh Zeise
yaitu [PtCl3(C2H4)]-, kemudian Ludwig melaporkan
keberhasilanya mensintesa nikel karbonil Ni(CO)4. Barbier
mensintesa alkil halida dengan magnesium yang kemudian
dilanjutkan oleh Grignard dikenal dengan reagen atau
pereaksi Grignard

. H CO
C
Cl Ni Fe
H
Pt C H OC CO
CO
Cl Cl H
[Pt(C2H4)Cl3]- Ni(CO)4 Fe(C5H5)2

Gambar 14.1. Beberapa contoh senyawa organologam

Adlim, Kimia Anorganik


320

Dari penemuan Grignard dapat pula disintesa senyawa


ferosena Fe(C5H5)2 yaitu dengan mereaksikan C5H5MgBr
dengan FeCl3 dalam eter bebas air (unhydrous).

14.2 Penggolongan Berdasarkan Jenis Ikatan

(1) Senyawa ionik dari logam elektropositif


Senyawa organologam dari logam yang sangat elektropositif
biasanya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut hidrokarbon
dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Kestabilan dan
kereaktifan senyawa ionik ditentukan sebagian oleh ion
karbon (R3–C-) . Senyawa yang mengandung anion tidak stabil
(seperti R3C- Na+) umumnya sangat reaktif, tidak stabil dan
sangat sulit diisolasi. Garam logam ion-ion karbon yang
kestabilannya diperkuat oleh adanya delokalisasi densitas
elektron relatif lebih stabil meskipun tetap sangat reaktif,
contohnya (C6H5)3C- Na+ dan (C5H5-)2Ca2+.

(2) Senyawa yang terikat dengan ikatan 


Senyawa organologam dimana ligan organik terikat pada
logam yang keelektropositifannya rendah melalui ikatan
kovalen 2 elektron. Kebanyakan senyawa ini sifat kimianya
mirip dengan senyawa karbon, walaupun terdapat sedikit
perbedaan sesuai dengan faktor berikut :
a. kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi
seperti pada SiR4 tetapi tidak tampak pada CR4.
b. Kemampuan alkil atau aril untuk menyumbangkan
pasangan elektron bebas seperti pada P(C2H5)3 dan
S(CH3)2.
c. Adanya sifat asam Lewis karena adanya kulit valensi
yang tidak penuh seperti pada BR3 atau koordinasi tak
jenuh seperti pada ZnR2.
d. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan
M-C dan C-C.
Logam transisi dapat membentuk senyawa alkil sederhana
atau aril, namun biasanya kurang stabil bila dibandingkan
dengan senyawa unsur golongan utama.

Adlim, Kimia Anorganik


321

(3) Senyawa yang mempunyai ikatan yang tidak lazim

Senyawa organologam yang memiliki suatu jenis ikatan M-C


yang tidak dapat dijelaskan secara ikatan ionik atau pasangan
elektron seperti pada senyawa alkil dari Li, Be dan Al yang
mengandung jembatan alkil. Dalam hal ini terdapat
kekurangan elektron seperti halnya pada Boronhidrida, juga
senyawa organologam transisi dengan alkena, alkuna, benzena
dan siklopentadienil. Dalam senyawa ini, ikatan logam-logam
dapat dikatakan sebagai kovalen dari interaksi sistem elektron
 dari ligan organik dengan orbital valensi pada logam.

14.3 Sintesis senyawa organologam

Terdapat berbagai metoda mensintesa senyawa organologam


baik yang melibatkan logam transisi maupun logam-logam
unsur utama. Beberapa reaksi penting sebagai berikut :

(1) Reaksi langsung dengan logam

2M + nRX R nM + MXn

Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk membuat


senyawa organologam. Salah satu senyawa organologam yang
pertama dibuat adalah etil seng iodida dari reaksi antara logam
Zn dengan alkil halida.
Ahli kimia Prancis V. Grignard menemukan metoda
sintesis organologam yang melibatkan logam-logam utama
dan dikenal sebagai preaksi atau reagen Grignard; yaitu
dihasilkan dari reaksi antara magnesium dengan aril halida
dalam eter.

Mg + CH3I CH3MgI

Reaksi alkil halida ini juga dapat berlangung untuk logam Li,
Na, K, Mg, Ca, Zn dan Cd.

Adlim, Kimia Anorganik


322

(2) Penggunakan zat pengalkilasi


Senyawa oganologam yang disintesa dengan sistem
Grignard dapat gunakan pula mensintesa senyawa
organologam lainnya. Alkil aluminium dan merkuri dan alkil
natrium tertentu dapat berfungsi alkilasi agent (pengalkilasi)
untuk mensintesa senyawa organologam lainnya. Sebahagian
besar non logam dan logam halida atau turunan halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbobn.

PCl3 + 3C6H5MgCl P(C6H5)3 + 3MgCl2

(3) Intraksi logam atau non logam halida (borana) dengan


alkena atau alkuna

1/2 B2H6 + 3 C=C eter


B C C
3

Dengan logam transisi (M) atau senyawa kompleks hidrida


(MH) yang memiliki ligand L dengan n jumlah dapat bereaksi
alkena membentuk senyawa organolgam ;

H
LnMH + C=C LnM C C

S. Kompleks alkena senyawa organologam

(4) Reaksi Oksidasi-Adisi


Alkil dan aril halida dapat bereaksi dengan senyawa
logam transisi tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap)
membentuk senyawa organologam yang mempunyai ikatan
logam-karbon, contoh :

(PPh3) 3Rh + CH3I (PPh3)2 I Rh(CH3) + PPh3

Adlim, Kimia Anorganik


323

(5) Reaksi Insersi (sisipan)


Senyawa organologam juga dapat dihasilkan dari
reaksi insersi alkuna pada senyawa kompleks anorganik;
H
4- 4-
[(CN)5Co Co(CN)5] + HC CH [(CN)5Co C C Co(CN)5]
H
14.4 Khaidah 18 elektron

Dalam kimia unsur-unsur utama dikenal istilah teori


oktet oleh Lewis yang menyatakan bahwa struktur elektron
dari senyawa-senyawanya mengikuti konfigurasi elektron gas
mulia. Dalam kimia organologam struktur elektron senyawa
didasarkan pada total elektron valensi 18e-, yang merupakan
pengembangan dari teori oktet.
Ligan yang bertindak sebagai basa Lewis
menyumbangkan elektron kepada atom logam yang bersifat
sebagai asam Lewis. Jumlah elektron pada logam ditambah
dengan elektron yang disumbangkan oleh ligan disebut
khaidah 18 elektron (Effective Atomic Number¸ EAN rule)
dan hal ini menunjukkan stabilitas senyawa organologam
tersebut.
Sebagaimana diketahui logam transisi memiliki orbital
d yang belum penuh. Jumlah maksimum elektron valensinya
adalah :

