TEORI HUKUM
Disusun Oleh
Nama :FIKRI NUR IQBAL
Nim : 222185036
Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia, serta
taufik, dan HidayahNya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Hukum” ini tepat
pada waktunya
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai teori hukum, eksplanasi hukum, dan dogmatik hukum. Makalah ini
juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi kita semua untuk mengkaji teori hukum,
eksplanasi hukum, dan dogmatik hukum dikemudian hari
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat ini di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BABII 3
PEMBAHASAN............................................................................................................
A. SISTEM-SISTEM HUKUM......................................................................................... 4
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental .......................................................................... 4
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika) ...................................................... 5
3. Sistem Hukum Adat................................................................................................ 6
4. Sistem Hukum Islam............................................................................................... 6
A. TEORI HUKUM........................................................................................................... 10
1. Definisi Hukum Anthony N. Allot.......................................................................... 10
2. Teori Hukum Mr. Drs. J.J.H. Bruggink .................................................................. 11
3. Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman ........................................................ 12
4. Matrik Disipliner Ilmu Hukum Aulis Aarnio ......................................................... 13
B. LAPISAN HUKUM...................................................................................................... 14
1. Filsafat Hukum........................................................................................................ 14
2. Teori Hukum........................................................................................................... 15
3. Dogmatik................................................................................................................. 15
C. BIDANG KAJIAN DAN SIFAT KEILMUAN TEORI HUKUM............................... 16
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri. Manusia hidup
berdampingan bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar
sesamanya. Hubungan itu terjadi berkenaan dengan kebutuhan hidup yang tidak mungkin
selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan hidup manusia bermacam-macam. Pemenuhan
kebutuhan hidup tergantung dari hasil yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan.
Setiap manusia ingin memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kalau dalam saat yang
bersamaan dua manusia ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek
kebutuhan, sedangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan akan terjadi. Suatu
bentrokan akan terjadi juga kalau dalam suatu hubungan, antar manusia satu dengan
manusia yang lain ada yang tidak memenuhi kewajiban.
Hal-hal semacam ini sebenarnya merupakan akibat dari tingkah laku manusia
yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam bertingkah laku tidak selamanya akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang tidak
dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu untuk menciptakan keteraturan
dalam suatu kelompok sosial baik dalam situasi kebersamaan maupun dalam situasi sosial
diperlukan ketentuan-ketentuan, ketentuan itu untuk membatasi kebebasan tingkah laku
itu. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan adalah ketentuan yang timbul dari dalam
pergaulan hidup atas dasar kesadaran; dan biasanya dinamakan hukum. Jadi, hukum
adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Hal itu timbul
berdasarkan rasa kesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosial. Gejala-gejala
sosial itu merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya.
Ketentuan-ketentuan tingkah laku manusia bermacam-macam corak tergantung
dari berat ringannya reaksi yang diberikan dalam memberikan penilaian. Berdasarkan
beraat ringannya reaksi tersebut, akan ada ketentuan yang berkenaan kesopanan,
kesusialan, dan hukum. Jenis-jenis ketentuan itu berbeda dalam pelbagai hal dan akan
terlihat secara nyata kalau suatu ketentuan dilanggar oleh manusia. Misalnya suatu
ketentuan yang menyatakan bahwa setiap orang hendaknya saling menghormai. Kalau
seorang muda bertemu dengan seorang yang lebih tua tidak memberi salam, tingkah
lakunya itu kurang hormat. Ia melanggar norma kesopanan. Akibatnya orang yang lebih
tua itu tidak mau menghiraukan kalau suatu waktu bertemu dengan orang tersebut.
Peraturan hukum yang berlaku didalam suatu kelompok sosial, tentunya tidak
terpisah-pisah dan tidak tersebar bebas, melainkan ada dalam suatu kesatuan/keseluruhan
yang masing-masing berlaku sendiri-sendiri. Setiap suatu kesatuan yang merupakan
keseluruhan aturna, terdiri dari bagian-bagian. Satu sama lain yang berkaitan tidak dapat
dilepas-lepas, disusun secara teratur dengan tatanan tertentu merupakan suatu system
yang dinamakan system hukum. Sistematika didasarkan hasil pemikira dalam
pembentukan system. Sampai saat ini, system hukum dalam kehidupan sehari-hari
1
menurut aliran anutannya terbagi menjadi empat yaitu sistem hukum Eropa Kontinental,
sistem hukum Anglo Amerika, sistem hukum Islam, dan sistem hukum adat. Sistem-
sistem hukum ini digunakan oleh Negara-negara yang menurutkeperluan hukum Negara
dan disesuaikan dengan tujuan bernegara. Dalam hal ini pun Indonesia termasuk sebagai
Negara yang memiliki sejarah dalam melaksanakan hukum. Perkembangan hukumnya
pun sesuai dengan perkembangan bangsa. Indonesia menganut sistem hukum tertentu
untuk memelihara tata tertib demi keadilan bernegara.
