Anda di halaman 1dari 11

A.

DEFINISI
Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan kronik otak yang ditandai
dengan gejala-gejala berupa serangan yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya
ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada
neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik,
sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik
abnormal sel-sel otak.

Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
(seizure) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Epilepsi merupakan suatu kelainan otak
yang ditandai dengan adanya faktor predisposisi yang dapat menciptakan bangkitan epilepsi
(epileptic seizure), perubahan neurobiologis, kognitif, psikologi, dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik sebelumnya.
Sedangkan bangkitan epilepsi didefinisikan sebagai tanda dan atau gejala yang tim bul sepintas
(transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak. (International
League Against Epilepsi, 2005).

Epilepsi didefinisikan oleh terjadinya setidaknya dua kejang yang tidak beralasan dengan atau tanpa
konvulsi (yaitu, kekerasan, kontraksi mendadak dari otot) yang dipisahkan paling sedikit 24 jam.
Kejang terjadi akibat pelepasan neuron korteks yang berlebihan dan ditandai dengan perubahan
aktivitas listrik yang diukur dengan electroencephalogram (EEG) (Dipiro, 2014).

B. PREVALENSI
Secara global setidaknya terdapat 50 juta orang yang mengalami epilepsi. Penyakit ini lebih sering
menjangkit pria dibandingkan wanita, dan menjangkit orang dari segala umur. Epilepsi paling banyak
terjadi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju (WHO, 2018).

Di Amerika Serikat, epilepsi merupakan 4 penyakit neurologis paling banyak menjangkit warga
negaranya. Setidaknya dari 26 orang, salah satunya pasti mengidap epilepsi. Jumlah penduduk US
baik dewasa maupun anak-anak yang menderita epilepsi aktif terus meningkat, setidaknya 3,4 juta
penduduk hidup dengan penyakit ini hingga tahun 2015. Sampai tahun 2015 terdapat 3 juta (pada
tahun 2010 jumlah penderita 2,3 juta) penduduk US dewasa dan 470.000 (pada tahun 2007 jumlah
penderita 450.000) penduduk US anak-anak yang menderita epilepsi, peningkatan ini kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan penduduk (CDC, 2017).

Di Indonesia jumlah kasus epilepsi baru terus bertambah. Dari data Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2012, menyebutkan perkiraan penderita epilepsi aktif saat ini
mencapai 1,8 juta per 220 juta penduduk, sedangkan perkiraan penderita epilepsi baru yakni
mencapai 250 ribu penderita pada tahun 2012.

C. KLASIFIKASI
Epilepsi diklasifikasikan berdasarkan jenis bangkitannya menjadi 3 kelompok, yaitu partial seizure
(focal seizure), generalized seizure, dan unclassified seizure (Dipiro, 2014).
a. Partial seizure
Merupakan bangkitan yang bermula dengan aliran listrik dari daerah listrik yang terbatas (lokal).
Bangkitan ini dibagi menjadi 3 subjenis, yaitu:
 Simple partial seizure: merupakan jenis bangkitan di mana penderita sepenuhnya sadar
bahwa dirinya sedang mengalami bangkitan namun ia tidak dapat menghentikan bangkitan
tersebut.
 Complex partial seizure: merupakan jenis bangkitan di mana penderita mengalami gangguan
kesadaran (mata masih terbuka namun tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya) saat
sedang mengalami bangkitan.
 Secondary generalized seizure: merupakan jenis bangkitan yang dimulai dari bangkitan fokal
atau parsial yang kemudian berkembang menjadi bangkitan general.

b. Generalized seizure
Bangkitan yang bermula oleh suatu aliran listrik yang melibatkan kedua sisi otak secara
bersamaan atau dapat dikatakan terjadi gangguan saraf pada keseluruhan bagian otak.
Bangkitan ini dibagi menjadi 6 subjenis, yaitu:
 Absence seizure: merupakan jenis bangkitan yang dijumpai umumnya pada masa anak-anak
atau awal remaja. Selama terjadi bangkitan, penderita tidak sadar akan apa yang terjadi,
kesadaran hilang beberapa detik ditandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat.
Selain tatapan, sering penderita mengedip atau membuat gerakan kecil pada mulut dan
tangan. Seizure ini datangnya mendadak, dan penderita segera pulih.
 Myoclonic seizure: merupakan jenis bangkitan yang terjadi pada sekelompok otot yang
singkat dan mirip kejutan. Bangkitan ini melibatkan hentakan mendadak lengan, pundak,
leher, badan, atau kaki bagian atas yang mempengaruhi kedua sisi pada saat yang sama dan
dapat mengakibatkan penderita jatuh. Serangan ini biasanya terjadi pada pagi hari, setelah
bangun tidur penderita mengalami sentakan yang tiba-tiba.
 Clonic seizure: merupakan jenis bangkitan yang ditandai dengan hentakan berulang
(konvulsi).
 Tonic seizure: merupakan jenis bangkitan yang ditandai dengan kekakuan otot sehingga
akan menyebabkan penderita terjatuh ke belakang akibat otot yang kaku.
 Tonic-Clonic seizure: merupakan jenis bangkitan yang memiliki dua fase (fase tonik dan fase
klonik). Fase tonik mengacu pada peningkatan tensi atau tonus otot yang menyebabkan
kekakuan, sedangkan fase klonik berarti hentakan berulang. Bangkitan ini berawal dengan
hilangnya kesadaran sehingga penderita menjadi kaku, lalu jatuh, dan dapat berteriak
(karena adanya tekanan udara melalui pita suara). Terjadi hentakan ritmik pada tangan dan
kaki, bangkitan ini biasanya terjadi dalam hitungan menit dan selama waktu itu penderita
mengalami salviasi; menggigit lidahnya, pipi, atau bibirnya; atau kehilangan kontrol atas
kandung kemih atau saluran cerna.
 Atonic seizure: pada bangkitan jenis ini, otot kehilangan seluruh kekuatannya. Penderita
tetap sadar tetapi ia dapat terjatuh tiba-tiba. Dalam bentuk ringan kepala penderita terkulai
atau ia menjatuhkan objek yang dipegangnya. Seizure ini hanya berlangsung dalam hitungan
detik dan penderita cepat sembuh. Seizure biasanya berawal pada masa kanan-kanak, sering
terjadi pada orang yang juga menderita jenis seizure lain.

c. Unclassified seizure
Merupakan bangkitan yang tidak dapat diklasifikasikan ke golongan bangkitan lain akibat
kurangnya data.

Epilepsi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis sindromnya (Koda Kimble, 2013). Pada
penggolongan ini epilepsi dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Juvenile myoclonic epilepsi
Merupakan jenis bangkitan mioklonik yang dapat berkembang menjadi bangkitan tonik-klonik.
Umumnya disebabkan karena terlalu lelah, kurangnya istirahatm atau konsumsi alcohol yang
berlebihan.

b. Lennox-Gastaut syndrome
Merupakan jenis bangkitan general yang melibatkan berbagai jenis bangkitan, antara lain:
atypical absence, atonik, mioklonik, dan tonik-klonik. Epilepsi ini disertai oleh gangguan kognitif
serta gangguan mental pada penderita.

c. Childhood absence epilepsi


Merupakan jenis absence seizure yang terjadi pada anak-anak usia antara 4-8 tahun ditandai
dengan adanya tatapan kosong sebanyak beberapa rangkaian. Pada pemeriksaan EEG akan
menunjukkan adanya pola spike-and-wave sebesar 3 Hz.

d. Reflex epilepsi
Epilepsi jenis ini biasanya disebabkan akibat adanya pemicu tertentu. Pemicu paling umum yang
dapat menyebabkan epilepsi jenis ini adalah adanya fotosensitivitas, dan paling sering terjadi
pada bagian rahang.

e. Temporal loba epilepsi


Merupakan epilepsi dengan bangkitan parsial kompleks yang disertai dengan automatisasi. Pada
epilepsi ini disertai dengan gangguan saraf pada bagian lobus temporal otak.

D. PATOFISIOLOGI
Kejadian utama pada patofisiologi epilepsi adalah hipereksitabilitas neuronal dan hipersinkronisasi.
Pada awal terjadinya seizure, sejumlah kecil neuron yang berpotensi mengalami hipereksitabilitas
aktif secara tidak normal dalam keadaan sinkron. Konduktansi membran normal dan arus sinaptik
penghambat rusak dan eksitabilitas yang berlebih menyebar (dapat secara lokal dan menghasilkan
focal seizure atau lebih luas lagi sehingga menghasilkan generalized seizure) (Dipiro, 2017).

Hipereksitabilitas terjadi karena terdapat peningkatan predisposisi dari neuron untuk


berdepolarisasi dan discharge ketika distimulasi. Hipereksitabilitas dapat disebabkan oleh beberapa
mekanisme, utamanya adalah perubahan jumlah, jenis, karakteristik biofisikal dari voltage-gated
channel atau ligand-gated channel ion K+, Na+, Ca2+, dan Cl pada membran neuron. Mutasi dari
kanal ion inilah yang dapat menghasilkan beberapa jenis epilepsi yang berbeda (sesuai dengan kanal
ion yang terlibat). Mekanisme lain dari terjadinya epilepsi adalah karena adanya perubahan dalam
vesicle trafficking dan pelepasan neurotransmitter. Perubahan uptake neurotransmitter dan
metabolisme juga berperan dalam terjadinya epilepsi (Dipiro, 2017).

Beberapa mekanisme lain yang dapat mengakibatkan hipereksitabilitas, yaitu: (a) modifikasi
reseptor biokimia, (b) modulasi sistem second messaging dan ekspresi gen, (c) modifikasi dalam
rasio dan fungsi sirkuit penghambatan, dan (d) perubahan konsentrasi ion ekstraselular. Jika hanya
terjadi hipereksitabilitas saja tanpa diikuti proses sinkronisasi dari penembakan neuron (neuron
firing) yang berlebihan maka epilepsi tidak akan terjadi. Hipokampus, neokorteks, dan thalamus
berperan dalam proses sinkronisasi dan menghasilkan aktivitas epilepsi. Selain itu,
ketidakseimbangan neurotransmitter lokal bisa menjadi mekanisme potensial untuk epileptogenesis
focal. ketidakseimbangan sementara antara neurotransmitter utama, glutamat (rangsang) dan γ-
aminobutyric acid (GABA) (penghambatan), dan neuromodulators (mis, asetilkolin, norepinefrin, dan
serotonin) mungkin memainkan peran dalam mempercepat kejang pada pasien yang rentan (Dipiro,
2017).

Kejang epilepsi (serangan epilepsi) dipicu oleh perangsangan sebagian besar neuron secara
berlebihan, spontan, dan sinkron sehingga menyebabkan aktivasi fungsi motorik (kejang), sensorik
(kesan sensorik), otonom (salivasi), atau fungsi kompleks (kognitif, emosional) secara lokal atau
umum.
E. PEMILIHAN OBAT (Dipiro, 2017)
1. Pemilihan Obat Berdasarkan Jenis Seizurenya
Tipe Seizure Obat Lini Pertama Obat Alternatif Keterangan
Seizure Parsial
US Guideline Dewasa Dewasa FDA Approved
Karbamazepin Karbamazepin
Gabapentin Lakosamid
Okskarbazepin Fenobarbital
Fenobarbital Fenitoin
Fenitoin Topiramat
Topiramat Asam valproat
Asam valproat
ILAE GUIDELINE Dewasa Dewasa Obat potensial
Karbamazepin Gabapentin Karbamazepin
Fenitoin Lamotrigin Primidon
Asam valproat Okskarbazepin
Levetirasetam Fenobarbital
Zonisamid Topiramat
Vigabatrin

Anak Anak Obat potensial


Okskarbazepin Fenobarbital Klonazepam
Fenitoin Klobazam
Asam valproat Lamotrigin
Karbamazepin Vigabatrin
Topiramat Zonisamid

Usia Lanjut Usia Lanjut Obat potensial


Gabapentin Karbamazepin Topiramat
Lamotrigin Asam valproat
Karbamazepin
Absence Seizure
Lamotrigin Levetrirasetam
Etosuksimid
Tonic-Clonic Seizure
Fenitoin Lamotrigin

