Anda di halaman 1dari 5

Nama : Cahyadini Triani Larasati

NIM : 4301417027

Prodi : Pendidikan Kimia-1

KIMIA ANORGANIK FISIK

KEKUATAN ASAM OKSI

Asam oksi (oxyacid) dapat dianggap sebagai turunan dari air. Beberapa aturan umum pertama
kali diberikan untuk mengevaluasi kekuatan asam-asam oksi diikuti dengan penjelasan
beberapa faktor yang memepengaruhi keasaman senyawa.
1. Kekuatan asam meningkat dengan elekronegativitas kelompok, mengganti proton,
karena efek induktif kelompok.
HOH < HOI < HOBr < HOCl
2. Peningkatan bilangan oksidasi atom menggantikan atom H pada air meningkatkan
keasaman
HOCl < HOClO < HOClO2 < HOClO3
Bilangan oksidasi +1 +3 +5 +7

3. Untuk asam oksi yang tidak bermuatan di mana semua atom oksigen dihubungkan
dengan atom pusat, kekuatan asam meningkat dengan jumlah atom oksigen yang tidak
terhidrogenasi.
O2Cl(OH) < O2S(OH)2 < OS(OH)2 < As(OH)3
4. Untuk asam oksi yang memiliki komposisi dan bilangan oksidasi yang sama dari atom
pusat X, kekuatan asam berkurang dengan ukuran atom X. Dengan demikian
kekuatan asam menurun dalam urutan HClO4 > HBrO4 > HIO4 ; H3PO4 > H3AsO4 >
H3SbO4 ; HNO3 > HPO3 > HAsO3 ; H2SO4 > H2SeO4 > H2TeO4 ; dll.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan asam oksi :


1. Pengaruh muatan formal. Meningkatnya muatan formal pada X sebagai hasil dari
pembentukan ikatan koordinasi, antara X dan O meningkatkan kekuatan asam karena
efek induktif dari atom M bemuatan lebih tinggi dalam melemahkan ikatan O-H.
2. Pengaruh ikatan X. Mempertimbangkan semua atom oksigen non-hidroksi yang
terikat pada M oleh ikatan rangkap, ionisasi proton dari O-H memberikan anion yang
distabilkan oleh distribusi muatan di seluruh ion. Semakin besar jumlah atom O
berikatan X atau rangkap, semakin besar delokalisasi muatan, dan semakin besar
kekuatan asam.

Ada kemungkinan bahwa muatan formal dan pendekatan ikatan X tidak sesuai
sasaran dan gambar sebenarnya ada di antara kedua ekstrem. Ketika kontribusi dari
satu meningkat, maka dari yang lain berkurang, sehingga kekuatan asam oksi akan
sama untuk jumlah yang sama dari atom oksigen hidroksi dan non-hidroksi.
Generalisasi Pauling dapat memecah logam karena (1) rendahnya elektronegativitas
dan (2) kecenderungan yang berbeda untuk pembentukan ikatan X
3. Signifikansi orbital d. Perbedaan dalam asam oksi dari elemen periode kedua dan
periode yang lebih tinggi (misalnya HNO3 dan HPO3) adalah karena (i) peningkatan
relatif dalam ukuran atom yang lebih berat, (ii) kestabilan yang lebih rendah dari
ikatan p-p-π karena sifat yang lebih tersebar dari orbital p dari kulit ketiga dan lebih
tinggi, dan (iii) kecenderungan atom yang lebih berat untuk menerima elektron dalam
orbital d energi rendah kosong yang membentuk ikatan M-O p→d-π. Data kekuatan
ikatan menunjukkan bahwa karakter p-p-π adalah 21 % untuk IO3-, 37% untuk BrO3-
dan 54% untuk ClO3-.
Atom yang besar menghilangkan sejumlah besar ikatan, misalnya H5IO6 atau H6TeO6.
4. Pengaruh solvasi. Selain muatan formal dan resonansi kemungkinan solvasi dari keto
atom oksigen adalah penguatan asam sedangkan solvasi gugus hidroksil adalah
pelemahan asam karena efek induksi dari molekul air.

Nilai pK1 untuk H3PO4 (2.16), (CH3O)PO3H2 (1.52) dan (CH3O)2PO2H (0.76)
menunjukkan bahwa solvasi gugus hidroksil menyebabkan pelemahan yang sangat
besar kerna ikatan pelarut dengan proton yang dapat terionisasi.

