TEORI HUKUM
Disusun Oleh :
Insan Solichin
NIM : 16074000046
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia, serta taufik,
dan HidayahNya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Hukum” ini tepat pada
waktunya
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Politik Hukum Program Studi
Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Dewi Astutty M., SH., MS sebagai Dosen
Mata Kuliah Teori Hukum yang telah memberikan tugas ini kepada kami
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai teori hukum, eksplanasi hukum, dan dogmatik hukum. Makalah
ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi kita semua untuk mengkaji teori hukum,
eksplanasi hukum, dan dogmatik hukum dikemudian hari
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat ini di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 2
C. TUJUAN ....................................................................................................................... 2
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri. Manusia hidup
berdampingan bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar
sesamanya. Hubungan itu terjadi berkenaan dengan kebutuhan hidup yang tidak mungkin
selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan hidup manusia bermacam-macam. Pemenuhan
kebutuhan hidup tergantung dari hasil yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan.
Setiap manusia ingin memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kalau dalam saat yang
bersamaan dua manusia ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek
kebutuhan, sedangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan akan terjadi. Suatu
bentrokan akan terjadi juga kalau dalam suatu hubungan, antar manusia satu dengan
manusia yang lain ada yang tidak memenuhi kewajiban.
Hal-hal semacam ini sebenarnya merupakan akibat dari tingkah laku manusia
yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam bertingkah laku tidak selamanya akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang tidak
dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu untuk menciptakan keteraturan
dalam suatu kelompok sosial baik dalam situasi kebersamaan maupun dalam situasi sosial
diperlukan ketentuan-ketentuan, ketentuan itu untuk membatasi kebebasan tingkah laku
itu. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan adalah ketentuan yang timbul dari dalam
pergaulan hidup atas dasar kesadaran; dan biasanya dinamakan hukum. Jadi, hukum
adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Hal itu timbul
berdasarkan rasa kesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosial. Gejala-gejala
sosial itu merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya.
Ketentuan-ketentuan tingkah laku manusia bermacam-macam corak tergantung
dari berat ringannya reaksi yang diberikan dalam memberikan penilaian. Berdasarkan
beraat ringannya reaksi tersebut, akan ada ketentuan yang berkenaan kesopanan,
kesusialan, dan hukum. Jenis-jenis ketentuan itu berbeda dalam pelbagai hal dan akan
terlihat secara nyata kalau suatu ketentuan dilanggar oleh manusia. Misalnya suatu
ketentuan yang menyatakan bahwa setiap orang hendaknya saling menghormai. Kalau
seorang muda bertemu dengan seorang yang lebih tua tidak memberi salam, tingkah
lakunya itu kurang hormat. Ia melanggar norma kesopanan. Akibatnya orang yang lebih
tua itu tidak mau menghiraukan kalau suatu waktu bertemu dengan orang tersebut.
Peraturan hukum yang berlaku didalam suatu kelompok sosial, tentunya tidak
terpisah-pisah dan tidak tersebar bebas, melainkan ada dalam suatu kesatuan/keseluruhan
yang masing-masing berlaku sendiri-sendiri. Setiap suatu kesatuan yang merupakan
keseluruhan aturna, terdiri dari bagian-bagian. Satu sama lain yang berkaitan tidak dapat
dilepas-lepas, disusun secara teratur dengan tatanan tertentu merupakan suatu system
yang dinamakan system hukum. Sistematika didasarkan hasil pemikira dalam
pembentukan system. Sampai saat ini, system hukum dalam kehidupan sehari-hari
1
menurut aliran anutannya terbagi menjadi empat yaitu sistem hukum Eropa Kontinental,
sistem hukum Anglo Amerika, sistem hukum Islam, dan sistem hukum adat. Sistem-
sistem hukum ini digunakan oleh Negara-negara yang menurutkeperluan hukum Negara
dan disesuaikan dengan tujuan bernegara. Dalam hal ini pun Indonesia termasuk sebagai
Negara yang memiliki sejarah dalam melaksanakan hukum. Perkembangan hukumnya
pun sesuai dengan perkembangan bangsa. Indonesia menganut sistem hukum tertentu
untuk memelihara tata tertib demi keadilan bernegara.
