Anda di halaman 1dari 30

PUTUSAN SELA

75/Pid.Sus/2021/PN.Jkt.Sel.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Kelas IA yang mengadili perkara-perkara


Tindak Pidana Khusus dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan
putusan sela sebagai berikut dalam perkara Terdakwa:

Nama : Sherlyn Lowrencha

Tempat Lahir : Jakarta


Umur/Tanggal Lahir : 35 (tiga puluh lima) tahun/04 Januari 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : City Park Lantai 10, RT 007/RW 014,
Kelurahan Cengkareng Timur,
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat,
11730
Agama : Kristen
Pekerjaan : Direktur Utama PT Nasional Siber (Perseroan)
Pendidikan : Strata 1 (S-1)

Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Polres Metro


Jakarta Selatan oleh:
1. Penyidik Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, sejak tanggal 8 Februari
2021 sampai dengan tanggal 27 Februari 2021 di Rumah Tahanan Negara
Kelas I Jakarta Selatan;
2. Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 28 Februari
2021 sampai dengan tanggal 29 Maret 2021 di Rumah Tahanan Kelas
Negara I Jakarta Selatan;
3. Penuntut Umum, sejak tanggal 30 Maret 2021 sampai dengan tanggal 18
April 2021 di Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Selatan;
4. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sejak tanggal 19 April
2021 sampai dengan 18 Mei 2021 di Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta
Selatan;

Zayyan Syafiqah, S.H., LL.M., FCBArb. Nadya Frisca S.H., M.H.,


Grenaldus Calvino Vigopang S.H., M.H., Dr. Majolica Ocarina Fae S.H., M.M.,

1
para Advokat pada Kantor advokat CALVINO PARTNERS (“CP”) yang
beralamat di The Energy Building, Lantai 17, Sudirman Central Business District,
Jl. Jend. Sudirman, Kav. 52-53, Jakarta 12940, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
No.15/SK/CP/VII/2021 tertanggal 27 Februari 2021 yang telah didaftarkan pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Semarang dengan Nomor Register Perkara
135/Pid.Sus/Surat.Kuasa/2021/PN.Jkt.Sel. tertanggal 27 Februari 2021.

Pengadilan Tindak Pidana pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan


tersebut;
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara yang bersangkutan;
Telah mendengar pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum dan Nota
Keberatan (eksepsi) Penasihat Hukum Terdakwa serta tanggapan Penuntut
Umum;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan di muka persidangan oleh Jaksa


Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan surat
Dakwaan Nomor Register Perkara PDS-10/Jkt.Sel/04/2021 Tanggal 15 April
2021, telah didakwa sebagai berikut:
KESATU
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA baik pribadi ataupun selaku
Direktur PT Nasional Siber masa jabatan 2016-2021, baik bertindak secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan DOXIN SINAR JAYA selaku
Database Administrator Panik Bank, ANATAZIA NATALIA selaku Wakil Kepala
Staff Administrator Panik Bank, VINARCEL MALAM selaku Network
Administrator Manduduk Bank, dan NESIA TIANA selaku Account Officer
Manduduk Bank yang dilakukan penuntutan secara terpisah. Pada tanggal 10
Mei 2018 sampai dengan 06 Maret 2021 atau pada waktu yang tidak dapat
ditentukan lagi secara pasti atau setidak-tidaknya pada waktu antara bulan Mei
2018 sampai dengan Maret 2021 bertempat di Panik Bank yang beralamat di
Jl. Casablanca, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Jakarta Selatan dan di Manduduk
Bank yang beralamat di Jl. H. R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setia Budi,
Jakarta Selatan, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, telah melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan perbuatan dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun
memindahkan atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen

2
elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. Adapun
perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
− Bahwa PT Nasional Siber merupakan suatu perusahaan penanaman
modal asing yang berbadan hukum dan didirikan oleh Cyber Wealth Group
(yang selanjutnya disebut CWG) dengan akta pendirian nomor 49 tanggal
15-02-2016 yang bergerak di bidang jasa akses internet (Internet Service
Provider) (KLBI1921) dan Aktivitas Konsultasi Komputer dan Manajemen
Fasilitas dan Komputer (KLBI61921) yang beralamat di jalan Kh. Mas
Mansyur, Tanah Abang, Jakarta, 10250, DKI Jakarta;
− Bahwa agar dapat memenuhi persyaratan dalam Pasal 12 Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan
Presiden No. 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup
Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal, Cyber Wealth Group (CWG) menjadikan PT Nasional
Siber (NS) sebagai perusahaan patungan (Joint Venture) dengan Saksi
Febli Tania sebagai Penanam Modal Dalam Negeri;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA merupakan Direktur Utama
PT Nasional Siber periode 2016-2021 yang diangkat berdasarkan Rapat
Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS) tanggal 15 Febuari
2016 dan sesuai dengan Pasal 98 UUPT Anggaran Dasar memiliki
kewenangan sebagai penanggungjawab terhadap seluruh kegiatan PT
Nasional Siber;
− Bahwa saksi Nadhya Rida ditempatkan sebagai Komisaris Utama PT
Nasional Siber, saksi Clarissa Vinella ditempatkan sebagai Direktur
Keuangan PT Nasional Siber, saksi Doxin Sinar Jaya ditempatkan sebagai
Karyawan PT Nasional Siber (NS), saksi Vinarcel Malam ditempatkan
sebagai karyawan PT Nasional Siber, saksi Anastazia Natalia ditempatkan
sebagai karyawan PT Nasional Siber dan saksi Natasia Tania ditempatkan
sebagai karyawan PT Nasional Siber, disamping pekerja-pekerja lainnya
yang semuanya berjumlah kurang lebih 700 (tujuh ratus) orang pekerja;
− Bahwa Panik Bank merupakan Bank Swasta yang didirikan pada 14
Agustus 1971 berkantor pusat di Jln. Casablanca, Menteng Dalam, kec.
Tebet, Kota Jakarta Selatan yang telah beroperasi 49 tahun dan memiliki
nasabah sebanyak 1.321.000 (satu juta tiga ratus dua puluh satu ribu)
nasabah dengan jumlah total aset sebesar Rp.98.664.670.000.000,00
(sembilan puluh delapan trilliun enam ratus enam puluh milliar enam ratus
tujuh puluh juta rupiah);

3
− Bahwa Manduduk Bank merupakan Bank Swasta yang didirikan pada 02
Oktober 1988 berkantor pusat di Jln H.R Rosuna Said, Karet Kuningan,
Setia Budi, Jakarta Selatan beroprasi selama 32 tahun dan memiliki
nasabah sebanyak 746.000 (tujuh ratus empat puluh enam ribu) nasabah
dengan jumlah total aset sebesar Rp 67.234.441.000.000,00 (enam puluh
tujuh trilliun dua ratus tiga puluh empat milliar empat ratus empat puluh
satu juta rupiah);
− Bahwa pada tanggal 09 Januari 2017 Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
mengadakan rapat di kantor pusat PT Nasional Siber yang berlokasi di
Jalan Kh. Mas Mansyur, tanah abang, Jakarta, 10250, DKI Jakarta yang
dihadiri oleh Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastasia Natalia, Saksi
Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana untuk membahas rencana kejahatan
yang ditargetkan pada Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa dalam rapat tersebut Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
menugaskan Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastasia Natalia untuk
melamar sebagai karyawan Staff IT dan Teller pada Panik Bank dan
menugaskan Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana untuk melamar
sebagai karyawan Staff IT dan Teller pada Panik Bank dan Manduduk
Bank;
− Bahwa pada tanggal 05 April 2017 Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi
Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana melamar
sebagai karyawan Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa kemudian pada tanggal 07 April 2017 Saksi Doxin Sinar Jaya,
Saksi Anastasia Natalia diterima sebagai Staff IT dan Teller pada Panik
Bank, dan Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana diterima bekerja
sebagai Staff IT dan Teller pada Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa pada tanggal 07 April 2018 Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi
Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana telah
menempati posisi strategis dalam Panik Bank dan Manduduk Bank untuk
melakukan kejahatan;
− Bahwa Saksi Doxin Sinar Jaya menempati posisi Database Administrator
pada, dan Saksi Anastasia Natalia menempati posisi Wakil Kepala Staf
Administrasi di Panik Bank, sedangkan Saksi Vinarcel Malam menempati
Network Administrator, dan Saksi Nesia Tiana menempati Account Officer
pada Manduduk Bank;
− Bahwa pada tanggal 08 April 2018, Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
mengadakan pertemuan di kediaman Terdakwa yang dihadiri oleh Saksi