B. RUMUSAN MASALAH
3
BAB II
Pembahasan
A. SISTEM-SISTEM HUKUM
Djamali (2014) menyatakan bahwa sistem hukum di dunia ada 4 macam yaitu :
5
perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Ketentuan pasal ini memberi makna
bahwa hakim sebagai organ utama Pengadilan dan sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman wajib hukumnya bagi Hakim untuk menemukan hukumnya dalam suatu
perkara meskipun ketentuan hukumnya tidak ada atau kurang jelas. Undang-Undang
No. 48 Tahun 2009 Pasal 5 (1) juga menjelaskan bahwa “Hakim dan Hakim
Konstitusi wajib mengali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Kata “menggali” biasanya diartikan bahwa
hukumnya sudah ada, dalam aturan perundangan tapi masih samar-samar, sulit untuk
diterapkan dalam perkara konkrit, sehingga untuk menemukan hukumnya harus
berusaha mencarinya dengan menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat. Apabila sudah ketemu hukum dalam penggalian tersebut, maka Hakim
harus mengikutinya dan memahaminya
2
Adi, Rianto. (2015). Aspek Hukum dalam Penelitian. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.
6
peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga perperan besar dalam membentuk
seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas
untuk menafsirkan peraturan-peraturan yang berlaku. Selain itu, menciptakan hukum-
hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan
perkara yang sejenis. Dalam sistem hukum Anglo Amerika, sumber hukum utama
adalah "putusan-putusan hakim/peradilan" atau yang biasa disebut "judicial
decisions." Melalui putusan hakim ini, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum
dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat umum, sehingga menciptakan kepastian
hukum. Di samping putusan hakim, kebiasaan (custom) dan peraturan administrasi
negara juga diakui sebagai sumber hukum. Meskipun demikian, banyak dari landasan
untuk terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis berasal dari putusan-putusan yang
telah diambil dalam pengadilan.
Tidak seperti sistem hukum Eropa Kontinental yang memiliki hirarki tersusun
secara sistematis, sumber-sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Amerika tidak
diatur dalam hierarki tertentu. Ini berarti bahwa putusan hakim, kebiasaan, dan
peraturan administrasi negara memiliki tingkat kepentingan yang setara, dan hakim
memiliki kebebasan yang lebih besar dalam menafsirkan dan menerapkan hukum
dalam kasus-kasus konkret.
Salah satu perbedaan utama antara sistem hukum Anglo Amerika dan Eropa
Kontinental adalah peran hakim. Dalam sistem hukum Anglo Amerika, hakim
memiliki peran yang lebih aktif dalam membentuk hukum. Selain hanya menetapkan
dan menafsirkan peraturan hukum, hakim juga memiliki peran besar dalam
menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain dalam
memutuskan perkara yang sejenis. Dengan demikian, hakim memiliki wewenang
yang sangat luas untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku dan memberikan
keputusan yang berdampak pada tata kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Kekuatan interpretatif dan pembentukan hukum oleh hakim dalam sistem
hukum Anglo Amerika memastikan bahwa hukum dapat terus berkembang dan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Pendekatan ini
memberikan fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan
sistem hukum yang lebih kaku dan berstruktur hierarkis seperti yang ditemukan dalam
sistem hukum Eropa Kontinental.
7
3. Sistem Hukum Adat
Hukum Adat merupakan sistem hukum yang hanya ditemukan dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan beberapa negara-negara Asia lainnya, termasuk
China, India, Jepang, dan negara-negara lain di kawasan tersebut. Istilah "Adatrecht"
berasal dari bahasa Belanda yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje.
