CANCER
Holistic Prevention
“Cervical cancer prevenTIon and
treatment will lead to the
achievement of SDG Targets 3.4
and 3.8”
— WHO —
Target 3.4: mengurangi sepertiga kematian dini dari Penyakit Tidak Menular melalui pencegahan dan pengobatan, dan meningkatkan
kesehatan mental dan kesejahteraan.
Target 3.8: mencapai cakupan kesehatan semesta, termasuk perlindungan risiko keuangan untuk akses ke layanan perawatan kesehatan
berkualitas, dan akses ke obat-obatan dan vaksin esensial yang aman, efektif, berkualitas tinggi dan terjangkau bagi semua.
PENDAHULUAN
• Kanker serviks adalah kanker
keempat yang paling umum di
dunia dengan insiden dan
kematian yang tinggi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan
menengah (LMIC) di Afrika sub-
Sahara, Amerika Tengah dan
Selatan, Asia dan Oseania.
• Dari perkiraan 528.000 kasus baru
dan 267.000 kematian kanker
serviks di dunia, LMIC
menyumbang 445.000 kasus baru
dan 230.000 kematian
(WHO. 2020. Cancer Country Profile 2020: Indonesia. Geneva.) (GLOBOCAN. 2021. Indonesia Cancer Factsheet.)
PENDAHULUAN
● Kurangnya program pencegahan dan skrining yang efektif atau program skrining cytology
yang ada dilakukan secara sub-optimal, prevalensi infeksi HPV yang tinggi pada populasi
umum dan infeksi HIV pada populasi tertentu telah bertanggung jawab atas tingginya
beban kanker serviks di LMIC.
● Pengetahuan bahwa infeksi persisten, dengan salah satu papilomavirus manusia onkogenik
(HPV) adalah penyebab kanker serviks yang diperlukan dapat mendorong strategi
pengendalian penyakit inovatif untuk pencegahan dan deteksi dini yang berpotensi
eliminasi kanker serviks.
Sankaranarayanan, Rengaswamy, You-lin Qiao, and Namory Keita. 2015. “The Next Steps in Cervical
Screening.” Women’s Health 11(2):201–12. doi: 10.2217/WHE.14.70.
PENDAHULUAN
● Infeksi HPV berisiko tinggi mendorong dua pendekatan baru untuk pencegahan kanker
serviks:
○ 1) Vaksinasi HPV untuk mencegah infeksi pada wanita yang lebih muda (≤ 18
tahun) dan
● Pencegahan primer kanker serviks didasarkan pada gaya hidup sehat, peningkatan status
sosial-ekonomi, kesadaran, pemberdayaan perempuan dengan pendidikan dan status
sosial yang lebih baik, sunat laki-laki, peningkatan kebersihan dan vaksinasi HPV.
● Lambatnya penurunan insiden kanker serviks di banyak LMIC tanpa program penyaringan
disebabkan oleh perkembangan sosial ekonomi, peningkatan pendidikan dan kesadaran,
sanitasi yang lebih baik dan peningkatan praktik keluarga berencana.
Sankaranarayanan, Rengaswamy, You-lin Qiao, and Namory Keita. 2015. “The Next Steps in Cervical
Screening.” Women’s Health 11(2):201–12. doi: 10.2217/WHE.14.70.
2030 TARGETS TOWARDS THE ELIMINATION OF
CERVICAL CANCER
World Health Organization. 2020. Global Strategy to Accelerate the Elimination of Cervical Cancer as a Public Health Problem .
Geneva: World Health Organization.
CERVICAL CANCER CARE PATHWAY
World Health Organization. 2020. Global Strategy to Accelerate the Elimination of Cervical Cancer as a Public Health Problem .
Geneva: World Health Organization.