4s2 4p6 3d10 = 18

Dengan demikian unsur transisi cenderung mencapai 18


elektron pada kulit terluarnya dalam upaya mencapai
kesetabilan sebagaimana kecenderungan unsure-unsur utama
mencapai okted.
Agar teori ini dapat dipahami harus diketahui lebih
dahulu cara menghitung elekron valensi senyawa organologam
ini. Penomoran golongan pada system piodik selain angka
rumawi, juga angka arab yaitu dari gol 1,2...sampai golongan

Adlim, Kimia Anorganik


324

18, seperti diagram berikut ini. Logam transisi yang diarsir


merupakan logam transisi yang sering mengikuti aturan 18
atau 16 elektron.
Dalam perhitungan jumlah elektron harus dipahami
bahwa dalam ikatan kimia terdapat elektron yang dipakai
bersama berasal dari kedua buah atom, atau hanya sumbangan
dari salah satu atom (kovalen koordinasi). Molekul atau ligand
yang dapat menyumbangkan pasangan elektron adalah
molekul atau gugus yang memiliki pasangan elektron bebas
misalnya NH3, CO, H2O, R3P, R2O dan lain-lain.

Pada kompleks molibdenum heksakarbonil terdapat 6 elektron


dari elektron valensi Mo, masing-masing 2 elektron
sumbangan dari molekul karbon monoksida sehingga total
elektron pada Mo(CO)6 adalah 18.

O
C

OC CO
6 elektron pada Mo
Mo 6 x 2 = 12 enam ligand CO
OC CO ___
18 total elektron

C
O
Pehitungan sedikit berbeda jika ada pemakaian elektron
bersama. Misalnya pada ikatan Mn-CH3 pada metilmangan

Adlim, Kimia Anorganik


325

pentakarbonil. Ikatan tersebut dihitung -1 karena satu elektron


disumbangkan oleh -CH3 dan 1 elektron dari Mn.
O
C

OC CO
Mn 7 elektron pada Mn
OC CH3 -1 elektron Mn dipakai
dalam ikatan Mn-CH3
5 x 2 = 10 lima ligand CO
2 pasangan elektron Mn-CH3
C
O ___
18 total elektron

Perhitungan pada ikatan (tunggal) atau sigma () dibedakan


dengan perhitungan jika pada ikatan melibatkan ikatan 
(ikatan rangkap) seperti pada struktur berikut ini
H
Ph3P CH2
Mn
Ph3P CH2

7 elektron velensi pada Mn


C -1 elektron Mn dipakai
O dalam ikatan Mn-H
2x2= 4 dua ligand fosfin (Ph3P)
2 elektron dari ligand CO
2 ikatan  etilen
2 pasangan ikatan Mn-H
16 total elektron

Adlim, Kimia Anorganik


326

14.5 Kompleks 16 elektron

Kompleks organologam 16e- terjadi pada logam


transisi blok d sebelah kanan, terutama golongan 9 – 10.
Seperti pada [IrCl(CO)(PPh3)2] dan ion garam Zeise
[PtCl3(C2H4)]- yang umumnya merupakan kompleks
segiempat planar.

8 elektron pada Pt
Cl Cl
3x2= 6 tiga ligand Cl-
Pt 2 ikatan  etilen
16 total elektron
Cl H2C=CH2

Tabel 14.1. Khaidah 16/18e- untuk organologam blok d


Kurang dari 18e- 18e- 16/18e-
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni
Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd
La Hf Ta W Re Os Ir Pt

14.6 Penyimpangan khaidah 18e-

Penyimpangan khaidah 16/18e- terjadi pada kompleks


logam transisi blok d sebelah kiri. Dalam hal ini terjadi
kompetisi antara faktor sterik dan elektronik. Contoh :
senyawa karbonil golongan VB, V(CO)6 adalah kompleks 17e-
, ZrCl2(5- C5H5)2 : 16e- dan W(CH3)6 : 12e-. Penyimpangan
ini juga terjadi pada kompleks bisiklopentadienil. Jika 2 ligand
5-sikolopentadienil bergabung menyumbangkan 10e- valensi,
khaidah 18e- hanya dapat dicapai dengan senyawa netral
logam golongan VIIIB, seperti yang terdapat pada ferrosena
dan senyawa ini umumnya stabil.
Beberapa ligan dapat terikat kepada logam melalui
beberapa atom. Hal ini ditunjukkan dengan lambang  diikuti
dengan angka yang menunjukkan jumlah atom pada ligan

Adlim, Kimia Anorganik


327

yang melekat pada logam dalam ikatan logam-ligan. Contoh :


ligan siklopentadienil dalam ferrosena terikat melalui kelima
atom karbon dinyatakan dengan 5-(C5H5)2 dan dibaca
pentahaptosiklopentadienil. Jumlah elektron yang
disumbangkan ligan-ligan seperti ini juga berbeda. Ada 3
jenis ikatan yang dapat terjadi pada kompleks siklopentadienil
yaitu :

1-C5H5 monohaptosiklopentapentadienil
M

3-C5H5 trihaptosiklopentadienil M

5-C5H5 pentahaptosiklopentadienil
M

14.7 Sifat Katalisis Senyawa Organologam

Banyak senyawa organik termasuk bahan bakar


dihasilkan dari konversi minyak bumi, gas alam atau batu bara
dengan menggunakan katalis yang pada umumnya dari logam
transisi. Menurut fasanya katalis terbagi dua kelompok yaitu
katalis heterogen dan katalis homogen. Katalis heterogen biasa
logam transisi yang dimmobilisasi pada bahan pendukung
padat seperti alumina, ziolit, silika atau grafit. Katalis
berbentuk padat sehingga dapat dengan mudah dipisakan dari
preaksi atau hasil reaksi yang biasanya dalam fasa gas atau
cair. Selain itu dapat dioperasikan pada temperatur dan
tekanan tinggi. Namun demikian terdapat kelemahan karena
biasanya kurang selektif luas permukaan dan aktifitasnya
relatif lebih rendah dibandingkan katalis homogen. Walaupun
katalis homogen dapat dirancang menjadi sangat selektif dan
memiliki aktifitas tinggi terdapat juga kelemahannya yaitu
tidak mudah dipisahkan dari substrat sehingga tidak dapat

Adlim, Kimia Anorganik


328

dipakai berulang-ulang dan juga dapat terdekomposisi pada


temperatur tinggi.
Penggunaan kompleks logam transisi dan senyawa
organologam sebagai katalis dalam reaksi pengubahan
hidrokarbon tidak jenuh menjadi polimer, alkohol, keton dan
asam karboksilat telah banyak dilakukan. Reaksi polimerisasi
etilena dan propena pada tekanan rendah oleh Ziegler dan
Natta dan oksidasi alkena dikatalisis oleh kompleks
palladium.

