Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN :2528-651X

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042

PERLINDUNGAN HUKUM IBU DARI MALPRAKTIK DALAM PROSES


PERSALINAN (STUDI KAJIAN HUKUM KESEHATAN)

Oleh :
Parida Angriani
Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram
angrianiparidabaiq@gmail.com

Abstrak

Kemampuan manajemen kesehatan merupakan kunci keberhasilan pembangunan kesehatan.


Pada tindakan persalinan dengan operasi, manajemen perlindungan dan hak-hak terhadap pasien
harus ditingkatkan agar tidak terjadi malpraktek. Hukum mempunyai peranan penting sebagai
proteksi terhadap aspek-aspek kemanusian di bidang kesehatan. Tindakan medis perlu perhatian
lebih agar perlindungan hukum terhadap hak pasien terjamin bagi Ibu hamil yang melakukan
persalinan secara caesar. Tulisan ini memiliki rumusan malasah tentang perlindungan hukum Ibu
dan tanggungjawab hukum dokter dalam proses persalinan. Penelitian yuridis normative dengan
menggunakan metode pendekatan Conseptual Approach dan metode pendekatan Statute
Approach. Perlindungan hukum ibu (pasien) dalam proses persalinan dimulai dari adanya
perjanjian terapautik antara dokter dan pasien dimana adanya persetujuan dari pasien atau
keluarga dengan adanya prinsip kepercayaan untuk dapat disembuhkan sesuai dengan standar
profesi medis. Tanggung jawab hukum dokter apabila terbukti melakukan malpraktek baik
karena kesengajaan maupun akibat kelalaiannya, pasien dapat meminta pertanggungjawaban
hukum berdasarkan Pasal 1365 dan 1367 KUHPerdata serta Pasal 359, 360 dan 361 KUHPidana.
Hak-hak pasien perlu dilindungi dengan menerapkan adanya unsur preventif (pencegahan)
terjadinya tindakan malpraktek yang tersusun dalam aturan tersendiri sehingga dokter dan pasien
lebih memahami hak dan pertanggungjawabannya dalam hukum sehingga kepastian hukum itu
tercapai.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum Persalinan, Proses Persalinan, Malpraktik.

Abstract

Health management skills are the way to successful health development. The childbirth with
surgery, management protection and right patients must improved that malpractice does not
occur. Law has an important role protection of human aspects in the health sector. Medical
actions need attention that legal protection of patient is guaranteed for pregnant have a cesarean.
This paper contains a statement about the legal protection for pregnant and the legal
responsibility of doctors in the childbirth. Juridical normative research with Conceptual
Approach and Statute Approach method. Legal protection for pregnant when childbirth process
starts from the existence of a therapeutic agreement between doctor and patient where there is
consent of trust be healed with the medical standards. Doctors responsibility if proven
malpractice either intentionally or negligencely, the patient can ask for legal responsibility based
on Clause 1365 and 1367 of the Civil Code and Clause 359, 360 and 361 of the Criminal Code.
Patients' rights need to protected implementing a preventive element of malpractice which is
arranged in own rules so as doctors and patients understand their rights and responsibilities in
law.
Keywords : Legal Protection of Childbirth, Childbirth, Malpractice.
A. PENDAHULUAN Kemampuan manajemen kesehatan