THE WHO COMPREHENSIVE
APPROACH TO CERVICAL
CANCER PREVENTION AND
CONTROL:
OVERVIEW OF
PROGRAMMATIC
INTERVENTIONS OVER THE
LIFE COURSE
TO PREVENT HPV INFECTION
AND CERVICAL CANCER
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta.
● Sitaresmi et al. menemukan bahwa pengetahuan (OR 1.90 (95%CI:1.40–2.57) dan
persepsi terhadap vaksinasi HPV menjadi factor prediktif penerimaan vaksinasi (OR
1.31(95%CI:1.05–1.63).
● Namun, beberapa pertimbangan yang muncul adalah
○ Tiga pertimbangan yang paling penting adalah tidak dikenakan biaya, halal, dan
efektif.
Sitaresmi, Mei Neni, Nisrina Maulida Rozanti, Lamria Besty Simangunsong, and Abdul Wahab. 2020. “Improvement of
Parent’s Awareness, Knowledge, Perception, and Acceptability of Human Papillomavirus Vaccination after a Structured-
Educational Intervention.” BMC Public Health 20(1):1–9. doi: 10.1186/s12889-020-09962-1.
• Penelitian mixed-method ini melibatkan remaja (9-12 tahun),
guru, orang tua, dan tenaga Kesehatan.
(Susanto et al. 2020)
• Usia rata-rata peserta remaja, orang tua, guru, dan profesional
kesehatan adalah 10,3 tahun, 35 tahun, 45 tahun, dan 35,8
tahun secara berurutan
• Partisipan remaja = 70,5% laki-laki, dan 29,5% perempuan;
guru, satu laki-laki dan tujuh adalah perempuan; sebagian
besar orang tua dan profesional kesehatan adalah perempuan.
• Mayoritas agama dan etnis peserta adalah Hindu dan Bali.
• Profesional kesehatan, mayoritas bidan, dan 2 di antaranya
dilatih untuk vaksin HPV.
• Jawaban responden disajikan dalam deskripsi dari proporsi
jawaban benar (berdasarkan kriteria yang ditentukan peneliti)
dari setiap pertanyaan.
Susanto, Tantut, Erwin Nur Rif’ah, Latifa Aini Susumaningrum, Ira Rahmawati, Rismawan Adi Yunanto, Ni Luh Putu Evayanti, and Putu Ayu Sani Utami. 2020.
“Human Papillomavirus Vaccine Acceptability among Healthcare Workers, Parents, and Adolescent Pupils: A Pilot Study in Public Health Centers of Bali,
Indonesia.” Germs 10(3):184–94. doi: 10.18683/germs.2020.1204.
● Persepsi tentang pengetahuan HPV remaja dan guru memiliki tingkat correctness yang rendah.
● Pengetahuan vaksinasi HPV guru memiliki tingkat correctness yang rendah pada semua pertanyaan,
remaja mempersepsikan dengan baik bahwa 3 dosis HPV diperlukan.
● Terkait penerimaan terhadap vaksin, partisipan remaja, orang tua dan guru dianggap memiliki tingkat
correctness yang rendah terhadap semua pertanyaan.
● Peneliti menyatakan bahwa pengetahuan dan persepsi mengenai vaksinasi HPV dan HPV di kalangan
remaja dan guru di Indonesia, khususnya di Denpasar, Bali, masih belum mencukupi.
● Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fakta bahwa anak-anak belum terbiasa dengan vaksin HPV, dan
tidak ada informasi rinci yang diberikan tentang program HPV di sekolah.
● Di Indonesia, program imunisasi hanya diketahui oleh program imunisasi dasar dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, sehingga hal ini berdampak pada pengetahuan di kalangan anak dan guru
tentang vaksinasi HPV bagi anak dalam mencegah kanker serviks.
Susanto, Tantut, Erwin Nur Rif’ah, Latifa Aini Susumaningrum, Ira Rahmawati, Rismawan Adi Yunanto, Ni Luh Putu Evayanti, and Putu Ayu Sani Utami. 2020.
