Laporan Praktikum Uji Vitamin C Dan E - Kelompok 2
Laporan Praktikum Uji Vitamin C Dan E - Kelompok 2
Oleh :
Kelompok 2
2021
BAB 1. PENDAHULUAN
Vitamin C merupakan salah satu senyawa yang sangat dibutuhkan pada reaksi
metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin C pada makanan yang dikonsumsi
dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Jumlah kecukupan gizi
terhadap konsentrasi vitamin per hari yang berhubungan dengan kesehatan
harus disesuaikan dengan Recomended Daily Allowance (RDA) (Yuliarti,
2009)
Dalam praktikum ini, kami membahas tentang pengujian kadar vitamin C dan
vitamin E. Pengujian dilakukan dengan menyiapkan beberapa sumber vitamin
C dan vitamin E yang kemudian diuji dengan metode titrasi iodometri
menggunakan larutan betadine (obat antiseptik).
Sumber yang digunakan berupa beberapa sampel buah-buahan, bahan
makanan lain, dan suplemen vitamin C serta vitamin E yang banyak
ditemukan di pasaran. Pengujian kadar vitamin C dan E dimaksudkan untuk
mengetahui macam-macam kadar vitamin C dan E yang terkandung dalam
sampel, faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kadar vitamin C dan E
yang terdapat pada masing-masing sampel yang akhirnya dengan mengetahui
hal-hal tersebut dapat membantu dalam pemilihan dan pemenuhan asupan
vitamin C dan E secara optimal
1.3 Manfaat
Manfaat diadakannya praktikum ini adalah memberikan informasi tentang
kandungan Vitamin C dan E yang ada pada bahan makanan yang di uji coba.
Ada zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh kita tetapi 62 kita
perlukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Zat ini dinamakan vitamin. Asal kata
vitamin adalah dari vit-amine. “Vit” berarti hidup dan “amine” menunjukkan
bahwa zat itu adalah suatu amine, yaitu zat kimia yang mengandung gugus –
NH2. Sebabnya nama tersebut timbul adalah karena vitamin pertama yang dapat
dipisahkan secara kimia dengan murni ternyata mengandung nitrogen. Vitamin ini
ialah vitamin anti beri-beri. Karena itu orang mulamula menyangka bahwa semua
vitamin mengandung gugus amine. Ternyata hal itu tidak benar. Karena itu,
sekarang huruf “e” diakhir kata dihilangkan sehingga terjadilah kata istilah
vitamin (Nasoetion, 1995 dalam Aina dan Suprayogi, 2011). Vitamin adalah zat
esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan
proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan berakibat terganggunya
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang
idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan vitamin per hari
untuk perawatan kesehatan ditentukan oleh RDA (Recomended Daily Allowance)
(Yuliarti, 2009 dalam Aina dan Suprayogi, 2011).
VITAMIN E
Vitamin E adalah vitamin larut lemak yang sangat berguna selain sebagai
antioksidan juga melindungi tubuh dari polyunsaturated fatty acid (PUFAs)
seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakhidonat. Selain itu
vitamin E dalam tubuh sebagai penangkal radikal bebas dan molekul oksigen
yang penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh
(Bruke, 2007 dalam Mahfud, 2017). Vitamin E adalah penghenti reaksi penyebab
radikal bebas yang efisien di membran lemak, karena bentuk radikal bebas
distabilkan oleh resonansi. Oleh karena itu radikal vitamin E memiliki
kecenderungan kecil untuk mengekstraksi sebuah atom hidrogen dari senyawa
lain dan menyebarkan reaksi. Vitamin E radikal juga bisa mengalami regenerasi
dengan adanya vitamin C atau glutation (Berdanier, 1998 dalam Mahfud, 2017).
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang
mampu merubah radikal peroksil (hasil peroksida lipid) manjadi radikal
tocopherol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak
(Winarsi, 2007 dalam Mahfud, 2017). Mekanisme antioksidan tocopherol
termasuk transfer satu atom hidrogen dari grup 6-hidroksil pada cincin kroman,
serta inaktifasi singlet oksigen dan spesies reaktif lainnya. Rantai fitil tocopherol
terikat pada membrane sel bilayer, sedangkan cincin kroman yang aktif terletak
pada permukaan sel. Struktur yang unik tersebut menyebabkan tocopherol dapat
bekerja secara efektif sebagai antioksidan , dan dapat diregenerasi melalui reaksi
dengan antioksidan lain seperti asam askorbat (Salonen et al., 1997 dalam
Mahfud, 2017). Vitamin E secara alami memiliki 8 isomer yang dikelompokan
dalam 4 tocopherol yaitu α, β, γ, δ dan 4 tocotrienol α, β, γ, δ homolog. Suplemen
yang banyak beredar dipasaran umumnya tersusun atas tocopherol dan tocotrienol
yang diyakini merupakan antioksidan potensial (Winarsi, 2007 dalam Mahfud,
2017). α-tocopherol adalah bentuk vitamin E paling aktif. Bentuk sintetik vitamin
E mempunyai aktivitas biologis 50 % daripada α-tocopherol yang terdapat di alam
(Almatsier, 2004 dalam Mahfud, 2017).
4.1 Hasil
Tetes Perubahan
4.2 Bahan
Tanpa Pemanasan Melalui pemanasan
1 Buah Jeruk
1.
Manis
1 Buah Jeruk
2.
Lemon
1 Buah
3.
Mentimun
4. 1 Buah Tomat
5. 1 Buah Pisang
6. 1 Buah Apel
1 Buah
7.