1
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194

yang merupakan kunci keberhasilan persalinan ini bisa saja meningkat di tengah
pembangunan kesehatan pada saat ini belum kondisi pandemi Covid-19. Situasai pandemi
sepenuhnya memadai. Beberapa hal yang Covid-19 menyebabkan kecemasan pada
menjadi penyebabnya adalah masih belum setiap individu, terutama pada ibu hamil.
memadainya sistem informasi kesehatan untuk Kecemasan tersebut dapat saja muncul karena
disebarluaskan kepada masyarakat, pelayanan masih minimnya penelitian terkait dengan
kesehatan yang belum berjalan dengan baik, virus tersebut, keadaan inilah yang dapat
dan belum mantapnya pengendalian dan memicu terganggunya kesehatan ibu hamil.
pengawasan serta penilaian program yang Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk
ditetapkan. Di samping itu menejemen terjadinya penyakit berat, yang dapat
organisasi dan tata kerja sistem pelayanan menyebabkan proses persalinan prematur
yang diselenggarakan pemerintah, baik ataupun persalinan dengan tindakan operasi.
pemerintah pusat maupun daerah, serta upaya Pada tindakan persalinan dengan
kesehatan yang dikelola masyarakat termasuk operasi, perlindunggan dan hak-hak terhadap
pihak swasta belum dirumuskan secara pasien harus lebih ditingkatkan. Pemerintah
terperinci. maupun swasta dalam melaksanakan
Mengingat upaya kesehatan harus pelayanan kesehatan diharapkan selalu
dilaksanakan secara serasi dan seimbang oleh memperhatikan aspek-aspek kemanusian di
pemerintah dan masyarakat, pemerintah dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini hukum
diharapkan lebih mampu menghadapi mempunyai peranan yang sangat penting
tugasnya agar dapat mengatur secara baik sebagai proteksi terhadap aspek-aspek
masalah- masalah yang menyangkut dengan kemanusian di dalam bidang kesehatan
kesehatan. Untuk itu masalah organisasi dan tersebut. UU No. 36 Tahun 2009 tentang
manajemen kesehatan harus mendapat Kesehatan merupakan suatu produk yang
perhatian yang sungguh-sungguh. berhasil ditetapkan oleh pemerintah untuk
Di zaman ini dunia kesehatan menjadi menganti UU No. 23 Tahun 1992 tentang
salah satu tempat dimana teknologi-teknologi Kesehatan sebagai pelindung dan batas-
baru dikembangkan dan banyak diterapkan, batasan dalam pelaksanaan pelayanan
terutama untuk kepentingan diagnosa penyakit kesehatan. Batasan-batasan terhadap tindakan
dan juga penanganan atau penyembuhan tersebut ditegaskan dalam Pasal 126 (1) UU
penyakit. Dampak dari perkembangan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
teknologi tersebut telah menimbulkan harapan menyebutkan bahwa, upaya kesehatan ibu
dan dugaan yang keliru dari masyarakat, harus ditunjukan untuk menjaga kesehatan ibu
mereka menganggap peralatan canggih akan sehingga mampu melahirkan generasi yang
membuat suatu keajaiban, namun sehat dan berkualitas sehingga mampu
kenyataannya dalam setiap tindakan medik mengurangi angka kematian ibu.
akan selalu melekat resiko yang tidak dapat Angka kematian ibu bersalin secara
dihindari datangnya, apalagi tindakan yang caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran
berkaitan dengan persalinan secara section hidup, angka ini menunjukkan risiko 25 kali
caesaria atau operasi caesar. Tindakan operasi lebih besar dan risiko infeksi 80 kali lebih
tinggi dibandingkan persalinan secara normal.1 dalam proses melahirkan, mewajibkan para
Banyaknya angka kematian terhadap ibu aparat penegak hukum, tenaga medis, maupun

2
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042

masyarakat untuk lebih memperhatikan setiap 2. Bagaimana tanggungjawab hukum dokter


tindakan-tindakan dalam penyelamatan ibu, apabila terjadi malpraktek dalam proses
sehingga tidak terjadi kesalahan atau persalinan ?
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan C. METODE PENELITIAN
oleh tenaga medis atau dokter yang sering Penelitian ini merupakan jenis
disebut dengan medical malpractice. penelitian yuridis normatif, dengan
menggunakan dua metode pendekatan yaitu
Malpraktek adalah kelalaian seorang
metode pendekatan Conseptual Approach
dokter untuk mempergunakan tingkat adalah suatu pendekatan yuridis normatif yang
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang beranjak dari suatu perundang-undangan dan
lazim dipergunakan dalam mengobati pasien doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu
atau orang yang terluka menurut ukuran di hukum, metode pendekatan Statute Approach
lingkungan yang sama.2 Dari pendapat ahli adalah penelitian yang dilakukan dengan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kelalaian menelaah peraturan Perundang-Undangan
Nomor 36/2009 tentang Kesehatan dan
medis merupakan kondisi saat seorang dokter peraturan yang terkait meliputi Undang-
atau tenaga medis melakukan kesalahan atau Undang No 29/2004 tentang Praktek
penyimpangan terhadap kode etik kedokteran, Kedokteran, maupun Kitab Undang-Undang
standar profesi dokter dan standar operasional Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang
prosedur (SOP) pada saat melaksanakan tugas Hukum Pidana.
dalam profesinya terhadap pasien sehingga D. PEMBAHASAN
1. Perlindungan Hukum Ibu Dalam Proses
timbulnya kerugian terhadap pasien dari
Persalinan
tindakan medis tersebut. Hal inilah yang Ditinjau dari aspek hukum hubungan
menyebabkan bahwa tindakan medis perlu dokter dan pasien merupakan hubungan antara
memperoleh perhatian agar perlindungan subyek hukum yang satu dengan subyek
hukum terhadap hak pasien terjamin terutama hukum yang lainnya. Subyek hukum yang
bagi Ibu hamil yang akan melakukan dimaksud adalah peran dokter sebagai pihak
persalinan secara caesar. yang memiliki keahlian di bidang kedokteran,
sedangkan subyek hukum lainnya adalah
B. RUMUSAN MASALAH
pasien yang membutuhkan bantuan dokter
Dari uraian latar belakang di atas, dalam tindakan medik. Pada kedudukan ini
maka dapat diuraikan rumusan masalah dokter adalah orang yang sehat yang juga ahli
sebagai berikut : dalam bidang kedokteran dan pasien adalah
1. Bagaimana perlindungan hukum Ibu orang yang sakit yang awam mengenai
dalam proses persalinan ? penyakitnya.
Kedudukan dokter dengan pasien
dalam hubungan medik memiliki kedudukan
1
Suhartatik. 2014. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ibu Hamil Didalam Memilih Persalinan
yang tidak seimbang. Kedudukan ini
Sectio Caesarea. Jurnal Stikes Nani Hasanudin dikatakan tidak seimbang karena tingkat
Makassar. http://library.stikesnh.ac.id pengetahuan pasien dalam hal kesehatan yang
masih sangat

