Oleh
DWIYARKO FEBRI PRABOWO
PPCP 77
Mentor:
KURNIA GUSNADI S.
i
HALAMAN PERSETUJUAN MENTOR
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Sistem Monitoring Distribusi
Readymix Pada Proyek Pembangunan 1000 Unit Lodgement Ain Defla-Aljazair.
Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan menjadi
pegawai organik melalui Program Penerimaan Calon Pegawai PT Wijaya Karya
(Persero), Tbk.
Dalam menyelesaikan tugas akhir makalah ini banyak hambatan yang dihadapi
penulis, namun berkat saran, kritk dan dorongan semangat dari berbagai pihak,
Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan. Berkaitan dengan hal ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada.
1. Allah SWT yang selalu mencurahkan karunia, rahmat serta hidayah- Nya dan
memberikan pencerahan dalam pengerjaan makalah ini.
2. Kedua orang tua, calon istri dan semua keluarga penulis yang selalu memberikan
dorongan motivasi dan do’a dalam masa On Job Training selama ini.
3. Bapak Kurnia Gusnadi S. selaku Mentor dan Manager Proyek di Proyek 1000 unit
Lodgement Ain Defla, Aljazair yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis sampai makalah ini terselesaikan.
4. Bapak Aminnudin jading selaku Kasie ENG yang telah membantu penulis dalam
mendapatkan data-data proyek Lodgement 1000 unit Ain defla.
5. Semua rekan kerja di Departemen Luar Negeri dan semua rekan kerja yang berada
di proyek 1000 unit Logement ain Defla aljazair.
6. Rekan-rekan PPCP angkatan 77 seperjuangan.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat berguna dan menjadi bekal
untuk diterapkan dalam lingkungan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk.
iv
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi terlaksananya pekerjaan yang
lebih baik lagi di kemudian hari dan dapat memberi manfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan.
v
DAFTAR ISI
2.5 READYMIX................................................................................................... 9
vi
3.1 DATA PROYEK ........................................................................................ 11
vii
4.1 TINJAUAN UMUM .................................................................................. 30
6.2 SARAN....................................................................................................... 43
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi Proyek
1
atau alat yang dibutuhkan beserta rencana pemakaiannya dan tim pengadaan mengadakan
sesuai pemesanan yang dibuat. Sama halnya untuk material Readymix dimana kebutuhan
pemesanaan dimulai dari pembuatan SP3 selanjutnya diproses untuk diadakan. Pada proyek
1000 unit Lodgement ini baching plant yang digunakan adalah on site yang artinya baching
plant ada di area lingkungan proyek.
Untuk area proyek yang mempunyai wilayah yang luas seperti di proyek Ain Defla,
sistem pemesanan beton tidak bisa semudah hanya pesan dan antar, perlu adanya rencana
untuk mengatur dan memonitoring pemesanan Readymix agar supply Readymix dapat terarah
dan tidak banyak terjadi miss komunikasi dilapangan, Permasalahan mulai akan terjadi ketika
produksi sudah berjalan dengan schedule yang ketat dan banyak area produksi (Zone) berjalan
secara bersama-sama, potensi masalahnya adalah akan banyak miss order untuk Readymix
serta penggunaan material beton yang tidak terkendali yang dapat menyebabkan potensi
kehabisan material di baching plant dan akibatnya schedule dapat tidak terealisasi sesuai
dengan rencana, karena dapat diketahui saat ini untuk area proyek di Aljazair pengadaan
material pendukung seperti agregat dan semen membutuhkan waktu untuk proses
pengadaannya.
Oleh karena itu alur sistem di proyek 1000 unit Lodgement ini akan dimulai dari
Engineering membuat sistem sequence TC (Tower Crane) dimana alat dan material mulai
direncanakan baik dari segi volume dan schedule penggunaannya, setelah itu data kebutuhan
akan dilock sebagai rencana dan di pegang oleh tim pengadaan, untuk selanjutnya diproses
dan dipesan sesuai kebutuhan realisasi lapangan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat metode Tunnel Formwork yang dipilih sebagai
salah satu metode percepatan dalam proyek ini mempunyai siklus yang cukup cepat (< 3 hari),
yang artinya pemenuhan kebutuhan material Readymix menjadi critical line untuk memenuhi
schedule produksi dari proyek 1000 unit lodgement Ain defla.