Asam oksi (oxyacid) merupakan asam yang mengandung atom pusat yang dikelilingi oleh
atom-atom O dan gugus OH, XOn(OH)m sangat umum termasuk H2SO4, H2PO4, HNO3, dan
sebagainya. Sebagai contohnya yaitu H2PO4 dimana PO2(OH)2 dimana jumlah m = 2 dan
jumlah n = 2
Gambar strukturnya seperti berikut

Gugus Hidroksil

Atom Oksigen non-hidroksil

Definisi lain, asam oksi adalah asam terner yang mengandung atom oksigen. Untuk semua
asam anorganik yang umum, atom-atom hidrogen yang dapat terion adalah atom-atom
hidrogen yang mempunyai ikatan kovalen dengan atom oksigen. Oleh sebab itu, asam nitrat
(HNO3) lebih tepat dituliskan sebagai HONO2, sedangkan HClO4 dituliskan sebagai HOClO3,
dan seterusnya.

Dalam satu seri asam-asam oksi dari satu unsur terdapat hubungan antara kekuatan asam
dengan banyaknya atom oksigen dalam spesies yang bersangkutan. Semakin banyak atom
oksigen semakin kuat asam yang bersangkutan. Asam nitrat, HONO2 (pKa = -1,4) termasuk
asam kuat, dan lebih kuat daripada asam (lemah) nitrit HONO (pKa = +1,33). Parameter
elektronegativitas dapat dipakai untuk menjelaskan kekuatan relatif asam oksi ini. Atom
oksigen bersifat elektronegatif tinggi, maka semakin banyak atom oksigen semakin besar
densitas elektron tertarik menjauhi atom H sehingga semakin lemah ikatan O-H, dan
akibatnya semakin mudah terion dengan melepaskan ion H+, atau dengan kata lain semakin
kuat asam yang bersangkutan. Contoh asam oksi yang lain adalah asam fosfat (H 3PO4), asam
karbonat (H2CO3), dan asam sulfat (H2SO4).
Bagaimana kita dapat menurutkan kekuatan asam dari senyawa-senyawa HCl, HClO, HClO2,
HClO3, dan HClO4?
Kekuatan asam tersebut dapat ditentukan dengan parameter berikut :
a. Kekuatan asamnya akan semakin besar dengan semakin banyak oksigen yang terikat
pada atom pusat.
b. Kekuatan asam akan semakin besar dengan semakin besarnya bilangan oksidasi atom
pusat (dalam kasus ini adalah atom Cl).
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah donor proton, jadi kekuatan asam ditentukan oleh
seberapa mudah suatu spesies untuk mendonorkan protonnya. Semakin mudah suatu spesies
mendonorkan protonnya maka keasamannya akan semakin kuat begitu juga dengan
sebaliknya. Mudah tidaknya suatu spesies saam untuk mendonorkan protonnya dapat dilihat
dari seberapa bersa harga Ka dan seberapa besar asam tersebut terion dalam larutan.
Perhatikan senyawa HClO, HClO2, HClO3, dan HClO4 yang terion dalam air dengan reaksi
sebagai berikut :
HClO + H2O → H3O+ + ClO-
HClO2 + H2O → H3O+ + ClO2-
HClO3 + H2O → H3O+ + ClO3-
HClO4 + H2O → H3O+ + ClO4-
Semakin besar jumlah spesies asam yang terionisasi maka asam tersebut akan semakin kuat
dan sebaliknya. Bagaimana kita dapat menentukan asam-asam diatas, yang mana yang akan
terionisasi sempurna dan mana yang terionisasi sebagian untuk dapat kita gunakan dalam
menentukan kekuatan asamnya? Cara yang dapat digunakan adalah dengan menentukan
kestabilan anion sisa asam dalam larutan yaitu anion ClO-, ClO2-, ClO3-, dan ClO4-. Semakin
stabil anionnya maka semakin banyak asamnya terionisasi dan otomatis asamnya semakin
kuat.
Bagaimana kita dapat menentukan kestabilan anion-anion tersebut? Dengan cara melihat
bagaimana anion tersebut mendistribusikan muatan negatifnya (atau dengan kata lain melihat
struktur resonansinya). Semakin banyak jumlah atom oksigen maka anion diatas semakin
stabil, karena semakin banyak jumlah atom oksigen yang dapat menerima pendistribusian
muatan negatifnya, hal ini juga berarti anion tersebut memiliki banyak struktur resonansi.
Dengan demikian urutan anion yang stabil diatas adalah ClO - < ClO2- < ClO3- < ClO4-. Ingat
semakin stabil anion artinya semakin banyak asam yang terionisasi sehingga kekuatan
asamnya juga semakin besar. Oleh sebab itu urutan kakuatan asamnya dari yang terbesar
adalah HClO4 > HClO3 > HClO2 > HClO.

Rerefensi :

Manku, G. S., 1980, Theoritical Principle of Inorganic Chemistry, 2 th ed, Mc Graw Hill
Publishing Company Limited, New Delhi

Anda mungkin juga menyukai