Pengertian hukum adat yang digunakan oleh Mr. C. van Vollenhoven pada tahun 1928
menyiratkan bahwa hukum adat Indonesia dan kesusilaan masyarakat merupakan
bagian dari hukum adat. Dalam konsep ini, adat tidak dapat dipisahkan dari hukum dan
hanya dapat dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. 3
Kata "hukum" dalam konteks hukum adat memiliki arti yang lebih luas daripada istilah
"hukum" yang digunakan di Eropa. Hal ini karena dalam hukum adat terdapat
peraturan-peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh pelbagai golongan
tertentu dalam lingkungan kehidupan sosial mereka. Misalnya, hal-hal seperti pakaian
adat, pangkat dalam pertunangan, serta berbagai norma dan adat istiadat lainnya yang
mengatur kehidupan masyarakat secara tradisional.
Sebagai istilah yang khas untuk wilayah ini, kata "Indonesia" digunakan untuk
membedakan hukum adat yang ada di Indonesia dengan hukum adat lainnya di kawasan
Asia lainnya. Istilah "Indonesia" pertama kali dipakai pada tahun 1850 oleh James
Richardson Logan dalam salah satu karangannya di Penang yang dimuat dalam Journal
of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Penggunaan sebutan tersebut dimaksudkan
untuk menunjukkan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup di wilayah Asia Tenggara.
Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, seperti China, India, Jepang, dan negara
lain. Istilahnya berasal dari bahasa Belanda Adatrecht yang untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje. Pengertian hukum adat yang digunakan oleh
Mr. C. van Vollenhoven (1928) mengandung makna bahwa hukum Indonesia dan
kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak dapat dipisahkan dan
hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata “hukum” dalam
pengertian hukum adat lebih luas artinya dari istilah hukum di Eropa. Hal itu karena
terdapat peraturan-peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh pelbagai
golongan tertentu dalam lingkungan kehidupan sosialnya, seperti masalah pakaian,
pangkat pertunangan, dan sebagainya. Sementara istilah “Indonesia” digunakan untuk
membedakan dengan hukum adat lainnya di Asia. Kata Indonesia untuk pertama
kalinya dipakai pada tahun 1850 oleh James Richardson Logan dalam salah satu
karangannya di Penang yang dimuat dalam Journal of the Indian Archipelago and
Eastern Asia. Sebutan itu untuk menunjukan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup
3
Soepomo, P. (1983). Hubungan Individu dan Masyarakat dalam Hukum Adat. Pradnya Paramita, Jakarta.
10
di Asia Tenggara.
A. TEORI HUKUM
1. Definisi Hukum Anthony N. Allot
Menurut Antony N. Allot dalam The limit of Law, Butterworths, London,
1980 dalam laman worpress.com disebutkan definisi hukum antara lain :
a. HUKUM (LAW) adalah ide atau konsep umum tentang lembaga-lembaga
hukum yang diabstraksikan dari peristiwa-peristiwa tertentu daripadanya
4
Ali, Achmad. (2002). Menguak Tabir Hukum. PT. Toko Gunung Agung. Tbk, Jakarta.
10
b. Hukum (Law) adalah suatu sistem hukum tertentu secara menyeluruh dan
koheren yang terdapat dalam suatu masyarakat atau negara tertentu
c. hukum (law) adalah ketentuan normatif tertentu dari Hukum: aturan atau norma
dari suatu sistem hukum tertentu
Hukum merupakan abstraksi dari apa yang tampak yaitu Hukum dan hukum.
Jika kita melakukan abstraksi, kita merujuk pada hal-hal konkret atau dapat diamati.
Bagaimana kita dapat mengenali sesuatu kalau tidak memiliki gambaran untuk
membimbing kita. Oleh karena itu kita harus beranjak dari yang khusus dulu yakni
Hukum atau sistem hukum :
A. Sistem hukum terdiri dari banyak unsur, beberapa diantaranya tampak di dunia
nyata seperti polisi, hakim, penjara, ahli hukum, buku hukum; sementara yang
lainnya hanya eksis di dunia maya, suatu dunia mental yang mengambang di atas
dunia nyata, namun memiliki kemampuan untuk mempengaruhi apa yang terjadi di
dunia nyata; misalnya abstraksi berupa aturan, prinsip, standar, lembaga, norma.
Hukum memiliki unsur-unsur abstrak dan yang berwujud
B. Hukum adalah sistem peraturan perilaku. Yang dimaksudkan dengan perilaku
adalah perilaku orang-orang dalam suatu masyarakat politik. Hanya peraturan
yang dibuat oleh penguasa yang kompeten dan sah dapat disebut sebagai peraturan
hukum.