2
1.4 TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Distribusi Readymix dapat termonitor secara real time dan tepat dalam proses
pengirimannya.
2. Untuk mengetahui biaya, mutu, waktu dan resiko yang terjadi dengan
menerapkan Sistem Monitoring ini pada Proyek 1000 Unit lodgement Ain defla
3. Sistem nantinya dapat menjadi early warning untuk material apa yang harus segera
diadakan guna mendukung kebutuhan produksi Readymix.
3
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
4
1.8 METODOLOGI PENULISAN MAKALAH
Dalam penyusunan makalah ini, penulis melakukan pendekatan yang digunakan
untuk menunjang dalam ketersediaan data dan proses analisis data dengan menjalakan
beberapa metode sebagai berikut:
1. Melakukan wawancara dan observasi dengan bagian pengadaan mengenai penyuplaian
Readymix
2. Melakukan wawancara dan observasi dengan bagian Engineering mengenai Schedule
Sequence Tower Crane pada project.
3. Melakukan wawancara dan observasi dengan bagian komersial mengenai pemilihan
vendor dan proses pemesanan persediaan.
4. Pengumpulan dan pengolahan data yang dibutuhkan dalam proses analisis makalah.
5. Melakukan analisis atas data yang dikumpulkan sebagai dasar pembahasan
permasalahan yang dikaji di dalam makalah ini.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Ling Li (2007), rantai pasok merupakan sekumpulan aktivitas dan keputusan
yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transoprtasi,
pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat
didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi
memenuhi kebutuhan konsumen.
6
lainnya dan menemukan cara untuk mengurangi pengeluaran operasional dan penjualan atau
dengan perkataan lain bagaimana mengelola rantai pasok agar dapat responsive sekaligus
efisien.
2.2 PROCUREMENT
Kegiatan pengadaan adalah usaha untuk mendapatkan barang berupa material dan
peralatan dan atau jasa (subkontraktor) dari pihak luar untuk proyek. Kegiatan pengadaan
atau pembelian dan subkontrakting dapat dilakukan setelah lingkup proyek ditentukan dan
dijabarkan pada detail engineering sehingga akan terlihat jenis dan jumlah material serta
peralatan yang diperlukan untuk pembangunan proyek. Untuk pengadaan jasa meliputi
kegiatan-kegiatan subcontracting, seperti pemaketan pekerjaan, proses pemilihan sampai
penunjukan, perencanaan pekerjaan, serta koordinasi dan pengendalian pekerjaan
subkontraktor. Berikut ini tahapan proses pekerjaan pada fase procurement.
Gambar 2.1 Tahapan Proses pekerjaan pada fase Procurement (Radian Z.Hosen, 2006)
Terjadinya aktifitas yang overlapping pada siklus proyek merupakan tanda terjadinya
interaksi antara fase engineering dengan fase procurement yang salah satu bentuknya adalah
aktifitas vendor data. Oleh karena itu penting untuk engineering mengeluarkan
(menginformasikan) data-data pendukung proyek seperti Schedule pekerjaan, gambar dan
metode kepada bagian Procurement untuk memastikan project dapat berjalan sesuai dengan
apa yang direncanakan.
7
2.3 Alur Proses Pengadaan Sesuai SMW
Alur proses dapat diuraikan menjadi sebagai berikut :
1. Pelaksana (Produksi) melihat akan kebutuhan material untuk suatu proses konstruksi,
kemudian membuat form Surat Permintaan Proses Pengadaan (SP3) dan mengajukannya
ke Komersial.
2. Komersial akan memverifikasi SP3 dari Pelaksana dan apabila disetujui maka akan
diajukan kembali ke Danlat.
3. Danlat kemudian membuat Surat Pesanan Barang (SPB) setelah menerima SP3 dari
Komersial. SPB dikirimkan ke Supplier.
4. Supplier kirim barang sesuai SPB. Jumlah material yang dikirim dapat secara
keseluruhan maupun sebagian (parsial) dan harus disertai dengan surat jalan.
5. Saat material tiba di Proyek, maka material tersebut harus dicek terlebih dahulu oleh
Quality Control (QC). Apabila lolos QC, maka material tersebut diteruskan menuju
Gudang atau zona produksi. QC berhak untuk tidak menerima material baik secara
parsial maupun keseluruhan, apabila material tersebut memang tidak layak untuk
diterima.