Bengkuang
8. Vitamin C
9. Vitamin E
4.3 Pembahasan
VITAMIN C
Percobaan uji vitamin C, menggunakan bahan-bahan/ produk yang memiliki
kandungan vitamin C, untuk membuktikan kadar vitamin C secara kualitatif dan
kuantitatif. Kualitatif dilakuan dengan pengamatan pada warna yang dihasilkan
sedangkan kuantitatif pada banyaknya tetesan yang digunakan pada percobaan.
Semakin banyak tetesan larutan vitamin C yang digunakan untuk membuat bahan
berubah warna menjadi kuning keemasan atau bening, maka semakin tinggi pula
kandungan vitamin C.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, mengenai perubahan kandungan
vitamin C yang ada pada larutan sari buah apabila dicampurkan dengan betadine akan
terjadi perubahan warna. Sari buah yang diuji cobakan adalah sari buah tomat, jeruk,
lemon, pisang, apel, timun dan bengkuang serta vitamin E dan C.
Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali, pertama dilakukan percobaan untuk
mengetahui kandungan vitamin C dalam larutan betadine yang diteteskan. Percobaan
tersebut menggunakan iodine untuk mereaksikan sampel yang digunakan. Lalu untuk
percobaan kedua yaitu mengetahui kandungan vitamin C dengan memanaskan sisa sari
buah dan meneteskannya kembali pada betadine/iodine. Fungsi larutan standart yodium
(iodin) ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam
sampel menjadi senyawa dehidro askorbat sehingga akan berwarna biru tua karena
pereaksi yang berlebih. Sedangkan proses pemanasan dalam percoban ini berfungsi
untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai katalisator). Reaksi ini disebut
reaksi iodimetri karena terjadi perubahan warna menjadi bening atau menjadi warna
biru tua.
Dari hasil percobaan pertama, didapatkan bahwa kadar vitamin C dari Vitamin C
IPI terlihat memiliki kadar vitamin C yang tinggi lalu disusul oleh jeruk lemon, jeruk
manis, dan mentimun. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari warna yang terlihat pada
Vitamin C IPI yaitu lebih bening dibandingkan dengan sari buah yang lain. Vitamin C
IPI juga tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat merubah betadine menjadi
bening karena tetesan yang dibutuhkan hanya 25 tetes. Sedangkan untuk percobaan
kedua, dengan proses pemanasan pada sari sari buah didapatkan hasil yang berbeda,
yaitu warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan tetesan yang diberikan lebih
sedikit dibandingkan dengan sari buah tanpa pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa
setelah sari buah dipanaskan perubahan warna sangat mencolok. Lalu pada sebagian
buah juga memiliki sifat browning (pencoklatan) seperti contoh apel. Apel yang sudah
dipotong akan mengalami browning (pencoklatan) jika terkena udara. Udara merusak
struktur buah apel (dalam istilah kimia: apel teroksidasi oleh udara) sehingga warna
yang dihasilkan jika tidak cepat-cepat mendapat perlakuan akan segera mencoklat
dan merubah warna dari apelnya itu sendiri.
Fungsi vitamin sebagai antioksidan terlihat dalam percobaan sederhana ini.
Demikianlah yang terjadi dalam tubuh kita. Diibaratkan tubuh kita dalah apel dan
vitamin c sebagai antioksidannya. Sebenarnya pengujian semacam ini kurang baik,
dikarenakan hasil yang didapatkan nantinya akan bias. Jadi tidak dapat benar-benar
mengukur kadar vitamin C dengan akurat.
Vitamin C mempunyai sifat polaritas yang tinggi karena banyak mengandung
gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah diubah tubuh. Oleh
karena itu vitamin C dapat bereaksi dengan radikal bebas yang bersifat aqueous dan
mampu menetralisir radikal bebas. Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan
skorbutum, sariawan, kulit kasar, pendarahan pada kulit (sekitar mata dan gusi), cepat
lelah, otot lemah, kerusakan sendi dan gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan
lepas. Untuk menguji kandungan vitamin C pada bahan makanan dan minuman dapat
menggunakan amilum iodida atau betadine.
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu.
VITAMIN E
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa sampel
Nature-E terlihat jelas mengandung vitamin E dan bahan lain tidak terlihat jelas karena
vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak sehingga pada saat Nature-E
bercampur dengan iodine/betadine akan terlihat jelas bercak seperti gumpalan lemak.
Namun menurut sumber yang kami baca dikatakan bahwa tomat dan wortel sedikit
mengandung vitamin E.
5.1 Kesimpulan
Aina, M., Suprayogi, D. 2011. Uji Kualitatif Vitamin C pada Berbagai Makanan dan
Pengaruhnya terhadap Pemanasan. Sainmatika: Jurnal Sains dan Matematika.
Universitas Jambi. Diakses pada 29 Juni 2020
Mahfud, H.A. 2017. Optimasi Formulasi Krim Antioksidan Vitamine (DL-Alpha Tocopherol
Acetate) Dengan VCO (Virgin Coconut Oil). Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Mubarak, K., Natsir, H., dkk. 2017. Analisis Kadar α-Tokoferol (Vitamin E) Dalam Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam) Dari Daerah Pesisir Dan Pegunungan Serta Potensinya
Sebagai Antioksidan. Kovalen Jurnal Aset Kimia. Vol.3, No. 1. Universitas
Hassanuddin. Diakses pada 29 Juni 2020
Ngginak, J., Rupidara, A.D.N., Daud, Y. 2019. Kandungan Vitamin C dari Ekstrak Buah Ara
(Ficus carica L.) dan Markisa Hutan (Passiflora foetida L). Jurnal Sains dan Edukasi
Sains. Vol.2, No.2. Universitas Kristen Artha Wacana. Diakses pada 29 Juni 2020
Winarno. FG. 1991. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN