Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar,

yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Agustus sampai tanggal 19

Agustus 2017. Pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik

total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden.

Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengeditan,

pengkodean, dan kemudian ditabulasi, data dianalisis dengan

menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian yang dilakukan disajikan dalam bentuk analisis

univariat, bivariat, dan multivariat sebagai berikut :


1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden anak usia pra sekolah yang di
rawat di rumah sakit Bhayangkara berdasarkan jenis kelamin

JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
LAKI-LAKI 14 43,8 43,8 43,8
Valid PEREMPUAN 18 56,3 56,3 100,0
Total 32 100,0 100,0

Berdasarkan tabel distribusi, pasien anak usia pra sekolah


yang paling banyak di rawat pada saat penelitian adalah
pasien anak perempuan sebanyak 18 orang dengan
presentase 56,3% sedangkan pasien laki-laki sebanyak 14
orang dengan presentase 43,8%.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4.2
Distribusi frekuensi dan persentase responden anak usia pra sekolah
berdasarkan karakteristik umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4 TAHUN 17 53,1 53,1 53,1
5 TAHUN 11 34,4 34,4 87,5
Valid 6 TAHUN 4 12,5 12,5 100,0
Total 32 100,0 100,0

Pasien anak yang paling banyak di rawat pada saat penelitian


adalah pasien yang berusia 4 tahun sebanyak 15 orang (53,1%), usia 5
tahun sebanyak 11 orang (34,4%), dan usia 6 tahun sebanyak 4 orang
(12,5%).
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Dukungan Keluarga
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan dukungan keluarga di
rumah sakit Bhayangkara Makassar

DUKUNGAN KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BAIK 21 65,6 65,6 65,6
Valid KURANG 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat di lihat bahwa mayoritas responden


memberikan dukungan dengan kategori baik sebanyak 65,6%.

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Kecemasan
Tabel 4.4

Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kecemasan anak usia

pra sekolah yang di rawat di rumah sakit Bhayangkara Makassar.

KECEMASAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
RINGAN 18 56,3 56,3 56,3
SEDANG 11 34,4 34,4 90,6
Valid BERAT 3 9,4 9,4 100,0
Total 32 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat di lihat bahwa mayoritas anak

mengalami kecemasan ringan dengan persentase sebanyak 56,3%

(18 orang) , kecemasan sedang sebanyak 34,4% (11 orang) dan

yang mengalami cemas berat hanya 9,4% (3 orang).


2. Analisa Bivariat

Pada tahap ini di lakukan tabulasi silang antar variabel independen

(dukungan keluarga) dengan variabel dependen (kecemasan anak

usia pra sekolah).

Hasil analisa variabel tersebut sebagai berikut :

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Pada

Anak Usia Pra Sekolah yang di rawat di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

DUKUNGAN KELUARGA * KECEMASAN Crosstabulation


KECEMASAN Total
RINGAN SEDANG BERAT
Count 16 5 0 21
Expected Count 11,8 7,2 2,0 21,0
BAIK % within DUKUNGAN KELUARGA 76,2% 23,8% 0,0% 100,0%
% within KECEMASAN 88,9% 45,5% 0,0% 65,6%
DUKUNGAN % of Total 50,0% 15,6% 0,0% 65,6%
KELUARGA Count 2 6 3 11
Expected Count 6,2 3,8 1,0 11,0
KURANG % within DUKUNGAN KELUARGA 18,2% 54,5% 27,3% 100,0%
% within KECEMASAN 11,1% 54,5% 100,0% 34,4%
% of Total 6,2% 18,8% 9,4% 34,4%
Count 18 11 3 32
Expected Count 18,0 11,0 3,0 32,0
Total % within DUKUNGAN KELUARGA 56,2% 34,4% 9,4% 100,0%
% within KECEMASAN 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 56,2% 34,4% 9,4% 100,0%

Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada pasien

anak usia pra sekolah yang dukungan keluarganya baik lebih banyak

mengalami kecemasan ringan yaitu sebesar 50%, kecemasan sedang

sebanyak 15,6% dan tidak ada yang mengalami cemas berat.

