Anda di halaman 1dari 3

Kasus E-KTP

Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling fenomenal. Kasus
yang menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto ini telah bergulir sejak
2011 dengan total kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.

Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas kasus ini dan hingga kini
ada 8 orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kasus korupsi e-KTP adalah kasus korupsi di Indonesia terkait pengadaan Kartu Tanda
Penduduk elektronik (e-KTP) untuk tahun 2011 dan 2012 yang terjadi sejak 2010-an. Kasus ini
diawali dengan berbagai kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang tender proyek e-KTP
sehingga membuat berbagai pihak seperti Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), Government Watch, pihak kepolisian, Konsorsium Lintas Peruri dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menaruh kecurigaan akan terjadinya korupsi. Sejak itu KPK
melakukan berbagai penyelidikan dan investigasi.

Melalui bukti-bukti yang ditemukan dan keterangan para saksi, KPK menemukan fakta bahwa
negara harus menanggung kerugian sebesar Rp 2,314 triliun. Setelah melakukan berbagai
penyelidikan sejak 2012, KPK akhirnya menetapkan sejumlah orang sebagai tersangka korupsi,
beberapa di antaranya pejabat Kementerian Dalam Negeri dan petinggi Dewan Perwakilan DPR.
Mereka adalah Sugiharto, Irman, Andi Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan Setya
Novanto. Selain itu, KPK juga menetapkan Miryam S. Haryani sebagai pembuat keterangan
palsu saat sidang keempat atas nama Sugiharto dan Irman dilaksanakan.Penetapan tersangka oleh
KPK dalam kasus ini pertama kali dilakukan pada 22 April 2014 atas nama Sugiharto sementara
sidang perdana atas tersangka pada kasus ini digelar pada 9 Maret 2017.

Dalam perjalanannya, para pihak berwenang dibuat harus berusaha lebih giat dalam menciptakan
keadilan atas tersangka Setya Novanto. Berbagai lika-liku dihadapi, mulai dari ditetapkannya
Setya Novanto sebagai tersangka, sidang praperadilan, dibatalkannya status tersangka Novanto
oleh hakim, kecelakaan yang dialami Novanto bahkan hingga ditetapkannya ia lagi sebagai
tersangka. Perkara ini juga diselingi oleh kematian Johannes Marliem di Amerika Serikat yang
dianggap sebagai saksi kunci dari tindakan korupsi. Untuk kepentingan pengembangan kasus
atas tewasnya Marliem, KPK pun melakukan kerja sama dengan FBI.

Perkembangan kasus e-KTP yang terjadi di era digital membuat kasus ini mendapatkan sorotan
dari para warganet. Dalam beberapa kesempatan, para warganet meluapkan ekspresi mereka
terkait kasus korupsi e-KTP dengan menciptakan trending topic tertentu di Twitter dan membuat
meme di media sosial dengan sasaran ditujukan kepada Setya Novanto. Tak hanya media
nasional, media asing seperti AFP dan ABC juga turut memberitakan perkara ini, terutama
terkait keterlibatan Setya Novanto.
HUKUMAN TERSANGKA

Sugiharto

Atas tindakannya dalam merugikan negara sebesar Rp 2,314 triliun dan terbukti menerima uang
sebesar USD 200 ribu dari Andi Narogong, Sugiharto dijatuhi hukuman oleh majelis hakim
berupa kurungan penjara selama 5 tahun dan denda sebesar Rp 400 juta subsider 6 bulan
kurungan penjara. Selain itu, Sugiharto juga wajib membayar uang pengganti senilai USD 50
ribu dikurangi USD 30 ribu serta mobil honda jazz senilai Rp 150 juta dalam rentang waktu satu
bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Harta benda Sugiharto akan disita jika ia tidak
membayarnya. Jika tidak cukup, harta benda tersebut diganti dengan kurungan penjara selama 1
tahun. Keputusan ini diputuskan oleh Majelis Hakim pada sidang dengan agenda pembacaan
vonis pada 20 Juli 2017. Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada sidang
dengan agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.

Irman

Berdasarkan penyelidikan KPK dan hasil sidang, Irman terbukti menerima uang sebesar USD
300 ribu dari Andi Narogong dan USD 200 ribu dari Sugiharto. Oleh karena itu per 20 Juli 2017
majelis hakim lewat sidang dengan agenda pembacaan vonis memberikannya hukuman berupa
kurungan penjara selama 7 tahun dan membayar denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan.
Di samping itu Irman juga wajib membayar uang pengganti senilai USD 500 ribu dikurangi USD
300 ribu dan Rp 50 juta dalam rentang waktu 1 bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Jika
tidak dipenuhi, harta benda Irman akan disita. Jika masih tak cukup, Irman wajib menggantinya
dengan pidana 2 tahun penjara.Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK
pada sidang dengan agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.[18][99]

Andi Narogong

Andi dijuluki 'Narogong' karena memiliki usaha konveksi di Jalan Narogong, Bekasi.[100] Andi
dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan agenda pembacaan tuntutan pada 7
Desember 2017 berupa hukuman penjara selama 8 tahun dan denda sebesar Rp 1 miliar subsider
6 bulan penjara serta wajib membayar uang pengganti senilai USD 2,1 juta. Dengan harapan
dapat meringankan vonis (sidang dengan agenda pembacaan vonis belum dilakukan) yang akan
diputuskan nanti, ia pun berperan sebagai justice collaborator.
Setya Novanto

dijatuhi hukuman 16 tahun penjara, sedikit lebih ringan dari tuntutan yang diajukan jpu. dan
membayar uang pengganti US$7,3 juta dalam kurs terbaru setara dengan lebih dari 101 miliar.
Serta pencabutan hak politik selama 5 tahun. Dan dipenjara di penjara sangat mewah seperti
hotel berbintang lima yang tepat di Lembaga Permasyarakatan (LP) Sukamiskin Bandung

UNDANG UNDANG YANG DILANGGAR

Hal itu membuatnya melanggar Pasal 2 ayat (1) subsider Pasal 3 Undang-Undang tentang
pemberantasan Tipikor Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP

Anda mungkin juga menyukai