4
Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi
Nesia Tiana untuk membahas rencana yang harus dilakukan dan untuk
mengamati situasi lingkungan kantor yang akan dikabarkan melaui gmail;
− Bahwa pada pertemuan tersebut, Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
memerintahkan kepada Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel Malam
untuk mengakses data nasabah bank dan Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA memerintahkan agar Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi
Vinarcel Malam untuk memasukan sejenis aplikasi yang berfungsi sebagai
mata-mata (Spyware) yang akan dihubungkan dengan sistem PT Nasional
Siber;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA menugaskan kepada Saksi
Anatazia Natalia dan Saksi Nesia Tiana untuk menggelapkan dana
nasabah yang disetor dengan cara memalsukan atau memanipulasi data
yang di input ke dalam sistem perbankan;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA juga membentuk satu tim
yang bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang telah diambil
dari sistem Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa karena menduduki posisi sebagai Database Administrator,
Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA memerintahkan Saksi Doxin Sinar
Jaya dan Saksi Vinarcel Malam untuk memasukan applikasi yang
berfungsi sebagai mata-mata (Spyware) kedalam sistem Panik Bank dan
juga Manduduk Bank untuk mengakses data nasabah dan
menghubungkannya dengan sistem PT Nasional Siber;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA menginstruksikan Saksi
Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel Malam untuk melakukan tindakan
kejahatan dari persiapan hingga pemasangan aplikasi spyware pada
sistem panik bank yang kemudian data tersebut dihubungkan dengan
sistem PT Nasional Siber;.
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin Sinar
Jaya dan Saksi Vinarcel Malam juga memberikan laporan mengenai situasi
kondisi panik bank serta laporan mengenai dana yang ada di Panik Bank
dan Manduduk Bank;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin Sinar
Jaya dan Saksi Vinarcell Malam untuk mengambil data nasabah agar
dihubungkan ke PT Nasional Siber untuk diduplikatkan;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin Sinar
Jaya menggunakan Dark Web untuk menjual kartu kredit yang telah di

5
duplikatkan dan meminta Vinarcel Malam untuk membobol Internet
Banking nasabah dan mengambil dana nasabah;
− Bahwa pada bulan September 2018 Saksi Doxin Sinar Jaya berhasil
menduplikat 81.135 kartu kredit dan telah ia jual melalui Dark Web dengan
harga $244,71 USD;
− Bahwa pada bulan September 2018 Saksi Vinarcel Malam berhasil
membobol sebanyak 65.225 Internet Banking nasabah;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA juga memerintahkan kepada
Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel Malam untuk memperhatikan
laporan keuangan dan data nasabah pada Panik Bank dan Manduduk
Bank selama 2 tahun terakhir;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA juga memerintahkan kepada
para Teller untuk menggelapkan dana nasabah yang disetor dengan
memalsukan dan memanipulasi data yang di-input ke dalam sistem
perbankan;
− Bahwa setelah menerima seluruh data nasabah dan laporan keuangan
Panik Bank dan Manduduk Bank, Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
mengadakan pertemuan dengan Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastazia
Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana pada tanggal 28
September 2018 bertempat di Kantor PT Nasional Siber untuk membahas
tentang penyaluran dana hasil kejahatan yang dilakukan Saksi Doxin Sinar
Jaya, Saksi Anastazia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana;
− Bahwa pada 30 September 2018 Saksi ANATAZIA NATALIA berhasil
menggelapkan dana nasabah sebesar Rp1.500.000.000 dan Saksi NESIA
TIANA berhasil menggelapkan dana nasabah sebesar Rp1.200.000.000;
− Bahwa pada bulan 30 September 2018 Saksi DOXIN SINAR JAYA dan tim
telah menduplikat dan menjual sebanyak 243.405 (dua ratus empat puluh
tiga ribu empat ratus lima) nasabah dan Saksi VINARCEL MALAM telah
membobol sebanyak 130.450 (seratus tiga puluh ribu empat ratus lima
puluh) nasabah, serta memperoleh sebanyak Rp.860.765.000.000
(delapan ratus enam puluh miliar tujuh ratus enam puluh lima juta rupiah);
− Bahwa akibat perbuatan Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA bersama-
sama dengan Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastazia Natalia, Saksi
Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana pada bulan Juli 2019 sampai
November 2020 banyak nasabah Panik Bank yang mengeluh karena dana
rekening yang berkurang dari seharusnya dan terjadi penarikan uang
nasabah sebesar 80% dari total seluruh nasabah Panik Bank;

6
− Bahwa pada tanggal 3 Januari 2021 Panik Bank melakukan audit terhadap
seluruh aset perusahaan dan diperoleh laporan adanya dugaan tindak
pidana terhadap dana nasabah Panik Bank;
− Bahwa sebagaimana laporan hasil audit Perhitungan Keuangan Panik
Bank oleh Saksi Daniel Mahmud tanggal 3 Januari 2021, kerugian yang
peroleh Panik Bank sebesar Rp 78.931.736.000.000.000 (tujuh puluh
delapan trilliun sembelan ratus tiga puluh satu milliar tujuh ratus tiga puluh
enam juta rupiah).
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 51 ayat (2) jo. Pasal 36 jo. Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP.
DAN
KEDUA
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA baik pribadi ataupun selaku
Direktur PT Nasional Siber masa jabatan 2016-2021, baik bertindak secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan DOXIN SINAR JAYA selaku
Database Administrator Panik Bank, ANATAZIA NATALIA selaku Wakil Kepala
Staff Administrator Panik Bank, VINARCEL MALAM selaku Network
Administrator Manduduk Bank, dan NESIA TIANA selaku Account Officer
Manduduk Bank yang dilakukan penuntutan secara terpisah. Pada tanggal 10
Mei 2018 sampai dengan 6 Maret 2021 atau pada waktu yang tidak dapat
ditentukan lagi secara pasti atau setidak-tidaknya pada waktu antara bulan Mei
2018 sampai dengan Maret 2021 bertempat di Panik Bank yang beralamat di
Jl. Casablanca, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Jakarta Selatan dan di Manduduk
Bank yang beralamat di Jl. H. R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setia Budi,
Jakarta Selatan, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, telah melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan perbuatan dengan
sengaja menempatkan, mentranfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, mengibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau seurat berharga
atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya. Adapun perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:

7
− Bahwa PT Nasional Siber merupakan suatu perusahaan penanaman
modal asing yang berbadan hukum dan didirikan oleh Cyber Wealth Group
(yang selanjutnya disebut CWG) dengan akta pendirian nomor 49 tanggal
15-02-2016 yang bergerak di bidang jasa akses internet (Internet Service
Provider) (KLBI1921) dan Aktivitas Konsultasi Komputer dan Manajemen
Fasilitas dan Komputer (KLBI61921) yang beralamat di jalan Kh. Mas
Mansyur, Tanah Abang, Jakarta, 10250, DKI Jakarta;
− Bahwa agar dapat memenuhi persyaratan dalam Pasal 12
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan Peraturan Presiden No. 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, Cyber Wealth Group
(CWG) menjadikan PT Nasional Siber (NS) sebagai perusahaan
patungan (Joint Venture) dengan Saksi Febli Tania sebagai
Penanam Modal Dalam Negeri;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA merupakan Direktur
Utama PT Nasional Siber periode 2016-2021 yang diangkat
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya
disebut RUPS) tanggal 15 Febuari 2016 dan sesuai dengan
Pasal 98 UUPT Anggaran Dasar memiliki kewenangan sebagai
penanggungjawab terhadap seluruh kegiatan PT Nasional Siber;
− Bahwa saksi Nadhya Rida ditempatkan sebagai Komisaris
Utama PT Nasional Siber, saksi Clarissa Vinella ditempatkan
sebagai Direktur Keuangan PT Nasional Siber, saksi Doxin Sinar
Jaya ditempatkan sebagai Karyawan PT Nasional Siber (NS),
saksi Vinarcel Malam ditempatkan sebagai karyawan PT
Nasional Siber, saksi Anastazia Natalia ditempatkan sebagai
karyawan PT Nasional Siber dan saksi Natasia Tania
ditempatkan sebagai karyawan PT Nasional Siber, disamping
pekerja-pekerja lainnya yang semuanya berjumlah kurang lebih
700 (tujuh ratus) orang pekerja;
− Bahwa Panik Bank merupakan Bank Swasta yang didirikan pada
14 Agustus 1971 berkantor pusat di Jln. Casablanca, Menteng
Dalam, kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan yang telah beroperasi
49 tahun dan memiliki nasabah sebanyak 1.321.000 (satu juta
tiga ratus dua puluh satu ribu) nasabah dengan jumlah total aset
sebesar Rp.98.664.670.000.000,00 (sembilan puluh delapan

8
trilliun enam ratus enam puluh milliar enam ratus tujuh puluh juta
rupiah);
− Bahwa Manduduk Bank merupakan Bank Swasta yang didirikan
pada 02 Oktober 1988 berkantor pusat di Jln H.R Rosuna Said,
Karet Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan beroprasi selama 32
tahun dan memiliki nasabah sebanyak 746.000 (tujuh ratus
empat puluh enam ribu) nasabah dengan jumlah total aset
sebesar Rp 67.234.441.000.000,00 (enam puluh tujuh trilliun dua
ratus tiga puluh empat milliar empat ratus empat puluh satu juta
rupiah);
− Bahwa pada tanggal 09 Januari 2017 Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA mengadakan rapat di kantor pusat PT Nasional
Siber yang berlokasi di Jalan Kh. Mas Mansyur, tanah abang,
Jakarta, 10250, DKI Jakarta yang dihadiri oleh saksi Doxin Sinar
Jaya, Saksi Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi
Nesia Tiana untuk membahas rencana kejahatan yang
ditargetkan pada Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa dalam rapat tersebut Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA menugaskan Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi
Anastasia Natalia untuk melamar sebagai karyawan Staff IT dan
Teller pada Panik Bank dan menugaskan Saksi Vinarcel Malam,
Saksi Nesia Tiana untuk melamar sebagai karyawan Staff IT dan
Teller pada Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa pada tanggal 05 April 2017 saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi
Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana
melamar sebagai karyawan Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa kemudian pada tanggal 07 April 2017 saksi Doxin Sinar
Jaya, Saksi Anastasia Natalia diterima sebagai Staff IT dan Teller
pada Panik Bank, dan Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana
diterima bekerja sebagai Staff IT dan Teller pada Panik Bank dan
Manduduk Bank;
− Bahwa pada tanggal 07 April 2018 Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi
Anastasia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana
telah menempati posisi strategis dalam Panik Bank dan
Manduduk Bank untuk melakukan kejahatan;
− Bahwa Saksi Doxin Sinar Jaya menempati posisi Database
Administrator pada, dan Saksi Anastasia Natalia menempati

9
posisi Wakil Kepala Staf Administrasi di Panik Bank, sedangkan
Saksi Vinarcel Malam menempati Network Administrator, dan
Saksi Nesia Tiana menempati Account Officer pada Manduduk
Bank;
− Bahwa pada tanggal 08 April 2018, Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA mengadakan pertemuan di kediaman Terdakwa
yang dihadiri oleh Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastasia
Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana untuk
membahas rencana yang harus dilakukan dan untuk mengamati
situasi lingkungan kantor yang akan dikabarkan melaui gmail;
− Bahwa pada pertemuan tersebut, Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA memerintahkan kepada Saksi Doxin Sinar Jaya
dan Saksi Vinarcel Malam untuk mengakses data nasabah bank
dan Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA memerintahkan agar
Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel Malam untuk
memasukan sejenis aplikasi yang berfungsi sebagai mata-mata
(Spyware) yang akan dihubungkan dengan sistem PT Nasional
Siber;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA menugaskan
kepada Saksi Anatazia Natalia dan Saksi Nesia Tiana untuk
menggelapkan dana nasabah yang disetor dengan cara
memalsukan atau memanipulasi data yang di input ke dalam
sistem perbankan;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA juga membentuk
satu tim yang bertugas untuk menerima dan menyimpan data
yang telah diambil dari sistem Panik Bank dan Manduduk Bank;
− Bahwa karena menduduki posisi sebagai Database
Administrator, Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
memerintahkan Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel
Malam untuk memasukan aplikasi yang berfungsi sebagai mata-
mata (Spyware) kedalam sistem Panik Bank dan juga Manduduk
Bank untuk mengakses data nasabah dan menghubungkannya
dengan sistem PT Nasional Siber;
− Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA menginstruksikan
Saksi Doxin Sinar Jaya dan Saksi Vinarcel Malam untuk
melakukan tindakan kejahatan dari persiapan hingga
pemasangan aplikasi spyware pada system panik bank yang

10
kemudian data tersebut dihubungkan dengan sistem PT
Nasional Siber;
− Bahwa saksi ANATAZIA NATALIA berhasil menggelapkan dana
nasabah sebesar Rp1.500.000.000 (satu milliar lima ratus juta)
dan Saksi NESIA TIANA berhasil menggelapkan dana nasabah
sebesar Rp1.200.000.000 (satu milliar dua ratus juta rupiah).,
dan telah disetorkan langsung kepada Terdakwa SHERLYN
LOWRENCHA;
− Bahwa setelah menerima seluruh data nasabah dan laporan
keuangan Panik Bank dan Manduduk Bank, Terdakwa
SHERLYN LOWRENCHA mengadakan pertemuan dengan
Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastazia Natalia, Saksi Vinarcel
Malam, Saksi Nesia Tiana pada tanggal 28 September 2018
bertempat di Kantor PT Nasional Siber untuk membahas tentang
penyaluran dana hasil kejahatan yang dilakukan Saksi Doxin
Sinar Jaya, Saksi Anastazia Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi
Nesia Tiana;
− Bahwa pada 30 September 2018 saksi DOXIN SINAR JAYA dan
tim telah menduplikat sebanyak 243.405 (dua ratus empat puluh
tiga ribu empat ratus lima) nasabah dan saksi VINARCEL
MALAM telah membobol sebanyak 130.450 (seratus tiga puluh
ribu empat ratus lima puluh) nasabah;
− Bahwa hasil penggelapan oleh Saksi ANATAZIA NATALIA
adalah sebesar Rp.1.500.000.000.- dan hasil penggelapan oleh
Saksi NESIA TIANA adalah sebesar Rp.1.200.000.000.
− Rp.2.700.000.000 adalah total penggelapan dari Saksi
ANATAZIA NATALIA dan Saksi NESIA TIANA
− Disetorkan ke rekening Saksi NADHYA RIDA oleh
Saksi ANATAZIA NATALIA sebesar Rp.1.450.000.000.
− Disetorkan ke rekening Saksi Nadhya Rida oleh Saksi
NESIA TIANA sebesar Rp.1.150.000.000.
− Komisi untuk Saksi ANATAZIA NATALIA adalah
sebesar Rp.50.000.000.
− Komisi untuk Saksi NESIA TIANA adalah sebesar
Rp.50.000.000.