Beberapa katalis homogen yang penting ialah pada


hidroformilasi alkena, proses asam asetat Monsanto dan proses
Wacker pada sintesis aldehid dari etena.

14.8 Mekanisme Reaksi

(1) Reaksi ligand terkoordinasi


Pada reaksi substitusi terjadi penyerangan ligand
datang pada ikatan ligand yang lebih dahulu terikat secara
koordinasi dengan atom pusat. Ligand penyerang melibatkan
nukleofil seperti OH-, RO-, RCOO-, N3-, NR3 dan sebagainya.
Sedangkan ligand yang akan diserang termasuk CO, NO,
RCN, RNC, alkena, dan seterusnya. Penyerangan pada ligand
tertentu menyebabkan ikatan ligand tersebut putus dan
digantikan oleh ikatan baru atau ligand datang. Sebagai contoh
jika ligand OH- menyerang ikatan –N-O pada kompleks
[Fe(CN)5NO]2- terbentuk [Fe(CN)5NO2]4- dan H2O.
3-
O
lambat
[Fe(CN)5NO]2- + OH - Fe(CN)5N
OH
-
cepat OH

[Fe(CN)5NO2] 2- + H2O

Adlim, Kimia Anorganik


329

Pada senyawa yang lain seperti Fe(CO)5, OH- dapat


menyerang CO hingga terlepas satu molekul CO dan
membentuk (CO)4FeH- dan HCO3- ;
_
O
-
Fe(CO)5 + OH (CO)4Fe C
OH
-
OH

- -
(CO)4FeH + HCO3
(2) Reaksi eliminasi Reduktif

(5-C5H5)2TaH + H2 (5-C5H5)2TaH3

Reaksi di atas merupakan reaksi kesetimbangan, dimana reaksi


ke kanan melibatkan oksidasi logam disertai dengan
peningkatan bilangan koordinasi yang dikenal dengan reaksi
addisi oksidatif. Sebaliknya reaksi ke kiri disebut eliminasi
reduktif yang melibatkan pengurangan bilangan oksidasi dan
bilangan koordinasi. Reaksi eliminasi reduktif juga kadang
melibatkan molekul-molekul seperti R-H, R-R’, R-X, H-H. (R,
R’ = alkil, aril X = halogen).
Produk melalui reaksi ini dapat berupa senyawa
organik yang penting dan berguna seperti R-H, R-R’ dan R-X.
Dalam berbagai hal spesies organik (R, R’) mengalami
penyusunan ulang (rearangement) atau reaksi lain.

(3) Reaksi Insersi


Reaksi insersi didefinisikan sebagai reaksi dimana
atom atau gugus atom terinsersi diantara iakatan dua atom.
Secara umum dituliskan :
LnM-X + YZ LnM-(YZ)-X

Gugus YZ terinsersi kedalam ikatan M-X.

Adlim, Kimia Anorganik


330

Pada logam transisi telah dikenal insersi CO dan SO2 kedalam


ikatan M-C.
CH3 14CO
O
OC CO OC C CH3
Mn + 14CO Mn
OC CO OC CO
CO CO
Gambar 14.2. Contoh reaksi insersi

Reaksi pertama diharapkan terjadi melalui mekanisme


yang melibatkan insersi langsung ligan yang baru
kedalamikatan logam-ligan. Akan tetapi, studi mekanistik
menggunakan 14CO menunjukkan bahwa molekul CO yang
terinsersi ke dalam ikatan Mn-CH3 yang menjadi ligan asil
bukan dari CO eksternal, melainkan dari CO yang telah
terkoordinasi pada atom logam.
Perusahaan Monsanto telah memproduksi asam asetat
kurang lebih 300 juta pound per tahun dengan menggunakan
katalis Rhodium untuk memasukkan (insersi) CO ke dalam
metanol. Mekanisme reaksi sebagai berikut :
CH3OH + HI CH3I + H2O

addisi oksidatif :

CH3
OC CO L CO
Rh + CH3I Rh
OC CO L L

I
Insersi :
CH3 CO
O
L CO L C CH3
Rh + CO Rh
L L L L
I I
Adlim, Kimia Anorganik
331

Eliminasi :
CO
O
L CO O
L C CH3 Rh
Rh + H3C C
L L I
L L

I
L = CO dan ligan halogen

Reduktif :

O O
H3C C + H2O H3C C + HI
I OH

14.9 Polimer organologam

Polimer organologam merupakan istilah yang


digunakan untuk menerangkan makromolekul yang
mengandung unsur anorganik yang berikatan dengan polimer
sebagaimana ikatan pada organologam. Polimer tersusun dari
monomer-monomer dengan cincin kompleks atau dengan
cabang yang banyak, atau berstruktur menyilang (crosslinked).
Polimer jenis ini sedang diteliti secara intensif karena
merupakan advanced material yang memiliki sifat yang unik
diantaranya sebagian memiliki daya hantar ion dan listrik yang
baik, tahan panas dan radiasi, dan dapat digunakan dalam
sistem biologi.

(1) Polimer polisilena


Polisilena (organik silikon) adalah gabungan dari
monomer silena. Polimer ini disintesis dimulai dengan
menyiapkan monomernya iaitu turunan dari 1-fenil-7,8-
disilabisklo[2.2.2]okta-2,5-diena. Monomer ini dibuat dari
diklorosilana dengan logam alkali dalam THF pada -78oC

Adlim, Kimia Anorganik


332

kondisi vakum dan atmosfir argon dan alkil litium sebagai


katalis. Monomer yang terbentuk kemudian direaksikan
dengan n-butil-litium dalam kondisi, -78oC, atmosfir argon
serta dalam larutan THF.
o
Me Si Me
Me R1 Li +
R1 R2
Si
Cl Si Si Cl
Me R2 THF, -78oC
Ph
Pembuatan monomer "masked disilana
"
Me Si 2Me
R1 R
Si
+ RLi R (SiMe2SiR1R2 ) n Li + nPh2

Ph +
+H

R (SiMe2SiR1R2 ) n H

Polimerisasi masked disilana menjadi polisilana

(2) Polimer Alucone

Polimer alucon merupakan rumus umum [Al(OR) O-linker-


O]x dimana linker dapat berupa senyawa organik seperti diol
(alkohol dengan dua gugus fungsi OH). Merupakan polimer
yang mengandung aluminium. Monomer disintesa dari alkil
alana (R-Al, aluminium organik) dengan alkohol (ROH) untuk
menghasilkan alkoksi alana (R’O-Al) dan hidrokarbon (RH).
Dalam alkohol berlebihan maka dihasilkan polimer aluminium
[Al(OR)O-R’-O]x yang disebut Alcone.