C. Sistem hukum adalah suatu fungsi dari masyarakat yang otonom, yaknisekelompok
orang yang terorganisir. Otonom bukan berarti merdeka dalam arti formal
melainkan memiliki sistem peraturan tersendiri.
D. Hukum sebagai Abstraksi:
E. Hukum merupakan sebuah abstraksi dari realitas yang tampak di dunia nyata.
Abstraksi adalah proses mengenali atau menciptakan konsep umum yang
menggambarkan karakteristik atau pola yang ada pada berbagai hal konkret yang
diamati. Dengan melakukan abstraksi terhadap berbagai unsur dan fenomena
hukum di dunia nyata, kita dapat mengidentifikasi pola atau prinsip-prinsip yang
mendasari sistem hukum secara umum.
Beberapa unsur hukum, seperti polisi, hakim, penjara, dan ahli hukum, adalah hal-
hal konkret yang tampak secara fisik di dunia nyata. Namun, ada juga unsur-unsur hukum
yang bersifat abstrak, seperti aturan, prinsip, standar, lembaga, dan norma. Meskipun
tidak terlihat secara fisik, unsur-unsur abstrak ini memiliki kemampuan untuk
10
mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia di dunia nyata. Misalnya, norma-norma
moral yang mengatur kejujuran dan keadilan menjadi panduan bagi tindakan manusia
dalam menerapkan hukum.
b. Hukum sebagai Sistem Peraturan Perilaku:
Hukum merupakan sistem peraturan perilaku yang ditujukan untuk mengatur
tindakan dan interaksi manusia dalam suatu masyarakat politik. Peraturan hukum ini
mencakup aturan-aturan, norma-norma, dan prinsip-prinsip yang diakui secara sah oleh
penguasa yang berwenang dan kompeten. Hukum bertujuan untuk menciptakan
keteraturan dan keadilan dalam masyarakat, mengatur hak dan kewajiban, serta
menetapkan sanksi bagi pelanggaran.
Pengakuan sah ini penting karena menjamin legitimasi dan keberlakuan hukum
dalam suatu sistem hukum. Peraturan hukum yang dibuat secara sah oleh penguasa
yang memiliki kewenangan akan menjadi panduan bagi perilaku manusia dalam
masyarakat tersebut.
Sistem Hukum sebagai Fungsi Masyarakat Otonom:
Sistem hukum adalah suatu fungsi dari masyarakat yang otonom, artinya suatu
kelompok orang yang terorganisir dan memiliki sistem peraturan tersendiri. Otonomi
dalam konteks ini bukan berarti merdeka dalam arti formal, melainkan memiliki
kemandirian dan struktur hukumnya sendiri. Setiap masyarakat memiliki sistem hukum
yang khas, tergantung pada nilai-nilai, tradisi, dan kebutuhan khusus masyarakat
tersebut.
Kemandirian sistem hukum ini memungkinkan masyarakat untuk mengatur diri
mereka sendiri dengan aturan-aturan yang sesuai dengan nilai dan kepentingan mereka.
Oleh karena itu, ada berbagai macam sistem hukum di berbagai negara dan budaya,
seperti sistem hukum common law, civil law, dan adat di berbagai belahan dunia, yang
mencerminkan otonomi dan keunikan masing-masing masyarakat politik.
Sistem hukum adalah sistem komunikasi
- Siapa yang mengkomunikasikan?: Emiter
- Kepada siapa?: Recipient
- Apa metode komunikasinya?: The Code
- Apa isi komunikasi itu?: The Message
- Bagaimana pesan diterima?: Receiving apparatus, detector
- Apa tujuan pesan itu?: Function
- Apa gangguan terhadap komunikasi?: Noise interference
10
Bagaimana sistem komunikasi diadaptasikan atau dikembangkan: untuk
menyiarkan pesan berbeda; untuk membuatnya lebih efisien berkomunikasi
(potentiality, variability, dan adaptive mechanism)
a. The emitter of Law
- The emitter of law pada masyarakat sederhana dan masyarakat maju sangat
berbeda.
- Pada masyarakat sederhana, emiter tidak membuat tapi meneruskan hukum
adat
- Pada masyarakat moderen terdapat spesialis-spesialis penyampai hukum.
- Hukum menjadi lebih jelas atau rumit.