Karbamazepin Topiramat

Asam valproat Fenobarbital

Pirimidon

Okskarbazepin

Levetrirasetam
Myoclonic Seizure
Asam valproat Lamotrigin

Klonazepam Topiramat
Felbamat
Zonisamid
Levetrirasetam

2. Profil Obat
Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Peringatan Keterangan
Karbamazepin Semua jenis Gangguan Gangguan hati, Konseling Pasien:
(Bamgetol, epilepsi kecuali konduksi AV, gangguan ginjal,  Jangan
menghentikan
Tegretol, Teril) petit mal riwayat depresi ibu hamil dan
pengobatan tanpa
sumsum menyusui sepengetahuan
dokter, dan
tulang, porfiria
penurunan dosis
dilakukan secara
bertahap.
 Karbamazepin
sebaiknya diminum
bersamaan dengan
makanan untuk
menghindari mual
dan muntah.
 Sediaan kapsul
sustained release
dapat dibuka dan
ditaburkan diatas
makanan.
Gabapentin Terapi Untuk usia
(Neurotin) tambahan lanjut dan
untuk epilepsi pasien dengan
parsial dengan gangguan ginjal
atau tanpa harus dilakukan
kejang, epilepsi penyesuaian
umum yang dosis.
tidak dapat
dikendalikan
dengan
antiepilepsi
lain.
Lamotrigin Pengobatan Selama
(Lamictal) monoterapi penggunaan
dan terapi obat harus
tambahan dilakukan
untuk epilepsi pemantauan
parsial dan fungsi ginjal dan
epilepsi umum hati. dapat
tonik-klonik. menyebabkan
demam,
influensa,
mengantuk,
ruam pada
konsumsi bulan
pertama.
Okskarbazepin Epilepsi umum, Pasien dengan Wanita hamil Konseling Pasien:
(Tripletal) tonik-klonik kondisi dan menyusui. hati-hati saat
primer dan Blokade AV Diperlukan mengemudi dan
epilepsi parsial. pemantauan menjalankan mesin
kadar natrium karena dapat
dalam serum, menyebabkan kantuk.
alergi silang
dengan
karbamazepin.
Fenobarbital Fenobarbital: Depresi Usia lanjut, Konseling Pasien:
semua jenis
dan Primidon pernafasan gangguan fungsi Minumlah primidon
epilepsi kecuali
(Mysoline) petit mal, berat, porifiria hati dan ginjal, setiap hari secara
status
depresi rutin pada interval
epilepticus.
pernafasan, waktu yang telah
Primidon:
hamil, ditentukan dokter
semua jenis
epilepsi kecuali menyusui. supaya kadar obat
petit mal
yang memadai dalam
tubuh dalam rentang
terapeutik.
Fenitoin Semua jenis Dapat Tidak boleh dilakukan
(Dilantin, epilepsi kecuali menyebabkan penghentian obat
Phenilep, petit mal. ginggival pada secara mendadak.
Zentropil) anak.
Pasien dengan
Gangguan hati,
ibu hamil dan
menyusui butuh
perhatian
khusus.
Asam valproat Semua jenis Pasien dengan Penyakit hati, hindari pemutusan
(Depakote, epilepsy riwayat gangguan ginjal, obat secara
Depakene, disfungsi hati ibu hamil dan mendadak.
Leptilan) berat dalam menyusui.
keluarga,
porfiria.
3. Efek Samping Obat
Efek Samping Bergantung
Nama Obat Idiosyncratic Efek Samping Kronik
pada Konsentrasi
Karbamazepin Diplopia, pusing, Diskrasia darah, Hiponatremia, gangguan
mengantuk, mual. ruam metabolisme tulang
(mempengaruhi kadar
vit D dan serum kalsium)
Gabapentin Pusing, kelelahan, sangat Edema pedal Bertambahnya berat
mengantuk, ataksia badan
Lamotrigin Diplopia, pusing, sakit Ruam
kepala.
Okskarbazepin Sedasi, pusing, ataksia, Ruam Bertambahnya berat
mual. badan
Fenobarbital Ataksia, hiperaktivitas, Diskrasia darah, Perubahan perilaku,
sakit kepala, sedasi, mual, ruam gangguan jaringan ikat,
ataksia. intellectual blunting,
gangguan metabolisme
tulang, perubahan
mood.
Fenitoin Nistagmus, perubahan Ruam, reaksi Perubahan jaringan ikat,
perilaku, pusing, sakit imunologi penebalan kulit,
kepala, inkoordinasi, defisiensi asam folat,
sedasi, kelelahan, gingival hipperlasia,
gangguan kognitif, visual hirsutism, jerawat,
blurring gangguan metabolisme
tulang, sedasi
Primidon Perubahan perilaku, sakit Diskrasia darah, Perubahan perilaku,
kepala, mual, sedasi, ruam gangguan jaringan ikat,
pandangan kabur gangguan kognitif,
sedasi
Asam Valporat Gangguan GI, sedasi, Gagal hati akut, Polycystic ovary-like
Syndrome,
unsteadiness, tremor, pankreatitis akut, bertambahnya berat
trombositopenia, alopesia. badan,
kebutaan permanen hiperammonemia,
gangguan siklus
menstruasi.

4. Dosis Penggunaan Obat


Rentang Dosis atau Dosis
Nama Obat Dosis Awal
Maksimal
Karbamazepin 400mg/hari 400 – 2400 mg
Gabapentin 300 – 900 mg/hari 4800 mg
Lamotrigin 25 mg jika dalam VPA, 100 – 150 mg jika dalam VPA,
25 – 50 mg/hari jika 300 – 500 mg jika tidak
tidak dalam VPA dalam VPA
Oksakarbazepin 300 – 600 mg/hari 1200 – 2400 mg
Fenobarbital Akut seizure: 100 – 300
mg saat malam
Status epileptikus: 200
– 600 mg.
Primidon 125 mg 750 – 1500 mg (dewasa)
Fenition 3-4 mg/kg/hari atau 200-500 mg/hari
150-300 mg/hari
Asam Valporat 15mg/kg (500 – 1000 60 mg/kg (3000 – 5000 mg)
mg)

Anda mungkin juga menyukai