Anda di halaman 1dari 83

Faktor- faktor yang berpengaruh

terhadap absoprsi

JESSIE SOFIA PAMUDJI

12/10/2020 Jessie
Rute pemberian obat
• Macam-macam rute pemberian
obat:
• Parentral (intravaskular)
• Ekstravaskular :
– Oral
– Rectal
– Bukal/sublingual
– Topical/Transdermal
– Subcutan,intra muscular dll
– Intranasal/pulmonal, dll
• Setiap rute mempunyai
keuntungan/kerugian masing-masing.

12/10/2020 Jessie
Rute pemberian obat

• Obat dapat bekerja secara lokal atau


sistemik.
• Sistemik harus dapat menembus membran.
• Permeabilitas obat pada tempat absorpsi
dipengaruhi oleh struktur dan sifat fisiko
kimia obat serta sifat biokimia membran sel.
• Obat yang sudah mencapai plasma, harus
menembus membran kembali untuk dapat
sampai ke tempat kerjanya.
• Membran biologi merupakan barier yang
potensial dalam sistem penghantaran obat.

12/10/2020 Jessie
RUTE ABSORPSI

TRANSELULER Menembus membran

PARASELULER Melalui celah antar sel membran


Untuk senyawa polar

12/10/2020 Jessie
Absorpsi obat secara oral
Faktor yang mempengaruhi

Anatomi saluran
cerna

Fungsi fisiologis

Isi Saluran cerna

12/10/2020 Jessie
12/10/2020 Jessie
Konsep membran biologik

Konsep mozaik cair Singer and Nicholson(1972)

Terdiri dari 2 lapisan lipida dengan protein globular yang tidak


berkesinambungan Gugus polar terletak dipermukaan yang
kontak dengan cairan intra atau ekstra seluler dan gugus non
polar ke dalam. Pori merupakan protein globular ± 85 Å

12/10/2020 Jessie
Transpor obat melintasi membran

Kompartemen Membran Kompartemen


luar dalam

Difusi pasif

Pada transpor obat ini berlaku hukum Ficks

12/10/2020 Jessie
Proses absorpsi obat secara oral

12/10/2020 Jessie
Difusi pasif

Hukum Fick I
dM 1
J w = PwCw =
dt A
DAK
Jw = (Cw − Cd )
h
Jw = tranpor massa melalui dinding usus
Pw = permeabilitas
Cw = konsentrasi obat pada dinding usus
Cd = konsentrasi obat dalam darah
D = koefisien difusi
K = koefisien partisi
A = luas permukaan
h = tebal membran

12/10/2020 Jessie
Difusi Pasif
 Kebanyakan obat merupakan asam dan basa
lemah sehingga derajat ionisasi obat
merupakan faktor yang berpengaruh dalam
absorpsi obat.
 Persamaan Henderson Hasselbalch:

( A− )
pH = pKa + log
( HA)
( B)
pH = pKa + log
( BH + )

12/10/2020 Jessie
Difusi Pasif

Untuk asam lemah:


100
%ionisasi =
1 + anti log( pKa − pH )
Untuk basa lemah :

100
%ionisasi =
1 + anti log( pH − pKa )

pH saluran cerna bervariasi dari 1-8, sehingga jumlah


obat yang terionisasi pada setiap segmen saluran
cerna akan berbeda
12/10/2020 Jessie
Transpor Aktif

Kompartemen Membran Kompartemen


luar dalam
Pembawa

Obat

ATP

Pembebasan obat
dari pembawa yang
memerlukan energi

12/10/2020 Jessie
Transpor aktif

 Transpor tidak tergantung pada gradien


konsentrasi
 Memerlukan energi dari hidrolisis ATP
 Dapat terjadi kompetisi dengan obat lain
yang mempunyai afinitas yang sama atau
lebih tinggi.
 Dapat terjadi kejenuhan

