Pembimbing :
dr. ,Yedi Fourdiana S, Sp.OG
Disusun Oleh:
Athiyyatuz Zakiyyah
1102015039
Alhamdulillah, Puji dan syukur enantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman karena atas rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “P4A0 PARTUS PREMATURUS SPONTAN DENGAN
AKSELERASI PERSALINAN, GEMELLI ANAK I LETAK KEPALA ANAK II
LETAK SUNGSANG DAN PREEKLAMPSI”.
Penulisan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam
menempuh kepanitraan klinik di bagian obstetrik dan ginekologi di RSUD
Kabupaten Bekasi. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan
kasus ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu,
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr. Yedi Fourdiana S, Sp.
OG yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan
padatnya aktivias beliau.
Penulis menyadari penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap penulisan laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Athiyyatuz Zakiyyah
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada waktu kelahiran, proses pada kehamilan ganda fase aktif biasanya
lama, maka dari itu dibutuhkan augmentasi/akselerasi persalinan. Salah satu jenis
akselerasi persalinan adalah oksitosin, pemberian oksitosin sebaiknya dipantau,
karena dapat menyebabkan hipertonus pada uterus maupun atoni uteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lambat(15, 16)
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi akselerasi persalinan sama dengan kontraindikasi pada induksi
persalinan, seperti plasenta previa, presentasi tali pusat, riwayat insisi uterus
sebelumnya, infeksi herpes genital, deformitas struktur pelvis atau kanker serviks
invasif.(15)
4. Metode Akselerasi Persalinan dengan Oksitosin
Pemberian oksitosin sebaiknya diobservasi dengan ketat, kontraksi yang
diharapkan adalah 3 kontraksi dalam 10 menit dengan durasi >40 detik dengan
relaksasi diantara kontraksi uterus. Jika pola kontraksi yang diinginkan sudah
didapatkan, pertahankan, serta pantau tekanan darah, nadi, kontraksi uterus serta
denyut jantung janin.(17)
Pemberian oksitosin dapat dimulai dengan pemberian 2,5 U dalam 500 mL
dextrose atau normal saline, dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 30
mU/menit (180 mL per jam). Berikut tabel cara pemberian dosis oksitosin:(17)
Tabel 1. Kecepatan infus oksitosin. (1 mL = ~20 tetes)(17)
Observasi ketat ibu dan janin selama pemberian oksitosin, jika terjadi
hiperstimulasi, dimana durasi kontraksi lebih dari 60 detik atau terdapat lebih dari
4 kontraksi dalam 10 menit, oksitosin harus dihentikan dan segera berikan
tokolitik. Jika tidak segera didapatkan 3 kontraksi dalam 10 menit, konsentrasi
oksitosin dapat ditingkatkan menjadi 5 Unit dalam 500 mL NS/Dextrose dengan
kecepatan 30 tpm, dan dapat ditingkatkan menjadi 10 tpm setiap 30 menit sampai
tujuan kontraksi tercapai.(17)
2.3 Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan
disertai
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.(18)
2. Epidemiologi
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi
dalam kehamilan (25%) dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara
maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju adalah 1,3 - 6%, sedangkan di
Negara berkembang adalah 1,8 - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri
adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.(18)
3. Etiologi(1)
Faktor risiko terjadinya preeklampsia
Mekanisme yang diperkirakan dapat menyebabkan preeklampsia:
1. Invasi abnormal trofoblas
Pada preeklampsia, invasi trofoblas tidak berjalan sempurna. Invasi
trofoblas pada preeklampsia sangat dangkal, hanya pembuluh darah
desidua yang dilapisi trofoblas endovaskuler. Trofoblas tidak mencapai
pembuluh darah pada miometrium, sehingga arteriola di miometrium tidak
kehilangan lapisan endotel dan jaringan muskulus elastis maka arteri
spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi. Hal ini menyebabkan
diameter arteri spiralis pada preeklampsia hanya setengah dari pembuluh
darah plasenta normal. Besarnya invasi trofoblas yang tak sempurna ke
arteri spiralis berkorelasi dengan beratnya hipertensi.