11
− Bahwa dana dari kejahatan penjualan Credit Card duplikat yang
dilakukan oleh Saksi DOXIN SINAR JAYA adalah sebesar
Rp.857.947.595.000 dan dana dari kejahatan pembobolan
internet banking yang dilakukan oleh Saksi VINARCEL MALAM
adalah sebesar Rp.117.405.000. arus uang yang diperoleh dari
penjualan Credit Card duplikat dan pembobolan Internet Banking
penjelasannya sebagai berikut:
− Rp858.065.000.000 adalah total dana kejahatan dari
Saksi DOXIN SINAR JAYA dan Saksi VINARCEL
MALAM.
− Disetorkan atas nama Doxin Sinar Jaya ke nomor
rekening 51248967776 atas nama Clarissa Vinella
sebesar Rp837.000.000.000.
− Disetorkan dari nomor rekening 17913540791 atas
nama Vinarcel Malam ke nomor rekening 51248967776
atas nama Clarissa Vinella sebesar Rp105.664.500.
− Komisi Saksi DOXIN SINAR JAYA sebesar
Rp20.947.595.875., yang ditransferkan melalui nomor
rekening 51248967776 atas nama Clarissa Vinella ke
nomor rekening 3121462911 atas nama Doxin Sinar
Jaya
− Komisi Saksi VINARCEL MALAM sebesar
Rp11.740.500.., yang ditransferkan melalui nomor
rekening 51248967776 atas nama Clarissa Vinella ke
nomor rekening 313462911 atas nama Vinarcel Malam.
− Clarissa Vinella mengambil Rp.500.000.000.000 untuk
dijadikan Pendapatan perusahaan PT Nasional Siber
yang digunakan untuk membeli aset perusahaan
sebesar Rp. 5.000.000.000,- pembelian tanah
sebanyak [100 𝑚2 ], 10 unit Apartemen City Park di
Jakarta Barat.
− Selain itu, pada tanggal 5 Juni 2020 Terdakwa
SHERLYN LOWRENCHA melakukan pendirian
perusahaan bernama PT Handalan Maju Jaya
berdasarkan Akta Pendirian Nomor 76 tahun yang
ditanda tangani oleh Notaris 2020 yang bertempat di

12
kantor notaris Jalan Pluit Raya No. 30 Kota Jakarta
Utara.
− Bahwa Agar tidak timbul kecurigaan terkait pemasukan dana
perusahaan. Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA terhadap
mengatur pemanipulasian dokumen pendapatan PT Nasional
Siber. Dana tersebut diubah menjadi aset perusahaan. Dengan
demikian PT Nasional Siber dapat menghasilkan pendapatan
dari aset-aset tersebut sebagai pendapatan bersih;
− Bahwa akibat perbuatan Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA
bersama-sama dengan Saksi Doxin Sinar Jaya, Saksi Anastasia
Natalia, Saksi Vinarcel Malam, Saksi Nesia Tiana pada bulan
Juli 2019 sampai November 2020 banyak nasabah Panik Bank
yang mengeluhkan dana rekening yang berkurang dari
seharusnya dan terjadi penarikan uang nasabah sebesar 80%
dari total seluruh nasabah Panik Bank;
− Bahwa pada tanggal 3 Januari 2021 Panik Bank melakukan audit
terhadap seluruh aset perusahaan dan diperoleh laporan adanya
dugaan tindak pidana terhadap dana nasabah Panik Bank;
− Bahwa sebagaimana laporan hasil audit Perhitungan Keuangan
Panik Bank oleh Saksi Daniel Mahmud tanggal 3 Januari 2021,
kerugian yang peroleh Panik Bank sebesar Rp.
78.931.736.000.000,00 (tujuh puluh delapan trilliun sembelan
ratus tiga puluh satu milliar tujuh ratus tiga puluh enam juta
rupiah).
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.

Menimbang, bahwa atas dakwaan Penuntut Umum tersebut, Penasihat


Hukum Terdakwa telah mengajukan Nota Keberatan (eksepsi) yang pada
pokoknya sebagai berikut:
A. DAKWAAN SEPATUTNYA TIDAK DAPAT DITERIMA KARENA
PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN TIDAK BERWENANG
SECARA RELATIF UNTUK MEMERIKSA, MENGADILI DAN MEMUTUS
PERKARA A QUO (EXCEPTION ONBEVOEGHEID VAN DE RECHTER)

13
Bahwa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan mengadililkan bahwa
pemeriksaan perkara ini merupakan kewenangan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, didasari oleh Pasal 84 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(“KUHAP”) yang menyebutkan sebagai berikut:
“Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai
tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.”
Bahwa berdasarkan fakta-fakta Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan
bahwa sudah seharusnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak
berwenang dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini
berdasarkan Pasal 84 ayat 1 KUHAP.
Bahwa pada prinsipnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hanya berhak
mengadili perkara a quo jika kediaman sebagian besar saksi berada pada
domisili kota Jakarta Selatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 84 ayat (2)
KUHAP di bawah ini:
“Pengadilan Negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa
bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut,
apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih
dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu
dilakukan”
Bahwa arti dari Pasal 84 ayat (2) KUHAP tersebut di atas menurut M.Yahya
Harahap dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut: Apabila terdakwa
bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Negeri dimana
sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di
daerah hukum Pengadilan Negeri tersebut. Namun demikian, dalam hal
ini sebagian besar saksi bertempat tinggal pada domisili kota Jakarta Barat,
sebagaimana daftar identitas saksi di bawah ini:
No. Nama Saksi Domisili
1. Clarissa Vinela Kota Jakarta Barat
2. Nesia Tiana Kota Jakarta Barat
3. Vinarcel Malam Kota Jakarta Barat
4. Abdul Jayanto Kota Jakarta Barat
5. Lestari Novianti Kota Jakarta Barat
Bahwa oleh sebab itu Pengadilan Negeri yang berwenang dalam memeriksa
perkara ini adalah Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Berdasarkan dalil-dalil

14
yang kami sampaikan di atas, kami mohon kepada Majelis Hakim Yang
Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan
Surat Dakwaan Tidak Dapat Diterima karena Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan tidak berwenang dalam memeriksa, megadili dan memutus perkara
a quo.
B. SURAT DAKWAAN TIDAK CERMAT DAN OLEH SEBAB ITU TIDAK
DAPAT DITERIMA KARENA KELIRU DALAM MENDAKWA ORANG
Bahwa Penuntut Umum pada Surat Dakwaan in casu (baik pada dakwaan
kesatu maupun kedua) mendasarkan seluruh rangkaian tindak pidana pada
perbuatan yang dilakukan oleh Doxin Sinar Jaya dan PT Nasional Siber.
Bahwa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan No. PDS-10/Jkt.Sel/04/2021
menetapkan Terdakwa atas nama Sherlyn Lowrencha, namun demikian di
dalam kepala Surat Dakwaan kalimat sebagi berikut:
“Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA baik pribadi ataupun
selaku Direktur PT Nasional Siber masa jabatan 2016-2021”
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah maksud Penuntut Umum Terdakwa
Sherlyn Lowrencha sebagai pribadi atau sebagai direktur Perseroan
bertindak untuk dan atas nama PT Nasional Siber.
Bahwa berdasarkan Pasal 92 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berhak mewakili Perseroan
Terbatas adalah direktur, yang diuraikan sebagai berikut:
“(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang
dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang ini dan/ atau anggaran dasar.”
Bahwa ketika Penuntut Umum menuliskan kata-kata “Ataupun selaku
direktur PT Nasional Siber” menjadikan dakwaan tersebut error in persona.
Hal tersebut di atas dapat dibuktikan pada halaman 5 s/d 6 Surat Dakwaan
yang pada pokoknya menguraikan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
Doxin Sinar Jaya dan Anatazia Natalia.
Bahwa berdasarkan uraian Penuntut Umum di atas, maka jelas bahwa yang
seharusnya menjadi terdakwa dan dimintai pertanggungjawaban dalam
perkara a quo adalah Doxin Sinar Jaya dan Anatazia Natalia.
Bahwa lebih lanjut, Penuntut Umum hanya sekedar mengkaitkan jabatan
Terdakwa dengan tindakan yang dilakukan oleh Doxin Sinar Jaya dan