- Namun, pada masyarakat maju yang lebih kompleks, peran "emitter of law"
menjadi lebih spesifik dan terbagi-bagi dalam spesialisasi berbagai penyampai
hukum. Di masyarakat modern, ada berbagai institusi yang bertanggung jawab
untuk menciptakan dan menyampaikan hukum, seperti badan legislatif,
pengadilan, lembaga pemerintahan, dan organisasi hukum lainnya. Dalam
konteks masyarakat maju, proses pembuatan hukum menjadi lebih formal dan
rumit karena melibatkan banyak pelaku dengan tugas dan tanggung jawab yang
berbeda dalam menyusun dan menerapkan hukum.
b. The Recipient of Law
- Tujuan hukum untuk mempengaruhi perilaku para penerima. Ada dua
golongan : Para subyek hukum, khusus mau pun umum
- Mereka yang mendapat perintah untuk menerapkan, mengubah atau
menciptakan hukum itu sendiri, dan untuk menjalankan, mengawasi lembaga-
lembaga dan proses hokum
- Transmission losses—kegagalan dalam transmisi dan komunikasi
- Inappropriatness of norms and institutions —kelemahan pada sifat norma,
pernyataan atau pengekspresiannya, kesesuaiannya dengan elemen lain dalam
sistem hukum, atau dengan konteks sosial dimana dia berfungsi
- Kegagalan dalam penerapan
- Kegagalan dalam pengawasan atau monitoring.
- Kesimpulannya, dalam masyarakat sederhana, hukum sering kali berbasis pada
tradisi dan hukum adat yang disampaikan dari generasi ke generasi. Namun,
dalam masyarakat maju yang lebih kompleks, berbagai institusi bertanggung
11
jawab untuk menciptakan dan menyampaikan hukum dengan berbagai
spesialisasi. Tujuan hukum adalah untuk mempengaruhi perilaku para penerima,
tetapi berbagai hambatan seperti transmission losses dan kegagalan dalam
penerapan dan pengawasan dapat mempengaruhi efektivitas sistem hukum.
5
5
Ali, Achmad. (2009). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Kencana Predana Media Group, Jakarta.
12
3. Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman
Dalam laman blogspot.com disebutkan bahwa Lawrence M. Friedman
mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung
tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (struktur of law), substansi hukum
(substance of the law) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum
menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat perundang-
undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut
dalam suatu masyarakat.
Tentang struktur hukum Friedman menjelaskan (Lawrence M. Friedman, 1984
: 5-6): “To begin with, the legal sytem has the structure of a legal system consist of
elements of this kind: the number and size of courts; their jurisdiction …Strukture
also means how the legislature is organized …what procedures the police department
follow, and so on. Strukture, in way, is a kind of crosss section of the legal system…a
kind of still photograph, with freezes the action.”6
Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsur berikut ini, jumlah dan ukuran
pengadilan, yurisdiksinnya (termasuk jenis kasus yang berwenang mereka periksa),
dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti
bagaimana badan legislative ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
presiden, prosedur ada yang diikuti oleh kepolisian dan sebagainya. Jadi struktur
(legal struktur) terdiri dari lembaga hukum yang ada dimaksudkan untuk menjalankan
perangkat hukum yang ada.
Struktur adalah Pola yang menunjukkan tentang bagaimana hukum dijalankan
menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini menunjukkan bagaimana
pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan.
Di Indonesia misalnya jika kita berbicara tentang struktur sistem hukum
Indonesia, maka termasuk di dalamnya struktur institusi-institusi penegakan hukum
seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan (Achmad Ali, 2002 : 8).
Substansi hukum menurut Friedman adalah (Lawrence M. Friedman, Op.cit) :
“Another aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual rules,
norm, and behavioral patterns of people inside the system …the stress here is on living
law, not just rules in law books”.
Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan
substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam
6
Friedman, Lawrence M. (1984). Legal System: A Social Science Perspective. Russell Sage Foundation, New York.
13
system itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat
penegak hukum.
Sedangkan mengenai budaya hukum, Friedman berpendapat : “The third
component of legal system, of legal culture. By this we mean people’s attitudes toward
law and legal system their belief …in other word, is the climinate of social thought and
social force wicch determines how law is used, avoided, or abused”.
Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap manusia
(termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem
hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang
ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung
14
budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka
penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial tidak
lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk
menjamin tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat kearah yang lebih
baik, maka bukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau
peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum tersebut ke
dalam praktek hukum, atau dengan kata lain, jaminan akan adanya penegakan hukum
(law enforcement) yang baik. Jadi bekerjanya hukum bukan hanya merupakan fungsi
perundang-undangannya belaka, malainkan aktifitas birokrasi pelaksananya Matrik
Disipliner Ilmu Hukum Aulis Aarnio Contoh struktur sistem hukum Indonesia
mencakup institusi-institusi penegakan hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan.
Contoh struktur sistem hukum Indonesia mencakup institusi-institusi
penegakan hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
Substansi Hukum:
Substansi hukum mengacu pada aturan, norma, dan pola perilaku yang berlaku
dalam sistem hukum. Ini mencakup peraturan perundang-undangan yang mengikat
dan menjadi panduan bagi aparat penegak hukum. Friedman menekankan pentingnya
"hukum yang hidup" (living law) bukan hanya aturan yang tertulis dalam buku-buku
hukum.
Budaya Hukum:
Budaya hukum mencakup sikap dan keyakinan masyarakat terhadap hukum
dan sistem hukum secara keseluruhan. Ini mencakup pandangan dan sikap orang
terhadap hukum, bagaimana mereka menggunakannya, menghindarinya, atau
menyalahgunakannya. Budaya hukum mempengaruhi bagaimana hukum
diimplementasikan dan diterapkan dalam masyarakat. Tanpa budaya hukum yang
mendukung, penegakan hukum tidak akan berjalan efektif.
Pentingnya penegakan hukum dalam fungsi hukum sebagai alat untuk
mengubah masyarakat atau rekayasa sosial diakui dalam teori ini. Untuk mencapai
tujuan ini, tidak hanya dibutuhkan keberadaan hukum sebagai peraturan atau kaidah,
tetapi juga diperlukan penegakan hukum yang baik oleh birokrasi pelaksananya.
Dengan mempertimbangkan tiga unsur utama ini, teori sistem hukum
Lawrence M. Friedman menyajikan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana
15
efektivitas sistem hukum tergantung pada interaksi dan dukungan antara struktur
hukum, substansi hukum, dan budaya hukum dalam suatu masyarakat.
Menurut Aulis Aarnio, sebagaimana dikutip oleh Bernard Arief Sidharta dalam laman
ums.ac.id, yang menjadi asumsi dalam matriks disipliner ilmu hukum adalah:
a. Asumsi tentang pokok permasalahan dalam interpretasi yuridis;
b. Asumsi tentang doktrin sumber hukum yang sah;
c. Asumsi tentang asas dan aturan metodikal yang secara umum dianut dalam
interpretasi yuridis dan sistematisasi hukum;
d. Asumsi tentang nilai dan penilaian yang menguasai interpretasi ilmu hukum dan
sasaran-sasarannya.
16
d. Tertutup;
e. Aturan dan logika.
B. LAPISAN HUKUM
J. Gijssels dan Mark van Hoecke dalam laman blogspot.com, membedakan ilmu
hukum berdasarkan pelapisan ilmu hukum, yang meliputi:
1. Filsafat Hukum
Filsafat hukum merupakan induk dari semua disiplin yuridik, karena
membahas masalah masalah fundamental yang yang tidak akan pernah berakhir.
Filsafat ukum tersusun atas proposisi proposisi normative dan evaluative, walaupun
informative juga ada didalamnya. Karakteristik filsafat hukum yaitu mendasar /
radikal, menyeluruh / holistic / totalistic, spekulatif.7
Secara kronologis perkembangan ilmu hukum diawali oleh filsafat hukum dan
disusul dogmatik hukum (ilmu hukum positif). Kenyataan ini sejalan dengan pendapat
Lili Rasjidi, bahwa filsafat hukum adalah refleksi teoritis (intelektual) tentang hukum
yang paling tua, dan dapat dikatakan merupakan induk dari semua refleksi teoritis
tentang hukum. Filsafat hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang
mengarahkan refieksinya terhadap hukum atau gejala, sebagaimana dikemukakan J.
Gejssels, filsafat hukum adalah filsafat umum yang diterapkan pada hukum dan gejala
hukum. Hal yang sama juga dalam dalil D.H.M. Meuwissen, bahwa rechtfilosofie is
filosofie. Filsafat hukum adalah filsafat karena itu ia merenungkan semua persoalan
fundamental dan masalah-masalah perbatasan yang berkaitan dengan gejala hukum.
