Anda di halaman 1dari 25

Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

1
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

Jaminan Kepuasan
Apabila Anda mendapatkan buku ini dalam keadaan cacat produksi
(di luar kesengajaan kami), seperti halaman kosong atau terbalik,
silakan ditukar di toko tempat Anda membeli atau langsung kepada
kami dan kami akan menggantinya segera dengan buku yang bagus.

2
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

3
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

AKTIFKAN OTAK KANAN DENGAN SHALAT

Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

Editor
Virsya Hany
Tata Sampul
Wulan
Tata isi
Endang
Pracetak
Antini, Dwi, Yanto
Cetakan Pertama
September 2012

Penerbit
DIVA Press
(Anggota IKAPI)
Sampangan Gg. Perkutut No.325-B
Jl. Wonosari, Baturetno
Banguntapan Jogjakarta
Telp: (0274) 4353776, 7418727
Fax: (0274) 4353776
Email: redaksi_divapress@yahoo.com
Blog: www.blogdivapress.com
Website: www.divapress-online.com

Sumber Gambar Cover: www.inmagine.com

4
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Daf tar Isi

Daftar Isi ................................................ 5


Bab 1
Pendahuluan .......................................... 9
A. Fakta tentang Otak Kanan............. 9
B. Mengaktifkan Otak Kanan dengan
Shalat ............................................. 12

Bab 2
Hubungan Shalat dengan Kecerdasan
Otak Kanan ............................................ 25
A. Peran Imajinasi dalam Shalat .......... 25
B. Fakta Adanya God Spot dalam Otak
Manusia ......................................... 29
C. Substansi Shalat; Menggugah
Kesadaran, Menuai Kecerdasan ...... 38

5
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

Bab 3
Aktifkan Otak Kanan dengan Cara
Memahami Gerakan-Gerakan Shalat .... 55
A. Menghadap Kiblat; Hadirkan Hati,
Tataplah Wajah Ilahi ...................... 55
B. Tegakkan Badan saat Takbir, Rasakan
Kebesaran Allah Swt. ..................... 61
C. Bersedekap; Meletakkan Tangan Kanan
di Atas Tangan Kiri ........................ 66
D. Ruku’; Simbol Ketundukan Hati .... 68
E. Bersujud; Menghempaskan Ego agar
Menjadi Pribadi Mulia .................... 74
F. Duduk di Antara Dua Sujud;
Memohon Ampun dari Segala Dosa 83
G. Isyarat Jari Telunjuk saat Tahiyat;
Simbol Mengesakan Allah Swt. ...... 85
H. Salam; Menoleh ke Kanan dan Kiri 93

Bab 4
Aktifkan Otak Kanan dengan Cara
Menghayati Bacaan-Bacaan dalam Shalat 99
A. Bacaan Takbir ................................ 99
B. Doa Iftitah ..................................... 106
C. Ta’awudz ........................................ 119
D. Membaca Surat al-Faatihah ............ 127
E. Bacaan dalam Ruku’....................... 141
F. Bacaan saat I’tidal .......................... 148
G. Bacaan dalam Sujud ....................... 151

6
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

H. Bacaan ketika Duduk di Antara Dua


Sujud.............................................. 159
I. Bacaan Tasyahud Awal dan Akhir... 166
J. Bacaan ketika Salam....................... 171

Bab 5
Aktifkan Otak Kanan dengan Cara
Memahami Rahasia di Balik
Ditetapkannya Waktu-Waktu Shalat ..... 177
A. Waktu Shalat Zhuhur..................... 177
B. Waktu Shalat Ashar ....................... 181
C. Waktu Shalat Maghrib ................... 184
D. Waktu Shalat Isya’ ......................... 185
E. Waktu Shalat Subuh ...................... 186

Bab 6
Penutup.................................................. 194
Daftar Pustaka ....................................... 205

