Abstrak
Sejak adanya laporan terakhir dari International Federation of Gynecology and
Obstetrics dimana telah dilakukannya upaya untuk mengurangi beban kanker serviks yang
bekerja sama dengan WHO. Di lebih dari 80 negara, vaksinasi HPV kini telah disertakan dalam
program nasional untuk mencegah kanker serviks. Namun, intervensi tersebut memakan waktu
beberapa tahun, sementara itu, lebih dari setengah juta kasus baru bertambah setiap tahun.
Perkembangan terbaru dalam pencitraan dan peningkatan penggunaan operasi invasif minimal
telah terjadi mengubah paradigma untuk manajemen kasus-kasus ini. Komite Ginekologi
(International Federation of Gynecology and Obstetrics) dan Komite Onkologi telah merevisi
sistem stadium berdasarkan kemajuan ini. Bab ini akan membahas penatalaksanaan kanker
serviks berdasarkan stadium penyakit, termasuk perhatian pada terapi paliatif dan masalah
kualitas hidup.
1 | Pendahuluan
Secara global, kanker serviks menjadi salah satu kanker yang paling umum terjadi di
kalangan wanita, setelah kanker payudara, kolorektal, dan kanker paru-paru. Pada tahun 2012
diperkirakan terdapat sekitar 527.600 kasus baru kanker serviks dengan jumlah angka kematian
hingga 265.700 setiap tahunnya. 1
Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, kanker
serviks menjadi paling umum terjadi di kalangan wanita dan menjadi penyebab ketiga kematian
yang paling umum terjadi. Mayoritas kasus baru dan kematian (kurang lebih 85% dan 90%)
terjadi di daerah dengan sumber daya rendah atau di antara orang-orang dari kelompok sosial
ekonomi yang rendah.
2 | Pertimbangan Anatomi
Serviks merupakan bagian paling bawah dari rahim, berbentuk silinder yang terdiri dari
stroma dan epitel. Bagian intravaginal, ektoserviks yang menonjol ke dalam vagina dan dilapisi
oleh epitel skuamosa. Kanal endoserviks memanjang dari os internal di persimpangan rahim ke
os eksternal yang membuka ke dalam vagina dan dilapisi oleh epitel kolumnar. Hampir semua
kasus karsinomal serviks berasal dari zona transformasi dari ectoserviks atau mukosa
endoserviks. Zona transformasi merupakan area cervix antara squamocolumnar junction lama
dan baru. Fakta bahwa serviks dapat dengan mudah divisualisasikan dan diambil sampelnya, dan
dapat diobati melalui pembekuan dan pembakaran atau tanpa anestesi untuk memahami
perkembangan dari kanker seiring dengan perkembangan teknik rawat jalan sederhana, skrining
dan pencegahan.
3.2 | Pencegahan sekunder kanker serviks dengan deteksi dini dan pengobatan lesi
prakanker
Bahkan dengan munculnya vaksin yang efektif, program skrining akan tetap menjadi
prioritas pencegahan kanker serviks selama beberapa dekade. Skrining kanker serviks telah
berhasil mencegah kanker melalui deteksi dan pengobatan lesi prekursor, yang dinamakan
neoplasia intraepitel serviks (CIN 2 dan 3) dan adenokarsinoma in-situ (AIS).
Beberapa strategi skrining serviks telah ditemukan efektif dalam berbagai pengaturan.
Tes yang digunakan secara luas termasuk sitologi konvensional nasional (Pap smear), dalam
beberapa tahun terakhir juga menggunakan sitologi berbasis cairan dan tes HPV, dan inspeksi
visual melalui asam asetat (VIA).11 Sementara Pap smear masih merupakan skrining utama dan
dikaitkan dengan penurunan substansial dalam risiko kanker serviks di negara-negara
berpenghasilan tinggi, dan merupakan tantangan sumber daya teknologi dan sumber daya yang
masih rendah11 di mana cakupan yang masih sempit, dan kurangnya hasil penjaminan mutu pada
hasil yang optimal. Dalam konteks penurunan infeksi HPV setelah diadakannya program vaksin
HPV satu dekade yang lalu, banyak sistem kesehatan sedang mempertimbangkan untuk beralih
ke skrining HPV primer, dengan tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dan nilai prediksi negatif,
serta memungkinkan interval skrining yang dapat diperpanjang atau bahkan skrining seumur
hidup.12,13 Inspeksi visual asam asetat dapat melibatkan deteksi lesi acetowhite pada serviks
dalam waktu 1 menit. Mengingat kelayakannya, skrining inspeksi visual asam asetat telah
dilakukan secara luas di berbagai negara berpenghasilan rendah terutama di Sub-Sahara Afrika.
Pendekatan kunjungan tunggal (SVA) untuk skrining dengan diagnosis dan pengobatan yang
cepat dapat meningkatkan cakupan, menghilangkan kunjungan tindak lanjut, dan meningkatkan
efisiensi biaya dan waktu dalam skrining yang lebih tepat.14–16 Skrining inspeksi visual asam
asetat sangat cocok untuk pendekatan kunjungan tunggal dan WHO telah mengeluarkan
pedoman penerapan pendekatan kunjungan tunggal dalam pengaturan kesehatan.