6. Material yang masuk ke Gudang atau zona produksi merupakan material yang lolos uji
kualitas oleh QC, oleh sebab itu Gudang pun wajib untuk melakukan cek kuantitas,
apakah jumlah material sudah tepat dan benar sesuai dengan surat jalannya. Setelah
Gudang melakukan cek kuantitas, maka Gudang membuatkan Berita Acara Penerimaan
Barang (BAPB) sebagai bukti bahwa material telah diterima dengan benar oleh bagian
Gudang.
8
Gambar 2.2 Tunnel Formwork
Namun konsekuensi menggunakan metode ini membutuhkan ketepatan dalam hal kordinasi
antar lini tim management baik itu Engineering, Procurement dan Produksi. Readmix adalah
salah satu yang memegang kunci untuk kecepatan produksi, karena ketika pengiriman
readymix terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam schedule sequence
tunnel formwork.
2.5 READYMIX
Readymix adalah istilah beton yang sudah siap digunakan tanpa perlu lagi pengolahan
di lapangan atau lokasi proyek. Metode konvensional atau yang biasa kita sebut dengan
sitemix adalah beton yang diolah dilapangan menggunakan mesin molen. Penggunaan
Readymix dapat mempercepat pekerjaan, menghemat waktu dan kualitas beton terjaga karena
pengolahannya menggunakan sistem komputerisasi.
Dimana tempat pembuatan Readymix disini disebut Batching Plant. Ada berbagai
macam jenis batching plant yang digunakan pada proyek-proyek. Umumnya adalah proyek
membeli/memesan readymix dari supplier yang batching plantnya berada di luar site project.
Namun ada juga beberapa project yang menggunakan batching plant on Site yang artinya
Batching Plant berada satu wilayah di dalam lingkungan project itu sendiri. Guna membantu
/mempersingkat waktu tempuh dalam pengiriman readymix ke zona produksi project, satu
hal syarat yang harus dipenuhi oleh project untuk mengaplikasikan batching plant on site
adalah project wajib memiliki lahan yang kosong dan cukup untuk menginstal batching plant
itu sendiri.
9
2.6 Desain Sistem
Sistem nantinya harus dirancang untuk memenuhi spesifikasi informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan(proyek) khususnya untuk manajemen informasi monitoring
Readymix. Dengan demikian, pertimbangan utama dalam merancang sistem adalah
keseimbangan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi
tersebut. Agar efektif, laporan yang disajikan oleh sistem harus dibuat secara tepat waktu,
jelas dan konsisten. Laporan yang disajikan dengan pengetahuan dan kebutuhan pemakai agar
dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.
Desainer (perancang) sistem harus memiliki pengetahuan untuk membedakan sistem
metode pemrosesan data baik pemrosesan data secara manual maupun dengan menggunakan
komputerisasi. Kemampuan untuk membedakan pemrosesan transaksi secara manual dan
komputer cukup penting, karena pada organisasi bisnis tertentu tidak semua transaksi dapat
diproses dengan komputer
2.7 SMARTSHEET
Suatu program berbasis online shared berbentuk seperti program microsoft Excel
namun dengan interface yang lebih baik. Smartsheet dapat diakses dengan mudah dan juga
terdapat di android app maupun app store. Pada dasarnya smartsheet sudah sering digunakan
oleh perusahaan retail seperti Circle K dan sebagainya, karena mereka sering berhubungan
dengan sistem suplly chain dimana barang yang sama dan setipe harus didistribusikan ke
banyak lokasi. Oleh karena itu karena melihat distribusi beton yang terjadi di Proyek ini
mempunyai karakteristik yang sama, maka Dalam makalah ini penulis mengunakan
Smartsheet, penulis melihat potensi kemudahan yang akan diberikan oleh program ini sebab
tampilan nantinya cukup mudah dimengerti oleh orang kebanyakan. Pada dasarnya
Smartsheet sama konsep interfacenya seperti MS EXCEL maupun MS Project, sehingga
penulis dapat membuat template dan tampilan yang nantinya dapat dimengerti oleh orang
kebanyakan. Sistem informasi nantinya akan memberikan akses penuh hanya kepada
Pengadaan dan Engineering. Sistem informasi juga nantinya akan diberikan kepada Batching
plant sehingga dapat memberikan informasi pasti kapan harus mengirimkan Readymix ke site
project sesuai Zona yang ditentukan dalam waktu singkat.