R Al + HOR' RH + R'O Al
Al(OR)3 + HOR' Al(OR)2(OR') + HOR

Adlim, Kimia Anorganik


333

Contoh polimer alcone


( Al O CH2CH2 O )
n

(3) Polifosfazena

Polifosfazena merupakan polimer dengan krangka unsur


nitrogen dan fosfor dengan pola ;
R
N P
R
n
Monomer disintesis dari reaksi antara PCl5 dengan NH4Cl
sehingga terbentuk heksaklorosiklotrifosfazena sambil
membebaskan HCl. Monomer heksaklorosiklotrifosfazena
dapat dipolimerisasi dengan cara pemanasan. Gugus fungsi
pada polimer dapat diganti dengan penambahan RONa, atau
RNH2.
Cl Cl
P
N N Cl
Cl kalor
PCl5 + NH4Cl P P Cl N P
-HCl N
Cl Cl Cl
n
Cl OR
2 RONa
N P N P
-NaCl
Cl n OR
n
+ 2RONa NHR
-HCl
N P
NHR
n

Adlim, Kimia Anorganik


334

(4) Polimer Borazina

Monomer Borazina adalah senyawa siklo seperti benzena


namun atom-atom karbonnya digantikan oleh atom nitrogen
dan boron. Borazina disintesis dari diborana dengan NH3.
Dengan pengontrolan pemanasan yang hati-hati cairan
borazina dalam vakum pada temperatur sedang dapat
mengalami dehidropolimerisasi dan menghasilkan
poliborazilena. Misalnya borazina dipanaskan pada suhu 70 oC
kondisi vakum berubah menjadi kental. Cairan diuapkan
secara vakum dihasilkan padatan putih.
H R H R
N B 70oC N B
X H B N H B N
N B N B
H H H H X
Borazina
Polimer borazina
R = H atau borazinil

Adlim, Kimia Anorganik


335

Daftar Pustaka

1. Miesler, G.L. dan D.A. Tarr (1991). Inorganic Chemistry,


Prentice Hall, Inc. New Jersey.
2. Huheey, J.E. (1978), Inorganic Chemistry, Harper and
Row, Pub. Inc. USA.
3. Cotton, F.A. dan G. Wilkinson (1991). Basic Inorganic
Chemistry, John Wiley and Sons, New York.

Soal-Soal

1. Suatu senyawa kompleks karbonil mempunyai rumus


M(CO)x. M adalah logam transisi Gol.VIII. Senyawa
tersebut memenuhi khaidah 18e-. Tuliskan rumus molekul
senyawa tersebut.

2. Jelaskan dan berikan contoh ;


a. Reaksi addisi oksidatif
b. Reaksi eliminasi reduktif
c. Reaksi insersi

3. Tuliskan suatu reaksi sintesis organologam

Adlim, Kimia Anorganik


336

DAFTAR PUSTAKA

Adlim (2004). Syntesis and Characterization of Chitosan-


Stabilized Mono and Bimetallic Noble Metal Nano-
Sized Colloidal Catalysts and Some of Their
Hydrogenation Activity, Ph.D Dissertation, Universiti
Sains Malaysia, Malaysia
Adlim (2005). Properties and Preparations Metal
Nanoparticles, Indonesian Journal of Chemistry, 6, 1-
10.
Bowser, J.R (1993). Inorganic Chemistry, Brook/Cole
Publishing Company, California.
Cotton, F. A., & Wilkinson, G (1988). Advance Inorganic
Chemistry, John Wiley & Sons, New York.
Cotton, F.A., Wilkinson, G & Gaus, P. L (1987). Basic
Inorganic Chemistry, 2nd edition, John Wiley & Sons,
New York.
Rase, H.F (2000). Handbook of Chmercial Catalysts
Heterogeneous Catalysts, Boca Renton, London.
Scoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J. (1991). Fundamental
of Analytical Chemistry, Sixth Edition,
Saunders College Publishing, Philadelphia.
Shriver, D. F., Atkins, P.W., Longford, C.H. (1990).
Inorganic Chemistry, W.H. Freeman and Company,
New York.
The World Book Encyclopedia of Science (1987). Chemistry
Today, World Book, Inc, Chicago.

Adlim, Kimia Anorganik


337

LAMPIRAN 1

SINTESA KIMIA ANORGANIK

Kompetensi Dasar :

Dapat melaksanakan eksperimen sintesa kimia anorganik


serta mengaitkan dengan teori-teori dasarnya

Setelah mempelajri materi ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan pendekatan teoritis untuk mensintesa suatu


kompleks yang mempunyai atom pusat inert
2. Melakukan cara memurnikan senyawa kompleks hasil
sintesa dari beberapa pelarut dan ion-ion pengotor
3. Menjelaskan metoda kharakterisasi senyawa kompleks
4. Menjelaskan metoda penentuan komposisi dan kondisi yang
stabil antara ligand dan ion pusat
5. Menjelaskan konsep resin penukar ion dalam pemisahan
senyawa kompleks
6. Mensintesa kompleks dengan ligand organik

Adlim, Kimia Anorganik


338

Adlim, Kimia Anorganik


339
Sintesis [Co(NH3)4CO3] NO3

Dasar teori

Pada senyawa di atas bilangan oksidasi kobalt ialah


3+, maka senyawa kobalt yang akan dipakai dalam sintesa
ini seharusnya Co(NO3)3 . Namun senyawa kobalt(III) ini
sukar bereaksi dengan ligan. Sementara itu senyawa
kobalt(II) seperti Co(NO3)2 reaktif terhadap ligan. Karena itu
untuk mensintesa senyawa di atas senyawa kobalt yang
dipakai adalah kobat(II), Co(NO3)2, setelah terbentuk reaksi
maka kobalt(II) dioksidasi menjadi kobalt(III) seperti
senyawa yang diharapkan.
Karena senyawa ini merupakan senyawa ionik maka
mengkarakterisasinya dapat dilakukan dengan cara
menentukan hantaran listriknya dengan alat konduktometer.
Makin banyak ion dalam larutan makin besar hantarannya.
Bila hantaran molar dinyatakan dengan M, R sebagai
tahanan, L ; hantaran jenis, M; molaritas larutan , dan k ;
konstanta sel maka hubungan antara jumlah ion dengan
hantaran molar dapat ditulis sebagai berikut :
R = k/L,