2
Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir,Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Kedokteran EGC,
Jakarta,1999, Hlm. 87.
minim sehingga sepenuhnya akan penyembuhannya kepada dokter. Dalam
menyerahkan setiap tindakan medik untuk keadaan ini hubungan pasien dengan dokter

3
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194

adalah atas dasar kepercayaan dari pasien atas Tahap hubungan ini terjadi apabila pasien
kemampuan dokter untuk berupaya sakit tapi sadar dan mempunyai
semaksimal mungkin untuk menyembuhkan kemampuan untuk meminta pertolongan
penyakit yang dideritanya, sehingga hubungan dokter serta bersedia untuk bekerjasama
medik seperti ini sering kali disebut dengan dengan dokter. Pada tahapan hubungan ini
hubungan yang berlandaskan kepercayaan.3 sudah tampak adanya partisipasi dari
Hubungan hukum antara dokter pasien tetapi dalam proses pelayanan
dengan pasien sebetulnya merupakan kesehatan. Peran dokter masih lebih
hubungan pelayanan kesehatan (medical dominan dalam menentukan tindakan-
service) atau istilah lain dalam tindakan medik tindakan yang akan dilakukan. Dengan
antara health provider (pemberi layanan demikian kedudukan dokter sebagai orang
kesehatan) dengan healt receiver (penerima yang dipercaya pasien masih signifikan.
layanan kesehatan).4 c. Hubungan Partisipasi Bersama.
Perkembangan Hubungan ini dapat Pada tahap hubungan ini pasien menyadari
dikelompokan pada tahapan- tahapan sebagai bahwa dirinya adalah pribadi yang
berikut :5 sederajat dengan dokter, dan dengan
a. Hubungan Aktif – Pasif. demikian apabila ia berhubungan dengan
Pada tahapan ini pasien tidak memberikan dokter maka hubungan tersebut dibangun
kontribusi apapun bagi jasa pelayanan atas dasar perjanjian yang disepakati
kesehatan yang akan diterimanya. Pasien bersama.
sepenuhnya percaya kepada dokter untuk Hubungan dokter dengan pasien secara
melakukan tindakan yang diperlukan. hukum umumnya tejadi melalui suatu
Dokter bagi pasien merupakan orang yang perjanjian atau kontrak. Dimulai dengan tanya
paling tahu tentang kondisi kesehatannya. jawab (anamnesis) antara dokter dengan
Pada tahapan hubungan yang seperti ini pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan
interaksi komunikasi yang dilakukan fisik, sampai akhirnya dokter melakukan
pasien tidak menyangkut pilihan-pilihan dianogsis. Hubungan dokter dengan pasien,
tindakan pelayanan kesehatan, karena ia dari proses tanya jawab sampai dilakukanya
tidak mampu memberikannya. upaya atau tindakan penyelamatan, dokter
Ketidakmampuan tersebut bisa saja karena melakukan pencatatan dalam suatu medical
ia betul-betul tidak memiliki pengetahuan records (rekam medis). Perbuatan rekam
medik sehingga pasrah dan percaya medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai
kepada dokter sepenuhnya atau karena dengan dipenuhinya standar profesi medis hal
kondisinya yang tidak memungkinkan ini biasanya disebut sebagai perjanjian
memberikan pendapatnya, misalkan pasien terapautik.
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dalam hubungan hukum antara dokter
b. Hubungan kerjasama Terpimpin. dan pasien atau dengan istilah terapautik yang
3
menghasilkan apa yang disebut dengan
Aziz Noor M, 2010, Penelitian Hukum
Tentang Hubungan Tenaga Medik, Rumah Sakit Dan
pelayanan medik atau tindakan medik.
Pasien, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Dikenal adanya asas-asas hukum yang harus
Kemenkumham, hlm. 40. dipedomani oleh dokter dalam melakukan
4
Komalawati, 2002, Peranan Informed Consent
Dalam Transaksi Terapeutik, Jakarta, PT Citra Buana, 5
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Dan
hlm. 1. Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga
Melakukan Malpraktik, Karya Putra Darwati, Bandung
2012, hlm. 35.
pelayanan kesehatan terhadap pasiennya. yaitu pada Bab II Pasal 2. Dengan demikian
Asas- asas hukum tersebut sebagaimana diatur secara hukum, asas-asas tentang praktek
dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran kedokteran telah menjadi hukum positif bagi
4
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042