7
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

8
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Bab 1
Pendahuluan

A. Fakta tentang Otak Kanan


Secara fisik, otak hanyalah benda kecil yang
memiliki berat sekitar 1,5 kg. Tetapi, keberadaannya
sangatlah menentukan dan begitu vital. Tuhan
mampu menciptakan benda kecil ini dengan sekian
keajaiban. Otak manusia terdiri atas dua bagian
besar, yaitu conscious mind (otak sadar) dan subconscious
mind (otak bawah sadar).
Ditinjau dari fungsinya, otak manusia dapat
dibagi menjadi dua bagian, yakni otak bagian kiri
(yang bekerja dengan logika) dan otak bagian kanan
(yang bekerja dengan imajinasi dan intuisi).
Dalam sebuah penelitian mutakhir di Amerika
Serikat, disebutkan bahwa kemampuan otak kanan
mencapai 90%. Sedangkan, sisanya, yaitu 10–12%,
ialah otak kiri. Selain itu, diterangkan pula bahwa
peran logika sebagai simbol otak kiri hanya 4–6%

9
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

dalam mendukung kesuksesan seseorang. Selebih-


nya, yakni 94–96% merupakan tanggung jawab
otak kanan.1
Sejalan dengan hasil
penelitian tersebut, para
ahli juga menunjukkan Kesuksesan
seseorang ditentukan
bahwa kesuksesan sese- oleh keberadaan
orang ditentukan oleh otak kanannya.
keberadaan otak kanan- Artinya, seseorang
nya. Artinya, seseorang yang otak kanannya
yang otak kanannya aktif aktif dan dominan
dibandingkan
dan dominan dibanding- dengan otak kirinya,
kan dengan otak kirinya, maka peluang
maka peluang kesuk- kesuksesannya
sesannya semakin besar. semakin besar.
Sebagai contohnya ialah
para CEO dunia, yang secara intelektual tidaklah
terlalu cerdas. Setidaknya, rapor mereka sewaktu
sekolah tidak bertabur angka 8 dan 9. Bahkan, ada
di antara mereka yang tidak tamat sekolah. Ada
pula yang tidak bersekolah sama sekali. Lantas,
apa yang membuat mereka berhasil? Jawabannya,
mereka memiliki kecerdasan emosional. Mereka
pun mempunyai kemampuan memaksimalkan otak
kanan.2
1
fadhlyashary.blogspot.com
2
waspada.co.id

10
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Kali ini, simaklah perbandingan otak kiri dan


otak kanan berikut:

Otak Kiri Otak Kanan


terkait IQ berhubungan dengan EQ
intrapersonal (self-centric) interpersonal (other-centric)
kognitif (logis) afektif (intuitif)
analitis artistik
kuantitatif kualitatif
realistis imajinatif
aritmetika spasial
verbal (tertera) visual (tergambar)
eksplisit implisit
segmental (fokus) holistik (difusi)
serial (linier) paralel (lateral)
terencana (cautious) tidak terencana (impulsive)
mencari perbedaan mencari persamaan
bergantung waktu tidak bergantung waktu

Tabel perbedaan otak kanan dan otak kiri

Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat dike-


tahui bahwa ternyata kita sering kali mengaktif-
kan otak kiri daripada otak kanan. Karena otak
kanan sering “dinomorduakan”, maka penting bagi
kita untuk mengaktifkannya agar seimbang, yang
akhirnya bisa membuat kita menjadi orang yang

11
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

benar-benar cerdas, tidak kaku, gagap, dan cen-


derung tertutup.
Seseorang yang cenderung mengaktifkan otak
kanannya, secara otomatis, otak kirinya juga ikut
cerdas. Sebaliknya, jika otak kiri yang dicerdaskan,
maka otak kanan tidak otomatis bertambah cerdas.
Sebab, otak kanan berkaitan dengan munculnya
gagasan-gagasan baru, gairah, dan emosi. Sedangkan,
otak kiri berkaitan dengan hal-hal yang logis, linier,
dan rasional.3

B. Mengaktifkan Otak Kanan dengan


Shalat
Saat ini, banyak cara yang bisa dilakukan oleh
seseorang guna mengaktifkan otak kanannya. Sebagai
contoh, seseorang menyukai kegiatan di alam terbuka
(seperti berenang, memancing, berjalan-jalan, dan
lain sebagainya); melatih diri berpikir divergen (tidak
linier, berpikir yang aneh-aneh, suka humor, dan
lain-lain); serta mengaktifkan kemampuan bawah
sadar (misalnya, saat mendengarkan musik dengan
mencoba memejamkan mata). Dalam hal ini, otak
kanan berfungsi mengembangkan emotional quotient
(EQ).
3
Muhammad Musrofi, Melejitkan Potensi Otak (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2008), hlm. 132.