10
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kondisi proyek 1000 unit lodgement Ain Defla mempunyai karakteristik proyek yang luas
dan terbagi menjadi beberapa ILOT(Blok), dimana detail ILOT adalah sebagai berikut:
1. ILOT 1 = TOWER 1 dan 2
2. ILOT 2 = TOWER 3, 4, dan 5
3. ILOT 3 = TOWER 6, 7 dan 8
4. ILOT 4 = TOWER 9, 10, 11, 12, 13 dan 14
5. ILOT 5 = TOWER 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan 22
6. ILOT 6 = TOWER 23, 24, 25 dan 26
7. ILOT 7 = TOWER 27, 28,29, 30, 31, 32, 33 dan 34
11
8. ILOT 8 = TOWER 35 dan 36
BP
ILOT 6 ILOT 7
ILOT 8
Jarak antar ILOT yang cukup berjauhan memberikan potensi masalah dalam proses order
Readymix.
12
3.2.1 Sequence TC 1
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 8 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang pertama adalah sebagai berikut:
1. TC 1A = 23, 24, 25 dan 26
2. TC 1B = 31, 32, 33 dan 34
TC 1A TC 1B
3.2.2 Sequence TC 2
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 6 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang kedua adalah sebagai berikut:
1. TC 2A = 27, 28, 29 dan 30
2. TC 2B = 35 dan 36
13
TC 2A
TC 2B
3.2.3 Sequence TC 3
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 8 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang ketiga adalah sebagai berikut:
1. TC 3A = 19, 20, 21 dan 22
2. TC 3B = 9, 10, 11 dan 12
TC 3B
TC 3A
3.2.4 Sequence TC 4
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 6 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
14
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang keempat adalah sebagai berikut:
1. TC 4A = 15, 16, 17 dan 18
2. TC 4B = 7 dan 8
TC 4B TC 4A
3.2.5 Sequence TC 5
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 4 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang kelima adalah sebagai berikut:
1. TC 5A = 4 dan 5
2. TC 5B = 1 dan 2
TC 5B TC 5A
3.2.6 Sequence TC 6
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 2 tower sekaligus dengan
2 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
15
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang keenam adalah sebagai berikut:
1. TC 6A = Tower 3
2. TC 6B = Tower 6
TC 6A TC 6B
3.2.7 Sequence TC 7
Pada sequence TC ini akan gedung yang dikerjakan adalah 2 tower sekaligus dengan
1 tower crane yang berbeda. Sistem tunnel formwork yang digunakan berjumlah 2 set,
dimana 1 set nya untuk penggunaan 1 lantai per gedung. Tower yang masuk di
Sequence yang ketujuh dimana sebagai sequence TC terakhir adalah sebagai berikut:
TC 7 = Tower 13 dan 14
TC 7
17
3.4 Perencanaan Perancangan Sistem Monitoring
Perancangan sistem harus memiliki aspek yang perlu ditinjau terlebih dahulu agar fungsinya
nanti menjadi lebih jelas. Aspek-aspek yang harus ditinjau tersebut yaitu:
a. Ruang lingkup batasan sistem
b. Tujuan dari sistem atau outputnya
c. Pengguna dari sistem
18
dimulai dari engineering membuat grand desain Sequence of TC di masing-masing Zona
produksi, lalu tim produksi membreakdown schedule menjadi schedule mingguan lalu
melakukan pemesanan Beton ke bagian Pengadaan dan tim pengadaan meneruskan
pemesanan Readymix ke suplier setelah disetujui oleh KA KOM dan MP, persediaan masuk
ke Proyek, kemudian dicek oleh QC/QA dan Gudang membuatkan BAPB dan
meneruskannya ke Danlat. Sistem dibuat menggunakan Program yang berbasis Online,
bernama Smartsheet, dimana hasil template nantinya akan dapat digunakan secara online dan
bisa dipantau secara real time oleh pihak-pihak terkait. Sistem juga akan dibuat terbatas
aksesnya, artinya ssitem hanya dapat diakses penuh oleh ENG dan KOMDAN, sebagai
Admin utama, dan Pihak lain hanya mendapatkan akses limited, yang artinya hanya bisa
mereview data atau menyetujui proses pendatangan Readymix.