Dari mikroskop elektron plasenta, perubahan preeklamsia dini
meliputi kerusakan endotel, insudasi konstituen plasma ke dalam dinding
pembuluh darah, proliferasi sel miointimal, dan nekrosis medial.
Akumulasi lipid di sel miointimal dan makrofag sebagai aterosis. Temuan
ini lebih sering terjadi pada plasenta dari wanita yang didiagnosis dengan
preeklamsia sebelum usia kehamilan 34 minggu. Atherosis vaskular
plasenta akut juga dapat mengidentifikasi sekelompok wanita yang
berisiko lebih besar mengalami aterosklerosis di kemudian hari dan
penyakit kardiovaskular. Pada kehamilan, lumen arteriol spiral yang
menyempit secara tidak normal
kemungkinan besar mengganggu aliran darah plasenta. Perfusi berkurang
dan lingkungan sekitar yang hipoksia akhirnya menyebabkan pelepasan
debris plasenta atau mikropartikel. Pada titik ini, perubahan ini memicu
respons inflamasi sistemik, yang merupakan tahap 2 dari sindrom
preeklamsia. Plasenta yang kurang baik diduga dapat menyebabkan wanita
yang rentan akan mengalami hipertensi gestasional, sindrom preeklamsia,
persalinan prematur, janin dengan hambatan pertumbuhan, dan/atau
solusio plasenta di kemudian hari.
4. Teori genetik
Preeklamsia tampaknya merupakan kelainan poligenik multifaktorial.
Dalam satu penelitian terhadap hampir 1, 2 juta kelahiran Swedia,
hubungan
genetik untuk hipertensi gestasional dan preeklampsia ditemukan. Ward
dan Taylor (2015) mengutip incident risk untuk preeklamsia sebesar 20–
40% untuk anak perempuan dari ibu preeklampsia, 11–37% untuk saudara
perempuan dari wanita preeklamsia, dan 22–47% untuk anak kembar.
Faktor etno rasial sangatlah penting, terbukti dengan tingginya kejadian
preeklamsia pada wanita Afrika-Amerika. Mungkin saja wanita Latin
memiliki insiden yang lebih rendah karena interaksi Gen ras Indian dan
kulit putih Amerika.
a. Risiko Tinggi
1) Riwayat preeklampsia
2) Kehamilan multiple
3) Hipertensi kronis
4) Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
5) Penyakit ginjal
6) Penyakit autoimun (contoh: systemic lupus
erythematous, antiphospholipid syndrome)
b. Risiko Sedang
1) Nulipara
2) Obesitas (Indeks massa tubuh >30 kg/m2)
3) Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara
perempuan
4) Usia ≥ 35 tahun
5) Riwayat khusus pasien (interval kehamilan >10 tahun)
4. Diagnosa Preeklampsi(18)
Berdasarkan PNPK Diagnosis dan Tatalaksana PreEklampsia tahun 2016,
preeklampsia sebelumnya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan
proteinuria yang baru terjadi saat kehamilan. Meskipun kedua kriteria ini masih
menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain menunjukkan adanya
hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang menunjukkan adanya kondisi
berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuria.
Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena
sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.
5. Tatalaksana(18)
a. Manajemen Ekspektatif atau Aktif
Tujuan utama dari manajemen ekspektatif adalah untuk memperbaiki luaran
perinatal dengan mengurangi morbiditas neonatus serta memperpanjang usia
kehamilan tanpa membahayakan ibu. Manajemen ekspektatif tidak meningkatkan
kejadian morbiditas maternal seperti gagal ginjal, sindrom HELLP, angka seksio
sesar, atau solusio plasenta. Sebaliknya dapat memperpanjang usia kehamilan,
serta mengurangi morbiditas perinatal seperti penyakit membran hialin,
necrotizing enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif dan ventilator serta lama
perawatan. Berat lahir bayi rata – rata lebih besar pada manajemen ekspektatif,
namun insiden pertumbuhan janin terhambat juga lebih banyak.