12
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Itulah beberapa cara yang sudah populer dan


cukup efektif dalam mengembangkan otak kanan.
Meskipun demikian, ada
cara lain yang bersifat
religius dan diyakini Fungsi shalat,
mampu melejitkan po- sebagaimana yang
dikutip dalam al-
tensi otak kanan sese-
Qur’an sebagai tanha
orang, yakni shalat. ‘anil fahsya-i wal
Ibadah shalat dianggap munkar (mencegah
sebagai cara paling efektif dari perbuatan keji
dan terbukti hasilnya. dan munkar), menjadi
penegas bahwa
Nah, sempatkah kita shalat itu benar-benar
berpikir bahwa shalat– berkaitan erat dengan
baik yang wajib maupun otak kanan.
sunnah–memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan otak
kanan? Dam. percayakah kita bahwa sesungguhnya
ritual shalat itu jauh lebih dahsyat dalam melejitkan
otak kanan?
Di sinilah, keyakinan kita harus di-refresh
kembali. Artinya, fungsi shalat, sebagaimana yang
dikutip dalam al-Qur’an sebagai tanha ‘anil fahsya-i
wal munkar (mencegah dari perbuatan keji dan
munkar), menjadi penegas bahwa shalat itu benar-
benar berkaitan erat dengan otak kanan.
Shalat merupakan salah satu media yang mampu
mengembangkan daya pikir seseorang menjadi

13
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

luas tak terbatas. Artinya, seseorang yang mampu


menyelami makna di balik rahasia shalat itu, cara
pandangnya tidak lagi sempit. Ia sanggup menjamah
hal-hal yang tidak bisa dinalar oleh otak kiri.
Sebagai contoh, dalam konteks shalat lima
waktu, pernahkah otak kiri kita menerawang dengan
cukup jauh mengenai makna di balik ditetapkannya
waktu-waktu tertentu dalam menegakkan shalat?
Dan, kenapa kita harus shalat menjelang terbitnya
fajar, saat tergelincir matahari (shalat Zhuhur), jauh
sebelum dan sesudah matahari tenggelam, dan
seterusnya?
Nyaris pikiran kita tidak mampu menjamah
lebih jauh tentang alasan Allah Swt. menetapkan
waktu-waktu tertentu dalam shalat. Itulah sebabnya,
penting bagi kita untuk memahami pesan Rasulullah
Saw. kepada sekelompok orang Yahudi ketika beliau
ditanya tentang waktu-waktu ditetapkannya shalat.
Ali bin Abu Thalib Ra. mengisahkan kejadian itu.
Sewaktu Rasulullah Saw. duduk bersama para sahabat
Muhajirin dan Anshar, secara tiba-tiba, datanglah
satu rombongan orang Yahudi, lalu berkata kepada
beliau, “Coba terangkan kepada kami tentang lima
waktu yang diwajibkan oleh Allah Swt.”
Dengan cukup detail, Rasulullah Saw. bersabda,
“Shalat Zhuhur ketika tergelincir matahari. Maka,
bertasbihlah segala sesuatu kepada Allah Swt. Shalat

14
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Ashar saat Nabi Adam As. memakan buah khuldi.


Shalat Maghrib ketika Allah Swt. menerima taubat Nabi
Adam As. Sedangkan, shalat Isya’ merupakan shalat
yang dikerjakan oleh para rasul sebelumku. Sementara
itu, shalat Subuh dilakukan sebelum terbit matahari. Jika
matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk setan,
dan di sanalah sujudnya orang kafir.”
Mendengar penjelasan Rasulullah Saw. tersebut,
rombongan orang Yahudi bertanya kepada beliau,
“Pahala apa yang akan diperoleh oleh orang yang
shalat?”
Rasulullah Saw. bersabda, “Jagalah waktu-waktu
shalat, terutama shalat pertengahan, yakni shalat Zhuhur,
karena saat itu Neraka Jahannam sedang menyala.
Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat ketika itu
akan diharamkan uap api Neraka Jahannam pada hari
kiamat atas mereka. Adapun shalat Ashar merupakan
saat Nabi Adam As. memakan buah khuldi. Orang-orang
mukmin yang mengerjakan shalat Ashar akan diampuni
dosa mereka seperti bayi yang baru lahir. Sedangkan,
shalat Maghrib ketika Allah Swt. menerima taubat
Nabi Adam As. Oleh karena itu, seorang mukmin yang
menunaikan shalat Maghrib dengan ikhlas, kemudian
ia berdoa (meminta sesuatu kepada-Nya), Dia akan
mengabulkan permintaannya. Sementara itu, seorang
mukmin yang berjalan pada malam hari yang gelap guna
menunaikan shalat Isya’ berjamaah, maka Allah Swt.