“Human Papillomavirus Vaccine Acceptability among Healthcare Workers, Parents, and Adolescent Pupils: A Pilot Study in Public Health Centers of Bali,
Indonesia.” Germs 10(3):184–94. doi: 10.18683/germs.2020.1204.
Hasil studi
kualitatif (Susanto
et al. 2020)
● Dari hasil tersebut, tampak
bahwa petugas Kesehatan,
khususnya bidan,
membutuhkan dukungan
sumberdaya dalam
mendiseminasikan
pengetahuan HPV maupun
vaksinasi HPV
Hasil studi kualitatif (Susanto et al. 2020)
1) Persepsi orang tua terkait pemberian vaksin meliputi adanya kekhawatiran, kurang paham akan kandungan,
gejala ikutan, maupun kemungkinan Ca cerviks, kekurangan informasi terkait jadwal, keuntungan, maupun tipe
vaksin yang dibutuhkan.
2) Para guru membutuhkan bantuan dalam meningkatkan kesadaran (meningkatkan pemahaman dan
penjelasan factor risiko HPV) maupun keberlangsungan program (biaya vaksin dan akses pelayanan)
COMMON BARRIERS IN ACCESS TO CERVICAL CANCER
MANAGEMENT
World Health Organization. 2020. Global Strategy to Accelerate the Elimination of Cervical Cancer as a Public Health Problem. Geneva:
World Health Organization.
Kerangka
Manajemen
Pelayanan
Ca Cerviks
World Health Organization. 2020. Global Strategy to Accelerate the Elimination of Cervical Cancer as a Public Health Problem. Geneva:
World Health Organization.
Penyedia layanan Karakteristik dan keterampilan komunikasi seorang pendidik
kesehatan memainkan kesehatan (educator) yang efektif tentang topik kanker serviks
peran sentral dalam •Memiliki pemahaman yang benar tentang kanker serviks dan cara
mencegah dan pencegahannya, termasuk alasan untuk memprioritaskan kelompok
Berpengetahuan: usia tertentu untuk menerima layanan. Mampu mengantisipasi dan
mengelola kanker menjawab pertanyaan, serta mencari informasi lebih lanjut sesuai
serviks dengan kebutuhan.
meningkatkan Nyaman dengan topik: •Nyaman berbicara tentang anatomi, seks, dan seksualitas perempuan.
penggunaan layanan
vaksinasi dan skrining Jelas dan konsisten:
•Bagikan pesan-pesan utama yang mudah dipahami dan sesuai untuk
audiens Anda, dan konsistenlah dengan pesan-pesan ini.
oleh mereka yang
paling mungkin •Masalah yang berkaitan dengan kesehatan seksual bisa sangat
Sensitif dan tidak sensitif. Gunakan bahasa dan nada yang sesuai. Pastikan bahwa
diuntungkan. Dokter, menghakimi: kata-katanya tidak berkontribusi pada stigma atau mempromosikan
perawat, bidan terlatih stereotip gender yang berbahaya
atau petugas •Jadilah pendengar yang baik. Tunjukkan kesabaran dan pengertian
kesehatan masyarakat Mendukung:
serta bantu wanita dan keluarga menemukan solusi untuk masalah
mereka dan membuat keputusan yang baik tentang mendapatkan
– siapa saja yang perawatan yang mereka butuhkan.
memberikan layanan Menyambut dan •Ketika orang merasa diterima, mereka cenderung kembali untuk
klinis atau komunitas) memberi semangat: mendapatkan perawatan saat mereka membutuhkannya.
WHO. 2014. “Comprehensive Cervical Cancer Control.” Geneva 366–78.
tujuan utama pendidikan kesehatan
Pertahankan pesan inti agar tetap konsisten, terlepas dari audiensnya, tetapi juga berusaha
untuk membuat pesan yang sesuai secara lokal dan budaya dan menyesuaikan bahasa
dengan audiens menggunakan istilah yang dipahami secara umum bila memungkinkan.
