Anda di halaman 1dari 11

Epidemiologi

-Berdasarkan penelitian dari World Health Organization (WHO), ditemukan sekitar 50


juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi. Sekitar 85% dari total penderita epilepsi
di seluruh dunia ditemukan di negara berkembang. Insiden epilepsi pada anak
dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas (Harsono, dkk., 2006).
- Insiden epilepsi tertinggi pada golongan usia dini, menurun pada usia dewasa muda,
dan meningkat pada usia lanjut (Hauser dan Nelson, 2013). Sebanyak 25% dari seluruh
kasus epilepsi terjadi pada anak umur kurang lima tahun (Yilmas dkk., 2013).
- Secara keseluruhan insiden epilepsi pada anak – anak (sejak lahir sampai usia 16
tahun) di negara perkembang mendekati 40 kasus per 100.000 anak per tahun. Insiden
pada tahun pertama kehidupan 120 per 100.000, antara 1 sampai 10 tahun insidennya
meningkat menjadi 40 – 50 kasus per 100.000 anak, lalu menurun menjelang usia
remaja yaitu sekitar 20 per 100.000 (Camfield dan camfield, 2012).
- Di Indonesia, prevalensi penderita epilepsi di Indonesia berkisar antara 0,5 – 4 %
dengan rata - rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1.000 penduduk. Bila jumlah penduduk di
Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita epilepsi per tahunnya
adalah 250.000. Angka tersebut terbilang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Thailand dan Singapura sebagai sesama negara Asia Tenggara (PERDOSSI, 2011)
-Penderita epilepsi memiliki angka kematian dua sampai tiga kali lebih besar
dibandingkan populasi umum. Penyebab kematian dini pada epilepsi antara lain
status epileptikus (37,7%), tenggelam, luka bakar, atau trauma kepala akibat kejang
yang terjadi pada keadaan berbahaya (11,4%) dan kematian mendadak yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya (sudden unexplained death in epilepsy; 6,6%). Penyakit
yang mendasari epilepsi, misalnya tumor susunan saraf pusat (SSP) atau kelainan
neurometabolik juga dapat merupakan faktor penyebab kematian dini pada anak
dengan epilepsi (Hauser dan Nelson, 2013).

- Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum terjadi dengan angka
kejadian kira-kira 60.000 – 160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik u mum
yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Pada sepertiga kasus, status
epileptikus merupakan gejala yang timbul pada pasien yang mengalami epilepsi b
erulang. Sepertiga kasus terjadi pada pasien yang didiagnosa epilepsi, biasanya ka
rena ketidakteraturan dalam memakan obat antikonvulsan. (Sisodiya S.M, Duncan J
2000).
Manifestasi Klinis
Kejang atau bangkitan epileptik adalah manifestasi klinis disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik secara sinkron dan berlebihan dari sekelompok neuron di
otak yang bersifat transien. Manifestasi bangkitan ditentukan oleh lokasi dimana
bangkitan dimulai, kecepatan dan luasnya penyebaran. Bangkitan epileptik
umumnya muncul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat dalam waktu
beberapa detik atau menit dan sebagian besar berlangsung singkat
(Panayiotopoulos, 2005).
Manifestasi klinis epilepsi dapat berupa gangguan kesadaran, motorik,
sensoris, autonom atau psikis (Shorvon, 2007; Swaiman dan Ashwal, 2012).
Manifestasi klinis epilepsi disebabkan oleh lesi di korteks serebri yang
mendasarinya. Lesi di otak pada umumnya telah ada beberapa bulan – tahun
sebelum gejala epilepsi pertama muncul seperti hipoksia perinatal/asfiksia atau
perdarahan intraserebral.
Gambaran Klinis
1. Tanda Khas Epilepsi Parsial Sederhana
Aktivitas motorik merupakan gejala yang paling lazim pada epilepsi parsial
sederhana. Gerakan ditandai dengan gerakan klonik atau tonik yang tidak sinkron,
dan mereka cenderung melibatkan wajah, leher dan tungkai. Rata–rata kejang
berlangsung selama 10–22 detik. Kejang parsial sederhana dapat terancukan
dengan gerenjit (tic), namun gerenjit ditandai dengan pengangkatan bahu, mata
berkedip – kedip dan wajah menyeringai serta terutama melibatkan wajah dan
bahu. EEG dapat menunjukkan gelombang paku atau gelombang tajam unilateral
atau bilateral, atau gambaran paku multifokal pada penderita dengan kejang
parsial sederhana, gelombang paku ombak di daerah temporal tengah (daerah
Rolandik).
2. Tanda Khas Epilepsi Parsial Kompleks
Kejang jenis ini disebut juga kejang psikomotor. Kejang ini dapat didahului oleh
kejang parsial sederhana dengan atau tanpa aura, disertai dengan gangguan
kesadaran atau sebaliknya, mulainya kejang parsial kompleks ini dapat bersama
dengan keadaan kesadaran yang berubah. Kejang parsial kompleks yang disertai
gelombang tajam atau paku – paku setempat EEG antar kejang lobus temporalis
anterior, dan paku multifokus merupakan temuan yang sering.Daerah yang terkena
kejang parsial kompleks lebih luas dibandingkan dengan kejang parsial sederhana
dan biasanya didahului dengan aura.
3. Tanda Khas Epilepsi Parsial Kemudian Menjadi Umum
Bentuk kejang ini disebut juga status epilepsy fokal atau epilepsy parsial kontinu.
Bentuk kejang biasanya kejang klonik (kelojotan . Tiap bagian tubuh dapat terlibat,
misalnya tangan, muka, dan kaki. Kejang ini dapat terbatas dan dapat pula menjalar
ke bagian tubuh lainnya. Bila kejang bermula di ibu jari, ia dapat menjalar ke jari
lainnya, kemudian ke pergelangan tangan, ke lengan bawah, lengan atas, muka,
kemudian ke tungkai dan kaki. Sehabis kejang sesekali dijumpai bahwa otot yang
terlibat lemah. Kelemahan ini umumnya pulih setelah beberapa menit atau jam.