Oleh karena hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk mempelajari teori
hukum dan hubungannya dengan sistem hukum sebagai sebuah ilmu yang diajarkan
sebagai mata kuliah wajib dalam Program Studi Pascasarjana Magister Hukum di
Universitas yang ada di Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
Diera digital seperti sekarang ini, banyak artikel dan ataupun karya tulis yang
dapat diakses setiap saat oleh siapapun juga. Namun kadang kala banyak yang memiliki
sumber yang kurang jelas ataupun kurang lengkap sehingga membuat pembaca yang baru
ingin mempelajari tentang teori hukum menjadi semakin bingung. Makalah ini disusun
dengan sistematis, dengan materi yang cukup singkat dan jelas serta mengandung materi
teori hukum yang relevan yang dapat diaplikasikan sehari-hari sehingga diharapkan dapat
membantu pembaca dalam memahami teori hukum secara lengkap dan jelas
C. TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi
tentang materi teori hukum antara lain : Teori Hukum Mr. Drs. J.J.H. Bruggink; Teori
Sistem Hukum Lawrence M. Friedman; Matrik Disipliner Ilmu Hukum Aulis Aarnio;
Lapisan Hukum; Bidang Kajian Teori Hukum; Sifat Keilmuan Teori Hukum; dan Filsafat
Hukum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
manusia harus mempelajari kepala, telingga, mata dan semua bagian tubuh dan struktur,
hubungan dan fungsinya masing-masing. sama halnya dengan seorang mahasiswa hukum
yang akan mempelajari substansi hukum, harus belajar konsep hukum, kaidah-kaidah hukum,
struktur dan fungsi dari hukum itu sendiri. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa disamping
ia mempelajari tubuh manusia secara keseluruhan, seorang mahasiswa kedokteran juga perlu
mempelajari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tubuh, misalnya panas, dingin, air,
kuman-kuman, virus, serangga dan lain-lain. Sama halnya juga dengan mahasiswa hukum,
yaitu mempelajari faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi hukum itu diantaranya, faktor
sosial, politik, budaya, ekonomi dan nilai-nilai yang terkandung dalam bidang ilmu lain.
A. SISTEM-SISTEM HUKUM
Djamali (2014) menyatakan bahwa sistem hukum di dunia ada 4 macam yaitu :
4
perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Ketentuan pasal ini memberi makna
bahwa hakim sebagai organ utama Pengadilan dan sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman wajib hukumnya bagi Hakim untuk menemukan hukumnya dalam suatu
perkara meskipun ketentuan hukumnya tidak ada atau kurang jelas. Undang-Undang
No. 48 Tahun 2009 Pasal 5 (1) juga menjelaskan bahwa “Hakim dan Hakim
Konstitusi wajib mengali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Kata “menggali” biasanya diartikan bahwa
hukumnya sudah ada, dalam aturan perundangan tapi masih samar-samar, sulit untuk
diterapkan dalam perkara konkrit, sehingga untuk menemukan hukumnya harus
berusaha mencarinya dengan menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat. Apabila sudah ketemu hukum dalam penggalian tersebut, maka Hakim
harus mengikutinya dan memahaminya
5
3. Sistem Hukum Adat
Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, seperti China, India, Jepang, dan negara
lain. Istilahnya berasal dari bahasa Belanda Adatrecht yang untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje. Pengertian hukum adat yang digunakan oleh
Mr. C. van Vollenhoven (1928) mengandung makna bahwa hukum Indonesia dan
kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak dapat dipisahkan dan
hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata “hukum” dalam
pengertian hukum adat lebih luas artinya dari istilah hukum di Eropa. Hal itu karena
terdapat peraturan-peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh pelbagai
golongan tertentu dalam lingkungan kehidupan sosialnya, seperti masalah pakaian,
pangkat pertunangan, dan sebagainya. Sementara istilah “Indonesia” digunakan untuk
membedakan dengan hukum adat lainnya di Asia. Kata Indonesia untuk pertama
kalinya dipakai pada tahun 1850 oleh James Richardson Logan dalam salah satu
karangannya di Penang yang dimuat dalam Journal of the Indian Archipelago and
Eastern Asia. Sebutan itu untuk menunjukan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup
di Asia Tenggara.