12/10/2020 Jessie
Transpor Melalui Filtrasi

80-100Å
Membran

Kompartemen Kompartemen
luar dalam

Pori 7-10 Å

12/10/2020 Jessie
Transpor Melalui Filtrasi

 Terjadi karena perbedaan tekanan hidrostatik


 Semua senyawa dengan ukuran molekul kecil dan
larut air bisa melalui pori membran (ukuran 7-10Å)
yaitu: Zat dengan BM < 150 dengan bentuk bulat
atau BM < 400 dengan bentuk rantai panjang.
 Ukuran sel endotelium vaskuler seperti glomelurus
lebih besar (40Å) sehingga dapat melewatkan
molekul dengan BM yang lebih tinggi

12/10/2020 Jessie
TRANSPOR DENGAN PASANGAN ION

Kompartemen Membran Kompartemen


luar dalam
- + +
Anion Kation

- + - ++
Kompleks Anion Kation
netral
Difusi
pasif

12/10/2020 Jessie
Transpor Difusi Sederhana dengan Pembawa

Kompartemen Membran
Kompartemen
luar dalam
Pembawa

Obat

Tanpa kehilangan
energi

12/10/2020 Jessie
Transpor difusi sederhana dengan
pembawa

 Tidak memerlukan energi


 Dapat terjadi kejenuhan dan kompetisi
 Difusi tergantung pada gradien
konsentrasi

12/10/2020 Jessie
Transport Melalui Pinositosis
Kompartemen
Kompartemen
luar
dalam
Obat

Obat

12/10/2020 Jessie
FAKTOR FISIOLOGIS YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI

• pH dan perubahan pH karena formulasi


• Tegangan antar permukaan
• Viskositas cairan saluran cerna
• Isi saluran cerna
• Luas permukaan
• Umur
• Sifat membran
• Laju pengosongan dan waktu transit di lambung

12/10/2020 Jessie
12/10/2020 Jessie
Viskositas

• Viskositas akan mempengaruhi difusi


obat sesuai dengan hukum Stokes –
Einstein.
• Makin tinggi viskositas difusi makin
lambat, sehingga proses absoprsi obat
makin lambat pula.

12/10/2020 Jessie
Isi saluran cerna

Isi saluran cerna mempengaruhi:

• viskositas
• sifat keasaman
• sifat kebasaan .

12/10/2020 Jessie
Luas permukaan

12/10/2020 Jessie
Umur

• Bayi dan anak-anak mempunyai


membran saluran cerna yang lebih
tipis sehingga permeabilitas lebih
tinggi.
• Orang lanjut usia permeabilitas juga
berubah sehingga perlu berhati-hati.

12/10/2020 Jessie
Sifat membran

Membran saluran di saluran cerna


mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Membran di usus halus mempunyai


semua jenis karier sehingga dapat
memfasilitasi semua jenis absorpsi.

12/10/2020 Jessie
Waktu pengosongan lambung

Diperlambat oleh Dipercepat oleh


Volume Kebasaan
Konsistensi Gas CO2
Keasaman Posisi tidur pada sisi
Jenis makanan kanan
(berlemak,KH, protein) Keadaan berjalan, olah
Tekanan osmosa raga
(tonisitas)
Emosi
Posisi tidur pada sisi
kiri
12/10/2020 Jessie
FAKTOR PATOLOGI

Absorpsi obat dipengaruhi oleh penyakit


yang dapat merubah:

• aliran darah di saluran cerna,


• gerakan di saluran cerna,
• waktu pengosongan lambung,
• pH saluran cerna ,
• permeabilitas dinding usus,
• sekresi empedu, enzim dan flora usus.