4. Tanda Khas Epilepsi Tonik Klonik Umum


Tonik klonik merupakan jenis epilepsi yang sering dijumpai. Serangan yang khas
adalah sebagai berikut : Penderita secara mendadak menghilang kesadarannya,
disertai kejang tonik (badan dan anggota gerak menjadi kaku ), yang kemudian diikuti
oleh kejang klonik (badan dan anggota gerak berkejut-kejut, kelojotan ). Bila
penderita sedang berdiri sewaktu serangan mulai, ia akan jatuh seperti benda mati.
Pada fase tonik badan menjadi kaku. Bila kejang tonik ini kuat, udara dikeluarkan
dengan kuat dari paru-paru melalui pita suara sehingga terjadi bunyi yang disebut
sebagai jeritan epilepsi (epileptic cry). Sewaktu kejang tonik ini berlangsung,
penderita menjadi biru (sianosis) karena pernafasan terhenti dan terdapat pula
kongesti (terbendungnya) pembuluh darah balik vena. Biasanya fase kejang tonik ini
berlangsung selama 20 – 60 detik.
Kemudian disusul oleh fase klonik. Pada fase ini terjadi kejang klonik yang bersifat
umum, melibatkan semua anggota gerak. Semua anggota gerak pada fase klonik ini
berkejang klonik ( kelojotan ) juga otot pernafasan dan otot rahang. Pernafasan menjadi
tidak teratur, tersendat - sendat, dan dari mulut keluar busa. Lidah dapat tergigit waktu
ini dan penderita dapat pula mengompol. Biasanya fase klonik ini berlangsung kira – kira
40 detik, tetapi dapat lebih lama. Setelah fase klonik ini penderita terbaring dalam
koma. Fase koma ini biasanya berlangsung kira – kira 1 menit. Setelah itu penderita
tertidur, yang lamanya bervariasi, dari beberapa menit sampai 1 – 3 jam. Bila pada saat
tidur ini dibangunkan ia mengeluh sakit kepala, dan ada pula yang tampak bengong.
5. Tanda Khas Epilepsi Tonik Umum
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai sikap
deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
Juga ditemukaan adanya epileptic cry.

6. Tanda Khas Epilepsi Klonik Umum


Bentuk kejang ini merupakan gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak
yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik lengan kiri
diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan. Kejang yang satu dengan yang lain
sering berkesinambungan, seolah-olah memberi kesan sebagai kejang umum.

7. Tanda Khas Epilepsi Absence


Pada serangan ini juga disebut petit mal terdapat hal berikut: 1. Penderita tiba-tiba
berhenti melakukan apa yang sedang ia lakukan (misalnya makan, bermain, berbicara,
membaca) 2. Penderita memandang kosong, melongo (staring). Pada saat ini penderita
tidak bereaksi bila diajak bicara atau bila dipanggil, karena tidak sadar. 3. Setelah
beberapa detik penderita kemudian sadar dan melanjutkan lagi apa yang sedang
dilakukan sebelum serangan terjadi.
8. Tanda Khas Epilepsi Atonik
Biasanya disebut juga dengan bangkitan akinetik (serangan jatuh). Pada serangan
atonik ini didapatkan menghilangnya secara mendadak tenaga otot-otot yang
mempertahankan sikap. Pada serangan ini tenaga otot–otot yang mempertahankan
sikap secara mendadak hilang yang berlangsung singkat. Bila penderita kebetulan
sedang berdiri pada waktu serangan datang, maka ia akan jatuh. Serangan ini disebut
juga serangan jatuh (drop – attack).

9. Tanda Khas Epilepsi Mioklonik


Epilepsi ini ditandai dengan kejang berulang yang terdiri dari kontraksi otot
sebentar, sering kontraksi otot simetris dengan kehilangan tonus tubuh dan jatuh atau
menelungkup ke depan.

Anda mungkin juga menyukai