M = 1000 L
M

Nilai M jumlah ion dalam larutan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Jumlah ion dan M

Jumlah ion M
dalam larutan
2 118-131
3 235-273
4 408-435
5  560

Adlim, Kimia Anorganik


340

Contoh :

Pada konsentrasi yang sama [Co(NH3)4CO3]NO3 akan


mempunyai hantaran molar yang lebih kecil dibandingkan
dengan [Co(NH3)5Cl ]Cl2 karena pada [Co(NH3)4CO3]NO3
dapat terutai menjadi 2 ion iaitu [Co(NH3)4CO3]+ dan NO3-
sedangkan pada [Co(NH3)5Cl ]Cl2 terurai menghasilkan 3
ion yaitu 2 ion Cl- dan 1 ion [Co(NH3)5Cl ]2+.
Teknik kharakterisasi lainnya ialah menggunakan
metoda IR (Infra Red) dalam bahasa Indonesia disebut IM
(Infra Merah). Sampel padat dicampur dengan KBr anhidrad
dan dihaluskan kemudian dipress secara hidrolik sehingga
berbentuk pellet dan dianalisis dengan alat FT-IR, atau IR
biasa. Dengan teknik ini dapat dibuktikan adanya serapan
gugus karbonil dari karbonat, N-Co, C-Co, atau O-Co.

Adlim, Kimia Anorganik


341
Prosedur Eksperimen

Sintesa Karbonatotetraaminkobalt(III) Nitrat,


[Co(NH3)4CO3]NO3

berat senyawa baru secara teoritis


Tentukan yield = x 100%
Berat senyawa baru yang terbentuk

Di karakerisasi dengan metoda : Konduktometri , IR


sepktrometri

Adlim, Kimia Anorganik


342
Soal-Soal

1. Bila diketahui reaksi pembentukan


[Co(NH3)4CO3]NO3 sebagai berikut :

Co(NO3)2 + NH3 (aq) + (NH4)2CO3 + H2O2

[Co(NH3)4CO3]NO3 + NH4NO3 + H2O

dan berat senyawa hasil eksperimen 2 gram


maka tentukan yield (dalam % berat).

2. Pada eksperimen di atas bagaimana cara


mengilangkan zat pengotor, seperti kelebihan
Co(NO3)2 , NH3 , (NH4)2CO3 , H2O2 , dan produk
sampingan yaitu NH4NO3 , H2O.
3. Tuliskan rumus empiris beberapa senyawa selain
[Co(NH3)4CO3]NO3, yang kemungkinan dapat
terbentuk dari hasil eksperimen di atas.
4. Jika hantaran ion suatu senyawa baru yang
mempunyai rumus empiris [Co(NH3)4CO3]y(NO3)x
adalah 2 , maka tuliskan rumus molekulnya.
5. Bila [Co(NH3)4CO3]y(NO3)x dianalis dengan IR ,
maka tuliskan nilai-nilai frekwensi serapan (cm-1)
dari beberapa gugus yang khas dalam senyawa ini.

Adlim, Kimia Anorganik


343

Kajian Magnetik Susceptibility untuk


[Co(NH3)4CO3]NO3

Teori

Senyawa kompleks yang mengandung elektron yang


tidak berpasangan dapat ditarik oleh medan magnet dan
senyawa tersebut disebut bersifat paramegnetik, sedangkan
yang tidak mengandung elektron yang tidak berpasangan
disebut bersifat diamagnetik dan ditolak oleh medan magnet.
Suatu senyawa kompleks mungkin saja mempunyai sifat
diamgnetik namun karena sifat paramagnetik lebih dominan
maka yang terditeksi adalah sifat paramagnetiknya. Pada
senyawa komplek dari unsur transisi deret pertama, terdapat
hubungan yang relatif linier antara besarnya momen magnet
dengan jumlah elektron yang tidak berpasangan. Jumlah
elektron yang tidak berpasangan sangat penting dalam
mengkharakterisasi senyawa kompleks. Bilangan oksidasi
ion logam dalam senyawa kompleks dapat ditentukan
berdasarkan jumlah elektron yang tidak berpasangan.
Contoh tembaga pada suatu bilangan koordinasi akan
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sebanyak 1 atau
0, tergantung pada bilangan oksidasinya +1, atau +2. Juga
jumlah elektron yang tidak berpasangan dapat pula
digunakan untuk memprediksi struktur geometri senyawa
kompleks secara teoritis. Contoh Ni(II) dengan ligan L atau
NiL4 , splitting orbital d dalam atom Ni menurut CFT
(Crystal Field Theory) tergantung pada geometri senyawa
kompleks :

Adlim, Kimia Anorganik


344

d x2-y2

dxy , dyz , dxz dxy

dyz , dxz

dz2 , d x2-y2 dz2

Tetrahedral Segiempat
Planar

Penempatan elektron d atom Ni(II) yang ke delapan pada


energi orbital terendah dalam struktur kompleks tetrahedral
menyebabkan dua elektron yang tidak berpasangan. Tetapi
struktur seempat planar semua elektron

berpasangan. Dengan demikian kompleks nikel dapat


dikarakterisasi apakah tetrahedral atau seempat planar
berdasarkan nilai momen magnetiknya. Bila bersifat
paramagnetik berarti tetrahedral, tetapi bila diamagnetik
maka diduga segiempat planar.