15
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

mengharamkan atasnya terkena nyala api neraka dan


diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian
Sirath. Adapun seorang mukmin yang mengerjakan shalat
Subuh selama 40 hari secara
berjamaah, Allah Swt.
memberikan kepadanya dua Setelah mengkaji
kebebasan, yaitu dibebaskan tentang rahasia (di
dari api neraka dan nifaq.” balik waktu-waktu)
shalat, penting bagi
Setelah mengkaji pen-
kita untuk memperbaiki
jelasan Rasulullah Saw. shalat. Sebab, shalat
tentang rahasia (di balik yang baik pasti berefek
waktu-waktu) shalat itu, baik terhadap perilaku
penting bagi kita untuk sekaligus membuat
kecerdasan otak kanan
memperbaiki shalat. Se- berkembang pesat.
bab, shalat yang baik
pasti berefek baik terhadap perilaku sekaligus mem-
buat kecerdasan otak kanan berkembang pesat.
Nah, bagaimana cara menunaikan shalat yang
baik, sehingga kita benar-benar merasakan ada
lompatan kecerdasan yang sangat dahsyat? Untuk
mengetahui jawabannya, silakan simak beberapa
cara berikut:

1. Mengerjakan Shalat dengan Khusyuk


Saat shalat, kita dituntut fokus (konsentrasi).
Fokus berarti mengarahkan pandangan mata
batin kepada Allah Swt., sehingga kita mampu

16
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

menghadirkan Dzat yang kita sembah. Itulah inti


khusyuk.
Dalam Futuhat Makkiyah, Ibnu Arabi menerang-
kan betapa banyak orang yang shalat tidak mengalami
pengalaman apa pun dari shalat itu, kecuali lelah.
Padahal, ada orang lain yang mendapat berkah
berkat dialog keilahiahan yang mendasar, meskipun
tampak hanya memenuhi kewajiban agamanya yang
biasa.4
Dengan demikian, shalat yang tidak khusyuk
takkan mendapatkan apa pun (pengalaman spiritual)
yang menjadi inti shalat. Jika kondisi seperti ini terjadi
pada (shalat) kita, maka bagaimana mungkin shalat
menjadi media yang efektif dalam mengembangkan
imajinasi dan daya ledak otak kanan yang kuat?
Tentunya, ketidakkhusyukan menunjukkan kua-
litas shalat kita belum mencapai kesempurnaan.
Sehingga, kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali
rasa lelah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
belajar khusyuk saat shalat. Banyak orang yang tidak
mampu atau terganggu kekhusyukan mereka karena
hal-hal yang (kadang) bersifat teknis.
Sebenarnya, ada beberapa cara guna menghilang-
kan kendala teknis yang sering kali mengganggu
kekhusyukan shalat. Cara-cara tersebut adalah
sebagai berikut:
4
R.W.J. Austin dkk., Shalat dan Perenungan (Yogyakarta: Pustaka Sufi,
2001), hlm. 4.

