Oleh :
Parida Angriani
Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram
angrianiparidabaiq@gmail.com
Abstrak
Abstract
Health management skills are the way to successful health development. The childbirth with
surgery, management protection and right patients must improved that malpractice does not
occur. Law has an important role protection of human aspects in the health sector. Medical
actions need attention that legal protection of patient is guaranteed for pregnant have a cesarean.
This paper contains a statement about the legal protection for pregnant and the legal
responsibility of doctors in the childbirth. Juridical normative research with Conceptual
Approach and Statute Approach method. Legal protection for pregnant when childbirth process
starts from the existence of a therapeutic agreement between doctor and patient where there is
consent of trust be healed with the medical standards. Doctors responsibility if proven
malpractice either intentionally or negligencely, the patient can ask for legal responsibility based
on Clause 1365 and 1367 of the Civil Code and Clause 359, 360 and 361 of the Criminal Code.
Patients' rights need to protected implementing a preventive element of malpractice which is
arranged in own rules so as doctors and patients understand their rights and responsibilities in
law.
Keywords : Legal Protection of Childbirth, Childbirth, Malpractice.
A. PENDAHULUAN Kemampuan manajemen kesehatan
1
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194
yang merupakan kunci keberhasilan persalinan ini bisa saja meningkat di tengah
pembangunan kesehatan pada saat ini belum kondisi pandemi Covid-19. Situasai pandemi
sepenuhnya memadai. Beberapa hal yang Covid-19 menyebabkan kecemasan pada
menjadi penyebabnya adalah masih belum setiap individu, terutama pada ibu hamil.
memadainya sistem informasi kesehatan untuk Kecemasan tersebut dapat saja muncul karena
disebarluaskan kepada masyarakat, pelayanan masih minimnya penelitian terkait dengan
kesehatan yang belum berjalan dengan baik, virus tersebut, keadaan inilah yang dapat
dan belum mantapnya pengendalian dan memicu terganggunya kesehatan ibu hamil.
pengawasan serta penilaian program yang Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk
ditetapkan. Di samping itu menejemen terjadinya penyakit berat, yang dapat
organisasi dan tata kerja sistem pelayanan menyebabkan proses persalinan prematur
yang diselenggarakan pemerintah, baik ataupun persalinan dengan tindakan operasi.
pemerintah pusat maupun daerah, serta upaya Pada tindakan persalinan dengan
kesehatan yang dikelola masyarakat termasuk operasi, perlindunggan dan hak-hak terhadap
pihak swasta belum dirumuskan secara pasien harus lebih ditingkatkan. Pemerintah
terperinci. maupun swasta dalam melaksanakan
Mengingat upaya kesehatan harus pelayanan kesehatan diharapkan selalu
dilaksanakan secara serasi dan seimbang oleh memperhatikan aspek-aspek kemanusian di
pemerintah dan masyarakat, pemerintah dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini hukum
diharapkan lebih mampu menghadapi mempunyai peranan yang sangat penting
tugasnya agar dapat mengatur secara baik sebagai proteksi terhadap aspek-aspek
masalah- masalah yang menyangkut dengan kemanusian di dalam bidang kesehatan
kesehatan. Untuk itu masalah organisasi dan tersebut. UU No. 36 Tahun 2009 tentang
manajemen kesehatan harus mendapat Kesehatan merupakan suatu produk yang
perhatian yang sungguh-sungguh. berhasil ditetapkan oleh pemerintah untuk
Di zaman ini dunia kesehatan menjadi menganti UU No. 23 Tahun 1992 tentang
salah satu tempat dimana teknologi-teknologi Kesehatan sebagai pelindung dan batas-
baru dikembangkan dan banyak diterapkan, batasan dalam pelaksanaan pelayanan
terutama untuk kepentingan diagnosa penyakit kesehatan. Batasan-batasan terhadap tindakan
dan juga penanganan atau penyembuhan tersebut ditegaskan dalam Pasal 126 (1) UU
penyakit. Dampak dari perkembangan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
teknologi tersebut telah menimbulkan harapan menyebutkan bahwa, upaya kesehatan ibu
dan dugaan yang keliru dari masyarakat, harus ditunjukan untuk menjaga kesehatan ibu
mereka menganggap peralatan canggih akan sehingga mampu melahirkan generasi yang
membuat suatu keajaiban, namun sehat dan berkualitas sehingga mampu
kenyataannya dalam setiap tindakan medik mengurangi angka kematian ibu.
akan selalu melekat resiko yang tidak dapat Angka kematian ibu bersalin secara
dihindari datangnya, apalagi tindakan yang caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran
berkaitan dengan persalinan secara section hidup, angka ini menunjukkan risiko 25 kali
caesaria atau operasi caesar. Tindakan operasi lebih besar dan risiko infeksi 80 kali lebih
tinggi dibandingkan persalinan secara normal.1 dalam proses melahirkan, mewajibkan para
Banyaknya angka kematian terhadap ibu aparat penegak hukum, tenaga medis, maupun
2
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042
2
Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir,Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Kedokteran EGC,
Jakarta,1999, Hlm. 87.