Modalitas skrining tunggal tidak akan pernah berlaku secara universal, namun dapat
meminimalisir biaya yang dikeluarkan pada skrining kanker serviks. Strategi skrining yang
dipilih harus layak, sederhana, aman, akurat, dapat diterima, dan mudah diakses wanita dengan
risiko tertinggi. Kombinasi bijaksana antara vaksinasi dan skrining HPV memiliki potensi yang
sangat besar untuk mengeliminasi kanker serviks di Indonesia di masa depan yang akan datang.
4 | Stadium FIGO
Kanker serviks dapat menyebar secara langsung melalui parametrium, vagina, rahim dan
organ yang berdekatan, yaitu kandung kemih dan rektum dan juga dapat menyebar di sepanjang
saluran limfatik yaitu, limfo nodus obturator, iliaka eksternal, iliaka internal, dan kemudian ke
nodus iliaka dan paraaorta. Kanker serviks juga dapat bermetastasis jauh hingga ke paru-paru,
hati, dan tulang dengan rute hematogen.
Sampai saat ini, stadium FIGO dapat didasarkan pada pemeriksaan klinis dengan
penambahan prosedur tertentu yang diizinkan oleh FIGO. Pada tahun 2018, pemeriksaan klinis
telah direvisi oleh FIGO Komite Onkologi Ginekologi untuk mengizinkan pemeriksaan
pencitraan dan temuan patologi, jika tersedia.
4.3 | Histopatologi
Sangat penting bahwa semua kanker harus dikonfirmasi melalui pemeriksaan secara
mikroskopis. Kasus karsinoma serviks dapat diklasifikasikan sebagai karsinoma serviks jika
tumbuh di serviks. Jenis histopatologi, seperti yang dijelaskan dalam WHO 2014 mengenai
Tumor Organ Reproduksi Wanita 39 adalah sebagai berikut :
1. Karsinoma sel skuamosa (keratinisasi; non-keratinisasi; papillary, basaloid, kutil, verrucous,
squamotransitional, dan lymphoepithelioma)
2. Adenocarcinoma (endocervical; mucinous, villoglandular, endometrioid).
3. Adenokarsinoma clear cell
4. Karsinoma serosa
5. Karsinoma adenosquamous
6. Karsinoma glassy cell
7. Karsinoma kistik adenoid
8. Karsinoma basal adenoid
9. Small cell carcinoma small
10. Karsinoma tidak berdiferensiasi
Penilaian dengan salah satu dari beberapa metode dianjurkan, namun bukan dasar untuk
memodifikasi pengelompokan stadium pada karsinoma serviks. Penilaian histopatologis dapat
melalui penilaian sebagai berikut:
1. GX: Nilai tidak dapat dinilai
2. G1: Terdiferensiasi dengan baik
3. G2: Berdiferensiasi sedang
4. G3: Buruk atau tidak berdiferensiasi
5.2.1 | Terapi radiasi untuk penyakit tahap awal (FIGO Stadium IA, IB1, IB2, dan IIA1)
Meskipun pembedahan lebih disukai pada penyakit tahap awal, pada kasus dengan
kontraindikasi untuk operasi atau anestesi, radioterapi dapat menghasilkan output yang sama
baiknya dalam hal kontrol lokal serta kelangsungan hidup pasien. Perlakuan keputusan harus
dibuat atas dasar klinis, anatomi, dan faktor sosial faktor. Pasien dengan penyakit mikroinvasif
yang telah dirawat oleh terapi radiasi intracavitary (ICRT) saja dengan hasil yang baik, maka
pilihan terapi operasi dapat dikontraindikasikan karena masalah medis tertentu. Pasien dengan
penyakit stadium IB1 juga dapat diobati dengan ICRT saja, terutama jika terdapat kontraindikasi
relatif terhadap terapi radiasi sinar eksternal (EBRT).79 Dosis setara 60-65 Gy biasanya
diresepkan untuk Point A. Kombinasi EBRT dan ICRT juga merupakan pilihan untuk pasien
tersebut. Baik pembedahan dan radioterapi tetap menjadi pilihan yang layak pada penyakit
dengan stadium tertentu. Radioterapi definitif atau kemoradiasi bersamaan (CCRT) lebih disukai
pada pasien yang cenderung memerlukan radioterapi pasca operasi untuk menghindari
pengobatan yang dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas. Terdapat percobaan acak
tunggal yang membandingkan pembedahan dan radioterapi 52
namun tidak ada yang
membandingkan pembedahan dengan CCRT, yang merupakan standar pengobatan pasien yang
diobati dengan radioterapi definitif. Landoni et al.52 menyebutkan bahwa pada percobaan secara
acak pasien dengan kanker serviks IB atau IIA untuk operasi dengan atau tanpa radioterapi pasca
operasi (PORT) versus radioterapi definitif, bahwa terapi radioterapi pasca operasi diberikan
kepada 64% pasien pada kelompok operasi. Dari hasil tersebut, bahwa kedua kelompok
pengobatan menghasilkan kelangsungan hidup keseluruhan yang serupa (sekitar 83%) dan
kelangsungan hidup bebas penyakit (hingga 74%), namun angka morbiditas lebih tinggi dalam
operasi lengan (28% vs 12%), kemungkinan karena kontribusi dari kedua pengobatan tersebut.