Magnetik Susceptibility
Medan magnet dalam suatu zat yang diletakkan
dalam medan magnet luar , tidak hanya dipengaruhi oleh
besarnya medan magnet luar, melainkankan juga
kemampuan zat untuk menghasilkan medan magnet sendiri
yang akan menambah atau mengurangi medan magnet luar
yang diterapkan. Jika B

Adlim, Kimia Anorganik


345
adalah simbol medan magnet dalam zat, H0 ; medan magnet
luar, dan I; intensitas magnet dalam atau magnet luar, maka
diperoleh hubungan :

B = H0 + 4  I

Perbandingan I/H0 merupakan ukuran susceptibility


zat untuk berinteraksi dengan medan magnet luar dan disebut
susceptibility volume, K. Nilai K dibagi dengan kerapatan
zat disebut susceptibility jenis ( ). Molar susceptibility (M)
dihitung dengan cara mengkalikan  dengan M (berat
molekul) zat.
M =  M
d
M akan bernilai positif bila zat bersifat paramagnetik dan
sebaliknya akan bernilai negatif bila bila zat bersifat
diamagnetik. Karena M merupakan nilai total dari
paramagetik elektron dalam senyawa kompleks dan juga
diamagnetik dari atom pusat, ligan dan ion lainnya, maka
untuk menghitung jumlah elektron yang tidak berpasangan
dalam senyawa kompleks harus dikurangi (dilakukan
koreksi) sifat diamgnetik ini. Jika M’ adalah susceptibility
hanya elektron yang tidak berpasangan maka dapat ditulis
hubungan :

M = M’ + M (elektron atom pusat) + M (ligan-ligan) +


M (ion-ion)

Momen magnetik efektif (eff) dalam satuan Bohr Magneton


dapat dihitung berdasarkan M’ dan temperatur eksperimen

1/2

eff = 3k(M’)T = 2,83 [ (M’) ]T1/2


N2

Adlim, Kimia Anorganik


346
Selain persamaan ini dapat pula dinyatakan persamaan
momen magnetik yang dinyatakan dalam Bohr magneton
(B) , B = 9,273 x 10-24 J T-1 , dimana T adalah temperatur
absolut. Jadi hubungan lansung momen magnetik dalam
satuan Bohr magneton dinyatakan sebagai berikut :

eff /B = 797,5 [(M’)T]1/2

Jika diasumsikan bahwa hanya momentum spin


elektron yang memberikan kontribusi kepada momen magnet
efektif dan mengabaikan kontribusi dari momentum orbital
maka jumlah elektron yang tidak berpasangan (n) dapat
diperkirakan berdasarkan nilai momen magnetik efektif.
Hubungan tersebut dapat ditulis :

eff = [n(n+2)]1/2

Alat Pengukuran Magnetik Susceptibility :


1. Metoda Sederhana dengan alat Gouy Balance
2. EPR (Elektron Pairing Resonance)
3. ESR (Elektron Spin Resonance)

Semua alat tersebut berfungsi untuk mempelajari magnetic


susceptibility suatu zat. Metoda yang paling sederhana ialah
metoda Gouy dengan menggunakan Gouy Balance. Sebelum
sampel dianalisa terlebih dulu dibersihkan tabung sampel
dengan air dan aseton dan tidak boleh dilap dengan kain lap
yang kering. Alat Gouy balance distandarisasi dengan
menggunakan HgCo(NCS)4 atau [Ni(en)3]S2O3. Bahan
tersebut dapat disintesa dan dimurnikan dengan mudah,
stabil, tidak higroskopis, dan padat. Jika V ; volume uap air,
 ; magnetic susceptibility sampel dan tabung sampel,  ;
magnetic susceptibility zat standard per gram, m ; masa zat
standard (gram) dan  ; konstanta kalibrasi. Maka diperoleh
persamaan :

Adlim, Kimia Anorganik


347

 (m) – (0,029 x 10-6) V


 =
( - )

A. Berat tabung kosong (g)


B. Berat Tabung Kosong, perbandingan setelah disi dan
dikosongkan
C. Berat Tabung berisi air, perbandingan setelah disi dan
dikosongkan
D. Berat Tabung Berisi padatan sampel, perbandingan
setelah disi dan dikosongkan
E. Berat Tabung Berisi padatan sampel
V = (C-A)/d
 = B-A
 = E-D
m = D-A
Contoh Soal :
Dengan menggunakan Gouy Balance didapatkan momen
magnetik untuk CuSO4.5H2O pada 293 K adalah 1,70 x 10-4.
Massa molar = 0,250 kg/mol, kerapatan 2,29 g cm-3. hitung
nilai M sebelum dan sesudah terkoreksi.

Jawab :
M = 1,70 x 10-4 (0,250 kg/mol) = 1,858 x 10-8 mol-1 m3
2,29 x 103 kg m-3

Bila dikoreksi sifat diamgentik maka :

Cu2+ -161 x 10-12


SO42- -503 x 10-12
5H2O -815 x 10-12
(diamagnetik ) = -0,148 x 10-8

Jadi nilai M yang sebenarnya =


(1,856 + 0,148) x 10-8 mol-1 m3
= 2,004 x 10-8 mol-1 m3

Adlim, Kimia Anorganik


348
Bila dinyatakan dalam satuan Bohr Magneton maka

eff /B = 797,5 [(M’)T]1/2


eff /B = 797,5 [(2,004 x 10-8 mol-1 m3)(293)K]1/2
= 1,93 BM (Bohr Magneton)
Jika diasumsikan hanya momentum spin yang menghasilkan
medan magnet dan mengabaikan momentum orbital maka :

Nilai 1,93 BM setara dengan 1 elektron yang tidak


berpasangan :

eff /B = [n(n+2)]1/2


= [1(1+2)]1/2
= 1,73 BM setara dengan 1,93 BM

Jadi Cu2+ dalam CuSO4 . 5H2O mempunyai 1 elektron yang


tidak berpasangan
Soal :
1. Jelaskan bagaimana terjadinya momen
magnetik dalam atom ditinjau dari gerakan
elektron dalam atom.
2. Jelaskan momentum spin dan momentum
orbital dan hubungannya dengan magnetic
susceptibility dalam atom.
3. Apa manfaat pengukuran momen magnetik
4. Momen magnetik NiCl42- ialah 3,2 BM.
Sedangkan momen magnetik Ni(CN)42-
adalah 0,0 BM, Jelaskan struktur yang
mungkin dari kedua senyawa ini dengan
menggunakan CFT diagram (lihat catatan
kimia anorganik II)
5. Perkirakan secara teoritis nilai momen
magnetik ion kompleks berikut ini
berdasarkan jumlah elektron yang tidak
berpasangan pada setiap ion:
a. [CoF6 ]3- b. [Co(NH3)6]3+
2
c. [Fe(H2O)]
d. [Fe(CN)6]4- e. [Fe(CN)6]3-

Adlim, Kimia Anorganik


349

Pemisahan ion kompleks dengan Resin Penukar Ion (Ion


Exchange)

Teori

Afinitas suatu ion pada resin penukar ion dipengaruhi oleh


banyak faktor. Namun yang paling penting ialah besarnya
muatan listrik ion tersebut. Maka berdasarkan muatan listrik
tersebut afinitas ion kompleks kation terhadap resin
meningkat dengan urutan :