para dokter Indonesia. kesembuhan, melainkan beriktiar atau


Pasal 2 menyatakan: “Bahwa berupaya sebisanya agar pasien sembuh atau
penyelenggaraan praktik kedokteran selamat. Sebagaimana lazimnya ketentuan
dilaksanakan berasaskan Pancasila dan di mengenai perjanjian, maka harus dipenuhi
dasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, syarat-syarat yang ditentukan dalam KUH
kemanusiaan, keseimbangan, serta Perdata Pasal 1320, untuk sahnya perjanjian
perlindungan dan keselamtan pasien.” tersebut, yaitu kesepakatan dari pihak yang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 bersangkutan; kecakapan untuk membuat
Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang suatu perikatan; hal tertentu yang menyangkut
menyatakan bahwa tenaga kesehatan betugas objek hukum yang diperjanjikan dalam
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan tindakan medis; dan sebab yang halal atau
kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya yang diizinkan oleh undang-undang seperti
dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang yang tercantum dalam KUH Perdata Pasal
bersangkutan. Hal ini mengandung makna 1337.
bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan Berdasarkan urain di atas, dapat kita
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, baik simpulkan bahwa setiap tindakan medik
pendidikannya maupun perizinannya sesuai berawal dari hubungan dokter dengan pasien
dengan ketentuan perundang-undangan yang sampai halnya terbentuklah suatu kontak atau
berlaku. Hal ini juga ditegaskan dalam perjanjian dalam pemulihan kesehatan yang
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 sering disebut dengan kontarak terapautik
Tentang Praktek kedokteran, khususnya Pasal begitu pula dengan tindakan pelayanan
26 sampai 28 yang mengatur tentang standar kesehatan dalam proses persalinan didasarkan
pendidikan profesi kedokteran. pula dengan adanya perjanjian terapautik
Secara material, suatu tindakan medik tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa
itu sifatnya tidak bertentangaan dengan keadaan kesehatan ibu itu bermacam-macam,
hukum apabila memenuhi syarat-syarat ada yang sehat hamil ada pula yang sakit
sebagai berikut :6 hamil. Umumnya ibu yang sehat hamil akan
a. Mempunyai indikasi medis, untuk menjalani proses persalinan alamiah atau
mencapai suatu tujuan kongkrit. normal sedangkan ibu yang sakit hamil, akan
b. Dilakukan menurut aturan-aturan yang menjalani proses persalinan bantuan atau apa
berlaku di dalam ilmu kedokteran. yang disebut dengan operasi Caesar.
c. Harus sudah mendapat persetujuan dahulu Dalam perkembangan teknologi sering
dari pasien. kali dalam proses persalinan ibu melakukan
Pada umumnya, secara hukum tindakan persalinan dengan jalan opersasi
hubungan dokter dengan pasien merupakan caesar, karena anggapan masyarakat yang
suatu hubungan atau usaha maksimal, artinya menganggap opersai caesar lebih efesien
dokter tidak menjanjikan kepastian dalam membantu proses persalinan, bukan
hanya itu proses persalinan buatan ini pada
masa kini dianggap sebuah tren atau metode
yang mudah dalam membantu proses
persalinan. Sehingga sering kali proses ini
dilakukan. Sebenarnya anggapan seperti ini
merupakan anggapan yang keliru, dan di
sinilah peranan seorang dokter atau tenaga