Sedangkan pada anak usia pra sekolah yang dukungan keluarganya


kurang anak mayoritas mengalami cemas sedang dengan presentase

18,8% (6 orang), cemas berat 9,4% (3 orang) dan yang tidak

mengalami kecemasan hanya 6,2% anak (2 orang).

Berdasarkan uji square di peroleh nilai hitung p=0,001 lebih kecil

dari nilai α=0,05. Dari analisis tersebut dapat di artikan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan dukungan keluarga dengan

kecemasan pada anak usia pra sekolah yang di rawat di rumah sakit

Bhayangkara Makassar.

B. Pembahasan

Cemas adalah adalah perasaan tidak aman, kekhawatiaran yang

timbul karena dirasa akan mengalami kejadian yang tidak

menyenangkan. Cemas secara fisisologi dapat mempengaruhi

unsur-unsur dalam tubuh penderitanya. Salah satu respon secara

fisiologi tubuh terhadap cemas adalah GAS (General Adaptation

Syndrom). GAS merupakan respon fisiologi dari tubuh terhadap stress

dan respon yang terlibat didalamnya meliputi sistem saraf otonom

(simpatis dan parasimpatis) dan sistem endokrin.

Pada dasarnya dukungan keluarga yang diberikan orang tua

kepada anaknya mencerminkan dukungan sosial, di mana dukungan

tersebut yang diberikan oleh keluarga di anggap sebagai bentuk

bantuan yang sangat bermanfaat. Dimana keluarga akan memandang

bahwa orang yang memberikan dukungan dia selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika di perlukan (Friedman, 2007).


Hasil dukungan keluarga pada anak prasekolah pada waktu di

Ruang Anak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari keseluruhan

responden sebanyak 32 orang. Dukungan Keluarga yang baik

(56,6%) artinya orang tua anak yang di rawat di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar sebagian besar menyadari pentingnya

dukungan keluarga di berikan pada anak saat di rawat di rumah sakit.

Menurut Friedman (1998) Keluarga adalah dua orang atau lebih

individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi

pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

(Sudiharto, 2007). Berdasarkan data yang sudah didapatkan

dukungan keluarga baik sebanyak 21 responden (56,6%). Hal ini

disebabkan karena sebagian besar keluarga ingin memberikan

dukungan kepada anaknya untuk mempercepat proses penyembuhan

anaknya dan anak tidak mengalami stres hospitalisasi, karena anak

usia prasekolah sangat membutuhkan dukungan dari keluarga disaat

dirawat di Rumah Sakit. Jadi menurut saya dukungan keluarga yang

baik itu dapat membuat anak prasekolah merasa diperhatikan,

dihargai dan dicintai oleh anggota keluarga sehingga anak merasa

tenang saat dirawat di rumah sakit.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak. Dukungan


keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini

dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan

dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada

anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada

dirinya dan dapat menggangu psikologis anak. Pada anak usia pra

sekolah, kecemasan paling besar dialami adalah ketika anak dalam

kondisi sakit. Hospitalisasi anak dapat dilakukan keluarga dengan

memberikan dukungan.

Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan isntrumental dan

dukungan emosional.Peran Ibu sebagai pengurus rumah tangga,

pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga

sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai

anggota masyarakat kelompok sosial tertentu (Setiadi, 2008).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan anak usia pra sekolah yang

paling banyak di rawat adalah anak usia 4 tahun sebanyak 17 orang

(53,1%), 5 tahun 11 orang (34,4%), dan 6 tahun 4 orang (12,5%). Hal

ini di sebabkan karena sistem imun pada anak belum terlalu kuat

sehingga dapat dengan mudah terserang penyakit.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

pada pasien anak usia pra sekolah yang dukungan keluarganya baik

lebih banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebesar 50%,

kecemasan sedang sebanyak 15,6% dan tidak ada yang mengalami

cemas berat. Sedangkan pada anak usia pra sekolah yang dukungan
keluarganya kurang anak mayoritas mengalami cemas sedang dengan

presentase 18,8% (6 orang), cemas berat 9,4% (3 orang) dan yang

tidak mengalami kecemasan hanya 6,2% anak (2 orang).