[ CrCl2(OH2)4 ]+ < [ CrCl(OH2)5 ]2+ < [ Cr(OH2)6 ]3+

Karena adanya perbedaan afinitas ion-ion di atas, maka ion


tersebut masing-masing dapat dipisahkan dengan resin
penukar ion bila ketiga ion itu bercampur.
Resin penukar ion yang paling banyak
diperdagangkan adalah polimer stirena dan isomer
difenilbenzena. Resin ini sukar larut dalam air dan asam
maupun basa encer. Resin yang mengandung kandungan
difenilbenzena yang tinggi, lebih selektif terhadap ion yang
kecil. Dowex 50 W-X8 adalah suatu nama resin penukar ion
yang mengandung 8% difenilbenzena (ditandai dengan X).
Polimer polistirena dapat diatur gugus ionnya. Bila
pada resin diharapkan terdapat gugus -SO3H, maka resin
dielusi dengan asam sulfat. Gugus lainnya seperti –COOH
atau –PO3H2 dapat juga dibuat pada resin jenis ini. Resin
yang mengandung gugus tersebut disebut resin penukar
kation. Sedangkan resin penukar anion biasanya
mengandung gugus –N(CH3)3+Cl-. Resin ini dapat menukar
anion.
Pada resin penukar kation , awalnya kation yang ada
dalam resin itu biasanya H+ , misalnya -SO3- H+. Bila kation
M+ ditambahkan (dielusikan) ke dalam resin, maka posisi H+
digantikan oleh M+ sehingga H+ terlepas dari resin dan turun
bersama larutan. Pertukaran ini sangat dipengaruhi afinitas

Adlim, Kimia Anorganik


350
ion yang datang dan ion yang pergi. Secara umum reaksi
kesetimbangan pertukaran ion ditulis :

RSO3-H+ + M+ RSO3-M+ + H+

Pada saat H+ bekurang maka reaksi bergeser ke kanan dan


M+ terikat ke resin. Namun bila konsentrasi H + dinaikkan
dengan penambahan asam maka reaksi bergeser ke kiri yang
berarti M+ terlepas dari resin dan turun bersama larutan.
Dengan prinsip ini maka campuran [ CrCl2(OH2)4 ]+ ,
[ CrCl(OH2)5 ]2+ dan [ Cr(OH2)6 ]3+ dipisahkan. Pada
keasaman yang rendah (0,002 M HClO4 ) yang mengandung
campuran [CrCl2(OH2)4]+ , [ CrCl(OH2)5 ]2+ dan [ Cr(OH2)6
]3+ dielusi ke dalam kolom resin penukar ion maka semua ion
ini terikat secara kuat ke resin. Jika konsentrasi H+ dinaikkan
hingga 0,1 M HClO4, maka zat yang paling lemah terikat
yaitu [CrCl2(OH2)4]+ terlepas dari resin dan turun bersama
larutan. Kemudian untuk melepaskan
[CrCl(OH2)5 ]2+ dari resin , konsentrasi asam dinaikkan
menjadi 1M HClO4. Bila ingin dilepaskan [Cr(OH2)6]3+ dari
resin maka konsentrasi asam dinaikkan hingga 3 M HClO4.

Prosedur Eksperimen
1. Persiapan Kolom Penukar Ion
Disiapkan kolom seperti gambar berikut ini.
Kemudian dimasukkan air hingga terisi tiga perempat kolom
dan masukkan kapas atau glass wool bila kolom tidak
dilengkapi penyekat. Ke dalam kolom di masukkan secara
perlahan-lahan dengan menggunakan pipet slurry (campuran
) resin 50W-X8 (50-100 mesh, dalam bentuk H=) hinggga
mencapai ketinggian 30 cm. Buka kran bawah kolom dan
biarkan air turun hingga warna resin jernih. Pembuatan
kolom harus hati-hati tidak boleh ada celah udara atau isi
kolom tidak homogen. Jangan dibiarkan kolom menjadi
kering. Siapkan 200 mL larutan HclO4 masing-masing 0,1
M; 1,0 M, dan 3 M. Di wadah lainnya disiapkan 100 L

Adlim, Kimia Anorganik


351
larutan 0,35 M CrCl2(OH2)4+ dengan cara melarutkan
CrCl3.6H2O dalam 100 mL 0,002 M HClO4.

2. Ion Trans-Diklorotatraaquakromium (III) ,


trans- [ CrCl2(OH2)4 ]+

Dimasukkan 5 mL 0,35 M [ CrCl2(OH2)4 ]+ dalam


kolom penukar ion yang sudah disiapkan. Turunkan dengan
cara membuka kran bawah kolom, kemudian tambahkan 0,1
M HClO4 ke dalam kolom dan elusi [ CrCl2(OH2)4 ]+ dengan
kecepatan alir 1 tetes per detik. Kumpulan hasil elusi setiap
mencapai volume 5 mL, kemudian masing-masing ukur
absorbannya dengan UV-Vis Spektrofotometer pada panjang
gelombang 350 hingga 650 nm.

3. Ion kloropentaaquakromium (III) , ion , [ CrCl(OH2)5 ]2+


[CrCl2(OH2)4]+ dapat dirubah menjadi [CrCl(OH2)5]2+
dengan cara memanaskan dalam larutan air. Panaskan 10 mL
0,35 M [CrCl2(OH2)4]+ dalam Erlenmeyer pada suhu 50o
hingga 55oC gunakan water bath.

Kemudian tambahkan 10 mL air suling kepada larutan


yang masih panas dan masukkan ke dalam kolom. Dibuka
kran bawah hingga isi kolom menjadi kering dan kemudian
bersihkan kolom dengan 0,1 M HClO4 . Setelah kering elusi
kolom dengan , [ CrCl(OH2)5 ]2+ dengan penambahan 1,0 M
HClO4. Kumpulan hasil elusi setiap mencapai volume 5 mL,
kemudian masing-masing ukur absorbannya dengan UV-Vis
Spektrofotometer pada panjang gelombang 350 hingga 650
nm.