15
Anatazia Natalia, hal ini hanya membuktikan bahwa Surat Dakwaan yang
dibuat telah keliru dalam menetapkan terdakwa.
Bahwa selanjutnya, Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya sama sekali
tidak menguraikan tindakan dari Terdakwa dan lagi-lagi hanya sekedar
mengkaitkan tindakan yang dilakukan oleh orang lain.
Bahwa berdasarkan kutipan Surat Dakwaan di atas, jelas dan tegas bahwa
yang melakukan setiap dan seluruh rangkaian perbuatan yang didakwakan
pada dakwaan kedua adalah Doxin Sinar Jaya, Clarissa Vinella dan PT
Nasional Siber.
Bahwa dalam perkara a quo seharusnya Penuntut Umum mendakwa Doxin
Sinar Jaya, Clarissa Vinella dan PT Nasional Siber karena Terdakwa sama
sekali tidak pernah melakukan perbuatan yang didakwakan tersebut.
Bahwa argumen kami di atas, sejalan dengan amanat Pasal 6 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”).
Lebih lanjut, Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi
(“Perma 13/2016”) secara tegas telah mengkualifisir bahwa korporasi dapat
dimintai pertanggungjawaban.
Bahwa selain itu, terkait perbuatan Doxin Sinar Jaya dan Clarissa Vinella
yang merupakan staff senior mempertegas dalil di atas, dimana menurut ahli
Prof. Eddy Hiariej dalam bukunya “Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum
Dalam Hukum Pidana” halaman 46 menyatakan bahwa
“… perusahaan dapat melakukan sejumlah tindak pidana
secara langsung melalui orang orang yang berhubungan erat
dengan perusahaan dan dipandang sebagai perusahaan itu
sendiri. Tegasnya, perbuatan atau kesalahan senior officer
diidentifikasi sebagai perbuatan atau kesalahan korporasi.”
Bahwa dalam hal ini, Doxin Sinar Jaya dan Clarissa Vinella merupakan
pegawai PT Nasional Siber dengan tingkat jabatan/pangkat yaitu Doxin
Sinar Jaya sebagai karyawan dan Clarissa Vinella sebagai direktur
keuangan dari PT Nasional Siber yang dapat dikategorikan sebagai senior
officer berdasarkan Peraturan Perusahaan PT Nasional Siber. Oleh sebab
itu, tindakan pidana yang dilakukan secara prima facie dapat dikategorikan
sebagai tindakan dan/atau kesalahan korporasi.
Bahwa Penuntut Umum secara tegas telah mengakui bahwa PT Nasional
Siber menerima keuntungan berupa saldo laba ditahan (retained earning)

16
selama periode tutup buku tahunan tanggal-tanggal 31 April 2019 s/d 31
April 2021 senilai kurang lebih Rp500.000.000.000 yang berasal dari tindak
pidana yang dituduhkan dan akan kami kutip sekali lagi untuk menegaskan
pengakuan Penuntut Umum tersebut.
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, sudah seharusnya PT Nasional
Siber lah dijadikan terdakwa dalam perkara a quo. Namun demikian, alih-
alih menjadikan PT Nasional Siber sebagai terdakwa, Penuntut Umum justru
mendakwa Terdakwa Sherlyn Lowrencha yang semata-mata merupakan
korban dari sangkaan (prejudice) dan tuduhan yang dilakukan oleh
pekerja/personil PT Nasional Siber. Hal ini menyebabkan dakwaan telah
salah dalam menempatkan posisi Terdakwa dan sebagai konsekuensinya,
maka Surat Dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Berdasarkan dalil-dalil yang kami sampaikan di atas, kami mohon kepada
Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menyatakan Surat Dakwaan Tidak Dapat Diterima karena dakwaan
keliru dalam menentukan Terdakwa yang bukan merupakan orang yang
melakukan tindak pidana pada perkara a quo, dan hanya merupakan korban
serta terseret dalam rangkaian perbuatan yang dilakukan oleh orang lain.
C. SURAT DAKWAAN HARUS DINYATAKAN BATAL KARENA TIDAK JELAS
(OBSCUUR) DALAM MENGURAIKAN BENTUK PENYERTAAN
TERDAKWA SHERYN LOWRENCHA
Bahwa berdasarkan uraian Penuntut Umum pada Surat Dakwaan tidak
pernah menguraikan diantara tiga bentuk pernyertaan yang didakwakan
kepada Sherlyn Lowrencha.
Bahwa bentuk kata-kata “secara bersama-sama” sebagaimana kutipan
diatas, jelas tidak sesuai dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHAP yang
menyatakan 3 (tiga) bentuk penyertaan:
Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHAP:
(1) “Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. “mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut
serta melakukan perbuatan;”
Bahwa Surat Dakwaan tersebut di atas menunjukkan bahwa Penuntut
Umum secara tidak jelas telah mengaburkan bentuk dugaan penyertaan
Terdakwa. Apakah yang dimaksud Penuntut Umum Terdakwa merupakan
pelaku? Atau Terdakwa telah menyuruh melakukan? Atau Terdakwa telah
turut serta melakukan?

17
Bahwa dalam prinsip hukum pidana, Penuntut Umum sepatutnya
mengetahui bahwa pembentukan undang undang membedakan secara
tegas bentuk dari:
a. Melakukan (pleger);
b. Menyuruh melakukan (doenpleger);
c. Turut serta melakukan (medepleger).
Ketiga bentuk penyertaan pada pasal 55 ayat (1) ke 1 tersebut merupakan
bentuk tersendiri sebagaimana dikemukakan oleh Moeljatno yang
sependapat dengan Pompe dalam pidato “Perbuatan Pidana Dan
Pertanggungan Jawab Dalam Hukum Pidana” pada Dies Natalis ke VI
Universitas Gadjah Mada di Sitinghil Yogyakarta tahun 1955.
Bahwa sebagai penegak hukum kita tidak dapat menafsirkan bahwa
sekalipun Moeljatno merupakan mantan Jaksa Penuntut Umum, namun
pernyataan di atas secara tegas merupakan bentuk ideal dari implementasi
deelneming sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Bahwa pendapat tersebut di atas diperkuat oleh Prof. Barda Nawawi Arief
dalam bukunya “Kapita Selekta Hukum Pidana” halaman 94 yang
menyatakan bahwa pemisahan bentuk penyertaan tersebut dilakukan untuk
menghindari ajaran penyertaan yang bersifat ekstrim.
Lebih lanjut, uraian Surat Dakwaan mengenai penyertaan tersebut telah
keliru dengan amanat pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menyatakan Surat
Dakwaan dijelaskan secara cermat, jelas, dan lengkap
Bahwa selain itu, sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor
47.K/Kr/1956 tanggal 25 Maret dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung
Nomor 492 K/Kr 1981 yang menjelaskan surat dakwaan harus disusun
dengan cermat, jelas dan lengkap.
Bahwa lebih lanjut, seluruh dalil yang sudah kami uraikan meminta Penuntut
Umum wajib untuk menentukan peran masing-masing pembuat tindak
pidana dalam peristiwa hukum tertentu dan kegagalan untuk menentukan
peran tersebut mengakibatkan Surat Dakwaan a quo batal demi hukum.
Berdasarkan dalil-dalil yang kami sampaikan diatas, kami mohon kepada
Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menyatakn Surat Dakwaan Batal Demi Hukum kerena dakwaan
tidak menjelaskan secara jelas bentuk penyertaan yang didakwakan kepada
Sherlyn Lowrencha
D. SURAT DAKWAAN HARUS DINYATAKAN BATAL KARENA TIDAK
LENGKAP DALAM MENGURAIKAN TAHAPAN PENCUCIAN UANG DAN