minim sehingga sepenuhnya akan penyembuhannya kepada dokter. Dalam
menyerahkan setiap tindakan medik untuk keadaan ini hubungan pasien dengan dokter
3
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194
adalah atas dasar kepercayaan dari pasien atas Tahap hubungan ini terjadi apabila pasien
kemampuan dokter untuk berupaya sakit tapi sadar dan mempunyai
semaksimal mungkin untuk menyembuhkan kemampuan untuk meminta pertolongan
penyakit yang dideritanya, sehingga hubungan dokter serta bersedia untuk bekerjasama
medik seperti ini sering kali disebut dengan dengan dokter. Pada tahapan hubungan ini
hubungan yang berlandaskan kepercayaan.3 sudah tampak adanya partisipasi dari
Hubungan hukum antara dokter pasien tetapi dalam proses pelayanan
dengan pasien sebetulnya merupakan kesehatan. Peran dokter masih lebih
hubungan pelayanan kesehatan (medical dominan dalam menentukan tindakan-
service) atau istilah lain dalam tindakan medik tindakan yang akan dilakukan. Dengan
antara health provider (pemberi layanan demikian kedudukan dokter sebagai orang
kesehatan) dengan healt receiver (penerima yang dipercaya pasien masih signifikan.
layanan kesehatan).4 c. Hubungan Partisipasi Bersama.
Perkembangan Hubungan ini dapat Pada tahap hubungan ini pasien menyadari
dikelompokan pada tahapan- tahapan sebagai bahwa dirinya adalah pribadi yang
berikut :5 sederajat dengan dokter, dan dengan
a. Hubungan Aktif – Pasif. demikian apabila ia berhubungan dengan
Pada tahapan ini pasien tidak memberikan dokter maka hubungan tersebut dibangun
kontribusi apapun bagi jasa pelayanan atas dasar perjanjian yang disepakati
kesehatan yang akan diterimanya. Pasien bersama.
sepenuhnya percaya kepada dokter untuk Hubungan dokter dengan pasien secara
melakukan tindakan yang diperlukan. hukum umumnya tejadi melalui suatu
Dokter bagi pasien merupakan orang yang perjanjian atau kontrak. Dimulai dengan tanya
paling tahu tentang kondisi kesehatannya. jawab (anamnesis) antara dokter dengan
Pada tahapan hubungan yang seperti ini pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan
interaksi komunikasi yang dilakukan fisik, sampai akhirnya dokter melakukan
pasien tidak menyangkut pilihan-pilihan dianogsis. Hubungan dokter dengan pasien,
tindakan pelayanan kesehatan, karena ia dari proses tanya jawab sampai dilakukanya
tidak mampu memberikannya. upaya atau tindakan penyelamatan, dokter
Ketidakmampuan tersebut bisa saja karena melakukan pencatatan dalam suatu medical
ia betul-betul tidak memiliki pengetahuan records (rekam medis). Perbuatan rekam
medik sehingga pasrah dan percaya medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai
kepada dokter sepenuhnya atau karena dengan dipenuhinya standar profesi medis hal
kondisinya yang tidak memungkinkan ini biasanya disebut sebagai perjanjian
memberikan pendapatnya, misalkan pasien terapautik.
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dalam hubungan hukum antara dokter
b. Hubungan kerjasama Terpimpin. dan pasien atau dengan istilah terapautik yang
3
menghasilkan apa yang disebut dengan
Aziz Noor M, 2010, Penelitian Hukum
Tentang Hubungan Tenaga Medik, Rumah Sakit Dan
pelayanan medik atau tindakan medik.
Pasien, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Dikenal adanya asas-asas hukum yang harus
Kemenkumham, hlm. 40. dipedomani oleh dokter dalam melakukan
4
Komalawati, 2002, Peranan Informed Consent
Dalam Transaksi Terapeutik, Jakarta, PT Citra Buana, 5
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Dan
hlm. 1. Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga
Melakukan Malpraktik, Karya Putra Darwati, Bandung
2012, hlm. 35.
pelayanan kesehatan terhadap pasiennya. yaitu pada Bab II Pasal 2. Dengan demikian
Asas- asas hukum tersebut sebagaimana diatur secara hukum, asas-asas tentang praktek
dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran kedokteran telah menjadi hukum positif bagi
4
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042
6
Safitri Hariyani, 2005, Sengketa Medik
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter
Dengan Pasien, Diadit Media. hlm. 12
5
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194
6
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042
10
Dewi Alexandra Indriyanti, ibid, hlm. 173.