Sequence TC
Pada bagian ini penulis membuat template sistem agar mudah dimengerti semua pihak karena
pada dasarnya Smartsheet mempunyai konsep dasar yang sama dengan MS Excel, sehingga
diharapkan kedepannya dapat mudah dimengerti oleh semua pihak yang terlibat baik itu
Engineering, Procurement dan produksi, serta baching plant sendiri sebagai supplier
(pemasok) Readymix.
20
Kebutuhan material pendukung
21
1
2 3
22
Dalam tahap ini akan dipilih kriteria sebagai berikut:
1. PELUT : Akses Editor cannot share sehingga hanya dapat menginput data kebutuhan
Readymix di kolom permintaan dan tanggal permintaan, Pelut juga wajib mengisi
Volume Realisasi untuk Evaluasi volume Design apakah loss atau tidak.
2. KA KOM : Akses Editor cannot share, sehingga hanya dapat menyetujui status
persetujuan pengiriman readymix di sistem.
3. Pengadaan : Akses Editor cannot share, sehingga hanya dapat menyetujui status
persetujuan pengiriman readymix di sistem.
4. MP : Akses Editor cannot share, sehingga hanya dapat menyetujui status
persetujuan pengiriman readymix di sistem.
5. Batching Plant : Akses View, sehingga pihak batching plant hanya bisa memview
kapan Readymix dikirim dan bisa dijadikan acuan pendatangan material pendukung
sesuai Jobmix dan kebutuhan produksi.
23
Diisi oleh PELUT
24
3.6.2 Alur Proses Sistem Monitoring Readymix
NO
Dari diagram alur ini terlihat bahwa sistem memperlihatkan bahwa pengendalian awal ada di
Engineering lalu sistem SP3 manual di kolaborasikan dengan sistem smarsheet online
sehingga waktu pemrosesan dapat diminimalisir (dipersingkat) menjadi lebih cepat, terutama
untuk proses persetujuan, karena sistem monitoring bersifat online sehingga dapat dipantau
dimana saja.
Diisi
pengadaan indikator
setelah persetujuan
disetujui K.
KOm
25
Informasi Batching Plant disini berupa jumlah material yang perlu diadakan untuk
mendukung volume pengecoran yang telah di pesan, volume diinput adalah volume yang
telah disetujui dan siap dikirim, admin menginput volue tersebut dan menshare ke pihak
batching plant..
Gambar 3.19 ADMIN input volume yang dipesan di tabs material request
Material yang diperlukan untuk diadakan oleh Batching Plant, status sistem hanya bisa di
view oleh Suplier sehingga mereka dapat mengalokasikan kapan diadakan kembali tanpa
mengganggu siklus produksi.
Gambar 3.20 Hasil volume yang dibutuhkan untuk Persiapan Batching Plant
26
3.7 Analisis Biaya, Mutu dan Waktu
Sistem yang dioperasiakan secara online ini nantinya akan menjadi sarana untuk
mengendalikan jalannya proses alur distribusi readymix dengan tetap melihat aspek BMW
(Biaya, Mutu dan Waktu).
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diambil kesimpulan ketika durasi Respon dengan
menggunakan metode Paper Based dapat menyumbang keterlambatan produksi sebesar Rp
200,000,000.-, hal ini berbeda dengan sistem online yang bersifat realtime, dapat memangkas
durasi respon sebanyak 90% sehingga mencegah keterlambatan produksi diproyek. Hal ini
juga menegaskan bahwa sistem online nantinya dapat menjadi pengaman untuk bagian
pengadaan agar tidak menjadi penyumbang keterlambatan progress selama proyek berjalan
khususnya dalam tahap pengadaan Readymix.
27
3.7.2 Aspek Mutu
Proses pengendalian dengan menggunakan sistem monitoring online ini dapat
memberikan dampak mutu untuk proyek dimana dilihat dari tingkat efisiensi yang diberikan
dalam kecepatan prosesing data pemesanan yang memangkas jalur birokrasi. Mutu yang
diberikan sistem dalam kemudahan akses dan monitoring database pemesanan yang lebih
teratur, dimana saat sistem konvensional(paper based) mempunyai kelemahan dalam
processing yang panjang dan tidak efisien yang mepunyai gambaran pemesanan: PELUT-
DAN-KOM-MP-DAN, yang dionline dapat dipangkas menjadi: PELUT-KOM-MP-DAN.