12/10/2020 Jessie
Gangguan fungsi pengeluaran sekresi getah

1. Psikis seperti pemarah atau depresif


2. Adanya tukak duodenum, menyebabkan
peningkatan pengeluaran getah lambung
sehingga kelebihan asam yang dapat
merusak enzim pankreatik.
3. Pengeluaran getah lambung berkurang
pada tukak lambung, gastritis kronis,
diabetes
4. Getah empedu berkurang bila saluran
empedu tersumbat, penyerapan lemak
dan vitamin larut lemak terhambat.
5. Kelainan pankreas (pancreatitis kronis),
penyerapan berubah

12/10/2020 Jessie
Gangguan Transit

1. Waktu tinggal dalam lambung meningkat pada


keadaan: penyempitan pilorus,tukak lambung
pada bag.junxta pylorus, tukak duodenum,
kelainan pembuluh darah tertentu,
myxcodemia atau peradangan kelenjar

2. Waktu tinggal berkurang bila ada kecemasan


dan aktivitas yang meningkat

12/10/2020 Jessie
Gangguan penyerapan

❖ Pembedahan ( gasterectomi)
❖ Pemotongan usus dapat mengurangi
luas permukaan daerah serapan dan
hilangnya karier tertentu
❖ Anomali pada permukaan mukosa
seperti intoleransi thd karbohidrat
tertentu

12/10/2020 Jessie
Gangguan penyerapan
❖Perubahan media usus
Pemakaian senyawa anti mikroba yang
berspektrum luas yang dapat mengganggu
keseimbangan flora usus misal neomisin,
dapat menghalangi kerja enzim lipase dan
garam empedu.
❖ Hambatan pada pembuluh balik
darah atau pembuluh getah bening
Misal karena adanya tumor

12/10/2020 Jessie
Gangguan penyerapan

❖ Aklorhidria
Produksi asam di lambung berkurang akan
mempengaruhi absorpsi basa lemah.
❖ Penyakit parkinson
Pasien sulit menelan dan gerakan saluran
cerna berkurang
❖ HIV-AIDS
Gangguan pada saluran cerna seperti
meningkatkan waktu transit, diare,
aklorhidria.

12/10/2020 Jessie
Gangguan penyerapan
❖ Kegagalan jantung kongestif
Biasanya disertai dengan udem yang akan
mengurangi aliran darah, gerakan usus
akan diperlambat sehingga absorpsi obat
berkurang.

❖ Penyakit Crohn
Inflamasi pada bagian distal usus halus
dan kolon yang menyebabkan penebalan
dinding, pertumbuhan bakteri yang
berlebih.

12/10/2020 Jessie
Gangguan penyerapan

❖ Penyakit Celiac
Inflamasi pada bagian proksimal
usus halus yang disebabkan
sensitisasi oleh gluten. Meningkatkan
laju pengosongan lambung dan
permeabilitas intestinal.

12/10/2020 Jessie
Faktor cara Pemberian

- Dengan atau tanpa cairan : sifat minuman


(air, alkohol, softdrink)

- Keadaan puasa atau saat (sebelum, sesudah


makan)
Keadaan puasa atau sebelum makan baik
untuk obat yang diharapkan segera bekerja
Adanya makanan baik bila zat aktif
mengiritasi lambung.

12/10/2020 Jessie
PEMBERIAN OBAT MELALUI
REKTUM

12/10/2020 Jessie
Pemberian Obat Melalui Rektum

Tujuan :
• Pengobatan lokal :
– wasir
– radang rektum
– lokal anastesi
– antiseptik
– Konstipasi

• Pengobatan sistemik

12/10/2020 Jessie
Pemberian Obat Melalui Rektum

Sistemik:
• Penderita muntah atau ada gangguan
saluran cerna
• Zat aktif terurai dalam saluran cerna
• Zat aktif terurai melalui siklus
enterohepatik
• Penderita tidak mau menelan obat
karena rasa yang tidak enak, atau
ada risiko iritasi lambung dan
menghindari pemberian secara
parenteral.