6
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut
untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam
gejala yang bersangkutan.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai berbagai
kategori. Diantaranya adalah metode penelitian yang berdasarkan pada fokus kajiannya
terbagi menjadi tiga bagian yakni:
7
Berikut ini merupakan daftar perbandingan antara penelitian hukum normatif
dan empiris.
Menurut Jujun S Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu Pustaka Sinar Harapan 2005
halaman 48, penalaran/cara berfikir dibedakan menjadi dua antara lain berfikir induktif
dan berfikir deduktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
8
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Deduksi
adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum
lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (1992) dalam laman idtesis.com terdapat
beberapa konsep hukum yakni:
1. Hukum adalah asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal.
2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional.
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concerto, tersistematisasi sebagai judge
made law
4. Hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga eksis sebagai variable sosial yang empiris
5. Hukum manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam
interaksi antar mereka.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. TEORI HUKUM
1. Definisi Hukum Anthony N. Allot
Menurut Antony N. Allot dalam The limit of Law, Butterworths, London,
1980 dalam laman worpress.com disebutkan definisi hukum antara lain :
a. HUKUM (LAW) adalah ide atau konsep umum tentang lembaga-lembaga
hukum yang diabstraksikan dari peristiwa-peristiwa tertentu daripadanya
b. Hukum (Law) adalah suatu sistem hukum tertentu secara menyeluruh dan
koheren yang terdapat dalam suatu masyarakat atau negara tertentu
c. hukum (law) adalah ketentuan normatif tertentu dari Hukum: aturan atau norma
dari suatu sistem hukum tertentu
Hukum merupakan abstraksi dari apa yang tampak yaitu Hukum dan hukum.
Jika kita melakukan abstraksi, kita merujuk pada hal-hal konkret atau dapat diamati.
Bagaimana kita dapat mengenali sesuatu kalau tidak memiliki gambaran untuk
membimbing kita. Oleh karena itu kita harus beranjak dari yang khusus dulu yakni
Hukum atau sistem hukum :
a. Sistem hukum terdiri dari banyak unsur, beberapa diantaranya tampak di dunia
nyata seperti polisi, hakim, penjara, ahli hukum, buku hukum; sementara yang
lainnya hanya eksis di dunia maya, suatu dunia mental yang mengambang di atas
dunia nyata, namun memiliki kemampuan untuk mempengaruhi apa yang terjadi
di dunia nyata; misalnya abstraksi berupa aturan, prinsip, standar, lembaga,
norma. Hukum memiliki unsur-unsur abstrak dan yang berwujud
b. Hukum adalah sistem peraturan perilaku. Yang dimaksudkan dengan perilaku
adalah perilaku orang-orang dalam suatu masyarakat politik. Hanya peraturan
yang dibuat oleh penguasa yang kompeten dan sah dapat disebut sebagai
peraturan hukum.
c. Sistem hukum adalah suatu fungsi dari masyarakat yang otonom, yakni
sekelompok orang yang terorganisir. Otonom bukan berarti merdeka dalam arti
formal melainkan memiliki sistem peraturan tersendiri.
d. Sistem hukum adalah sistem komunikasi
- Siapa yang mengkomunikasikan?: Emiter
- Kepada siapa?: Recipient
- Apa metode komunikasinya?: The Code
- Apa isi komunikasi itu?: The Message
- Bagaimana pesan diterima?: Receiving apparatus, detector
- Apa tujuan pesan itu?: Function
- Apa gangguan terhadap komunikasi?: Noise interference
10
Bagaimana sistem komunikasi diadaptasikan atau dikembangkan: untuk
menyiarkan pesan berbeda; untuk membuatnya lebih efisien berkomunikasi
(potentiality, variability, dan adaptive mechanism)
a. The emitter of Law
- The emitter of law pada masyarakat sederhana dan masyarakat maju sangat
berbeda.
- Pada masyarakat sederhana, emiter tidak membuat tapi meneruskan hukum
adat
- Pada masyarakat moderen terdapat spesialis-spesialis penyampai hukum.