Effisiensi proses ini menjadi keunggulan mutu tersendiri untuk Sistem monitoring yang
dibuat. Kemudahan dalam tracking material beton yang telah dikeluarkan dan telah terpasang
juga menjadi keunggulan dari mutu sistem itu sendiri, database juga tidak mudah hilang dan
terdata dengan baik. Selain itu sistem juga menyediakan integrasi media informasi untuk
pengendalian Job mix dimana dalam template JOB mix design informasi pemesanan
readymix dikomulatifkan perminggu dan input oleh admin yang kemudian mempunyai output
kebutuhan material yang dibutuhkan lalu diinformasikan ke batching plant guna menjadi
informasi tambahan untuk pengadaan material pendukung agar mutu yang dipesan tetap
sesuai dengan desain yang diharapkan.
Berikut tabel perbandingan antara penggunaan Sistem dan paper based:
No Kategori Sistem Smartsheet Paper Based
1 Jalur Prosedur Lebih Ringkas dalam proses Lebih panjang dalam proses
persetujuan: PELUT-KOM- persetujuan: PELUT-DAN-
MP-DAN KOM-MP-DAN
2 Kebutuhan Kertas Mengurangi kebutuhan kertas Masih membutuhkan kertas
(paper less) sebagai media pemesanan
3 Sifat data dan Ringkas serta Mudah ditelusuri Perlu odner kusus dan perlu
penyimpanan dan ditracking pada mode media penyimpanan berkas
History seperti lemari. Data terkadang
sulit untuk ditracking mudah
tercecer.
Tabel 3.3 Perbandingan Mutu
28
3.7.3 Aspek Waktu
Perbandingan antara waktu efisiensi yang diberikan oleh sistem paper based dan
Online dapat terlihat jelas pada waktu yang dibutuhkan untuk memproses satu siklus
pemesanan readymix. Proses paper based yang memakan waktu 2-4 hari dalam proses
pemesanan dapat dipangkas menjadi hanya hitungan menit / maksimal 1 hari dimana hal ini
karena sistem berbasis online dan realtime, sehingga dapat diproses dalam hitungan menit
dilokasi manapun tanpa harus bertatap muka.
Berikut tabel perbandingan antara penggunaan Sistem dan paper based dari segi waktu:
No Kategori Sistem Smartsheet Paper Based
1 Waktu Proses Butuh durasi <1hari dalam satu Butuh durasi 2 - 4 hari dalam
siklus proses satu siklus proses
2 Respon antar Real time dapat dilakukan Perlu waktu dalam distribusi
fungsi respon pada saat data diupdate SP3
Tabel 3.4 Perbandingan Waktu
29
BAB IV
MANAJEMEN RESIKO
Proses identifikasi risiko adalah proses perumusan risiko yang mungkin terjadi.
30
Proses ini ditentukan dengan megidentifikasi pihak yang terlibat dalam penilaian risiko,
penyebab terjadinya risiko dan apa yang mempengaruhi proyek akibat risiko tersebut.
Evaluasi risiko dilakukan setelah teridentifikasi risiko yang mungkin terjadi. Evaluasi
risiko merupakan analisa terhadap besarnya kemungkinan dan akibat dari suatu risiko.
Level risiko terbagi menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
1. Risiko kecil
2. Risiko sedang
3. Risiko besar
4. Risiko sangat besar
Tabel probabilitas risiko, dampak risiko dan matriks analisa risiko masing-masing dapat
dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3 berikut ini:
Departement Project
Degree Description - general Description - Indicative
project frequency
Kecil Terjadi sekali setahun Ada < 10% 1
kemungkinan
tidak terjadi
Sedang Terjadi setiap enam Kemungkinan 10% - 30% 2
bulan kecil terjadi
Besar Terjadi setiap tiga Mungkin terjadi 30-50% 3
bulan
Sangat Terjadi setiap bulan Hampir ≥ 50% 4
Besar dispastikan
akan terjadi
Tabel 4.1 Probabilitas resiko
31
Impact Financial - % cost Project Financial - %
overrun from cost overrun
contract price from
Ringan Masih bias <1%
investment 1
diterima
Malapetaka Eskalasi 5% 4
E = EKSTRIM
T = TINGGI
M = MENENGAH
R = RENDAH
Tabel 4.3 Matriks analisa resiko
32
4.4 Pengendalian Risiko
Upaya pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara menahan risiko (risk
retention), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer) dan
menghindari risiko (risiko avoidance). Pengendalian risiko dilakukan untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya kejadian-kejadian buruk yang dapat ditangani
sebelum terjadinya kejadian (proaktif) dan sesudah terjadinya suatu kejadian
(reaktif).