18
TIDAK CERMAT DALAM MENETUKAN NOMINAL HASIL TINDAK PIDANA
(PREMATURE).
Bahwa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya, tidak dapat
membuktikan telah terjadi tindak pidana asal sebagai bentuk permulaan dari
adanya tindak pidana pencucian uang sebagaimana didakwakan dalam
Dakwaan Kedua.
Bahwa dalam tindak pidana pencucian uang, dikenal suatu prinsip bahwa
tidak ada pencucian uang jika tidak ada kejahatan asalnya.
Bahwa menurut Dr. Yenti Gernasih, S.H., M.H., dalam bukunya
“Penegakkan Hukum Anti Pencucian Uang” halaman 10, harus terdapat dan
harus dibuktikan suatu tindak pidana asal (sebagaimana diatur dalam Pasal
2 ayat (1) UU TPPU) untuk membuktikan adanya Tindak Pidana Pencucian
Uang, sebagaimana kami kutip dibawah ini;
“… baru ada tindak pidana pencucian uang kalau telah terjadi
kejahatan asal, karena yang namanya perbuatan pencucian
uang adalah menikmati atau menggunakan hasil kejahatan.
Sehingga kejahatan asal harus ada dan harus dibuktikan
terlebih dahulu.”
Bahwa hal tersebut diatas dipertegas dengan adanya Putusan Pengadilan
Negeri Baubau Nomor 363/Pid.b/2014/PN.Bau yang dalam putusannya
membebaskan Muh. Ishaq Latief dan I Nyoman Gede Artha Bin Djindjin atas
Tindak Pidana Perbankan. Namun muncul satu nama R.J Soehandoyo yang
dituntut hanya atas Tindap Pidana Pencucian Uang yang tindak pidana
asalnya telah diputus bebas yaitu Tindak Pidana Perbankan.
Bahwa ketergesa-gesaan dalam memproses perkara seperti ini akan
menimbulkan ketidakpastian hukum. Sehingga jelas bahwa Predicate Crime
dari tuduhan Tindak Pidana Pencucian Uang yang dituduhkan kepada
seseorang jelas tidak terbukti, sehingga demikian juga konsekuensi
hukumnya bahwa Tindak Pidana Pencucian Uang yang dituduhkan kepada
seseorang jelas bukan merupakan tindak pidana.
Bahwa selain itu, Penuntut Umum juga tidak dapat menjelaskan secara jelas
tahapan placement, layering, integration yang harus dipenuhi dalam Tindak
Pidana Pencucian Uang. Oleh karenanya, kami dapat berpendapat bahwa
Penuntut Umum terlalu tergesa-gesa dalam menentukan kualifikasi
perbuatan terdakwa.

19
Bahwa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa Sherlyn Lowrencha
dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”) jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHAP.
Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, secara prinsip UU TPPU
telah menjelaskan secara idiil, bahwa konstruksi terjadinya tindak pidana
pencucian uang didasarkan pada 3 (tiga) tahapan utama menurut Dr. Yenti
Gernasih, S.H., M.H., yaitu:
Placement Upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu
(penempatan) aktivitas kejahatan melalui sistem keuangan. Dalam hal ini
terdapat pergerakan fisik uang tunai dari luar system
keuangan masuk ke dalam sistem keuangan.
Layering Upaya untuk memisahkan atau lebih menjauhkan hasil
(pelapisan) kejahatan dari sumbernya atau menciptakan serangkaian
transaksi yang kompleks untuk menyamarkan/mengelabui
sumber dana “haram” tersebut.
Integration Upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu
(integrasi) “legitimate explanation” bagi hasil kejahatan. Di sini uang
yang telah dicuri melalui placement maupun layering
dialihkan dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak
tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas kejahatan
sebelumnya yang sumber dari uang yang dicuci. Pada
tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan kembali ke
dalam sirkulasi dengan bentuk tertentu sesuai aturan
hukum.
Bahwa menurut Dr. Yenti Gernasih, S.H., M.H., dalam bukunya
“Penegakkan Hukum Anti Pencucian Uang” halaman 36, ketiga tahapan
tersebut di atas pada dasarnya dilakukan untuk menciptakan diasosiasi
antara uang atau harta hasil tindak pidana asal dan kekayaan di pelaku.
Bahwa lebih lanjut, Penuntut Umum tidak dapat menguraikan tahapan-
tahapan mana yang dilakukan dalam rangkaian perbuatan Terdakwa yang
dituduhkan terkait usahanya mengdisasosiasi hasil tindak pidana asal
dengan kekayaan Terdakwa sendiri. Hal ini semata-mata disebabkan
karena Penuntut Umum memang tidak dapat secara tepat mengindentifikasi
dugaan tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan oleh
Terdakwa.
Padahal, dalam penanganan suatu tindak pidana, Surat Dakwaan
diibaratkan sebagai “mahkota” daripada seorang Penuntut Umum sehingga

20
pembuatan dan penyusunannya harus ekstra hati-hati, hal ini ditegaskan
oleh Ramelan (mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus) dalam
bukunya “Hukum Acara Pidana (Teori Dan Implementasi)” halaman 162
yang menyebutkan bahwa:
“Dengan memperhatikan ketentuan undang-undang mengenai
syarat-syarat surat dakwaan maupun pengalaman praktek, dapat
dikatakan bahwa surat dakwaan adalah suatu surat atau akte
(dalam bahasa Belanda disebut “acte van verwizing”) yang
memuat uraian perbuatan atau fakta-fakta yang terjadi, uraian
mana akan menggambarkan atau, menjelaskan unsur-unsur
yuridis dari pasal-pasal tindak pidana (delik) yang dilanggar.”
Bahwa secara tegas Pasal 143 ayat (3) KUHAP mengatur konsekuensi
suatu Surat Dakwaan yang tidak dibuat secara jelas dan lengkap
sebagaimana di bawah ini:
1. Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal
dan ditandatangani serta berisi:
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka;
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
2. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum;”
Bahwa hal tersebut di atas dipertegas dalam Pendoman Pembuatan Surat
Dakwaan terbitan Kejaksaan Agung Republik Indonesia Tahun 1985
halaman 16, yang menyatakan sebagai berikut:
“Lengkap adalah bahwa Surat Dakwaan harus mencakup semua
unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap,
jangan sampai terjadi ada unsur delik yang tidak dirumuskan
secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materilnya secara
tegas dalam Dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu bukan
tindak pidana menurut undang-undang”
Bahwa lebih lanjut, Yahya Harahap dalam bukunya “Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan”
halaman 449, menyatakan bahwa Pasal 143 ayat (3) KUHAP secara tegas

21
mengancam surat dakwaan yang tidak lengkap memuat syarat materil
dakwaan, mengakibatkan surat dakwaan menjadi batal demi hukum.
Bahwa dengan tidak diuraikannya tahapan tindak pidana pencucian uang
yang didakwakan, mengakibatkan tidak jelas, lengkap dan cermatnya
tuduhan dari rangkaian perbuatan Terdakwa. sehingga sebagai
konsekuensinya menjadikan Surat Dakwaan batal demi hukum.
Bahwa Penuntut Umum baik pada Dakwaan kesatu maupun kedua tidak
cermat serta tidak lengkap dalam menguraikan nominal dugaan hasil
dugaan tindak pidana pencucian uang pada Surat Dakwaan.
Hal tersebut di atas dapat ditinjau pada halaman 7 s/d 11 Surat Dakwaan
yang pada pokoknya kurang cermat dan lengkap dalam menguraikan
nominal hasil tindak pidana
Bahwa dalam Surat Dakwaan yang diuraikan di atas, maka timbul
pertanyaan bagaimana bisa Penuntut Umum mampu menerangkan secara
jelas perihal nominal atau jumlah kerugian yang dialami oleh Panik Bank
terkait dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa? sementara
Penuntut Umum tidak menjelaskan siapa yang berwenang atau dasar
pemeriksaan dalam menentukan nominal dugaan hasil kekayaan tidak sah
dari tindak pidana yang didakwakan baik dalam Dakwaan Kesatu maupun
Kedua.
Bahwa dengan merujuk pada Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Audit Kepatuhan, Audit Khusus dan Pemantauan Tindak
Lanjut Hasil Audit, PPATK hanya dapat melakukan audit pada 2 (dua) jenis
audit saja, yaitu:
a. Audit Kepatuhan (Compliance); dan
b. Audit Khusus.
Kedua bentuk uji tuntas (audit) di atas, hanya merupakan bentuk penilaian
PPATK terhadap tingkat, indikator atau parameter tertentu untuk menguji
kepatuhan, profil risiko, dll sebagaimana diterapkan dan dilaksanakan oleh
suatu perusahaan.
Tidak ada suatu kewenangan pun yang diberikan baik secara atributif,
delegasi maupun mandat yang diembankan kepada PPATK untuk
menentukan nominal yang dapat diakui kebenarannya dalam menentukan
dugaan hasil tindak pidana asal dalam perkara a quo.
Bahwa lebih lanjut, bagaimana bisa Penuntut Umum mampu membedakan
uang dari hasil tindak kejahatan dan uang sah hasil dari kegiatan usaha PT