6
Safitri Hariyani, 2005, Sengketa Medik
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter
Dengan Pasien, Diadit Media. hlm. 12

5
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194

medis harus diperhitungkan, seharusnya juga mengadukan kondisi Yulia ke sejumlah


tenaga medis atau dokter berupaya lembaga yang menangani hak perempuan dan
menjelaskan informasi yang berkaitan dengan kesehatan, Majelis Kode Etik Kedokteran
pelaksaan proses persalinan bantuan tersebut. Pusat.7
Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 126 (1) Dengan adanya kasus seperti itu maka
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 perlulah jaminan perlindungan terhadap ibu
Tentang Kesehatan yang menyatakan upaya lebih ditingkatkan, baik dalam proses
kesehatan ibu harus ditunjukan untuk persalinan normal atau dalam persalinan
meningkatkan kesehatan ibu sehingga mampu bantuan.
melahirkan generasi yang sehat dan Berbicara mengenai perlindungan
berkualitas serta mengurangi angka kematian hukum, maka tidak bisa lepas dari hak dan
ibu. Upaya kesehatan ibu harus meliputi upaya kewajiban yang melekat di dalam setiap
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. ketentuannya. Semua hak melahirkan
Peranan dokter dalam proses persalinan ini kewajiban, demikian pula sebaliknya. Hak
sanggat diperlukan, dokter dalam hal ini haru memberikan kenikmatan dan keleluasaan
menjelaskan bahaya-bahaya yang mungkin kepada individu di dalam melaksanakannya.
timbul dalam proses persalinan buatan Sedangkan kewajiban adalah pembatasan dan
dibandingkan dengan persalinan normal atau beban.
alamiah. a. Hak Pasien
Pada proses persalinan dengan operasi “Hak di dalam pengertian umum yaitu
Caesar terdapat beberapa dugaan kasus tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang
malpraktek atau kelalaian dokter dalam merupakan kebutuhan pribadinya sesuai
penangangan pasien seperti yang dimuat dengan keadilan, moralitas dan legalitas.”8
majalah Tempo pada 12 Juni 2020. Telah Hak mengandung 4 ( empat ) unsur, yaitu :9
terjadi dugaan malpraktek pasien yang 1) Subjek hukum adalah segala sesuatu yang
bernama Yuliantika 32 tahun di sebuah RSIA dapat memperoleh hak yang dibebani
di Tangerang Banten, kecurigaan ini muncul kewajiban. Kewenangan untuk
setelah pasien tersebut mengeluhkan sakit menyadarkan hak dan kewajiban ini
pada tubuh bagian belakang pasca operasi disebut kewenangan hukum.
Caesar. Dalam proses tersebut Yulia 2) Objek hukum adalah segala sesuatu yang
memaparkan telah memperoleh beberapa kali menjadi fokus atau tujuan diadakannya
suntikan anastesi dan sebelum kehilangan hubungan hukum.
kesadaran ia sempat mendengar dengan samar 3) Hubungan hukum adalah hubungan yang
dokter dan perawat berkata ‘bengkok terjadi karena suatu peristiwa hukum.
bengkok’. Hal ini diduga adanya kejadian 4) Perlindungan hukum adalah segala
jarum suntik yang bengkok saat akan sesuatu yang mengatur dan menentukan
dimulainya operasi. Akibat tindakan tersebut hak dan kewajiban masing-masing pihak
Irwan Supandi selaku suami dari pasien yang melakukan hubungan hukum,
mendatangi RSIA tersebut didampingi sehingga kepentingannya terlindungi.
Pengacara dari Kantor hukum Lokataru M.
Al- Ayubi Harahap, Ayubi selaku kuasa
hukum
9
Dewi Alexandra Indriyanti, 2008, Etika dan
Hukum Kesehatan, Yogyakarta : Pustaka Book
7
https://majalah.tempo.co/read/hukum/160708/nasib- Publishing, hlm. 135.
yulia-yang-lumpuh-setelah-dipaksa-menjalani-operasi-
caesar-di-rumah-sakit-di-ciputat
8
Ngesti W Utami dkk, Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional, Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta, 2016. hlm. 119.