- Hukum menjadi lebih jelas atau rumit
b. The Recipient of Law
- Tujuan hukum untuk mempengaruhi perilaku para penerima. Ada dua
golongan : Para subyek hukum, khusus mau pun umum
- Mereka yang mendapat perintah untuk menerapkan, mengubah atau
menciptakan hukum itu sendiri, dan untuk menjalankan, mengawasi lembaga-
lembaga dan proses hokum
- Transmission losses—kegagalan dalam transmisi dan komunikasi
- Inappropriatness of norms and institutions —kelemahan pada sifat norma,
pernyataan atau pengekspresiannya, kesesuaiannya dengan elemen lain dalam
sistem hukum, atau dengan konteks sosial dimana dia berfungsi
- Kegagalan dalam penerapan
- Kegagalan dalam pengawasan atau monitoring.
12
budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka
penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial tidak
lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk
menjamin tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat kearah yang lebih
baik, maka bukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau
peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum tersebut ke
dalam praktek hukum, atau dengan kata lain, jaminan akan adanya penegakan hukum
(law enforcement) yang baik (Munir Fuady, 2003 : 40). Jadi bekerjanya hukum bukan
hanya merupakan fungsi perundang-undangannya belaka, malainkan aktifitas
birokrasi pelaksananya (Acmad Ali, 2002 : 97)
13
d. Tertutup;
e. Aturan dan logika.
B. LAPISAN HUKUM
J. Gijssels dan Mark van Hoecke dalam laman blogspot.com, membedakan ilmu
hukum berdasarkan pelapisan ilmu hukum, yang meliputi:
1. Filsafat Hukum
Filsafat hukum merupakan induk dari semua disiplin yuridik, karena
membahas masalah masalah fundamental yang yang tidak akan pernah berakhir.
Filsafat ukum tersusun atas proposisi proposisi normative dan evaluative, walaupun
informative juga ada didalamnya. Karakteristik filsafat hukum yaitu mendasar /
radikal, menyeluruh / holistic / totalistic, spekulatif.
Secara kronologis perkembangan ilmu hukum diawali oleh filsafat hukum dan
disusul dogmatik hukum (ilmu hukum positif). Kenyataan ini sejalan dengan pendapat
Lili Rasjidi, bahwa filsafat hukum adalah refleksi teoritis (intelektual) tentang hukum
yang paling tua, dan dapat dikatakan merupakan induk dari semua refleksi teoritis
tentang hukum. Filsafat hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang
mengarahkan refieksinya terhadap hukum atau gejala, sebagaimana dikemukakan J.
Gejssels, filsafat hukum adalah filsafat umum yang diterapkan pada hukum dan gejala
hukum. Hal yang sama juga dalam dalil D.H.M. Meuwissen, bahwa rechtfilosofie is
filosofie. Filsafat hukum adalah filsafat karena itu ia merenungkan semua persoalan
fundamental dan masalah-masalah perbatasan yang berkaitan dengan gejala hukum.
Berkaitan dengan ajaran filsafati dalam hukum, maka ruang lingkup filsafat hukum
tidak lepas dari ajaran filsafat itu sendiri, yang meliputi:
a. Ontology hukum, yakni mempelajari hakikat hukum, misalnya hakikat demokrasi,
hubungan hukum dan moral dan lainnya;
b. Axiology hukum, yakni mempelajari isi dari nilai seperti; kebenaran, keadilan,
kebebasan, kewajaran, penyalahgunaan wewenang dan lainnya;
c. Ideology hukum, yakni mempelajari rincian dari keseluruhan orang dan
masyarakat yang dapat memberikan dasar atau legitimasi bagi keberadaan
lembaga-lembaga hukum yang akan datang, system hukum atau bagian dari
system hukum;
d. Epistemology hukum, yakni merupakan suatu studi meta filsafat. Mempelajari apa
yang berhubungan dengan pertanyaan sejauh mana pengetahuan mengenai hakikat
hukum atau masalah filsafat hukum yang fundamental lainnya yang umumnya
memungkinkan;
e. Teleology hukum, yakni menentukan isi dan tujuan hukum;
f. Keilmuan hukum, yakni merupakan meta teori bagi hukum; dan
g. Logika hukum, yakni mengarah kepada argumentasi hukum, bangunan logis dari
sistem hukum dan struktur sistem hukum.