17
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

a. Menghilangkan sesuatu yang dapat mengganggu


orang shalat. Ketika Aisyah akan memasang tirai
bergambar, Rasulullah Saw. melarang karena
gambarnya bisa mengganggu saat shalat.
b. Tidak shalat dengan memakai pakaian yang
ada hiasan, tulisan, gambar, dan warna yang
mengganggu orang lain.
c. Jangan shalat, padahal hidangan telah tersedia.
Kita tidak akan shalat dengan khusyuk karena
hati kita teringat hidangan tersebut.
d. Jangan mengerjakan shalat sambil menahan
kencing atau buang air besar. Rasulullah Saw.
melarang kita shalat dalam kondisi seperti itu.
e. Jangan shalat dalam keadaan mengantuk.
Rasulullah Saw. bersabda, “Bila salah seorang di
antara kalian mengantuk, tidurlah sampai hilang
kantuknya, kemudian
shalatlah.”
f. Tidak shalat di bela- Kita jangan shalat
dalam keadaan
kang orang lain yang
mengantuk. Sebab,
sedang mengobrol Rasulullah Saw.
atau tidur. Hal ini je- bersabda, “Bila
las dapat mengganggu salah seorang
konsentrasi, apalagi ji- di antara kalian
mengantuk,
ka obrolan tersebut tidurlah sampai
dilakukan dengan suara hilang kantuknya,
keras. kemudian shalatlah.”

18
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

g. Tidak menyibukkan diri dengan meratakan


kotoran (pasir, tanah, dan batu) pada tempat
sujud. Hendaklah hal ini dilakukan sebelum
shalat, bukan saat shalat.5
Itulah kendala-kendala teknis yang sering kali
membuat kita tidak khusyuk saat shalat. Sementara
itu, kekhusyukan yang bersifat fundamental, yaitu
yang bersifat batiniah, akan dibahas pada uraian
berikutnya.

2. Memahami dan Memaknai Gerakan Shalat


Setiap gerakan shalat mengandung makna
filosofis. Mulai dari posisi berdiri tegak hingga sujud,
semuanya itu memiliki makna yang selaras dengan
bacaan-bacaannya. Misalnya, ketika sujud–yang
disimbolkan dengan meletakkan wajah pada posisi
terendah–bacaannya ialah subhaana rabbial a’laa wa
bihamdihi. Dalam bacaan ini, kita menyucikan Allah
Yang Maha Tinggi.

3. Menghayati Makna di Balik Bacaan-Bacaan


Shalat secara Mendalam
Tidak sedikit di antara kita yang asal-asalan.
Artinya, asal kita membaca sesuai dengan tuntunan
syariat, kita sudah merasa menunaikan shalat dengan
5
van.9f.com

19
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

baik. Padahal, bacaan


dalam shalat itu mesti
dimaknai dan dihayati Tidak sedikit di antara kita
hingga meresap ke yang asal-asalan. Artinya,
asal kita membaca
dalam hati. sesuai dengan tuntunan
Lantas, bagaima- syariat, kita sudah merasa
na mungkin shalat bisa menunaikan shalat
menjadi media meng- dengan baik. Padahal,
bacaan dalam shalat
asah otak (terutama
itu mesti dimaknai dan
otak kanan), jika kita ti- dihayati hingga meresap
dak mampu melakukan ke dalam hati.
pemaknaan dan pengha-
yatan secara mendalam terhadap makna di balik
bacaan-bacaan shalat itu?
Dalam konteks inilah, kisah dari Mahmud bin
Rabi’ al-Anshari, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Bukhari, sangat relevan diketengahkan. Dikisahkan
bahwa suatu kali, Rasulullah Saw. berada di dalam
Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat,
beliau menghadap para sahabat guna bersilaturahmi
dan memberikan tausiyah. Secara tiba-tiba, masuklah
seorang pria ke dalam masjid, lalu ia melaksanakan
shalat dengan cepat.
Setelah itu, ia segera menghadap Rasulullah Saw.
dan mengucapkan salam. Rasulullah Saw. berkata
kepada pria tersebut, “Sebenarnya, Anda belum
shalat!”