6
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042

Di bidang kesehatan hak dan Berdasarkan rumusan di atas, maka


kewajiban pun menjadi hal yang sangat jelaslah bahwa pasien di hadapan dokter
penting dan mutlak untuk dilaksanakan. memiliki hak yang penuh untuk mendapatkan
Menginggat kelalaian untuk memenuhi hak informasi yang sejelas-jelasnya dan behak
dan kewajiban akan menimbulkan dampak untuk ikut menentukan tindakan yang akan
yang tidak kecil. diambil dalam penyembuhan penyakitnya,
Seperti yang kita ketahui, ibu dalam serta berhak mendapatkan pelayanan yang
proses persalinan merupakan seorang pasien layak bagi kesehatanya. Begitu pula seorang
yang memiliki hak dan kewajiban yang sama ibu dalam proses persalinan memiliki hak-hak
dengan pasien lainnya dalam upaya kesehatan, yang sama yaitu mendapatkan informasi
maka dalam bukunya Etika dan Hukum maupun hak-hak yang telahir karena undang-
kesehatan, Alexandra Indrayanti Dewi juga undang kepadanya, untuk memberikan
menuliskan hak-hak ibu sebagai pasien, yaitu jaminan perlindungan kepadanya.
:10 b. Kewajiban Pasien
1) Berhak untuk memperoleh informasi Dalam Undang-Undang Nomor 36
mengenai obat yang diberikan. Tahun 2009 Tentang Kesehatan, diuraikan
2) Berhak mendapatkan informasi tentang kewajiban-kewajiban pasien yang terdapat
persiapan kelahiran dan cara – cara dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 13, yaitu :
mengatasi ketidaknyamanan. 1) Setiap orang berkewajiban ikut
3) Berhak mendapat informasi lengkap mewujudkan, mempertahankan, dan
mengenai prosedur dan resiko apabila meningkatkan derajat kesehatan
dilakukan operasi caesar. masyarakat yang setinggi-tingginya.
4) Berhak menolak atau menerima terapi 2) Setiap orang berkewajiban menghormati
yang diberikan. hak orang lain dalam upaya memperoleh
5) Berhak didampingi oleh orang yang lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,
merawatnya atau keluarganya selama maupun sosial.
proses persalinan. 3) Setiap orang berkewajiban berprilaku
Selanjutnya disebutkan kembali dalam hidup sehat untuk mewujudkan,
Pasal 56 sampai dengan Pasal 58 dalam mempertahankan, dan memajukan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tentang Kesehatan, mengenai hak - hak 4) Setiap orang berkewajiban menjaga dan
pasien, yaitu : meningkatkan derajat kesehatan bagi
1) Setiap orang berhak menerima sebagian orang lain yang menjadi tanggungannya.
atau seluruhnya tindakan pertolongan 5) Setiap orang berkewajiban turut serta
yang akan diberikan kepadanya setelah dalam program jaminan kesehatan sosial.
menerima dan memahami informasi Kewajiban pasien ditentukan dalam
mengenai tindakan tersebut secara Pasal 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun
lengkap. 2004 Tentang Praktek Kedokteran, yang
2) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi terdiri atas beberapa hal, yaitu :
kesehatannya. 1) Kewajiban memberikan informasi yang
3) Setiap orang berhak menuntut ganti lengkap dan jujur mengenai masalah
kerugian terhadap seseorang tenaga kesehatannya.
kesehatan atau penyelenggara kesehatan 2) Kewajiban memenuhi nasihat dokter dan
yang menimbulkan kerugian atau kelalian petunjuk dokter / dokter gigi.
dalam pelayanan kesehatan yang diterima.

10
Dewi Alexandra Indriyanti, ibid, hlm. 173.
3) Kewajiban mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
7
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194

4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan Kelalaian dapat dijadikan dasar