4. Ion heksaaquakromium(III), [ Cr(OH2)6 ]3+


[ CrCl2(OH2)4 ]+ dapat dirubah menjadi [Cr(OH2)6]3+
dengan cara mendidihkannya dalam pelarut air. Panaskan 10
mL 0,35 M [CrCl2(OH2)4]+ dalam Erlenmeyer tambahkan 10
mL air suling hingga mendidih selama 5 menit. Kemudian
tambahkan 10 mL air suling kepada larutan yang masih
panas dan dinginkan. setelah dingin masukkan ke dalam

Adlim, Kimia Anorganik


352
kolom Dibuka kran bawah hingga isi kolom menjadi kering
dan kemudian bersihkan kolom dengan 1,0 M HClO4 .
Setelah kering elusi kolom dengan [ Cr(OH2)6 ]3+ dengan
penambahan 3,0 M HClO4. Kumpulan hasil elusi setiap
mencapai volume 5 mL, kemudian masing-masing ukur
absorbannya dengan UV-Vis Spektrofotometer pada panjang
gelombang 350 hingga 650 nm.

5. Pemisahan campuran [ CrCl2(OH2)4 ]+ , [ CrCl(OH2)5 ]2+,


dan [ Cr(OH2)6 ]3+

Larutan stock 0,35 M [ CrCl2(OH2)4 ]+ sebahagian


akan berubah menjadi [CrCl(OH2)5 ]2+ , dan [Cr(OH2)6 ]3+
tergantung lamanya penyimpanan. Bila dibiarkan hingga 24
jam maka semuanya sudah menjadi [Cr(OH2)6 ]3+ , tidak ada
lagi [CrCl(OH2)5 ]2+ , dan [Cr(OH2)6]3+ . Karena itu untuk
tujuan percobaan ini dimana diharapkan terdapat campuran
[CrCl2(OH2)4 ]+ , [CrCl(OH2)5 ]2+ , dan
[Cr(OH2)6 ]3+ yang akan dipisahkan maka larutan 0,35 M
[CrCl2(OH2)4]+ dibiarkan selama 4 jam.
Disiapkan kolom resin penukar ion, setelah
diencerkan 10 mL 0,35 M [CrCl2(OH2)4]+ dengan 10 mL air
, maka dituangkan ke dalam kolom. Setelah menyerap, maka
dielusi [CrCl2(OH2)4]+ dengan larutan 0,1 M HClO4.
Tampung larutan yang warnanya paling pekat dan ukur
spektrumnya. Kemudian elusi , [CrCl(OH2)5]2+ dengan
larutan 1,0 M HClO4 , dan yang terakhir [Cr(OH2)6]3+ dielusi
dengan 3,0 M HClO4. Tampung larutan yang warnanya
paling pekat dari masing-masing perlakuan dan ukur
spektrumnya.
Dengan membandingkan spektra dari masing-masing fraksi
dari pemisahan ini dengan spektra zat standard maka
senyawa yang terdapat dalam larutan merupakan senyawa
yang paling dominan dan yang paling sedikit.

Adlim, Kimia Anorganik


353
Soal :
1. Ikatan apakah yang paling mungkin terjadi antara
gugus aktif pada resin dengan ion yang terikat.
2. Tuliskan pengertian dari resin penukar ion positif
dan resin penukar ion negatif.
3. Sebanyak 10 mL larutan 0,5 M CrCl(OH2)52+
dibiarkan berubah menjadi , [CrCl(OH2)5 ]2+, dan
[Cr(OH2)6 ]3+. Untuk mengukur kecepatan reaksi
perubahan dapat dilakukan dengan mengukur
konsentrasi, [CrCl(OH2)5 ]2+, dan [Cr(OH2)6 ]3+
setiap selang waktu tertentu. Bila Sebanyak 10 mL
larutan 0,5 M , [ CrCl(OH2)5 ]2+ dituangkan ke dalam
kolom resin (yang telah mengikat H+) dan ternyata
diperlukan 80 mL larutan NaOH 0,15 M untuk
menetralisasi ion H+ yang dibebaskan maka hitung
konsentrasi , [CrCl(OH2)5]2+, dan [Cr(OH2)6]3+.
4. Jelaskan contoh-contoh resin penukar ion selain yang
dibahas pada eksperimen ini.
5. Tuliskan reaksi perubahan [CrCl2(OH2)4]+ menjadi ,
[CrCl(OH2)5]2+, dan [CrCl(OH2)5]2+ menjadi
3+
[Cr(OH2)6]

Adlim, Kimia Anorganik


LAMPIRAN 2 355
BEBERAPA CONTOH GAMBAR BIJI LOGAM YANG DAPAT
DI DOWNLOAD DARI INTERNET
www. images.google.co.id/ore

Bauxite-biji Al Sinabar-HgS Calcite

Cobaltite-CoCAS Fe2O3 Fe3O4

FeS Galene-PbS Hematite-Fe ore

Mn-ore Molibdenite-MoS Pyrite-FeS

Vanadite Gold-ore Silver-ore,


pyrargyrite

Adlim, Kimia Anorganik


356

LAMPIRAN 3.

Gelombang elektromagnetik dan proses/dinamika yang terjadi


pada atom/molekul

Daerah Frekue Panjang Bil. Gel Energy/J.m Proses


nsi/Hz Gel/m -1 olekul-1 Molekul
/cm

Gelombang 102-109 3 x 10+6 - 3,3 x 10-7- 6,6 x 10-32- Perubahan


Radio 3 x 10-1 3,33 6,6 x 10-25 arah spin inti

Microwave 3 x 10-1 – 6,6 x 10-25- Rotasi molekul


109-1011 0,033-3,3
(MW) 3 x 10-3 6,6 x 10-23 poliatomik

Infra merah 1011- 3 x 10-3 – 3,3 - 330 6,6 x 10-23- Rotasi molekul
jauh (IR) 1013 3 x 10-5 6,6 x 10-21 kecil

Infra merah 1013- 3 x 10-5 – 330-3300 6,6 x 10-21- Vibrasi ikatan


(IR) 1014 3 x 10-6 6,6 x 10-20 fleksibel

Ultra violet
dan Sinar 1014- 3 x 10-6 – 3300- 6,6 x 10-20- Transisi
Tampak 1016 3 x 10-8 3,3 x 105 6,6 x 10-18 elektron
(UV-Vis)

Transisi
Sinar-X (X- 1016- 3 x 10-8-3 7 6,6 x 10-17- elektron dalam
3,3 x 10
ray) 1017 x 10-10 6,6 x 10-16 orbital kulit-
dalam

Sinar- 1018- 3 x 10-10-3 3,3 x 108 6,6 x 10-15- Transisi inti


(Gamma 1019 x 10-11 6,6 x 10-14
ray)

Adlim, Kimia Anorganik


357

LAMPIRAN 4

TABEL POTENSIAL REDUKSI

Adlim, Kimia Anorganik

Anda mungkin juga menyukai