12/10/2020 Jessie
Pemberian obat melalui rektum

Kekurangan :
1. Onset seringkali lebih lambat
2. Jumlah total zat aktif yang dapat
diabsorpsi kadang-kadang lebih
kecil dari rute pemberian lainnya

12/10/2020 Jessie
Karakteristik cairan rektum

• pH mirip pH usus besar = 7,2-7,4


• Umumnya rektum kosong kecuali pada
saat defekasi.
• Adanya feses di luar saat defekasi,
kadang-kadang tidak dapat diabaikan.
Sebaiknya dihilangkan dulu.
• Bagian ampula recti mengandung air
dan senyawa kental sejenis musin

12/10/2020 Jessie
Vaskularisasi rektum

12/10/2020 Jessie
Faktor yang mempengaruhi absorpsi
obat
• Kedudukan supositoria setelah pemakaian
• Waktu tinggal dalam rektum
• Membran rektum mirip dengan mukosa
lambung, absorpsi tergantung,
permeabilitas, pKa zat aktif dan pH cairan
rektum.
• pH rektum mudah berubah (kapasitas dapar
rendah)
• Konsentrasi zat aktif dalam cairan rektum
yang merupakan fungsi dari kelarutan.

12/10/2020 Jessie
Pemberian melalui rektum untuk
tujuan sistemik
Absorpsi peroral lebih baik dari pada per
rektum bila :

• Zat diabsoprsi melalui transpor khusus


• Zat sangat sukar larut, volume cairan
rektum sangat sedikit
• Rektum pendek , absorpsi sedikit
• pH cairan tidak sesuai
• Bila diperlukan surfaktan alami seperti
garam empedu
• Bila penyerapan tergantung pada keadaan
dan jumlah makanan
• Zat mengiritasi mukosal

12/10/2020 Jessie
Pemberian melalui rektum untuk tujuan
sistemik

Absorpsi melalui rektum mungkin lebih


baik daripada oral bila:

➢Zat rusak oleh enzim atau suasana pH


saluran cerna
➢Zat dimetabolisme secara ektensif pada
siklus entero hepatik

12/10/2020 Jessie
Supositoria

Proses biofarmasetik obat yang diberikan dalam


bentuk supositoria:

12/10/2020 Jessie
Faktor pato fisiologik yang berpengaruh
pada absorpsi obat

• Keadaan demam
Supositoria dengan basis lemak di
absorpsi lebih baik
• Gangguan transisi saluran cerna : diare
• Adanya feses dalam rektum

12/10/2020 Jessie
Pemberian obat melalui
perkutan

12/10/2020 Jessie
ANATOMI KULIT

epidermis

dermis

hipodermis

12/10/2020
Jessie
Stratum
korneum

Stratum Stratum
granulosum lucidum
EPIDERMI
S

Stratum Stratum
germinativum spinosum

12/10/2020 Jessie
12/10/2020 Jessie
Rute trans
appandageal
Kelenjar
keringat

Stratum Folikel
korneum rambut

Rute
absorpsi
obat melalui
kulit

12/10/2020 Jessie
Rute masuk obat interselular dan transelular stratum
korneum

12/10/2020 Jessie
Penghantaran obat melalui kulit

Disolusi obat dalam pembawa , diikuti dengan


proses difusi obat terlarut ke permukaan kulit

Partisi obat ke stratum korneum dan difusi obat


menuju permukaan viabel epidermis

Partisi obat ke viabel epidermis dan difusi obat


menuju permukaan dermis

Partisi obat ke dermis dan difusi melintasi


dermis menuju mikrosirkulasi

Pengambilan obat oleh mikrosirkulasi dan


distribusi ke seluruh tubuh

12/10/2020 Jessie
Proses biofarmasetik obat yang diberikan melalui kulit

12/10/2020 Jessie
Absorpsi obat melalui kulit
• Difusi melalui transelular merupakan jalur
utama absorpsi obat melalui kulit.
• Pada awalnya penetrasi melalui jalur lain
seperti trasappendageal juga cukup signifikan
pengaruhnya.
• Setelah kondisi tunak dicapai jalur melalui
stratum korneum yang dominan.
• Penetrasi melalui folikel rambut dapat
meningkat dengan bantuan pemijatan untuk
membuka folikel.

12/10/2020 Jessie
Faktor fisiologik yang mempengaruhi
absorpsi obat per kutan

Keadaan dan umur kulit:

Efektivitas kulit sebagai barier difusi akan


berkurang bila sel-sel stratum corneum rusak
misal pada penyakit psoriasis, dermatosis dengan
eksim , dermatosis seborheik, permeabilitas kulit
akan meningkat.
Kulit anak-anak lebih permeabel dari orang
dewasa.