yang diterima. gugatan apabila memenuhi syarat-syarat
2. Tanggung Jawab Hukum Dokter sebagai berikut :11
Berbicara tentang tanggungjawab 1. Suatu tingkah laku yang menimbulkan
hukum Dokter dalam menjalankan profesinya kerugian, tidak sesuai dengan sikap hati-
tidak hanya berkaitan tentang hatian yang normal.
tanggungjawabnya terhadap kelalaian dan 2. Harus dibuktikan bahwa dokter lalai dalam
kesalahan sendiri (responsibility) melaiankan kewajibannya.
bertanggungjawab juga terhadap kesalahan 3. Kelakuan tersebut merupakan penyebab
dan kelalaian orang lain dibawah yang nyata dari kerugian yang timbul.
pengawasannya (labiality). b. Tanggung Jawab Hukum Dokter Akibat
a. Tanggung Jawab Hukum Akibat Kesalahan Dan Kelalaian Dokter
Kesalahan Atau Kelalaian Ditinjau Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana
Dari Aspek Hukum Perdata Dalam hukum Pidana tanggung jawab
Dalam pasal 1365 KUHPerdata akan timbul apabila dapat dibuktikan adanya
mengatur tentang tindakan yang dilakukan kesalahan professional yang menyebabkan
dengan sengaja oleh seseorang dapat kesalahan diagnosis atau kesalahan dalam
mengakibatkan kerugian terhadap orang lain. pengobatan atau perawatan. Suatu perbuatan
Kerugian yang ditimbulkan dalam pelayanan dapat dikategorikan kriminal malpraktek
kesehatan dapat pula disebut dengan apabila memenuhi rumus delik pidana dan
wanprestasi dalam pelayanan kesehatan, harus merupakan perbuatan tercela yang
apabila pemberian jasa perawatan yang berupa kesengajaan, kecerobahan atau
dilakukan secara tidak patut atau tidak sesuai kealfaan.12 Dalam literatur hukum kedokteran
dengan apa yang diperjanjikan sebagaimana Negara Anglo-Saxson antara lain dari Tailor
hak pasien untuk memperoleh tindakan kehati- dikatakan bahwa seorang dokter baru dapat
hatian dan jauh dari kelalaian dokter. Dengan dipersalahakan dan digugat menurut hukum
demikian pertanggungjawaban atas perbuatan apabila dia sudah memenuhi syarat 4-D,
melanggar hukum menurut ketentuan Pasal yaitu:13
1365 KUHPerdata merupakan bentuk a. Duty ( Kewajiban )
pertanggungjawaban yang menekankan pada b. Derelictions of That Duty ( Penyimpangan
faktor kesalahan, kelalaian, atau kekurang Kewajiban )
hati- hatian sebagaimana yang diatur dalam c. Damage ( Kerugian )
standar medis maupun undang-undang. d. Direct Causal Relationship ( Berkaitan
Seseorang tidak hanya harus memberikan Langsung )
pertanggungjawaban tidak hanya atas Jika kelalaian dokter tersebut terbukti
kerugian yang timbul karena perbuatannya merupakan tindakan medis yang tidak
orang yang berada dalam pengawasannya, memenuhi standar prosedur profesinya yang
sebagaimana yang tersirat dalam Pasal 1367 lazim dipakai, melanggar kode etik Indonesia
KUHPerdata. serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan maka dokter tersebut dapat
terjerat tuduhan Malpraktik sebagaimana
11
Sandra Dini Febri, (2011) Pembuktian
Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta, 12
Mimbar Hukum Edisi Khusus, hlm. 186. Erdiansyah, (2013) Pertanggungjawaban
Pidana Terhadap Dokter Atas Kesalahan Dan
Kelalaian Dalam Memberikan Pelayanan Medis Di
Rumah Sakit, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3, No 2, hlm.
301.
13
Erdiansyah, opcid, hlm. 317.
kelalaian yang mengakibatkan orang lain celaka bahkan hilang nyawa dijerat dengan
8
P-ISSN :2528-651X
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 2 November 2020 E-ISSN : 2598-8042