Pembaruan uji coba yang sama menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dengan radioterapi
dibandingkan dengan pembedahan (77% vs 72%, P=0,280).80 Dari hasil analisis multivariat
menunjukkan bahwa faktor risiko kelangsungan hidup termasuk ke dalam tipe histopatologis
(P=0,020), diameter tumor (P=0,008), dan status kelenjar getah bening (P<0,001).80
5.2.6 | Terapi radiasi setelah pembedahan tidak disengaja yang tidak lengkap
Kanker serviks invasif dapat ditemukan selama dilakukan evaluasi pada spesimen
patologis dari histerektomi sederhana. Histerektomi sederhana yang tidak disengaja dianggap
bukan merupakan operasi yang diindikasikan untuk karsinoma serviks invasif. Dalam situasi
seperti itu, luasnya penyakit harus dinilai menggunakan teknik prosedur PET/CT scan atau CT
scan panggul dan CT scan perut atau MRI, serta pencitraan thoraks. Rencana perawatan
selanjutnya dapat digunakan berdasarkan temuan histologis dan radiologis. Meskipun terapi
radioterapi pasca operasi dapat digunakan untuk pasien setelah menjalani pembedahan
histerektomi sederhana116.117 hasilnya menunjukkan bahwa setelah pasien menjalankan terapi
radioterapi pasca operasi maka ternyata 5 tahun mendatang dapat meningkatkan angka
kelangsungan hidup dan bebas kekambuhan hingga 49%,33 dan oleh karena itu umumnya
diperlukan prosedur CCRT. Di sebuah studi dari India yang dilakukan oleh Sharma et al.116
melaporkan hasil dari 83 pasien yang telah diobati dengan terapi radioterapi pasca operasi
setelah histerektomi sederhana (33 pasien) atau histerektomi radikal (50 pasien) bahwa 5 tahun
mendatang pasien memiliki angka harapan hidup dan bebas kekambuhan yang lebih rendah pada
pasien yang menjalani terapi radioterapi pasca operasi setelah histerektomi sederhana (masing-
masing 49% vs 72%; P=0,04). Oleh karena itu, terapi radioterapi pasca operasi tidak dapat
memberikan kompensasi karena kurangnya operasi yang memadai. Selain itu, diketahui juga
bahwa beberapa pasien cocok untuk dilakukan prosedur pembedahan laparatomi ulang dengan
parametrektomi dan limfadenektomi panggul. Prosedur ini akan sangat menantang karena telah
memiliki jaringan parut sebelumnya serta adhesi dan distorsi anatomi, namun memang memiliki
potensi yang dapat digunakan sebagai operasi kuratif118 adjuvant.
6 | Situasi Khusus
6.1 | Kanker serviks selama kehamilan
Manajemen yang memadai dari pasien kanker serviks membutuhkan tim multidisiplin.
Rencana tersebut harus didiskusikan dengan pasien dan, sebaiknya, perlu dipertimbangkan juga
pada pasangan pasien.
Secara garis besar, penatalaksanaan kanker serviks pada kehamilan memiliki prinsip yang
sama seperti pada keadaan tidak hamil. Pada sebelum 16-20 minggu kehamilan, pasien harus
dirawat tanpa penundaan dan pemberian terapi dapat berupa operasi atau kemoradiasi tergantung
pada stadium penyakit. Namun, penggunaan terapi radiasi harus hati-hati karena sering
mengakibatkan aborsi spontan. Pada kehamilan trimester akhir, pasien dapat diberikan operasi
dan kemoterapi yang dapat digunakan dalam kasus-kasus tertentu bersamaan dengan
mempertahankan kehamilan.143 Saat diagnosis ditegakkan setelah 20 minggu, pengobatan
definitif dapat ditunda karena merupakan pilihan yang valid untuk dilakukan pada kanker
stadium IA2, IB1 dan 1B2, dan belum terbukti memiliki dampak negatif terkait prognosis yang
buruk. 144–146
Ibu hamil disarankan untuk menjalani persalinan secara sesae dan histerektomi
radikan pada saat yang sama selambat-lambatnya 34 minggu kehamilan. Untuk penyakit yang
lebih lanjut, dampak dari penundaan pengobatan terhadap kelangsungan hidup belum diketahui
secara pasti. Kemoterapi neoajuvan dapat diberikan untuk mencegah perkembangan penyakit
pada wanita dengan kanker serviks stadium lanjut secara lokal ketika diperlukan penundaan
pengobatan yang telah direncanakan.147,148
Daftar Pustaka
Bhatla, N., Aoki, D., Sharma, D. N., Sankaranarayanan, R. Cancer of the cervix uteri. Int J
Gynecol Obstet 2018; 143 (Suppl. 2): 22–36