3) Kewajiban mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
7
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194
Pasal 359 KUHP. Dalam Pasal 360 dan 361 malpraktek dalam dunia kesehatan terutama di
KUHP dipertegas kembali tentang kealfaan Indonesia.
yang menyebabkan orang lain luka berat dan E. PENUTUP
ancaman pidana bagi dokter yang terbukti Kesimpulan
melakukan malpraktek dalam hal jabatan atau 1. Perlindungan hukum Ibu (pasien) dalam
mata pencahariannya. proses persalinan dimulai dari adanya
Berdasarkan pemaparan diatas Penulis hubungan hukum antara dokter dengan
dapat menyimpulkan bahwa dalam tindakan pasien yang mengakibatkan adanya
medis dokter yang terbukti melakukan perjanjian terapautik antara dokter dan
Malpraktek baik karena kesengajaan maupun pasien, perjanjian ini merupakan
akibat kelalaiannya maka pasien berhak untuk persetujuan dari pasien atau keluarga
meminta pertanggungjawaban sebagaimana dengan adanya prinsip kepercayaan untuk
yang termuat dalam KUHPidana maupun dapat disembuhkan sesuai dengan standar
KUHPerdata dan hak-hak lain yang patut profesi medis. Kemudian berlanjut
dilindungi oleh hukum. dengan dokter menjalankan tindakan
Dalam tindakan medik antara pasien medik sesuai dengan hak-hak pasien yang
maupun dokter, pasien memiliki kedudukan diatur oleh undang-undang.
yang lemah karena kontraktual terjadi dengan 2. Tanggung jawab hukum dokter apabila
prinsip kepercayaan dimana pasien terbukti melakukan malpraktek baik
memberikan wewenang secara penuh dalam karena kesengajaan maupun akibat
hal pengobatannya kepada dokter karena kelalaiannya, maka pasien dapat meminta
kurang pemahaman dalam dunia medik. Hal pertanggungjawaban hukum berdasarkan
inilah yang menyebabkan hak-hak pasien Pasal 1365 dan 1367 KUHPerdata serta
perlu dilindungi dan tidak diabaikan sehingga Pasal 359, 360 dan 361 KUHPidana.
dalam penerapan aturan menurut hemat Saran
penulis harus dibuat dengan menerapkan Diharapkan bagi pemerintah untuk
adanya unsur Preventif (Pencegahan) lebih meningkatkan mutu dan kualitas aturan
terjadinya tindakan malpraktek yang tersusun hukum yang memberikan perlindungan
dalam aturan tersendiri yang lebih jelas hukum terhadap pasien terutama Ibu dalam
sehingga dokter dan pasien lebih proses persalinan dengan membuat aturan
memahami tersendiri atau merevisi Undang-Undang
pertanggungjawabannya. Hal ini berkaitan erat Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
dengan teori kepastian hukum sebagaimana yang dapat memberikan perlindungan hukum
yang disebutkan oleh Sudikno Mertukusumo, yang lebih efektif sehingga Ibu (pasien) dapat
kepastian hukum yang memberikan jaminan terproteksi dari tindakan malpraktek.
bagi pihak yang berkepentingan. Jika
kepastian tersebut tercapai maka akan selaras
dengan teori utilitas Jeremy Bentham yang DAFTAR PUSTAKA
menyatakan bahwa tujuan pembentukan
hukum adalah untuk menjamin kebahagiaan Buku
dan kenyamanan orang banyak. Dengan
demikian peraturan perundang-undangan Aziz Noor M, Penelitian Hukum Tentang
harus dibuat dengan adanya koordinasi antara Hubungan Tenaga Medik, Rumah
pemerintah, penegak hukum maupun Sakit Dan Pasien, Jakarta, Badan
masyarakat untuk dapat mencegah tindakan Pembinaan Hukum Nasional
Kemenkumham, 2010.
Kesehatan, Yogyakarta : Pustaka
Dewi Alexandra Indriyanti, Etika dan Hukum Book Publishing, 2008.
9
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194
Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir, Etika Sandra Dini Febri, Pembuktian Perdata dalam
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Kasus Malpraktik di Yogyakarta,
Kedokteran EGC, Jakarta,1999.
Mimbar Hukum Edisi Khusus, 2011.
Komalawati, Peranan Informed Consent
Dalam Transaksi Terapeutik, Suhartatik. Faktor-Faktor
Jakarta, PT Citra Buana, 2002. Yang Mempengaruhi Ibu
Hamil Didalam Memilih Persalinan
Ngesti W Utami dkk, Etika Keperawatan dan Sectio Caesarea. Jurnal Stikes Nani
Keperawatan Profesional,
Hasanudin Makassar, 2014.
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,
2016.
Peraturan Perundang-undangan
Safitri Hariyani, Sengketa Medik Alternatif
Penyelesaian Perselisihan Antara Indonesia, Tentang Kesehatan. UU. No. 36
Dokter Dengan Pasien, Diadit Tahun 2009. Lembaran Negara
Media, 2005. Republik Indonesia. Nomor. 144
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Dan Indonesia, Praktik Kedokteran. UU. No. 29
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Tahun 2004. Lembaran Negara
Yang Diduga Melakukan Republik Indonesia. Nomor. 166
Malpraktik, Karya Putra Darwati,
Bandung 2012. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Situs : Nomor. 556. Tahun 1924
Karya Ilmiah :
10