14
Filsafat Hukum
Obyek Landasan dan batas-batas kaidah hukum
Tujuan Teoritikal
Perspektif Internal
Teori kebenaran Teori pragmatik
Proposisi Informatif, tetapi terutama normatif dan evaluatif
(Sumber: J.J.H. Bruggink, 1999: 181)
Tabel 3 Sifat Keilmuan Filsafat Hukum
2. Teori Hukum
Teori hukum mempunyai makna ganda yaitu :
- Teori hukum sebagai produk, sebab rumusan merupakan hasil kegiatan teoritik
bidang hukum.
- Teori hukum sebagai proses, Karena teori hukum merupakan kegiatan teoritik
tentang hukum atau bidang hukum.
3. Dogmatik Hukum
Mempelajari aturan aturan hukum dari sudut pandang technical dan
methodical. Bertujuan untuk praktik hukum. Objek kajian pada hukum positif.
Mempelajari asas asas dan pengertian hukum.
Berikut ini lapisan ilmu hukum, konsep, eksplanasi, dan sifat hukum :
15
Lapisan Ilmu
Konsep Eksplanasi Sifat
Hukum
Filsafat Hukum Grondbegrippen (Pengertian Reflektif Spekulatif
Dasar)
Menurut Tutik 2016, Ilmu hukum (dari segi obyek) dapat dibedakan atas ilmu
hukum dalam arti sempit, yang dikenal dengan ilmu hukum dogmatik (ilmu hukum
normatif) dan ilmu hukum dalam arti luas. Ilmu hukum dalam arti luas dapat ditelaah dari
sudut pandangan sifat pandang ilmu maupun dari sudut pandangan tentang lapisan ilmu
hukum seperti yang dilakukan oleh J. Gijssels dan Mark van Hoecke.
Dari sudut pandang ilmu dibedakan pandangan positivisme dan pandangan
normatif. Dari sudut pandangan ini dibedakan ilmu hukum normatif (dogmatik) dan ilmu
hukum empiris. Sifat keilmuan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: proses, produk dan
produsen (ilmuwan).
Perbedaan sifat keilmuan dua bidang ilmu hukum tersebut dapat digambarkan
dalam skema berikut :
16
Pandangan Positivistik: Pandangan Normatif:
(Ilmu Hukum Empirik) (Ilmu Hukum Normatif)
Relasi Inti Subyek-Subyek Subyek-Subyek
Jenis Pengetahuan Obyektif Inter-subyektif
Sikap Ilmuwan Pengamat/penonton Peserta
Perspektif Eksternal Internal
Teori Kebenaran Teori korespondensi Teori pragmatik
Proposisi Hanya informatif (empiris) Normatif dan evaluatif
Metode Hanya metode pengalaman Juga metode lain
inderawi
Moral Non-kognitif Kognitif
Hubungan Hukum-Moral Pemisahan tegas Tidak ada pemisahan
Ilmu Hanya sosiologi hukum empiris Ilmu hukum dalam arti luas
dan teori hukum empiris
(Sumber: Mr. Drs. J.J.H. Bruggink, 1999: 189)
Tabel 5 Perbedaan Sifat Keilmuan Bidang Ilmu Hukum
Perbedaan antara ilmu hukum empiris dan ilmu hukum normatif menurut D.H.M.
Meuwissen digambarkan dalam sifat ilmu hukum empiris, antara lain:
a. Secara tegas membedakan fakta dan norma;
b. Gejala hukum harus murni empiris, yaitu fakta sosial;
c. Metode yang digunakan adalah metode ilmu empiris, dan
d. Bebas nilai.
Implikasi dari perbedaan mendasar antara ilmu hukum normatif dan ilmu hukum
empirik adalah:
a. Dari hubungan dasar sikap ilmuwan; dalam ilmu hukum empirik ilmuwan adalah
sebagai penonton yang mengamati gejala-gejala obyeknya yang dapat ditangkap oleh
pancaindra, sedangkan dalam ilmu hukum normatif, yuris secara aktif menganalisis
norma sehingga peranan subyek sangat menonjol.
b. Dari segi kebenaran ilmiah; kebenaran ilmu hukum empirik, adalah kebenaran
korespondensi, yaitu bahwa sesuatu itu benar karena didukung fakta dengan dasar
kebenaran pragmatik yang pada dasarnya adalah konsensus sejawat sekeahlian.
17