Anak usia prasekolah pada umumnya mengalami kecemasan

saat menjalani perawatan dan harus dihospitalisasi, hal ini disebabkan

karena pada usia ini anak memiliki sifat Egosentris dan pemikiran

magis yang membatasi kemampuan mereka untuk memahami

berbagai peristiwa karena mereka mamandang pengalaman dari

sudut pandang mereka sendiri (Wong, 2008). Tanpa persiapan

yang adekuat terhadap pengalaman atau lingkungan yang tidak

dikenal, maka anak akan menjelaskan peristiwa-peristiwa tersebut

dengan fantasi yang berlebihan, aneh dan menakutkan daripada

kejadian sebenarnya, sehingga anak akan cenderung selalu

mengalami cemas selama menjalani rawat inap. Penalaran

transduktif memberi kesan bahwa anak prasekolah menyimpulkan dari

sesuatu yang khusus ke sesuatu yang khusus lagi, bukan dari

spesifik ke umum atau sebaliknya. Misalnya, jika konsep anak

prasekolah tentang perawat adalah yang menyebabkan nyeri maka

anak prasekolah akan berfikir bahwa setiap perawat (orang yang

memakai seragam yang sama) juga akan menyebabkan nyeri. Dari

hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar anak prasekolah

mengalami tingkat kecemasan sedang saat dirawat inap dengan

mendapat support sysytem atau dukungan dari keluarga yang baik

selama anak di hospitalisasi.


Berdasarkan Hasil analisis dengan program komputer diperoleh

nilai uji square di peroleh nilai hitung p=0,001 lebih kecil dari nilai

α=0,05. Dari analisis tersebut dapat di artikan bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga

memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecemasan akibat

hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di bangsal

perawatan anak RS Bhayangkara Makassar Jadi semakin tinggi

dukungan keluarga, maka semakin rendah tingkat kecemasan.

Cemas adalah perasaan tidak aman, kekhawatiaran yang timbul

karena dirasa akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Banyaknya efek negatif yang ditimbulkan dari adanya cemas yang

diantaranya adalah dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh yang

berpengaruh terhadap proses penyembuhan seseorang saat sakit atau

sedang menjalani perawatan, maka sangat penting untuk segera

ditangani dan diminimalisir kecemasan tersebut. Salah satu cara yang

efektif agar dapat meminimalisir atau menangani cemas anak saat

dirawat inap adalah dengan adanya bentuk dukungan keluarga

dari orang yang terdekat yaitu keterlibatan anggota keluarga dalam

memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak, karena dalam

hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai, anak

sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai

kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya dan

mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana anak mengalami

permasalahan. Dukungan keluarga mengurangi efek negatif dari stress


atau cemas dalam sistem kekebalan tubuh (Jemmott, 1984). Sebagai

contoh banyak peneliti yang mengemukakan bahwa mahasiswa yang

memiliki banyak teman mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik

daripada mahasiswa yang mempunyai sedikit teman. Seseorang

yang kesepian menunjukan penurunan respon kekebalan yang

lebih besar dibanding seseorang yang mempunyai dukungan sosial

yang lebih banyak. (Glaser,2000).

Dukungan keluarga dalam hal memotivasi dan meminimalkan rasa

cemas akibat hospitalisai adalah hal yang sangat penting dalam

menunjang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak pada

saat dirawat inap. Dengan adanya dukungan keluarga yang baik maka

cemas akibat dari perpisahan dapat teratasi sehingga anak akan

merasa nyaman saat menjalani perawatan. Pasien yang merasa

nyaman saat perawatan mencegah terjadinya penurunan sistem imun

sehingga berpengaruh pada proses kesembuhannya (Clancy, 1998).

Dengan adanya perasaan nyaman dan tenang saat perawatan,

maka secara otomatis akan merangsang tubuh untuk menghasilkan

hormon endorfin. Hormon endorfine merupakan sekumpulan urat

syaraf yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon

ini menyebabkan otot menjadi rileks, sisitem imun meningkat dan

kadar oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat

pasien menjadi nyaman malah cenderung mengantuk dan dapat

beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga memperkuat sistem

kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan dikenal sebagai morfin


tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang sehat dan nyaman

(Klosterman, 2005).

