Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI KOMUNIKASI

Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator kepada komunikan, baik yang
disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal atau tulisan,gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang
ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain. Komunikasi adalah
proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang
senantiasa berubah.Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar
komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau
keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak penerima harus
memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna informasi yang diterima serta
memberikan respons yang sesuai (Nasir,2019)

Tujuan Komunikasi

Menurut Anjaswarni 2016, Berdasarkan beberapa pengertian/definisi di atas, dapat disimpulkan


bahwa secara umum tujuan komunikasi sebagai berikut.

a. Menyampaikan ide/informasi/berita

Kalau kita melakukan komunikasi dengan orang lain, tujuan utamanya adalah sampainya atau dapat
dipahaminya apa yang ada dalam pikiran kita atau ide kita kepada lawan bicara. Dengan demikian,
ada satu kesamaan ide antara apa yang ada dalam pikiran komunikator dan komunikan.

b. Memengaruhi orang lain

Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita sadari ataupun tidak kita sadari akan
memengaruhi perilaku orang lain. Secara sadar, jika kita berkomunikasi untuk tujuan memotivasi
seseorang, kita berharap bahwa orang yang kita motivasi akan melakukan hal sesuai dengan yang
kita inginkan. Secara tidak kita sadari, jika pada saat kita memotivasi menunjukkan wajah yang
serius, kita akan membuat lawan bicara antusias untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disampaikan kepada dirinya.

C. Mengubah perilaku orang lain

Komunikasi bertujuan mengubah perilaku, maksudnya jika kita bicara dengan seseorang yang
berperilaku berbeda dengan norma yang ada dan kita menginginkan.Contoh kegiatan keperawatan
yang relevan sebagai berikut.Komunikasi yang dilakukan perawat pada saat akan mengubah
keyakinan dan perilaku pasien yang tidak baik atau bertentangan dengan kesehatan sertadengan
keyakinan dan perilaku yang mendukung kesehatannya.

d. Memberikan pendidikan

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak komunikasi terjadi dengan tujuan memberikan pendidikan,
misalnya komunikasi orang tua dengan anaknya, guru/dosen dengan murid/mahasiswa, perawat
dengan kliennya, dan lain-lain. Komunikasi ini dilakukan dengan tujuan agar lawan bicara
(komunikan) memperoleh/mencapai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan menunjukkan hal
yang lebih baik dari sebelumnya.Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai
berikut.Komunikasi yang dilakukan perawat saat memberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan kepada pasien tentang pencegahan penularan penyakit, memberikan pendidikan tentang
pertolongan di rumah pada anggota keluarga yang sakit demam berdarah, dan lain-lain yang
tujuannya meningkatkan pengetahuan agar lebih baik dari sebelumnya.
e. Memahami (ide) orang lain

Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara komunikator dan komunikan saling
memahami ide masing-masing dan mereka saling berusaha untuk memberi makna pada komunikasi
yang disampaikan atau diterima.

Elemen Komunikasi

DeVito (1997) dalam Anjaswarni 2016 menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang
terdiri atas komponen-komponen/elemen-elemennya saling terkait. Setiap elemen dalam
komunikasi saling berhubungan satu dengan yang lain dan elemen yang satu mendahului elemen
lain yang terkait. Dapat diidentifikasi bahwa untuk berlangsungnya komunikasi yang efektif, ada
limaelemen utama, yaitu (a) komunikator (sender), (b) informasi/pesan/berita, (c) komunikan
(reciever), (d) umpan balik (feedback), dan (e) atmosfer/konteks.

a. Komunikator (sender)

Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan/ide/informasi kepada


orang/pihak lain sebagai lawan bicara. Komunikator berarti sumber berita/informasi atau disebut
informan, yaitu sumber/asal berita yang disampaikan kepada komunikan. Seorang komunikator
beraksi dan bereaksi secara utuh meliputi fisik dan kognitif, emosional, dan intelektual.

b. Informasi/pesan/berita

Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator, disadari atau tidak disadari, secara
langsung atau tidak langsung. Pesan yang disadari adalah segala ucapan (bahasa verbal) yang
disampaikan komunikator secara sengaja dan sudah dipersiapkan. Pesan yang tidak disadari adalah
pesan yang muncul beriringan atau bersamaan dengan pesan yang yang disampaikan pada saat
komunikator berbicara.

c. Komunikan (reciever)

Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menerima pesan yang disampaikan
komunikator. Komunikan yang efektif adalah komunikan yang bersikap kooperatif, penuh perhatian,
jujur, serta bersikap terbuka terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan.

d. Umpan balik

Umpan balik bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Umpan balik dari diri sendiri, misalnya,
jika kita menyampaikan pesan melalui bicara, kita akan dapat secara langsung mendengar apa yang
kita sampaikan. Umpan balik dari orang lain adalah umpan balik yang datang dari lawan bicara.
Bentuk umpan balik yang diberikan, antara lain anggukan, kerutan dahi, senyuman, gelengan kepala,
interupsi pembicaraan, pernyataan setuju atau tidak setuju, dan lain-lain. Umpan balik dapat berupa
verbal ataupun nonverbal. Agar terjadi umpan balik yang baik, harus bersifat jujur, sesuai dengan
konten (isi pesan) yang disampaikan, dan bagian dari solusi merupakan hasil proses berpikir, tidak
bersifat subjektif, dan disampaikan dalam waktu yang tepat.

e. Atmosfer/konteks

Atmosfer adalah lingkungan ketika komunikasi terjadi terdiri atas tiga dimensi,yaitu dimensi fisik,
sosial-psikologis, dan temporal yang mempunyai pengaruh terhadap pesan yang disampaikan. Ketiga
dimensi lingkungan ini saling berinteraksi dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Perubahan
dari salah satu dimensi akan memengaruhi dimensi yang lain.

Komunikasi dengan Lansia

Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu faktor fisik, psikologi, dan
lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus
menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia juga
mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi (Anjaswarni,2016).

Teknik berkomunikasi dengan lansia

Anjaswarni 2016 mengatakan bahwa terdapat karakteristik lansia berbeda-beda sehingga kita harus
memahami lansia tersebut. Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan, yaitu:

1. Responsif

Reaksi terhadap fenomena yang terjadi pada lansia merupakan suatu bentuk perhatian yang dapat
diberikan. Ketika terdapat perubahan sikap terhadap lansia sekecil apapun hendaknya
mengklarifikasi tentang perubahan tersebut. Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang
terjadi pada klien dan segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini
merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan
ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien.

Contoh:

“Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”

2. Suportif

Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu disikapi dengan
menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif).

Contoh:

Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan
menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga
lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi
untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai
kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada
perawat. Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai
berikut.

“Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika

Bapak memerlukan saya siap membantu.”

3. Sensitif
Empati merupakan suatu perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (Objektif). Dalam
proses keperawatan tentu saja ada suka maupun duka, hal tersebut yang ditekankan kepada
perawat agar bisa mengendalikan emosinya secara baik, sehingga tidak terlihat oleh pasien.
Perasaan yang timbul akibat mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang buruk pun diharapkan
perawat bisa mengontrolnya dengan baik. Perawat yang empati dengan orang lain dapat
menghindari perasaan dri kata hati tentang seseorang pada umumnya, dengan empati perawat akan
lebih sensitif dan ikhlas. Sikap empati memperbolehkan perawat untuk berpartisipasi terhadap
sesuatu yang terkait dengan emosi pasien.

Para pasien dan anggota keluarga sangat sensitif terhadap komunikasi nonverbal profesional karena
berbagai alasan. Alasan yang pertama adalah lingkungan perawatan kesehatan menimbulkan rasa
takut yang besar dan ketidakpastian pada pasien dan para anggota keluarga, yang kedua adalah
adakalanya pasien meyakini bahwa paraprofesional kesehatan tidak benar-benar jujur terhadap
mereka dan yang ketiga adalah pasien dan anggota keluarga terkadang akan bersandar pada
observasi nonverbal sebagai alat yang cepat memperoleh informasi, bahkan sebelum terjadinya
interaksi verbal.

DAPUS

Tri Anjaswarni. 2016. Komunikasi dalam keperawatan. Jl. Hang Jebet III blok P3, Kebayoran Baru,
Jakarya Selatan

Abdul Nasir, et al, Komunikasi dalam keperawatan teori dan aplikasi, (Jakarta: Salemba Medika,
2019),

Anda mungkin juga menyukai