DEFINISI
Status epileptikus didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua
atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara
kejang atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang
persisten atau seseorang yang tidak sadar kembali selama lima menit atau
lebih harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus. Status epileptikus
adalah gawat darurat medik yang memerlukan pendekatan terorganisasi
dan terampil agar meminimalkan mortalitas dan morbiditas yang
menyertai (Haslam, 2010).
Akut
Simptomatis akut (17%-52%)
Influenza
Exantema Subitum
Remote symptomatic/simptomatis berulang (16%-39%)
Cerebral Migrational Disorders (lissencephaly, schizencephaly)
Cerebral Dysgenesis
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala berupa :
Suhu anak tinggi
Anak pucat / diam saja
Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
Umumnya kejang berlangsung singkat.
Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal.
Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
Seringkali kejang berhenti sendiri.
(Arif Mansjoer, 2010)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis
Riwayat epilepsi, riwayat menderita tumor, infeksi obat, alkohol,
penyakit serebrovaskular lain, dan gangguan metabolit. Perhatikan
lama kejang, sifat kejang (fokal, umum, tonik/klonik), tingkat
kesadaran diantara kejang, riwayat kejang sebelumnya, riwayat
kejang dalam keluarga, demam, riwayat persalinan, tumbuh
kembang, dan penyakit yang sedang diderita.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologi lengkap meliputi tingkat kesadaran
penglihatan dan pendengaran refleks fisiologis dan patologi,
lateralisasi, papil edema akibat peningkatan intrakranial akibat
tumor, perdarahan, dll. Sistem motorik yaitu parestesia, hipestesia,
anestesia.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yaitu darah, elektrolit, glukosa,
fungsi ginjal dengan urin analisis dan kultur, jika ada
dugaan infeksi, maka dilakukan kultur darah dan
Imaging yaitu CT Scan dan MRI untuk mengevaluasi lesi
struktural di otak
EEG untuk mengetahui aktivitas listrik otak dan dilakukan
secepat mungkin jika pasien mengalami gangguan mental
Pungsi lumbar, dapat kita lakukan jika ada dugaan infeksi
CNS atau perdarahan subarachnoid.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Status epileptikus merupakan salah satu kondisi neurologis yang
membutuhkan anamnesa yang akurat, pemeriksaan fisik, prosedur
diagnostik, dan penanganan segera. Mungkin dan harus dirawat pada
ruang intensif (ICU). Protokol penatalaksanaan status epileptikus pada
makalah ini diambil berdasarkan konsensus Epilepsy Foundation of
America (EFA). Lini pertama dalam penanganan status epileptikus
menggunakan Benzodiazepin. Benzodiazepin yang paling sering
digunakan adalah Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan), dan
Midazolam (Versed).
Pasien dengan kejang yang rekuren, atau berlanjut selama lebih dari 60
menit. Walaupun dengan obat lini pertama pada 9-40 % kasus. Kejang
berlanjut dengan alasan yang cukup banyak seperti, dosisnya di bawah
kadar terapi, hipoglikemia rekuren, atau hipokalsemia persisten.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama:Klien masuk dengan kejang, dan disertai penurunan
kesadaran
3) Riwayat penyakit:Klien yang berhubungan dengan faktor resiko
bio-psiko-spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa.
Frekuansi serangan, ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi,
kurang tidur, dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit
berat yang disertai hilangnya kesadaran, kejang, cedera otak
operasi otak. Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat
penenang atau obat terlarang, atau mengkonsumsi alcohol. Klien
mengalami gangguan interaksi dengan orang lain / keluarga karena
malu ,merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai
harapan dan selalu waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan
orang lain.
a) Riwayat kesehatan
b) Riwayat keluarga dengan kejang
c) Riwayat kejang demam
d) Tumor intrakranial
e) Trauma kepala terbuka, stroke
4) Riwayat kejang :
a) Bagaimana frekwensi kejang.
b) Gambaran kejang seperti apa
c) Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d) Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan
e) Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
f) Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan leher
Sakit kepala, leher terasa kaku
b) Thoraks
Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu
napas
c) Ekstermitas
Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas,
perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot
d) Eliminasi
Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada
post iktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi
e) Sistem pencernaan
Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
peningkatan sekresi mucus
b. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan
kognitif,selama kejang atau kerusakan perlindungan diri.
c. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma
berkenaan dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan
pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan;
perasaan negative tentang tubuh
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi
Rencana Intervensi
No Dx Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1 Pola napas Mempertahanka a. Anjurkan klien untuk mengosongkan a. Menurunka
tidak efektif n pola mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau resiko aspirasi
berhubungan pernapasan alat lainnya jika fase aura terjadi dan untuk atau masukny
dengan efektif dengan menghindari rahang mengatup jika kejang benda asing k
kerusakan jalan napas paten terjadi tanpa ditandai gejala awal. faring
neuromuskuler, b. Letakkan klien pada posisi miring, b. Meningkatk
peningkatan permukaan datar, miringkan kepala selama aliran (draina
sekresi mucus serangan kejang secret, menceg
c. Tanggalkanpakaian pada daerahleher, lidah ja
dada, dan abdomen sehingga
d. Masukkanspatellidah/ jalan napas menyumbat
buatanataugulunganbendalunaksesuaiindikasi jalan napas
e. Lakukanpenghisapansesuaiindikasi c. Un
f. Berikan tambahan oksigen/ ventilasi memfasilitasi
manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal usaha bernapa
g. Siapkan / bantu melakukan intubasi jika d. Menceg
ada indikasi tergigitnya lid
dan
memfasilitasi
saat melakuk
penghisapan
lender. Ja
napas bua
mungkin
diindikasikan
setelah
meredanya
aktivitas keja
jika pas
tersebut tid
sadar dan tid
dapat
mempertahank
posisi lidah ya
aman
e. Menurunk
resiko aspir
atau asfiksia
f. Da
menurunkan
hipoksia sereb
sebagai ako
dari sirku
yang menu
atau oksig
sekunder
terhadap spas
vaskuler sela
serangan kejan
g. Munculn
apneu ya
berkepanjanga
pada f
posiktal
membutuhkan
dukungan
ventilator
mekanik
2 Resiko tinggi Mengurangi a. Kaji karakteristik kejang a. Un
injuri b.d resiko injuri b. Jauhkan pasien dari benda benda tajam / mengetahui
perubahann pada pasien membahayakan bagi pasien seberapa be
kesadaran , c. Masukkan spatel lidah / jalan napas buatan tingkatan keja
kerusakan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi yang diala
kognitif,selama d. Kolaborasi dalam pemberian obat anti pasien sehing
kejang atau kejang pemberian
kerusakan intervensi
perlindungan berjalan le
diri. baik
b. Benda taj
dapat melu
dan mencede
fisik pasien
c. Deng
meletakkan
spatel lid
diantara raha
atas dan raha
bawah, m
resiko pas
menggigit
lidahnya tid
terjadi dan ja
nafas pas
menjadi le
lancer
d. Obat a
kejang da
mengurangi
derajat keja
yang diala
pasien, sehing
resiko un
cidera p
berkurang
3 Gangguan Mengidentifikasi a. Diskusikan perasaan pasien mengenai a. Reaksi ya
harga perasaan dan diagnostic, persepsi diri terrhadap ada bervar
diri/identitas metode untuk penanganan yang dilakukannya. diantara indiv
pribadi koping dengan b. Anjurkan untuk mengungkapkan/ dan
berhubungan persepsi negative mengekspresikan perasaannya pengetahuan/
dengan stigma pada diri sendiri c. Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi pengalaman
berkenaan orang pada keadaan penyakitnya. Anjurkan awal deng
dengan klien untuk tidak merahasiakan masalahnya keadaan
kondisi, d. Gali bersama pasien mengenai penyakitnya
persepsi keberhasilan yang telah diperoleh atau yang akan
tentang tidak akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang mempengaruh
terkontrol dimilikinya penerimaan
ditandai e. Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat. b. Adan
dengan Bantu menyadari perasaan tersebut adalah keluhan mer
pengungkapan normal, sedangkan merasa bersalah dan takut, marah d
tentang menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya sangat
perubahan f. Tekankan pentingnya orang terdekat untuk memperhatika
gaya hidup, tetap dalam keadaan tenang selama kejang tentang
takut implikasinya
penolakan; masaa yang ak
perasaan datang da
negative mempengaruh
tentang tubuh pasien un
menerima
keadaanya
c. Memberik
kesempatan
untuk beresp
pada pro
pemecahan
masalah d
memberikan
tindakan con
terhadap situ
yang dihadapi
d. Memfokusk
pada aspek ya
positif da
membantu un
menghilangka
perasaan d
kegagalan a
kesadaran
terhadap
sendiri d
membentuk
pasien mu
menerima
penangan
terhadap
penyakitnya
e. Pandang
negative d
orang terde
dapat
berpengaruh
terhadap
perasaan
kemampuan/
harga diri kl
dan mengura
dukungan ya
diterima d
orang terde
tersebut ya
mempunyai
resiko
membatasi
penanganan
yang optimal
f. Ansietas d
pemberi asuh
adalah menja
dan bila sam
pada pas
dapat
meningkatkan
persepsi
negative
terhadap
keadaan
lingkungan/di
sendiri
4 Kurang pengetahuan a. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. a. pendidik
pengetahuan keluarga b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. merupakan sa
keluarga tentan meningkat, c. Jelaskan pada keluarga klien tentang satu fak
proses keluarga penyakit kejang demam melalui penyuluhan. penentu ting
perjalanan mengerti dengan d. Beri kesempatan pada keluarga untuk pengetahuan
penyakit proses penyakit menanyakan hal yang belum dimengerti. seseorang
berhubungan epilepsy, e. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan b. un
dengan keluarga klien pada klien. mengetahui
kurangnya tidak bertanya seberapa ja
informasi lagi tentang informasi ya
penyakit, telah mer
perawatan dan ketahui,sehing
kondisi klien. pengetahuan
yang nantin
akan diberik
dapat ses
dengan
kebutuhan
keluarga
c. un
meningkatkan
pengetahuan
d. un
mengetahui
seberapa ja
informasi ya
sudah dipaham
e. agar kelua
dapat
memberikan
penanngan ya
tepat jika sua
waktu kl
mengalami
kejang
berikutnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kedaruratan pada anak. UKK Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Indonesia.
Tata Laksana Syok Pada Anak. Manado : Juli 2011
Rekomendasi Tata Laksana Syok berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia No.
004/Rek/PP IDAI/III/2014 http://www. idai.com