12/10/2020 Jessie
Faktor fisiologik yang mempengaruhi
absorpsi obat per kutan

1. Aliran darah :
Debit aliran darah menentukan jumlah obat yang
menembus kulit. Pada kulit luka, jumlah lebih
besar. Penyempitan pembuluh darah akibat
pemakaian setempat kortikosteroida
menimbulkan efek depo.
2. Tempat pengolesan
Perbedaan ketebalan stratum korneum
menentukan jumlah obat yang diserap. Telapak
tangan dan telapak kaki paling tebal. Tempat yang
paling tipis dan banyak aliran darah adalah di belakang
kuping.
12/10/2020 Jessie
Faktor fisiologik yang mempengaruhi
absorpsi obat per kutan

Kelembaban dan suhu:


Kadar air normal lapisan tanduk adalah 5-15%
Dapat ditingkatkan sampai 50% mis.dengan
vaselin
Lapisan tanduk (benang keratin) mengembang.
Startum korneum yang lembab mempunyai
afinitas yang sama terhadap zat larut air dan
zat larut lipida.

12/10/2020 Jessie
Faktor fisiologik yang mempengaruhi
absorpsi obat per kutan

• Teknik peningkatan penetrasi perkutan


– Modifikasi pembawa/Obat
• Pemilihan obat/modifikasi struktur kimia obat
• Prodrug
• Interaksi obat dengan pembawa
• Kompleksasi
• Liposom
– Modifikasi stratum korneum
• Hidrasi
• Fluidisasi lemak
• Perusakan jaringan
• Metode elektrik

12/10/2020 Jessie
Pemberian obat secara
intramuscular dan sub cutan
Metabolisme
lintasan
pertama di
hati
Penguraian di
Permeabilitas saluran cerna

Bioavailabilitas
bervariasi

Pemberian secara
ekstravaskular
Rute Parenteral

▪ Dapat dengan mudah meningkatkan


akses menuju sirkulasi sistemik sehingga
absorpsi obat lebih sempurna
▪ Obat dapat mencapai tempat kerja lebih
cepat
▪ Pemberian obat secara injeksi intra vena
dan infus adalah langsung masuk ke
sirkulasi sistemik.

12/10/2020 Jessie
Pendahuluan
Pemberian secara intra
muskular dan sub kutan

Obat cepat mencapai konsentrasi efektif dalam darah


walau tidak secepat iv, tetapi cukup signifikan untuk
zat dalam sediaan larutan

Absorpsi yang cepat juga dibarengi dengan penurunan


kadar dalam sirkulasi sistemik yang cepat pula.
Pendahuluan

Pemakaian tidak
Dapat menjaga konsentrasi
menyenangkan,
Pemberian secara obat konstan dalam sirkulasi perlu pengawasan
intravena melalui infus sistemik selama yang perawat, harus di
diinginkan rumah sakit
Pendahuluan

Pengembangan obat dengan


pelepasan terkendali yang
diberikan secara intra muskular dan
sub kutan

Dapat menjaga kadar obat konstan


dalam sirkulasi sistemik
Pendahuluan
Menurunkan
Menurunkan
efek samping
kadar obat
obat

Mengurangi
frekuensi Meningkatkan
pemberian kepatuhan
Keuntungan pasien
injeksi sediaan
pelepasan
terkendali
Anatomi
Merupakan jaringan
berlapis yang mengandung
kolagen dan serat elastis
yang mengandung elastin

Serat terdistribusi dalam


Jaringan cairan pekat .

sub kutan Komponen utama cairan


ini adalah asam hialuronat

Aliran darah lambat


Anatomi

Kaya akan vaskularitas .


