Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM 3

KESELAMATAN PASIEN DAN K3 DALAM KEPERAWATAN


“HAZARD FISIK”

Dosen: Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 9

Dinda Amalia Sayyidi 1910913220010 (Edit & Gabung Skrip)

Dwi Wanda Yulianti 1910913220023 (Sumber Materi)

Gusti Akhmad Riqi P. 1910913210031 (Isi Materi)

Muhammad Muzakir 1910913210022 (Edit & Gabung Video)

Muhammad Riza 1910913310011 (Skrip Closing)

Nova Widiyanti 1910913220024 (Isi Materi)

Nurul Izatil Hasanah 1910913320025 (Skrip Opening)

Shofy Aristia Wardani 1910913220029 (Sumber Materi)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
OPENING

Wanda : “Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya


kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Perawat merupakan
salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan. Kesehatan
dan keselamatan perawat perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
komponen pelayanan kesehatan lainnya karena tiap harinya perawat bertemu
langsung dengan pasien dan bahaya-bahaya yang ada dirumah sakit. Salah
satunya yaitu bahaya karena getaran seperti kasus pada artikel ini.”

(Artikel ditampilkan)

“Agar tidak terjadi kasus serupa ada baiknya kita lebih mengenal mengenai
hazard fisik terutama getaran, langsung saja kita dengarkan penjelasannya”

ISI MATERI

Shofy : “Hazard ? Apa itu hazard? Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang berpotensi
menyebabkan kerugian atau kelukaan. Bahaya pekerjaan adalah sesuatu yang
dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik
langsung atau perlahan dari waktu ke waktu. Bahaya pekerjaan adalah faktor-
faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan
berupa potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Riqi : “Hazard masing-masing terbagi beberapa jenis yaitu salah satunya yang akan
kita bahas pada kali ini adalah Physical Hazard (Hazard Fisik), yaitu potensi
bahaya yang disebabkan oleh besaran fisika. Hazard fisik atau bahaya faktor
fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain panas,
kebisingan, penerangan, getaran, radiasi, iklim kerja, gelombang mikro, sinar
ultra violet, dan lain-lain.

Nova : “Lalu bagaimana cara untuk mencegah hazard fisik ?. Dalam lingkungan
kerja, perawat penting untuk mengidentifikasi agents yang berkaitan dengan
pekerjaan dan paparan yang dapat berpotensi sebagai hazard. Dalam hazard
fisik, agents dalam lingkungan kerja seperti radiasi, kelistrikan, tempratur
yang ekstrem, getaran, kebisingan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
trauma jaringan melalui transfer energi dari sumber tersebut.”

Zakir : ”Kemudian kita akan membahas mengenai hazard fisik berupa getaran.
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising, seperti
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus
atau intermitten. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberikan
efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculoskeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkraman dan sakit tulang belakang. Contohnya adalah loaders,
forklift truck, pneumatic tools, chain saws. Getaran yang berlebihan
menimbulkan berbagai macam penyakit pada pembuluh darah, syaraf, sendi,
dan tulang punggung. Lalu berapakah nilai ambang batas getaran yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ?

Zatil : ”Menurut Permenaker (2011) nilai ambang batas (NAB) getaran yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5
meter per detik kuadrat (m/det2). Pada paparan yang repetitif dalam jangka
waktu yang lama akan mengurangi sensitivitas taktil. Ambang batas getaran
yang tidak sesuai dengan ketentuan yaitu melebihi 0,5 meter per detik kuadrat
(m/det2) menyebabkan beberapa gangguan pada pekerja seperti yang kita lihat
pada video berikut

(Video ditayangkan)
Yaitu Hilangnya reflkes motoric, vasospamse yang menyebabkan jari dan
tangan memucat. Getaran berpotensi menimbulkan keluhan low back pain
ketika seseorang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau
lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor
risiko yang signifikan untuk terjadinya low back pain. Selain itu, getaran
dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul
rasa nyeri. Lalu bagaimana upaya yang dapat dilakukan dan pencegahan
pemaparan getaran berlebih yang dapat dilakukan oleh perawat ?