20
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

Mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu, pria


tersebut kaget. Ia pun kembali ke tempat shalat
dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya,
ia melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah
melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali
mendatangi Rasulullah Saw., namun beliau masih
berucap hal yang sama kepada pria itu, “Anda belum
shalat.”
Mendengar komentar Rasulullah Saw., pria
tersebut merasa heran, karena ia telah melaksanakan
shalat sesuai aturan (syariat). Meskipun demikian,
dengan senang hati, ia menuruti perintah Rasulullah
Saw. Ia pun shalat, sebagaimana shalat yang pertama
dan kedua, yakni dilakukan dengan cepat.
Rasulullah Saw. pun tetap menasihati pria
tersebut agar mengulangi shalatnya. Akhirnya, pria
itu berkata kepada Rasulullah Saw., “Demi Allah
yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, aku
tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik.
Oleh karena itu, ajarilah aku!”
Rasulullah Saw. berkata kepada pria itu, “Jika
Anda berdiri guna melaksanakan shalat, maka
bertakbirlah, kemudian bacalah al-Faatihah dan
surat dalam al-Qur’an yang Anda anggap paling
mudah. Lalu, ruku’lah dengan tenang (thuma’ninah),
kemudian bangunlah hingga Anda berdiri tegak.
Selepas itu, sujudlah dengan tenang sampai Anda

21
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu dalam


setiap shalat Anda.”
Kisah tersebut mengandung pelajaran berharga
bagi kita. Sungguh, shalat tidak cukup dengan
gerakan yang benar (sesuai dengan aturan syariat/
fiqh), melainkan juga kita mesti mampu memaknai
dan memahami bacaan-bacaannya. Bila kita tidak
menghayati bacaan serta menikmati gerakan shalat,
pasti indikasi yang paling kentara ialah shalat dengan
tergesa-gesa (meskipun juga banyak orang yang tidak
tergesa-gesa, tetapi sejatinya tidak bisa memaknai
bacaan shalat dengan baik dan mendalam).
Dengan demikian, shalat yang baik, sebagaimana
kriteria yang disebutkan sebelumnya, akan meng-
antarkan kita mereguk manfaat tak terkira, yang salah
satunya ialah lompatan kecerdasan otak kanan.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa suatu
kali, Isham bin Yusuf bertanya kepada Hatim al-
Asham, seorang ulama yang terkenal berkat shalatnya
yang khusyuk.
“Bagaimana cara Anda shalat?” tanya Isham
kepada Hatim.
“Apabila masuk waktu shalat, aku berwudhu
secara lahir dan batin,” jawab Hatim.
“Bagaimana cara berwudhu secara batin?” tanya
Isham kembali.

22
Aktifkan Otak Kanan dengan Shalat

“Wudhu lahir ada-


lah membasuh semua
anggota wudhu dengan Wudhu batin ialah
air. Sedangkan, wudhu membasuh anggota
badan dengan tujuh
batin ialah membasuh perkara, yaitu taubat,
anggota badan dengan menyesali dosa, tidak
tujuh perkara, yaitu cinta dunia, tidak
taubat, menyesali dosa, mengharapkan pujian dari
manusia, meninggalkan
membersihkan diri da-
sifat bermegah-megahan,
ri cinta dunia, tidak tidak menjadi khianat
mencari dan meng- dan menipu, serta tidak
harapkan pujian dari dengki.
manusia, meninggalkan
sifat bermegah-megahan, tidak menjadi khianat
dan menipu, serta meninggalkan dengki. Setelah
berwudhu, aku pergi ke masjid, kuhadapkan muka
dan hatiku ke arah kiblat. Aku berdiri dengan penuh
rasa malu. Aku bayangkan Allah ada di hadapanku,
surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku,
dan malaikat maut berada di belakangku. Aku
bayangkan pula bahwa seolah-olah aku berdiri di atas
shirathal mustaqim, dan aku menganggap shalatku ini
merupakan shalat terakhir bagiku. Kemudian, aku
berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan
dan doa dalam shalat berusaha kupahami maknanya.
Aku pun ruku’ dan sujud dengan mengecilkan
diri sekecil-kecilnya di hadapan Allah Swt. Aku

23
Nor Fadilah dan A. Yusrianto Elga

bertasyahud (tahiyat) dengan penuh pengharapan.


Aku juga memberi salam dengan ikhlas. Inilah shalat
yang kulakukan selama 30 tahun terakhir,” ungkap
Hatim.
Sungguh, kisah tersebut semoga menjadi awal
renungan bagi kita, terutama yang terkait dengan
cara menegakkan shalat dengan baik, sehingga
mampu melejitkan kecerdasan otak kanan kita.

24

Anda mungkin juga menyukai