Kondisi tubuh yang rileks dapat merangsang pusat rasa

ganjaran sehingga timbul ketenangan. Sebagai ejektor dari rasa rileks

dan ketenangan yang dirasakan oleh anak, maka midbrain akan

mengeluarkan hormon endorfin. Hormon endorfin ini dapat dapat

mempengaruhi suasana hati menjadi aman dan merasa nyaman

(terpenuhinya kebutuhan fisik dan emosional) sehingga dapat

menurunkan tingkat kecemasan yang sifatnya kronis atau

situasional pada saat anak menjalani perawatan dirumah sakit

(Tomlin,1980).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Smet (1994), yaitu

dengan memusatkan pengaruh dukungan sosial atau keluarga pada

cemas atau stress sebagai variabel penengah dalam perilaku dan

hasil kesehatan. Dalam penelitian tersebut terdapat dua teori pokok

diusulkan yaitu hipotesis penyangga (Buffer Hipotesis) dan hipotesis

efek langsung (direct effect hypothesis). Hasil dari isi hipotesis

penyangga adalah bahwa dukungan sosial mempengaruhi

kesehatan dan melindungi orang tehadap efek negatif dari dari stres

atau cemas. Orang-orang yang dengan dukungan sosial tinggi akan

dapat mengurangi stress yang dialami (mereka tahu bahwa ada

seseorang yang akan dapat membantu mereka). Hipotesis efek

langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi

kesehatan dan kesejahteraan sehingga seseorang tidak peduli dengan


banyaknyanya stress atau kecemasan yang akan dialami. Sebagai

contoh adalah orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat

memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka

tidak mudah terserang stress. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa

dukungan sosial dapat melindungi jiwa seseorang dari akibat stress

atau cemas.

Dengan diterimanya dukungan sosial terutama dari orang terdekat

maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu

yang tidak menerima dukungan sosial sehingga berpengaruh

terhadap penurunan tingkat kecemasan atau melindungi jiwa

seseorang dari akibat stress. Pada penelitian yang dilakukan Smett

(1994) menunjukan hasil yang relevan dengan penelitian yang

berjudul hubungan support sysytem keluarga dengan tingkat

kecemasan anak usia prasekolah yang dirawat inap di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Hasil yang relevan tersebut ditunjukkan dengan

hasil bahwa dengan adanya dukungan sosial (keluarga) yang baik atau

tinggi dapat menurunkan tingkat kecemasan seseorang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dukungan keluarga yang diberikan kepada anak usia

prasekolah yang sedang menjalani perawatan di ruang anak

RSD Balung sebagian besar termasuk dalam kategori

dukungan keluarga baik yaitu 21 responden (56,6%)

memberikan dukungan keluarga baik.

2. pada pasien anak usia pra sekolah yang dukungan keluarganya

baik lebih banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebesar

50%, kecemasan sedang sebanyak 15,6% dan tidak ada yang

mengalami cemas berat. Sedangkan pada anak usia pra sekolah

yang dukungan keluarganya kurang anak mayoritas mengalami

cemas sedang dengan presentase 18,8% (6 orang), cemas berat

9,4% (3 orang) dan yang tidak mengalami kecemasan hanya

6,2% anak (2 orang).

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan

akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah yang di rawat di


rumah sakit Bhayangngakra Makassar dengan p value 0,003

atau < 0,005 artinya Ha di terima dan H0 di tolak.

B. Saran

1. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perkembangan

pada jiwa anak dan memberikan dukungan kepada anak

selama masa perawatan.

2. Tenaga kesehatan diharapkan selalu menjalin komunikasi

yang baik dengan keluarga tentang hospitalisasi pada anak usia

pra sekolah, sehingga pihak keluarga pasien dapat memberikan

dukungan yang maksimal pada anaknya yang dirawat.

3. Diharapkan Rumah Sakit menyediakan pelayanan konseling

kesehatan bagi orang tua yang anaknya menjalani hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai