Intervensi Terapeutik Terhadap Distress psikologis
Distres psikologis merupakan kondisi negatif seperti penderitaan atau
beban mental yang mencakup perasaan terkait dengan depresi dan kecemasan yang tejadi pada pasien kanker stadium akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Zikir Terhadap Distress Psikologis Pada Pasien Kanker Stadium Akhir. Terapi Zikir Terapi zikir menghasilkan semangat tubuh yang tenang untuk mempromosikan harmonisasi optimal, yang meningkatkan status kesehatan psikologis, sosial, spiritual, dan fisik. Terapi zikir dilakukan selama 20 hingga 30 menit, dengan melakukan zikir dapat menenangkan hati dari semua sikap dan emosi negatif, memperoleh kebebasan dari stres, kecemasan, keputusasaan, dan depresi duniawi, dan menjadi sangat fokus serta ambisius. Selain itu, zikir dapat meningkatkan kekuatan spiritual dan vitalitas, menghirup semangat kehidupan ke dalam hati (Soliman, Mohammed, 2013). Terapi zikir dapat dilakukan dipraktekkan kapan saja, proses yang berkonsentrasi pada pemikiran Allah (SWT) secara terus menerus, tanpa terputus dan secara sadar. Dilakukan secara totalitas baik secara kognitif maupun emosional kepada penguasa alam. Zikir artinya mengingat Allah (SWT) dari dalam hati dan merupakan hadiah yang diberikan dari Allah SWT dan ciptaan- Nya. Zikir memberikan kekuatan dan manfaat fisik serta spiritual (Sitepu, 2009). Tahap Pelaksanaan Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan terapi zikir adalah: 1. Pada hari masuk (1 hari sebelum operasi), subjek potensial yang memenuhi kriteria inklusi didekati untuk berpartisipasi, terapis membangun kepercayaan dan hubungan yang baik dengan subjek. Terapis kemudian menjelaskan kepada subjek tujuan, prosedur untuk melakukan terapi, perlindungan hak asasi manusia, dan hasil dari terapi. Ketika subjek setuju untuk berpartisipasi dalam terapi, terapis memberi mereka formulir persetujuan untuk ditandatangani, dan mereka mengisi formulir data demografis. 2. Ketika subjek sudah siap, terapis membuat lingkungan di sekitar tempat tidur menjadi sunyi, dan memisahkan dari tempat tidur yang lain dengan menggunakan tirai, terapis mendemonstrasikan terapi zikir kepada pasien. Dimulai dengan menarik nafas panjang selama 5 menit dan diikuti dengan mengingat Allah Subhanna Wa taa’la (SWT) dengan berkata: “Subhanallah” (Tuhan Yang Paling Suci) 33 kali, “Alhamdulillah” (Pujian Kepada Tuhan) 33 kali, “Allahu Akbar” (Tuhan Maha Besar) 33 kali, dan “Lailaha-ilallah” (Tiada Tuhan selain Allah) 33 kali, sambil menghitung tasbih. Latihan terapi Zikir memakan waktu sekitar 30 menit. Karena itu, satu putaran latihan terapi Zikir berlangsung selama 30 menit. Terapis kemudian meminta subyek untuk kembali mengulang untuk satu putaran lagi untuk memastikan bahwa subyek dapat mempraktikkannya dengan benar. Pada akhir pertemuan, terapis memberikan buku pedoman untuk terapi zikir kepada subyek, sehingga mereka dapat membaca dan mempraktekkannya sendiri kapan saja. 3. Pada Hari 1 (6-8 jam setelah operasi) subyek diukur untuk skor nyeri, HR, RR. Data ini digunakan sebagai dasar untuk membandingkan perubahan fisiologis dan nyeri di kemudian hari. Subjek kemudian diminta untuk berlatih terapi Zikir selama satu siklus (berlangsung 30 menit). Setelah menyelesaikan terapi Zikir, subjek diminta untuk menilai skor rasa sakit mereka dengan menggunakan Skala Nilai Numerik. 4. Pada Hari 2 (24-30 jam setelah operasi) subyek diminta untuk menilai skor rasa sakit mereka dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dan kemudian BP, HR, dan RR mereka diukur lagi. Data ini digunakan sebagai dasar untuk membandingkan perubahan fisiologis, dan skor nyeri sebelum latihan terapi Zikir pada Hari 2. Kemudian, subyek diminta untuk berlatih terapi Zikir untuk satu siklus lagi (berlangsung 30 menit). Setelah menyelesaikan terapi Zikir, subjek diminta untuk menilai skor rasa sakit mereka dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), HR, dan RR kemudian diukur segera setelah menyelesaikan praktik terapi Zikir, dan kemudian setelah 30 dan 60 menit. Kelompok kontrol subjek dalam kelompok kontrol menerima perawatan rutin yang mirip dengan kelompok eksperimen kecuali bahwa mereka tidak diberikan prosedur untuk praktik terapi Zikir atau buku pedoman dan pedoman. Perawatan keperawatan rutin termasuk obat penghilang rasa sakit sepanjang waktu dan ganti luka (Sitepu, 2009). Setelah dilakukan zikir selama 30 menit manfaat yang didapat adalah dapat memperkuat dan membawa manfaat fisik dan spiritual, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kualitas tidur. Zikir merupakan tindakan religius dan telah dilaporkan dalam membantu orang-orang Muslim untuk memimpin keadaan ketenangan dan kedamaian (Sitepu, 2009). KONDISI PSIKOLOGI PASIEN KANKER Bila seseorang divonis menderita kanker, secara umum ada tiga bentuk respon emosional yang muncul pada pasien penyakit kronis tersebut yaitu penolakan, kecemasan dan depresi, dengan keadaan yang sangat sulit pasien menerima dirinya karena penyakit kanker ini dapat menimbulkan stress yang terus-menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian fisik tapi juga penyesuaian psikologis individu. Pasien kanker dapat mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan seperti, merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah, atau merasa sendiri dan dibayangi oleh kematian. Terjadi kecemasan yang meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidup di masa depan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan tidak berdaya, dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker (Lubis, Hasnida, 2009). Beberapa kanker yang berhubungan dengan fungsi seksual, secara fisik dan secara psikologis, terutama untuk prostat dan kanker testis pada pria dan untuk kanker payudara dan ginekologi pada wanita. Pria dengan kanker prostat sering menjadi impotensi dan mengalami inkontinensia urin, sedangkan pada wanita seperti kanker payudara dan leher rahim, mereka mengalami kerusakan pada kemampuan fisik yang berfungsi secara seksual. Banyak pasien kanker yang mengalami masalah psikososial yang berasal dari perubahan dalam hubungan anggota keluarga dan teman mereka. Mereka memiliki masalah penyesuaian karena mereka tidak ingin oranglain berbicara tentang masalah kanker. Mereka menarik diri dari kontak sosial karena mereka merasa canggung secara sosial atau malu dengan kondisi mereka (Sarafino, E, P. Smith, T, W, 2011). Dengan adanya pendekatan psikososial untuk membantu individu mengatasi masalah kanker dapat dimulai dalam wawancara diagnostik dengan dokter, mempromosikan adaptasi positif terhadap penyakit dengan mendiskusikan diagnosis saat pasien dalam keadaan siaga, mengekspresikan kepedulian dan memberi orang kesempatan untuk bereaksi secara emosional dan menenangkan diri mereka sendiri, dan kemudian menyajikan informasi tentang prognosis dan pilihan pengobatan. Tenaga medis juga dapat membantu memberikan informasi tentang cara mengelola penyakit dan aspek-aspek sulit dari perawatan dan saran untuk peningkatan diet dan aktivitas fisik pasien dengan pasangan, dengan latihan yang diberikan ini, akan meningkatkan fungsi fisik pasein kanker dan dapat membaik kelangsungan hidup mereka (Markes, Brockow, & Resch, 2006 dalam Sarafino, E, P. Smith, T, W, 2011). DISTRES PSIKOLOGIS
Distres psikologis merupakan kondisi negatif seperti penderitaan atau
beban mental yang mencakup perasaan terkait dengan depresi dan kecemasan (Husain, Chaudhry, Jafri, Tomenson, Surhand, Chaudhry, 2014). Distress dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrapersonal dan faktor situasional. Faktor intrapersonal yang berhubungan adalah kepribadian, pada faktor situasional dampak merugikan yang timbul adalah faktor fisiologis, faktor kognitif, faktor sosial (Dewayani, Sukarlan, Turnip, 2011). Distress merupakan gejala yang timbul akibat adanya keadaan stress yang mengarah kepada psikosomatis. Stress dapat mempengaruhi keadaan tubuh seperti kepala pusing, darah tinggi, jantung, diabetes atau gastritis (Anindita, Y, P, C. Marchira, C, R. Prabandari, Y, S, 2010). Stress adalah kondisi yang memiliki dua komponen: fisik, melibatkan bahan langsung atau tantangan tubuh, dan psikologis yang melibatkan bagaimana individu memahami keadaan dalam kehidupan mereka. Komponen-komponen ini bisa diperiksa dalam tiga cara. Satu, pendekatan berfokus pada lingkungan: stress dipandang sebagai stimulus. Peristiwa atau keadaan yang menantang secara fisik atau psikologis disebut stresor. Pendekatan kedua, memperlakukan stress sebagai respons, dengan fokus pada reaksi orang terhadap stress. Respon yang bersifat psikologis seperti pola pikir dan emosi anda ketika anda merasa gugup, dan fisiologis, seperti ketika jantung anda berdebar, mulut anda mengering, dan anda berkeringat. Psikologis dan respons fisiologis terhadap stresor disebut ketegangan. Pendekatan ketiga, menggambarkan stress sebagai suatu proses itu termasuk stress dan tekanan (Sarafino, E, P. Smith, T, W, 2011). Anindita, Y. P. C., Marchira, C. R., & Prabandari, Y. S. (2010). Hubungan antara pemberian radioterapi dengan terjadinya distress, anxiety, dan depresi Dewayani, A. D., Augustine, Sukarlan, S. Turnip, Sherly (2011). Perceived peer social support dan psychological distress mahasiswa Universitas Indonesia. Makara, Sosial Humaniora, Vol 15. No. 2, DESEMBER 2011:86-93 Lubis, N, Hasnida. (2009). Terapi perilaku kognitif pada pasien kanker. Medan – USU Press, 2009. Sarafino, E, P. Smith, T, W (2011). Health psychology: biopsychosocial interactions. Seventh edition. Sitepu, N. F. (2009). Effect of zikr meditation on postoperative pain among muslim patients undergoing abdominal surgery, Medan, Indonesia (Prince of Songkla University). Soliman, H., & Mohamed, S. (2013). Effects of Zikr meditation and jaw relaxation on postoperative pain, anxiety and physiologic response of patients undergoing abdominal surgery. J Biol Agric Healthc, 3(2), 23-38.