Sesuaikan materi dengan pedoman nasional, tetapi perhatikan masukan dari komunitas
dan melakukan prates terhadap materi dengan orang-orang dari komunitas; gunakan umpan
balik dan saran mereka untuk merevisi materi untuk memastikan bahwa pesan sepenuhnya
dipahami dan efektif.
Kembangkan materi berisi pesan untuk mengatasi ketakutan dan kesalahpahaman umum,
serta stigma yang terkadang melekat pada kanker dan infeksi menular seksual
Pesan yang dapat Berbicara tentang kanker • Kanker serviks disebabkan oleh virus yang
menimbulkan stigma: serviks dan pra-kanker disebut HPV yang ditularkan melalui kontak
Kanker serviks disebabkan sebagai IMS dapat seksual dan kebanyakan orang mendapatkannya
oleh HPV, yaitu infeksi menciptakan stigma untuk pada suatu waktu dalam hidup mereka.
menular seksual (IMS). program skrining dan bagi • Sebagian besar infeksi HPV hilang dengan
Wanita yang menderita wanita yang dites positif sendirinya tanpa orang tersebut mengetahui
kanker serviks atau pra- dan menerima pengobatan. bahwa mereka terinfeksi.
kanker memiliki IMS. Hal itu dapat membuat • Pada beberapa wanita, infeksi tidak hilang dan
perempuan kurang setelah bertahun-tahun dapat menyebabkan lesi
bersedia untuk diuji dan prakanker. Jika tidak terdeteksi dan diobati, bisa
dapat menyebabkan berkembang menjadi kanker serviks.
masalah dalam • Semua wanita harus diskrining untuk kanker
hubungannya dengan serviks setidaknya sekali antara usia 30 dan 49
pasangannya, termasuk tahun, atau sesuai dengan pedoman nasional.
menyebabkan kekerasan • Wanita yang hidup dengan HIV berisiko lebih
berbasis gender. tinggi terkena kanker serviks. Mereka harus
diskrining segera setelah mereka didiagnosis
dengan HIV.
Vaksin mempengaruhi kesuburan dan jika Vaksin HPV tidak menyebabkan infertilitas atau
diberikan kepada gadis-gadis muda mungkin sterilitas.
membuat mereka tidak subur.
Putri saya tidak memerlukan vaksinasi ini Penting untuk melindungi anak perempuan
sekarang karena dia masih sangat muda dan sebelum mereka aktif secara seksual.
belum aktif secara seksual.
Vaksin ini akan mendorong aktivitas seksual lebih Bukti menunjukkan bahwa divaksinasi terhadap
dini. HPV tidak berdampak pada usia orang menjadi
aktif secara seksual.
WHO. 2014. “Comprehensive Cervical Cancer Control.” Geneva 366–78.
Vaksinasi HPV di Jepang (Beppu, et al., 2017)
Efek vaksin • Pemerintah memberikan subsidi untuk harga vaksin HPV sehingga
lebih terjangkau dan meningkatkan cakupan.
• Angka efek samping paska imunisasi HPV cukup tinggi dan menjadi
perhatian. Efek samping yang muncul cukup bervariasi seperti mual,
muntah, diare, takikardi, asma, hipotensi, bahkan kejang dan
penurunan kesadaran.
Perbandingan
Angka
Kejadian
Adverse
Events
Vaksinasi HPV
dibandingkan
Vaksinasi
Lainnya di
Jepang
Haseen, Fariha, Sadia Akther Sony. 2017. Cervical Cancer and Ethical issues in HPV Vaccination. Bangladesh Journal of Bioethics
8(2):30-37.
Peran penting
tenaga kesehatan
Penyedia layanan kesehatan
memainkan peran penting
dalam mencegah misinformasi
dan stigma tentang
pencegahan kanker serviks.