Berkaitan dengan ajaran filsafati dalam hukum, maka ruang lingkup filsafat hukum
tidak lepas dari ajaran filsafat itu sendiri, yang meliputi:
a. Ontology hukum, yakni mempelajari hakikat hukum, misalnya hakikat demokrasi,
hubungan hukum dan moral dan lainnya;
b. Axiology hukum, yakni mempelajari isi dari nilai seperti; kebenaran, keadilan,
kebebasan, kewajaran, penyalahgunaan wewenang dan lainnya;
c. Ideology hukum, yakni mempelajari rincian dari keseluruhan orang dan
masyarakat yang dapat memberikan dasar atau legitimasi bagi keberadaan
lembaga-lembaga hukum yang akan datang, system hukum atau bagian dari
7
Rasjidi, Lili dan Ira Rasjidi. (2001). Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung
17
system hukum;
d. Epistemology hukum, yakni merupakan suatu studi meta filsafat. Mempelajari apa
yang berhubungan dengan pertanyaan sejauh mana pengetahuan mengenai hakikat
hukum atau masalah filsafat hukum yang fundamental lainnya yang umumnya
memungkinkan;
e. Teleology hukum, yakni menentukan isi dan tujuan hukum;
f. Keilmuan hukum, yakni merupakan meta teori bagi hukum; dan
g. Logika hukum, yakni mengarah kepada argumentasi hukum, bangunan logis dari
sistem hukum dan struktur sistem hukum.
18
Filsafat Hukum
Obyek Landasan dan batas-batas kaidah hukum
Tujuan Teoritikal
Perspektif Internal
Teori kebenaran Teori pragmatik
Proposisi Informatif, tetapi terutama normatif dan evaluatif
(Sumber: J.J.H. Bruggink, 1999: 181)
Tabel 3 Sifat Keilmuan Filsafat Hukum
2. Teori Hukum
Teori hukum mempunyai makna ganda yaitu :
- Teori hukum sebagai produk, sebab rumusan merupakan hasil kegiatan teoritik
bidang hukum.
- Teori hukum sebagai proses, Karena teori hukum merupakan kegiatan teoritik
tentang hukum atau bidang hukum.
19
constitutum, melainkan juga pada ius constituendum
- Teori hukum bertitik tolak dari suatu teori (hypothesis) filsafat hukum merupakan
diskursus terbuka yang tidak membatasi diri pada postulat,premis atau metode.
3. Dogmatik Hukum
Mempelajari aturan aturan hukum dari sudut pandang technical dan
methodical. Bertujuan untuk praktik hukum. Objek kajian pada hukum positif.
Mempelajari asas asas dan pengertian hukum.
Berikut ini lapisan ilmu hukum, konsep, eksplanasi, dan sifat hukum :
11
0
Lapisan Ilmu
Konsep Eksplanasi Sifat
Hukum
Filsafat Hukum Grondbegrippen (Pengertian Reflektif Spekulatif
Dasar)
Teori Hukum Algemene begrippen (Pengertian Analitis Normatif Empiris
Umum)
Dogmatik Technischjuridisch begrippen Technis juridisch Normatif
Hukum (Pengertian Tehnis Hukum)
(Sumber : Materi Perkuliahan Teori Hukum)
Tabel 4 Lapisan Ilmu Hukum, Konsep, Eksplanasi, dan Sifat Hukum
11
2
Pandangan Positivistik: Pandangan Normatif:
(Ilmu Hukum Empirik) (Ilmu Hukum Normatif)
Relasi Inti Subyek-Subyek Subyek-Subyek
Jenis Pengetahuan Obyektif Inter-subyektif
Sikap Ilmuwan Pengamat/penonton Peserta
Perspektif Eksternal Internal
Teori Kebenaran Teori korespondensi Teori pragmatik
Proposisi Hanya informatif (empiris) Normatif dan evaluatif
Metode Hanya metode pengalaman Juga metode lain
inderawi
Moral Non-kognitif Kognitif
Hubungan Hukum-Moral Pemisahan tegas Tidak ada pemisahan
Ilmu Hanya sosiologi hukum empiris Ilmu hukum dalam arti luas
dan teori hukum empiris
(Sumber: Mr. Drs. J.J.H. Bruggink, 1999: 189)
Tabel 5 Perbedaan Sifat Keilmuan Bidang Ilmu Hukum
8
Attamimi, A. Hamid S. (1993). Hukum Tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan (Hukum
Tata Negara). Raja Grafindo Persada, Jakarta.