Pemberian kortikosteroid mengurangi kejadian sindrom gawat napas,
perdarahan intraventrikular, infeksi neonatal serta kematian neonatal.
Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia tanpa gejala berat
berdasarkan PNPK Preeklampsia tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus
preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dengan evaluasi maternal dan janin yang lebih ketat
b) Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus
preeklampsia tanpa gejala berat
c) Evaluasi ketat yang dilakukan adalah :
1. Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
2. Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
3. Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
4. Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali
dalam seminggu)
5. Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan
doppler velocimetry terhadap arteri umbilical direkomendasikan
A. IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama : Ny. A Nama : Tn. H
Umur : 28 Tahun Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam Agama : Islam
Golongan darah: A+ Golongan darah :-
Alamat : Serang Baru
No.RM : 193xxx
Tanggal Masuk: 12 November 2020
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada pasien tanggal 12 November 2020
Keluhan Utama :
Peut dirasakan mulas sejak 7 jam SMRS
Keluhan Tambahan :
Nyeri perut bagian bawah sejak 6 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dengan G3P2A0 dengan usia kehamilan 36 minggu datang ke
poli kebidanan RSUD Kabupaten Bekasi untuk kontrol post rawat, saat di
poli dilakukan USG, di temukan kepala bayi I sudah memasuki pintu atas
panggul, serta bayi II letak sungsang. Selain itu, pasien merasakan keluhan
perut terasa mulas sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit. Mulas
dirasakan lebih sering dan lebih kuat pada 4 jam SMRS, selain itu pasien
juga merasakan nyeri perut bagian bawah sejak 6 jam SMRS, gerakan bayi
dirasakan aktif. Pasien juga merasakan pusing. Keluhan keluar air-air atau
darah dari jalan lahir disangkal. Pasien menyangkal adanya sakit kepala,
pandangan mata kabur, mual, muntah dan nyeri ulu hati. Pada tanggal
6/11/2020 pasien sempat dirawat selama 3 hari dengan diagnosa G3P2A0
h 33-34 minggu dengan prematur kontraksi dan gemelli serta PEB, dengan
hasil pemeriksaan penunjang awal masuk proteinurin +2 serta tensi
160/110
mmHg. Selama masa rawat inap pasien mendapatkan terapi Dexametason,
MgSO4, amlodipin serta metildopa. Pasien keluar rawat dengan proteinuri
negatif serta tensi 139/89 mmHg.
Riwayat penyakit dahulu :
Post rawat G3P2A0 h 33-34 minggu gemelli dan prematur kontraksi serta
PEB 3 hari SMRS. Hipertensi, kencing manis, jantung, paru, asma, alergi
disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat kelahiran bayi kembar pada keluarga suami (+). Hipertensi,
kencing manis, jantung, paru, asma, alergi disangkal.