Pasal 359 KUHP. Dalam Pasal 360 dan 361 malpraktek dalam dunia kesehatan terutama di
KUHP dipertegas kembali tentang kealfaan Indonesia.
yang menyebabkan orang lain luka berat dan E. PENUTUP
ancaman pidana bagi dokter yang terbukti Kesimpulan
melakukan malpraktek dalam hal jabatan atau 1. Perlindungan hukum Ibu (pasien) dalam
mata pencahariannya. proses persalinan dimulai dari adanya
Berdasarkan pemaparan diatas Penulis hubungan hukum antara dokter dengan
dapat menyimpulkan bahwa dalam tindakan pasien yang mengakibatkan adanya
medis dokter yang terbukti melakukan perjanjian terapautik antara dokter dan
Malpraktek baik karena kesengajaan maupun pasien, perjanjian ini merupakan
akibat kelalaiannya maka pasien berhak untuk persetujuan dari pasien atau keluarga
meminta pertanggungjawaban sebagaimana dengan adanya prinsip kepercayaan untuk
yang termuat dalam KUHPidana maupun dapat disembuhkan sesuai dengan standar
KUHPerdata dan hak-hak lain yang patut profesi medis. Kemudian berlanjut
dilindungi oleh hukum. dengan dokter menjalankan tindakan
Dalam tindakan medik antara pasien medik sesuai dengan hak-hak pasien yang
maupun dokter, pasien memiliki kedudukan diatur oleh undang-undang.
yang lemah karena kontraktual terjadi dengan 2. Tanggung jawab hukum dokter apabila
prinsip kepercayaan dimana pasien terbukti melakukan malpraktek baik
memberikan wewenang secara penuh dalam karena kesengajaan maupun akibat
hal pengobatannya kepada dokter karena kelalaiannya, maka pasien dapat meminta
kurang pemahaman dalam dunia medik. Hal pertanggungjawaban hukum berdasarkan
inilah yang menyebabkan hak-hak pasien Pasal 1365 dan 1367 KUHPerdata serta
perlu dilindungi dan tidak diabaikan sehingga Pasal 359, 360 dan 361 KUHPidana.
dalam penerapan aturan menurut hemat Saran
penulis harus dibuat dengan menerapkan Diharapkan bagi pemerintah untuk
adanya unsur Preventif (Pencegahan) lebih meningkatkan mutu dan kualitas aturan
terjadinya tindakan malpraktek yang tersusun hukum yang memberikan perlindungan
dalam aturan tersendiri yang lebih jelas hukum terhadap pasien terutama Ibu dalam
sehingga dokter dan pasien lebih proses persalinan dengan membuat aturan
memahami tersendiri atau merevisi Undang-Undang
pertanggungjawabannya. Hal ini berkaitan erat Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
dengan teori kepastian hukum sebagaimana yang dapat memberikan perlindungan hukum
yang disebutkan oleh Sudikno Mertukusumo, yang lebih efektif sehingga Ibu (pasien) dapat
kepastian hukum yang memberikan jaminan terproteksi dari tindakan malpraktek.
bagi pihak yang berkepentingan. Jika
kepastian tersebut tercapai maka akan selaras
dengan teori utilitas Jeremy Bentham yang DAFTAR PUSTAKA
menyatakan bahwa tujuan pembentukan
hukum adalah untuk menjamin kebahagiaan Buku
dan kenyamanan orang banyak. Dengan
demikian peraturan perundang-undangan Aziz Noor M, Penelitian Hukum Tentang
harus dibuat dengan adanya koordinasi antara Hubungan Tenaga Medik, Rumah
pemerintah, penegak hukum maupun Sakit Dan Pasien, Jakarta, Badan
masyarakat untuk dapat mencegah tindakan Pembinaan Hukum Nasional
Kemenkumham, 2010.
Kesehatan, Yogyakarta : Pustaka
Dewi Alexandra Indriyanti, Etika dan Hukum Book Publishing, 2008.

9
Parida Angriani : Perlindungan Hukum Ibu Dari Malpraktik Dalam Proses......................................185-194

Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir, Etika Sandra Dini Febri, Pembuktian Perdata dalam
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Kasus Malpraktik di Yogyakarta,
Kedokteran EGC, Jakarta,1999.
Mimbar Hukum Edisi Khusus, 2011.
Komalawati, Peranan Informed Consent
Dalam Transaksi Terapeutik, Suhartatik. Faktor-Faktor
Jakarta, PT Citra Buana, 2002. Yang Mempengaruhi Ibu
Hamil Didalam Memilih Persalinan
Ngesti W Utami dkk, Etika Keperawatan dan Sectio Caesarea. Jurnal Stikes Nani
Keperawatan Profesional,
Hasanudin Makassar, 2014.
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,
2016.
Peraturan Perundang-undangan
Safitri Hariyani, Sengketa Medik Alternatif
Penyelesaian Perselisihan Antara Indonesia, Tentang Kesehatan. UU. No. 36
Dokter Dengan Pasien, Diadit Tahun 2009. Lembaran Negara
Media, 2005. Republik Indonesia. Nomor. 144

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Dan Indonesia, Praktik Kedokteran. UU. No. 29
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Tahun 2004. Lembaran Negara
Yang Diduga Melakukan Republik Indonesia. Nomor. 166
Malpraktik, Karya Putra Darwati,
Bandung 2012. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Situs : Nomor. 556. Tahun 1924

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


https://majalah.tempo.co/read/hukum/160708/ Lembaran Negara Republik Indonesia.
nasib-yulia-yang-lumpuh-setelah- Nomor. 74. Tahun 1999
dipaksa-menjalani-operasi-caesar-di-
rumah-sakit-di-ciputat

Karya Ilmiah :

Erdiansyah, Pertanggungjawaban Pidana


Terhadap Dokter Atas Kesalahan Dan
Kelalaian Dalam Memberikan
Pelayanan Medis Di Rumah Sakit,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3, No 2,
2013.

10

Anda mungkin juga menyukai