Setiap 20 mm3
terdapat 200 otot dan
Jaringan 700 pembuluh darah
kapiler.
muskular
Aliran darah
tergantung tempat
obat diinjeksikan.
Tempat ideal untuk pemakaian injeksi

Lengan
Paha
atas

Abdomen Bokong
Sub
kutan
Tempat ideal untuk pemakaian injeksi

Otot deltoid di
sekitar lengan atas
dan bahu

Otot gluteal di
Intra
sekitar bokong dan
muskular pinggul

Otot vatrus di sekitar


paha bagian tengah
Jenis bentuk sediaan

• Larutan dalam air yang kental


• Suspensi dalam air
• Larutan dalam minyak
• Suspensi dalam minyak
• Emulsi A/M atau M/A
Proses biofarmasetik
Obat terlarut
Larutan obat
Partikel obat dalam
disolusi Partisi dalam cairan di
dalam suspensi pembawa
jaringan

absorpsi

Sirkulasi
sistemik

Jaringan
elimininasi
target
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat

Kondisi Jenis bentuk


fisiologis sediaan

Adanya
Sifat fisiko vasodilator
kimia obat atau
Absorpsi vasokonstriktor

obat
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat

Sifat fisiko kimia

1. Kecepatan disolusi obat dalam pembawa.


2. Ukuran partikel dan sifat kristalin obat
3. pH sediaan obat
4. pKa obat
5. Lipofilisitas obat
6. Koeffisien partisi obat pada cairan di jaringan dan
pembawa sediaan
7. Kelarutan obat dalam cairan tubuh pada tempat
obat di injeksikan.
8. Interaksi dengan eksipien lain dalam sediaan,.
Faktor yang mempengarufi absorpsi obat

▪ Kondisi fisiologis:
▪ Permeabilittas dari pembuluh kapiler.
▪ Aliran darah
▪ kepadatan massa otot di tempat obat
diinjeksikan.
▪ Derajat gerakan tubuh

▪ Jenis bentuk sediaan dan formula: akan menentukan


jenis kinetik apa yang terjadi.
Larutan injeksi yang kental

Penambahan PVP atau gelatin ke dalam


formula injeksi insulin akan meningkatkan
viscositas dan menghambat degradasi obat
karena metabolisime enzim proteoliitik .
Larutan injeksi yang pekat
Pengendapan partikel
• Pengendapan partikel halus pada tempat injeksi dapat
terjadi karena perubahan konstanta dielektrik pembawa
yang mengandung pelarut campur.

• Pengendapan juga dapat terjadi karena perbedaan pH


antara cairan tubuh dengan sediaan obat.

• Proses ini dapat memperpanjang kerja obat


Suspensi dalam air

• Perpanjangan waktu kerja obat tergantung pada viskositas


pembawa dan diameter partikel zat aktif
.
• Konsentrasi obat dalam cairan tubuh akan konstant bila
kecepatan pelepasan obat lebih cepat daripada kecepatan
absorpsi obat.

• Kinetika orde nol semu dapat dicapai bila kecepatan


absorpsi obat ke sirkulasi sistemik sama dengan
kecepatan eliminasi obat dari tubuh.
Larutan dan suspensi dalam minyak

Kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaannya


lebih lama dari pada sediaan injeksi dengan
pembawa air. Pelepasan obat tergantung pada
koefisien partisi obat dalam pembawa dan cairan
tubuh.
Tablet susuk atau implant
➢Bentuk sediaan ini dapat melepaskan obat
dalam waktu yang sangat panjang karena
sangat terbatasnya luas permukaan kontak.
➢Kecepatan absorpsi obat tergantung pada
sifat fisiko kimia obat dan cairan interstisial.
➢Segera setelah tablet diimplantasikan, suatu
kapsul jaringan akan terbentuk disekitarnya
yang akan menurunkan kecepatan pelepasan
obat.
Evaluasi biofarmasetik
Tahapan Uji:

▪ Menentukan waktu aksi yang diharapkan


▪ Memilih bahan pembawa yang
memberikan hasil sesuai harapan
▪ Evaluasi in vivo, penetapan kadar obat
dalam darah ( pada hewan dan manusia)

Anda mungkin juga menyukai