33
RISK REGISTER
Sistem Monitoring Readymix
34
Rencana Tindak Lanjut
PROAKTIF (sebelum risiko Rencana Tindak Lanjut REAKTIF
Level Batas Waktu Penanggungjawab
Nilai Risiko (apabila risiko terjadi) Sumber daya utk
Level Risiko terjadi) Risiko dalam
Risiko Sebelum RTL melakukan RTL
Sebelum RTL Setelah melakukan
(dlm juta rupiah) Sisa Risiko proaktif
RTL RTL RTL RTL proaktif Responsible Person
35
BAB V
SISTEM MANAJEMEN WIKA
36
2. Prosedur yang menguraikan kebijakan perusahaan dan ringkasan kelompok
proses yang ada dalam pedoman SMW dan menggambarkan penanggung jawab
sesuai organisasi yang berlaku.
3. Dokumen pendukung meliputi Instruksi Kerja, Manual Teknik, Surat Keputusan
Direksi dan / atau Ka Komrah dan Panduan yang merupakan kelengkapan dari
prosedur.
Terdapat dua garis besar kebijakan Sistem Manajemen WIKA yang dicanangkan
Manajemen Puncak yaitu :
1. Kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Risiko, dan Pengamanan WIKA Tujuan dari
kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Risiko dan Pengamanan WIKA adalah agar
setiap individu dapat berkembang terus-menerus dan menghasilkan produk sesuai
bidang tugasnya yang mendukung tercapainya sasaran kinerja di unit kerjanya
maupun keseluruhan Perusahaan WIKA serta mengelola pengamanan.
2. Kebijakan SHE WIKA Tujuan dari Kebijakan SHE WIKA adalah mencegah
terjadinya kecelakaan, penyakit akibat kerja, serta mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya. Sasaran dari kebijakan SHE WIKA
adalah Zero accident, efisiensi penggunaan sumber daya, dan pencegahan
environment incident.
37
5.3.1 Sistem Manajemen Mutu WIKA
Sistem Manajemen WIKA didasari oleh ketentuan ISO 9001 :2008 yang terdiri dari :
1. Prosedur Mandatory sebanyak 4 buah :
a. Prosedur Pengendalian Dokumen dan Rekaman (WIKA-PEM-PM-05.02)
b. Prosedur Audit Internal (WIKA-PEM-PM-04.01)
c. Prosedur Catatan Penyimpangan Permintaan Tindakan Korektif dan Preventif
(WIKA-PPE-PM-01.01)
d. Prosedur Umum Pelaksanaan Tinjauan Manajemen PT Wijaya Karya
(Persero)Tbk (WIKA-PPE-PM-02.01)
2. Prosedur, Instruksi Kerja, Surat Keputusan Direksi dan/atau Ka Komrah dan
kebijakan Perusahaan
3. Penanggung Jawab yang ditunjuk (Tim Pengembangan Sistem Manajemen).
4. Dokumen referensi atau standar resmi.
38
d. Prosedur Penyelidikan (Investigasi) Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja danLaporan Kinerja SHE (WIKA-PEM-PM-03.11)
e. Prosedur Permintaan Tindakan Korektif dan Preventif (WIKA-PPE-PM-01.01)
39
5.4 PROSEDUR WIKA YANG TERKAIT PENYUSUNAN MAKALAH
5.4.1 Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Proyek (No.dok WIKA-DAN-PM-03.01)
Tujuan dari prosedur ini adalah menjadi pedoman bagi PjPU dan PPU dalam
melaksanakan Proses pengadaan pada proyek konstruksi, sehingga Pengadaan pada
proyek konstruksi dapat terkendali dan terukur. Dalam pengendalian suatu proyek di
tahap pengadaan dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam pengendalian biaya dan
waktu untuk proses pengadaan barang dan jasa proyek. Jika terjadi penyimpangan
pada biaya dan waktu ini maka dilakukan analisis dan rencana tindak lanjut.