22
Nasional Siber sendiri yang sama sekali tidak dijelaskan dalam Surat
Dakwaan.
Bahwa argumen kami di atas, telah sejalan, dipertegas dan diperkuat
dengan ketentuan Bagian IV Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor: Se-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan
Bahwa lebih lanjut, apabila Surat Dakwaan sudah tidak sesuai dengan Pasal
143 ayat (2) huruf b KUHAP, maka konsekuensinya adalah Surat Dakwaan
tersebut batal demi hukum sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 143 ayat
(3) KUHAP
Bahwa selanjutnya, dalam hukum acara pidana, dipegang teguh suatu asas
yang bersifat universal yaitu:
"In Criminalibus, Probantiones Bedent Esse Luce Clariores“
Asas di atas memiliki makna bahwa dalam perkara pidana, bukti-bukti harus
lebih terang daripada cahaya.
Namun demikian, secara berlawanan dengan asas yang berlaku dan
dipegang teguh oleh penegak hukum di Indonesia, Penuntut Umum justru
mendalilkan nominal dugaan hasil tindak pidana terhadap Terdakwa dengan
mendasarkannya pada bukti-bukti yang tidak jelas asal muasalnya dan
hanya sekedar berprasangka.
Berdasarkan dalil-dalil yang kami sampaikan di atas, kami mohon kepada
Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menyatakan Surat Dakwaan Batal Demi Hukum karena dakwaan tidak
cermat, lengkap dan Penuntut Umum terkesan tergesa-gesa dalam
mengeluarkan Surat Dakwaan,atau dengan kata lain Surat Dakwaan
dikatakan Prematur.

Maka oleh karena itu, kami memohon kepada yang terhormat Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan mengabulkan
Nota Keberatan (eksepsi) ini serta berkenan memberikan Putusan Sela
dengan amar sebagai berikut:

a. Menerima seluruh keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa;


b. Menyatakan surat dakwaan No. Reg. Perk.: PDS-
10/Jkt.Sel/04/2021, atas nama terdakwa Sheryn Lowrencha, batal
demi hukum atau tidak dapat diterima.
c. Memerintahkan kepada Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Selatan untuk menghentikan pemeriksaan perkara nomor: PDS-
10/Jkt.Sel/04/2021, atas nama terdakwa Sheryn Lowrencha;

23
d. Memerintahkan kepada Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Selatan untuk membebaskan Terdakwa dari tahanan;
e. Memulihkan nama baik Terdakwa dalam hal kedudukan serta
martabatnya;
f. Membebankan biaya perkara kepada negara.

Menimbang, bahwa atas Nota Keberatan (eksepsi) Penasihat Hukum


Terdakwa tersebut, Jaksa Penuntut Umum mengajukan pendapat-nya
secara tertulis yang diajukan di persidangan pada tanggal 27 April 2021 telah
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
A. Terhadap Materi Keberatan Surat Dakwaan Sepatutnya Tidak Dapat
Diterima Karena Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tidak Berwenang
Secara Relatif Untuk Memeriksa, Mengadili Dan Memutus Perkara A
Quo (Exception Onbevoegheid Van De Rechter)
B. Terhadap Materi Keberatan Surat Dakwaan Tidak Cermat Dan Oleh
Sebab Itu Tidak Dapat Diterima Karena Keliru Dalam Mendakwa Orang
C. Terhadap Materi Keberatan Surat Dakwaan Harus Dinyatakan Batal
Karena Tidak Jelas (Obscuur) Dalam Menguraikan Bentuk Penyertaan
Terdakwa Sheryn Lowrencha
D. Terhadap Materi Keberatan Surat Dakwaan Harus Dinyatakan Batal
Karena Tidak Lengkap Dalam Menguraikan Tahapan Pencucian Uang
Dan Tidak Cermat Dalam Menetukan Nominal Hasil Tindak Pidana
(Premature)

Berdasarkan pendapat di atas mohon kiranya Majelis Hakim mengajukan


putusan sela dengan amar sebagai berikut:
1. Menolak seluruhnya Nota keberatan / Eksepsi yang diajukan oleh
Penasihat Hukum Terdakwa dan / atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak dapat diterima.
2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Registrasi
Perkara: PDS-10/Jkt.Sel/04/2021 tanggal 15 April 2021 atas
nama TERDAKWA SHERLYN LOWRENCHA adalah sah
menurut hukum sebagai dasar pemeriksaan perkara ini.
3. Menyatakan pemeriksaan perkara pidana No.
75/Pid.Sus/2021/PN. Jkt. Sel dapat dilanjutkan sesuai hukum
acara pidana yang berlaku.

24
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari Nota Keberatan
(eksepsi) dari Penasihat Hukum Terdakwa serta tanggapan dari Jaksa
Penuntut Umum, selanjutnya akan dipertimbangkan apakah
eksepsi/keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa tersebut cukup
beralasan untuk diterima,

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan tentang


keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, terlebih dahulu akan
mempertimbangkan tentang apa yang diartikan dengan keberatan itu dan
apa pula yang diartikan dengan surat dakwaan tersebut;

Menimbang, bahwa di dalam KUHAP, ternyata tidak ada penjelasan


tentang apa yang diartikan dengan keberatan tersebut, akan tetapi di dalam
praktek peradilan sudah lazim digunakan bahwa yang diartikan dengan
keberatan itu adalah sama dengan eksepsi yaitu suatu sanggahan atau
bantahan dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya terhadap Surat Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum yang tidak langsung mengenai materi perkaranya;

Menimbang bahwa dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP ada 3 (tiga) hal
yang menjadi objek eksepsi/keberatan, yaitu;
1. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara.
2. Dakwaan tersebut tidak dapat diterima.
3. Surat Dakwaan harus dibatalkan.

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa


keberatan atau eksepsi tersebut harus ditunjukan terhadap surat dakwaan
Jaksa Penuntut Umum, sehingga oleh karena itu Majelis Hakim akan
menguraikan terlebih dahulu tentang pengertian daripada surat dakwaan
tersebut.

Menimbang, bahwa menurut A. Soetomo, S.H., dalam bukunya


Pedoman Dasar Pembuatan Surat Dakwaan dan Suplemen, menyebutkan
bahwa yang diartikan dengan surat dakwaan adalah surat yang dibuat atau
disiapkan oleh Penuntut Umum yang dilampirkan pada waktu melimpahkan
berkas perkara ke Pengadilan yang memuat nama dan identitas pelaku
perbuatan pidana, kapan dan dimana perbuatan dilakukan serta uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai perbuatan tersebut yang
didakwakan telah dilakukan oleh Terdakwa yang memenuhi unsur-unsur,
pasal-pasal tertentu dari Undang-Undang tertentu pula nantinya merupakan
dasar dan titik tolak pemeriksaan Terdakwa di sidang pengadilan untuk

25
dibuktikan apakah benar perbuatan yang didakwakan itu betul dilakukan dan
apakah betul Terdakwa adalah pelakunya yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk perbuatan tersebut

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan


apakah keberatan atau eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa tersebut jika
dihubungkan dengan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan pengertian
surat dakwaan itu sendiri dapat diklasifikasikan sebagai suatu sanggahan
atau bantahan yang tidak langsung mengenai materi perkaranya, sehingga
Majelis Hakim harus menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat diterima atau
menyatakan bahwa surat dakwaan harus dibatalkan.