Riwayat menstruasi :
● Haid pertama : usia 13 tahun
● Siklus Haid : teratur
● Lama Haid : 7 hari
Riwayat pernikahan :
● Menikah 1 kali
● Usia pertama kali menikah 21 tahun
Riwayat KB :
Memakai KB suntik 3 bulan selama 1 tahun tetapi tidak suntik secara rutin
Riwayat Obstetri:
● Paritas : G3P2 A0 AH: 2
● HPHT : 05 Maret 2020
● HPL : 12 Desember 2021
● Usia kehamilan : 36 minggu
Riwayat Persalinan:
Tgl/T Temp Umur Jenis An Keadaa
N h at Penolon Penyul ak Nifa n
o Kehamil Persalin g it s
J B P
Partu Partu an an Anak
K B B
s s
( (c
g m
r) )
1. 2014 Klinik 9 bulan Spontan Bidan - P 2, lu T.A. Hidup
r 9 pa K
2 2015 RS 9 bulan Induksi Bidan - P 2, lu T.A. Hidup
r 7 pa K
3. Hamil ini
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 106 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20 x/menit
Mata :
:
Paru
:
Jantung
:
Abdomen
:
Ekstremitas
{dbn}
{dbn}
2. Status obstetri
1. Pemeriksaan luar
TFU : 34 cm
TBJ klinis : TFU – n x 155 ✇ (34 – 12) x 155 = 3410
Letak Anak I : Kepala, puki
Letak Anak II : Bokong, puka
His : 3x /10 menit, lama His 40 detik
DJJ I Puki : 137 x/menit, reguler
DJJ II Puka : 156 x/menit, reguler
2. Inspekulo : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan dalam
Vulva : Tidak ada kelainan
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis, lunak
Pembukaan : 6 cm
Ketuban :-
Presentasi : Kepala H 2
3. Pemeriksaan Laboratorium
12 November 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urinalisa
Protein Urin Kualitatif Positif 1 Negatif
D. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 Gravida 36 minggu inpartu kala I aktif dengan Gemelli dan
Preeklampsi Ringan
E. RENCANA PENATALAKSANAAN
● Rawat inap
● Observasi KU, TTV, DJJ
● Observasi kemajuan persalinan
● Infus RL 20 TPM
● Dopamet 3x500 mg
● Drip Oxitocin
F. PROGNOSIS
● Ad vitam : Dubia ad bonam
● Ad functionam : Dubia ad bonam
● Ad sanactionam : Dubia ad bonam
G. LAPORAN PERSALINAN
Kala I Fase aktif
Pemantauan
TD N R S HIS DJJ I/II Ket
persalinan
12/11/2020 138/89 95 20 36.7 3x dalam 10 128/14 V/V: tak
menit, durasi 2 Portio: tebal, lunak
11.30 Pembukaan: 6 cm
30-40 detik
Bagian terendah:
Kepala, UUK station 2
14.30 132/80 92 20 36.0 3x dalam 10 125/13 V/V: tak
menit, durasi 8 Portio: tipis, lunak
30-40 detik Pembukaan: 6-7 cm
Bagian terendah:
Kepala, UUK station 2
Drip Oksitosin
17.30 130/73 90 20 36.4 3x dalam 10 125/14 V/V: tak
menit, durasi 0 Portio: tipis, lunak
>40 detik Pembukaan: 7 cm
Bagian terendah:
Kepala, UUK station 2
18.50 4x dalam 10 125/13 V/V: tak
menit, durasi 0 Portio: tidak teraba
>40 detik Pembukaan: lengkap
Ketuban: tak utuh
Bagian terendah:
Kepala, UUK station
+1, pasien dipimpin
mengedan
Kala II
Episiotomi tidak dilakukan, tidak ada distosia bahu, tanda-tanda vital ibu dalam
batas normal.
Kala III
H. FOLLOW UP
Ruang Nifas
Tanggal
dan jam Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
pemeriksaan
13-08-2020 S: pusing (-), nyeri luka jahitan (+)
O: KU: baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 137/89 mmHg
Nadi : 127 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
TFU: 2 jari dibawah umbilikus
A: P4A0 post partum dengan Gemelli dan PER
P: IVFD RL 20 tpm
Dopamet 250 mg 2x1 oral
Sulfate ferrous 1 tab 2x1 oral
Cefadroxil 500 mg 3x1 oral
Paractetamol 500 mg 3x1 oral
14-08-2020 S: nyeri luka jahitan (+)
O: KU: baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,4oC
TFU: 2 jari dibawah umbilikus
Proteinuri negatif
A: P4A0 post partum dengan Gemelli dan PER
P: IVFD RL 20 tpm
Dopamet 250 mg 2x1 oral
Sulfate ferrous 1 tab 2x1 oral
Cefadroxil 500 mg 3x1 oral
Paractetamol 500 mg 3x1 oral
I. Diagnosa Akhir
P4A0 Partus Prematurus Gravida 35-36 Minggu Spontan dengan
Akselerasi Persalinan, Gemelli Anak I Letak Kepala, Anak II Letak
Sungsang dan Preeklampsia
BAB IV
ANALISA KASUS