40
5.4.2 Prosedur Penerimaan, Penanganan material, Pengemasan dan Penyerahan
Produk (No.dok WIKA-KON-PM-06.01)
Tujuan dari prosedur ini adalah menjadi pedoman bagi PjPU dan PPU dalam
melaksanakan Proses pengendalian distribusi barang pada proyek konstruksi,
sehingga distribusi barang pada proyek konstruksi dapat terkendali dan terukur.
Dimana pengendalian melibatkat, pihak KOM, Pelaksana, Gudang dan Pengadaan.
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Proses siklus pengadaan material yang berjalan di proyek selama ini sudah
berjalan dengan baik. Hanya saja, kemungkinan terjadinya risiko kesalahan yang
berkaitan dengan miss komunikasi beda bahasa, keterlambatan proses pemesanaan
material dengan cara konvensional menggunakan manual masih dapat terjadi. Risiko
ini dapat terjadi karena kurangnya sistem pengendalian dalam bidang engineering dan
Pengadaan yang dilakukan secara manual, contohnya saat pembuatan schedule
sequence TC ketika ada perubahan desain volume tim Engineering tidak secara cepat
menginformasikan ke bagian pengadaan dan produksi sehingga terjadi miss
komunikasi untuk pengiriman readymix ke zona produksi yang berdampak pada salah
kirim volume dan lokasi.
Oleh karena itu dengan adanya sistem ini di proyek Ain Defla, membawa dampak
positif pada proyek seperti:
1. Memudahkan monitoring pengiriman readymix, karena dengan sistem akan
mudah dimonitor oleh pihak ENG, KOMDAN dan MP secara online dan real time,
sehingga proses pengiriman readymix dapat terdata dengan baik.
2. Sistem dapat menjadi early warning dimana pihak batching plant dapat
mendatangkan material pendukung sebelum readymix diproses dan dikirim ke
zona produksi, karena kecepatan informasi pemesanan dapat diinformasikan lebih
cepat secara online.
42
3. Sistem dapat membawa aspek Biaya – Mutu – Waktu kepada proyek ain defla
yang dapat dilihat dari:
a. Sisi Biaya dapat menghemat biaya overhead proyek sebesar Rp150,000,000.-
dimana dengan paperbased dapat menimbulkan biaya hingga Rp 200,000,000
setelah mengggunakan sistem menjadi Rp 50,000,000
b. Sisi mutu adalah mudah telusur serta Paperless dan sistem juga dapat menjadi
cara baru untuk mengefisiensi jalur prosedur yang ada selama ini di proyek
dengan memangkas dan memperingkas jalur approval SP3 secara online.
c. Sisi waktu adalah kecepatan proses(siklus) SP3 dapat dipangkas dari 2-4 hari
menjadi hitungan menit (<1hari), kecepatan proses data ini menjadi satu
keunggulan tersendiri untuk menimalisir keterlambatan proyek dari sisi
pengadaan material.
6.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa sistem monitoring ini belum dapat menghilangkan
sepenuhnya kesalahan yang dapat terjadi selama proses penginputan dan juga masih
memiliki banyak kekurangan. Pada perancangan Sistem monitoring berikutnya, masih
banyak yang bisa ditingkatkan, hal-hal tersebut antara lain :
1. Perlu dibuat modifikasi lagi terhadap Sistem monitoring readymix, agar sistem ini
nantinya dapat lebih luas dalam jangkauannya untuk menganalisa dan
memonitoring item pekerjaan yang lain, mengingat kemudahan dalam memonitor
sistem secara online.
2. Diharapkan nantinya sitem dapat dibuat tersendiri dengan bahasa pemrogaman
tersendiri dan dipatenkan dengan mengunakan konsep yang sama sehingga dapat
digunakan di project-project WIKA yang lain.
43
DAFTAR PUSTAKA
WIKA (2018). Data - data proyek Pembangunan 1000 unit Logement Ain Defla.
Aljazair.
Sadeli, M. 2012. Aplikasi Bisnis dengan Access 2010 untuk Orang Awam. Maxikom.
44