11
3
SIMPULAN
Dalam pembahasan tentang sistem hukum, kita dapat melihat perbedaan yang signifikan
antara beberapa sistem hukum yang ada di dunia. Sistem hukum Eropa Kontinental
didasarkan pada kodifikasi hukum yang tertulis, hierarki yang jelas, dan peran aktif
legislator dalam membentuk hukum. Di sisi lain, sistem hukum Anglo Amerika
memiliki sumber hukum yang lebih beragam, termasuk putusan hakim yang
memainkan peran sentral dalam pembentukan dan penafsiran hukum.
Hukum Islam merupakan sistem hukum yang didasarkan pada Al-Quran, Sunnah Nabi,
ijma, dan qiyas. Sistem hukum ini memiliki pengaruh luas di beberapa negara Asia
dan Afrika, serta berperan sebagai landasan pembentukan negara di beberapa wilayah.
Namun, di negara seperti Indonesia, hukum Islam tidak menjadi asas pembentukan
negara, sehingga sistem hukum yang berlaku lebih bersifat sekuler dan tidak
sepenuhnya didasarkan pada ajaran Islam.
Sistem hukum adat juga memiliki peran penting dalam masyarakat Indonesia dan
beberapa negara di Asia lainnya. Hukum adat berakar dari tradisi dan budaya lokal,
dan walaupun telah diakui oleh sistem hukum nasional, ia tetap memiliki peran dalam
mengatur kehidupan sosial dan adat istiadat di masyarakat.
SARAN
Peningkatan Kesadaran Hukum: Masyarakat perlu ditingkatkan kesadaran hukumnya agar
dapat memahami dan menghormati aturan hukum yang berlaku dalam sistem hukum
masing-masing. Hal ini penting untuk menciptakan ketertiban dan keadilan dalam
masyarakat.
Harmonisasi Sistem Hukum: Di negara dengan beragam sistem hukum, harmonisasi dan
koordinasi antara berbagai sistem hukum perlu ditingkatkan. Langkah ini dapat
membantu mengatasi konflik dan ambiguitas hukum yang mungkin terjadi.
Pengembangan Hukum Islam: Bagi negara-negara yang menerapkan sistem hukum Islam,
penting untuk terus mengembangkan hukum Islam dengan mempertimbangkan
konteks zaman dan masyarakat modern. Upaya ini dapat membantu menciptakan
sistem hukum yang relevan dan berkeadilan bagi seluruh warganya.
Peran Aktif Hakim: Dalam sistem hukum Anglo Amerika, peran aktif hakim dalam
membentuk hukum dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi perkembangan dan
11
4
tantangan sosial yang terus berubah. Namun, perlu diingatkan agar keputusan hakim
tetap berdasarkan prinsip keadilan dan nilai-nilai hukum yang telah ada.
Penguatan Hukum Adat: Sistem hukum adat yang masih ada di beberapa wilayah
perlu diakui dan dikuatkan perannya dalam mengatur kehidupan sosial dan adat
istiadat masyarakat. Pemerintah perlu mendukung dan melindungi hukum adat yang
memiliki nilai-nilai lokal dan budaya yang kaya.
11
5
DAFTAR PUSTAKA
Cartwright, M. (2018, April 24). Corpus Juris Civilis - World History Encyclopedia.
World History Encyclopedia. https://www.worldhistory.org/Corpus_Juris_Civilis/
Adi, Rianto. (2015). Aspek Hukum dalam Penelitian. Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Jakarta.
Soepomo, P. (1983). Hubungan Individu dan Masyarakat dalam Hukum Adat. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Ali, Achmad. (2002). Menguak Tabir Hukum. PT. Toko Gunung Agung. Tbk, Jakarta.
Ali, Achmad. (2009). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Kencana Predana
Media Group, Jakarta.
Friedman, Lawrence M. (1984). Legal System: A Social Science Perspective. Russell
Sage Foundation, New York.
Rasjidi, Lili dan Ira Rasjidi. (2001). Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. Citra Aditya
Bakti, Bandung
Attamimi, A. Hamid S. (1993). Hukum Tentang Peraturan Perundang-undangan dan
Peraturan Kebijakan (Hukum Tata Negara). Raja Grafindo Persada, Jakarta.
11
6