Anda di halaman 1dari 5

Berdasarkan uji statistik menggunakan metode Chi

square (α =

0,05) diperoleh hasil Ρ Value = 0,003 <0,05. Menurut Sugiono

(2010) dari hasil tersebut mempunyai arti bahwa ada hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pada anak usia pra sekolah yang di rawat di rumah sakit Bhayangkara

Makassar dan uji ini juga menunjukkan menunjukkan semakin tinggi

dukungan keluarga yang diberikan semakin rendah tingkat

kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah akibat

hospitalisasi. Sehingga hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah. Nilai Ρ Value =

0,003 menunjukkan bahwa korelasi antara dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia

prasekolah mempunyai nilai moderat.

Anak usia prasekolah (3-6 tahun) pada umumnya

mengalami kecemasan yang tinggi saat menjalani perawatan dan

harus dihospitalisasi, hal ini disebabkan karena pada usia ini

anak memiliki sifat Egosentris dan pemikiran magis yang

membatasi kemampuan mereka untuk memahami berbagai

peristiwa karena merekamamandang pengalaman dari sudut


pandang mereka sendiri (Wong, 2009). Banyaknya efek negatif

yang ditimbulkan dari adanya cemas yang diantaranya adalah

dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh yang berpengaruh

terhadap proses penyembuhan seseorang saat sakit atau

sedang menjalani perawatan, maka sangat penting untuk

segera ditangani dan


diminimalisir kecemasan tersebut. Salah satu cara yang

efektif agar dapat meminimalisir atau menangani cemas anak

saat dirawat inap adalah dengan adanya bentuk dukungan

sosial dari orang yang terdekat yaitu keterlibatan anggota

keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak,

karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang

saling mempercayai, anak sebagai anggota keluarga akan

menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat

bercerita, tempat bertanya dan mengeluarkan keluhan keluhan

bilamana anak mengalami permasalahan.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

membantu anak dalam mengkoping stressor. Menurut Friedman

(1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat

menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan keluarga menahan

efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utamaya itu

dukungan keluarga yang secara langsung mempengaruhi

peningkatan kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa pada pasien anak usia pra sekolah yang dukungan

keluarganya baik yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 16

responden (50%), pasien anak yang mengalami kecemasan


sebanyak 5 orang (15,6%). Sedangkan pasien anak yang

mengalami dukungan keluarga kurang baik yang tidak mengalami

kecemasan sebanyak 2 orang anak (6,2%) dan yang mengalami

kecemasan sebanyak 9 orang anak (28,1%).

Dukungan keluarga dalam hal memotivasi dan meminimalkan

rasa cemas akibat hospitalisai adalah hal yang sangat penting

dalam menunjang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional

anak pada saat dirawat inap. Dengan adanya dukungan keluarga

yang baik maka cemas akibat dari perpisahan dapat teratasi

sehingga anak akan merasa nyaman saat menjalani perawatan.

Pasien yang merasa nyaman saat perawatan mencegah

terjadinya penurunan sistem imun sehingga berpengaruh pada

proses kesembuhannya. Dengan adanya perasaan nyaman

dan tenang saat perawatan, maka secara otomatis akan

merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin. Hormon

endorfine merupakan sekumpulan urat syaraf yang diproduksi oleh

bagian hipotalamus di otak. Hormon ini menyebabkan otot

menjadi rileks, sisitem imun meningkat dan kadar oksigen

dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien menjadi

nyaman malah cenderung mengantuk dan dapat beristirahat dengan

tenang. Hormon ini juga memperkuat sistem kekebalan


tubuh untuk melawan infeksi dan dikenal sebagai

morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang sehat dan

nyaman (Klosterman, 2005)

Anda mungkin juga menyukai