Riza : “Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan


resiko/hazard yang akan terjadi bisa kita liat contohnya di video berikut ini

(Video ditayangkan)

yaitu batasi akses ke tempat isolasi, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan benar, SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang
tidak tertutup dengan APD, petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian
tubuh yang tidak tertutup APD, membatasi sentuhan langsung ke pasien, cuci
tangan sebelum melakukan dan setelah melakukan tindakan, bersihkan
kaki/tangan setelah melakukan tindakan, melakukan pemeriksaan secara
berkala kepada perawat/pekerja, hindari memegang benda yang mungkin
terkontaminasi.

Dinda : “Selanjutnya upaya pencegahan pemaparan getaran berlebih yang bisa


dilakukan pekerja dapat kita lihat pada video berikut

(Video ditayangkan)

yaitu gunakan alat-alat yang bergetar tidak lebih dari 2 jam. Lakukan
pemeriksaan pada alat-alat kerja secara berkala, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari peningkatan getaran yang disebabkan oleh kesalahan atau
pemakaian umum dan menjaga efek getaran pada alat tetap minimum.
Kemudian istirahat 10 menit setiap jam selama menggunakan alat-alat yang
bergetar untuk menghindari paparan getaran secara terus menerus.
Selanjutnya jagalah tangan Anda tetap hangat dan kering serta gunakan sarung
tangan sebelum terpapar getaran. Kemudian letakkan alat-alat yang bergetar di
tempat yang tepat dan operasikan hanya bila perlu dan dengan kecepatan yang
minimum untuk mengurangi paparan getaran. Dan terakhir pastikan Anda
mendapatkan pelatihan dan memahami tentang bahaya getaran dan
pengendaliannya.

CLOSING

Wanda : Baik teman – teman selesai sudah pemaparan singkat dari kami. Jadi dapat
kita ambil kesimpulan bahwa setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus
terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum contohnya yaitu
perawat. Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian atau kelukaan. Bahaya pekerjaan adalah sesuatu yang dapat
menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung
atau perlahan dari waktu ke waktu. Macam-macam Hazard yaitu, Physical
Hazard (Hazard Fisik), Chemical Hazard (Hazard Kimia), Biological Hazard
(Hazard Biologi), dan Egronomic. Mungkin itu saja yang dapat kami
sampaikan, semoga bermanfaat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DOKUMENTASI
SUMBER MATERI

Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya


kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. . Rumah
Sakit adalah tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap
keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum. Perawat merupakan salah satu
tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan. Kesehatan dan
keselamatan perawat perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan komponen
pelayanan kesehatan lainnya karena tiap harinya perawat bertemu langsung
dengan pasien dan bahaya-bahaya yang ada dirumah sakit. [1]

1. Pengertian Hazard
Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian
atau kelukaan. Bahaya pekerjaan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek
negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau perlahan dari waktu
ke waktu. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan
yang dapat mendatangkan kecelakaan. Berupa potensi bahaya yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem
kerja mencakup empat komponen kerja yaitu pekerja, lingkungan kerja,
pekerjaan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja
dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi
kesehatan pekerja. Kerugian kesehatan dapat berupa cidera atau gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. [1]
2. Macam-macam Hazard
OHH (Occupational Health Hazard) adalah potensi bahaya yang
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan seperti Penyakit Akibat Kerja
(PAK). Hazard masing-masing terbagi lagi beberapa jenis yaitu [2]:
a. Physical Hazard (Hazard Fisik), adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh
besaran fisika, contohnya panas, radiasi, kebisingan, cahaya, medan magnet.
b. Chemical Hazard (Hazard Kimia), adalah potensi bahaya yang disebabkan
oleh bahan kimia yang berbentuk padat, cair, dan gas. Contohnya yaitu limbah
B3, HCL, Chlorine, Alkohol, dan lain-lain.
c. Biological Hazard (Hazard Biologi), adalah potensi bahaya yang disebabkan
karena makhluk hidup di sekitar, dalam hal ini di sekitar lingkungan kerja.
Misalnya saja seperti bakteri (Bacilux anthrax, legonila pnemolphila), virus
(Hepatitis B, influenza, HIV/AIDS, SARS, MERS, covid-19), hewan
berbahaya (kalajengking, anjing, ular, serangga, binatang pengerat), jamur,
kuman, parasit, dan lain-lain.
d. Ergonomic, adalah potensi bahaya dari desain lingkungan kerja terhadap
pekerja yang tidak sesuai. Seperti posisi duduk yang salah, ukuran alat,
dimensi ruang kerja. Ergonomic hazard ini terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Fisik: gerakan berulang, kesalahan postur, kesalahan layout, kelebihan
beban.
2) Lingkungan: kurang cahaya, kurang ventilasi, kurang pengendalian
suhu/kelembapan.
3) Psikososial: kekerasan, deikriminasi, siklus istirahat, corporate culture
yang buruk.
3. Hazard Fisik
Hazard fisik atau bahaya faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja
yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja,
gelombang mikro, sinar ultra violet, dan lain-lain. Untuk mencegah hazard fisik
keselamatan kerja dan lingkungan dalam area lingkungan kerja, perawat penting
untuk mengidentifikasi agents yang berkaitan dengan pekerjaan dan paparan
yang dapat berpotensi sebagai hazard. Dalam hazard fisik, agents dalam
lingkungan kerja seperti radiasi, kelistrikan, tempratur yang ekstrem, getaran,
kebisingan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan trauma jaringan melalui
transfer energi dari sumber tersebut. [3]

4. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising, seperti
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan keterampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered
tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal dengan
“Raynaud’s phenomenon” atau “vibration-induced white fingers” (VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberikan efek negatif pada
sistem saraf dan sistem musculoskeletal dengan mengurangi kekuatan
cengkraman dan sakit tulang belakang. Contohnya adalah loaders, forklift truck,
pneumatic tools, chain saws. Getaran yang berlebihan menimbulkan berbagai
macam penyakit pada pembuluh darah, syaraf, sendi, dan tulang punggung. [4]
Menurut Permenaker (2011) nilai ambang batas (NAB) getaran yang
kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar
0,5 meter per detik kuadrat (m/det2). Seperti yang dikatakan oleh Krajnak (2018)
bahwa bahaya terhadap kesehatan yang mungkin terjadi akibat getaran baik
getaran lengan ataupun getaran seluruh tubuh ialah gangguan pada sistem
muskuloskeletal atau dapat disebut dengan (MSDs/Musculoskeletal disorders),
masalah pada vaskular perifer dan gangguan sensorineural, hilangnya refleks
motorik, dan vasospasme yang menyebabkan jari dan tangan memucat. Pada
paparan yang repetitif dalam jangka waktu yang lama akan mengurangi
sensitivitas taktil. Ambang batas getaran yang tidak sesuai dengan ketentuan
yaitu melebihi 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2) menyebabkan beberapa
gangguan pada pekerja seperti hilangnya reflkes motoric, vasospamse yang
menyebabkan jari dan tangan memucat. Pengendalian getaran dapat dilakukan
dengan mendesain ulang peralatan dengan memasangkan peredam getaran, bila
getaran disebabkan oleh mesin besar, gunakan penutup lantai yang bersifat
menyerap getaran dan gunakan alas kaki. [5]
Pajanan getaran dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yaitu sindroma
getaran tangan lengan yang terdiri atas efek vaskuler dan efek neurologis. Efek
vaskuler yaitu pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah parah
pada suhu dingin. Efek neurologis yaitu buku jari ujung mengalami kesemutan
dan baal. Menurut Bonjour el.al dalam Odenwald (2014), getaran ditransmisikan
ke otot-otot yang bekerja dengan mengurangi kapasitas kerja fisik dan
menurunkan kemampuan otot. [6]
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan low back pain ketika seseorang
menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang
memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor risiko yang signifikan untuk
terjadinya low back pain. Selain itu, getaran dapat menyebabkan kontraksi otot
meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri. [7]
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan
resiko/hazard yang akan terjad, seperti [8] :
a)Batasi akses ke tempat isolasi
b)Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar
c)SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup dengan APD
d)Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak
tertutup APD
e)Membatasi sentuhan langsung ke pasien
f)Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
g)Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
h)Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja
i)Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi

Ada beberapa upaya pencegahan pemaparan getaran berlebih yang bisa


dilakukan pekerja di antaranya [8]:
 Mendesain ulang alat-alat yang bergetar untuk meminimalisasi paparan pada
tangan dan lengan. Bila pendesainan ulang tidak memungkinkan, Anda bisa
mengurangi efek getaran dengan cara meredam getaran
(damping). Damping adalah suatu mekanisme untuk meredam getaran dengan
cara menempelkan suatu sistem resonansi pada sumber getaran.
 Gunakan alat-alat yang bergetar tidak lebih dari 2 jam (tergantung nilai
percepatan getaran). Energi yang dipindahkan oleh suatu getaran tergantung
pada lama pemaparan. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai batas
waktu pemaparan getaran tertuang dalam Kepmenaker No: KEP-51/MEN/
1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja.
Nilai percepatan pada frekuensi
Jumlah waktu pemaparan per dominan
hari kerja (m/ det²)

4 jam dan kurang dari 8 jam 4

2 jam dan kurang dari 4 jam 6

1 jam dan kurang dari 2 jam 8

kurang dari 2 jam 12

 Gunakan alat-alat kerja yang tepat untuk setiap pekerjaan. Tujuannya agar
pekerja bekerja lebih efisien, cepat, dan mengurangi paparan getaran pada
tangan dan lengan.
 Lakukan pemeriksaan pada alat-alat kerja secara berkala. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari peningkatan getaran yang disebabkan oleh kesalahan atau
pemakaian umum dan menjaga efek getaran pada alat tetap minimum.
 Pastikan mesin pemotong tetap terjaga ketajamannya. Sebab, alat-alat yang
tumpul akan menimbulkan getaran lebih kuat dibandingkan alat-alat yang
terjaga ketajamannya.
 Lakukan istirahat 10 menit setiap jam selama menggunakan alat-alat yang
bergetar. Pekerja yang menggunakan alat-alat yang bergetar perlu mengambil
waktu istirahat untuk menghindari paparan getaran secara terus menerus.
 Gunakan sarung tangan dengan multi lapisan dan berbahan kenyal (karet,
karet busa, plastik busa, wol) atau menggunakan sarung tangan anti getaran
bila memungkinkan.
 Jagalah tangan Anda tetap hangat dan kering. Bila tangan Anda basah atau
dingin, segera keringkan dan gunakan sarung tangan sebelum terpapar
getaran.
 Hindari memegang alat-alat yang bergetar secara kuat. Semakin kuat
memegang, maka semakin kuat getaran yang disalurkan ke jari-jari dan
tangan. Bila memungkinkan, selain memegang dengan ringan, pekerja bisa
memegangnya dengan posisi tangan bervariasi.
 Letakkan alat-alat yang bergetar di tempat yang tepat dan operasikan hanya
bila perlu dan dengan kecepatan yang minimum untuk mengurangi paparan
getaran.
 Pastikan Anda mendapatkan pelatihan dan memahami tentang bahaya getaran
dan pengendaliannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Minannisa C. Peran Perawat dalam Mencegah Hazard Fisik- Radiasi di Rumah


Sakit 2020. doi:10.31219/osf.io/uk2wn
2. Wibowo, YK., & Mustaqim, FA. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Zerozicks
Mekatronika. Pendidikan Teknik Mekatronika, Universitas Negeri Yogyakarta.
2019.
3. Nies, MA., & Melanie M. Community And Family Health Nursing. Singapore:
Elsevier. 2015.
4. Halajur, Untung. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. Malang: Penerbit Wineka
Media. 2018.
5. Ikhssani, Agung. Bahaya Potensial Fisik pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara VIII Tahun 2019. Preventif: Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 10, No. 2. 2019.
6. Safitri, I., Raharjo, W., & Fitriangga, A. Identifikasi Potensi Bahaya Kerja dan
Pengendalian Dampak di Unit Produksi Palm Kernel Crushing PT. Wilmar
Cahaya Indonesia Pontianak Tahun 2014. Jurnal Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Untan. 2014.
7. Andini, Fauzia. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. Jurnal Majority. Vol.
4, No. 1. 2015.
8. Manik DKS. Analisis Perawat dalam Upaya Pencegahan Hazard 2020.
doi:10.31219/osf.io/jdxrz

Anda mungkin juga menyukai