Menimbang, bahwa dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP disebutkan
bahwa surat dakwaan harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan, dimana cermat mengandung arti kata
“seksama” dan teliti sedangkan jelas artinya “terang, nyata, gambling” dan
lengkap mengandung arti “genap” (tidak ada kekurangan, lengkap).

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mendengar keberatan dari


Penasihat Hukum Terdakwa dan pendapat Jaksa Penuntut Umum, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat 1 KUHAP, Majelis Hakim
memandang perlu untuk memberikan keputusan atas keberatan Penasihat
Hukum Terdakwa tersebut;
1. Menimbang, bahwa eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dalam hal
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tidak Berwenang Secara
Relatif Untuk Memeriksa, Mengadili Dan Memutus Perkara A
Quo (Exception Onbevoegheid Van De Rechter)
Bahwa dari 20 orang saksi yang ada 15 diantaranya bertempat
tinggal di daerah Jakarta Selatan. Maka dari itu bisa dipastikan
bahwa saksi lebih banyak bertempat tinggal di daerah Jakarta
Selatan
2. Menimbang, bahwa eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dalam hal
Surat Dakwaan Tidak Cermat Dan Oleh Sebab Itu Tidak Dapat
Diterima Karena Keliru Dalam Mendakwa Orang
Menimbang, bahwa tentang syarat materil suatu dakwaan diatur
dalam ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b yaitu; adanya uraian
cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan;

26
Menimbang, bahwa dalam syarat materil suatu surat dakwaan,
pertama-tama yang harus dipenuhi adalah adanya suatu “uraian
cermat, jelas dan lengkap” tentang tindak pidana itu dilakukan, hal
mana bila dikaitkan dengan surat dakwaan yang disusun oleh
penuntut umum, setelah majelis hakim membaca secara seksama,
mencermati dan memahaminya ternyata surat dakwaan yang
disusun oleh Penuntut Umum tersebut telah disusun sesuai dengan
kronologisnya dalam hal mana dalam surat dakwaan penuntut umum
telah memuat secara jelas dan rinci elemen-elemen atau unsur-
unsur tindak pidana yang didakwakan dan telah memuat secara rinci
dan jelas unsur-unsur pokok pidana tersebut dilakukan oleh
Terdakwa;
Bahwa pada tanggal 9 April 2017 Sherlyn Lowrencha kembali
mengadakan rapat di kantor Pusat PT. Nasional Siber yang dihadiri
oleh Doxin Sinar Jaya, Anatazia Natalia, Vinarcel Malam dan Nesia
Tiana untuk kembali membahas rencana kejahatan dilakukan pada
Panik bank dan Manduduk Bank. Dalam Pertemuan tersebut Sherlyn
Lowrencha mengisntruksikan kepada Doxin Sinarjaya, Anatazia
Natalia, Vinarcel Malam, Nesia Tiana, Nadhya Rida dan Clarissa
Vinella rencana tersebut yaitu menduplikat kartu kredit nasabah,
menggelapkan dana nasabah, serta membobol internet banking dan
mengambil dana nasabah.
Bahwa pada tanggal 8 April 2018, Terdakwa Sherlyn Lowrencha
mengadakan pertemuan di kediaman terdakwa yang dihadiri oleh
Doxin Sinar Jaya, Anatazia Natalia, Vinarcel Malam dan Nesia Tiana
untuk membahas rencana yang harus dilakukan dan untuk
mengamati situasi lingkungan kantor yang akan dikabarkan melalui
gmail.
Bahwa pada pertemuan tersebut Sherlyn Lowrencha memerintahkan
kepada Doxin Sinar Jaya dan Vinarcel Malam untuk memasukan
Spyware yang akan dihubungkan dengan PT. National Siber
3. Menimbang, bahwa eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dalam hal
Surat Dakwaan Tidak Jelas (Obscuur) Dalam Menguraikan
Bentuk Penyertaan Terdakwa Sheryn Lowrencha
Bahwa uraian mengenai Surat Dakwaan yang di lakukan oleh
Penuntutu Umum terhadap perkara atas nama Sherlyn Lowrencha
adalah TIDAK TEPAT sehingga menyatakan Surat Dakwaan Batal

27
Demi Hukum karena dakwaan tidak menjelaskan secara jelas bentuk
penyertaan yang di dakwakan kepada Sherlyn Lowrencha.
4. Menimbang, bahwa eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dalam hal
Surat Dakwaan Harus Dinyatakan Batal Karena Tidak Lengkap
Dalam Menguraikan Tahapan Pencucian Uang Dan Tidak
Cermat Dalam Menetukan Nominal Hasil Tindak Pidana
(Premature)
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA menginstruksikan Saksi
Doxin Sinar Jaya untuk melakukan tindakan kejatan persiapan dari
hingga pemasangan aplikasi spyware (mata – mata) pada system
pemograman panik bank.
Bahwa Saksi Doxin Sinar Jaya telah melakukan tindakan
memasangkan Spyware pada sistem program Panik Bank, agar
Saksi Doxin Sinar Jaya dapat dengan mudah mengakses seluruh
data nasabah yang kemudian data tersebut dihubungkan dengan
sistem PT Nasional Siber;
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin
Sinar Jaya juga memberikan laporan mengenai situasi kondisi panik
bank serta laporan mengenai dana yang ada di panik bank;
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin
Sinar Jaya mengambil data nasabah agar dapat menduplikatkan
yang kemudian akan dihubungkan ke PT Nasional Siber;
Bahwa Terdakwa SHERLYN LOWRENCHA meminta Saksi Doxin
Sinar Jaya untuk membuat Dark Web yang digunakan untuk menjual
kartu kredit yang telah di duplikat;
Bahwa pada bulan September 2018 Saksi Doxin Sinar Jaya berhasil
menduplikat 243.405 kartu kredit dan telah ia jual melalui dark web
dengan harga $100 USD - $150 USD;
Bahwa pada bulan November Saksi Doxin Sinar Jaya kembali
berhasi menduplikat 130.450 kartu kredit dan kemudian ia jual pada
dark web
Menimbang, bahwa M. YAHYA HARAHAP dalam buku Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali (Jakarta:
Sinar Grafika, Edisi Kedua, 2002) halaman 132, menyatakan bahwa
penafsiran umum yang diberikan terhadap ketentuan Pasal 143 ayat

28
(2) huruf b adalah Penuntut Umum harus menguraikan secara
lengkap dan jelas mengenai;
● Semua unsur delik yang dirumuskan dalam pasal pidana yang
didakwakan harus cermat disebut satu persatu;
● Menyebut dengan cermat, lengkap, dan jelas cara tindak
pidana dilakukan.
Menyebut keadaan-keadaan (circumstances) yang melekat pada
tindak pidana.

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan-


pertimbangan tersebut diatas, dengan mengacu ketentuan Pasal 156 ayat
(1), ayat (2) KUHAP, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa keberatan-
keberatan Penasihat Hukum Terdakwa harus dinyatakan tidak dapat diterima
dan selanjutnya pemeriksaan perkara a quo dilanjutkan serta biaya perkara
akan ditangguhkan sampai putusan akhir;

Mengingat, Pasal 143 ayat (2) dan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum serta Pasal-Pasal
lain dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan;--------------------

MENGADILI:

1. Menyatakan Keberatan dari Penasihat Hukum TERDAKWA


SHERLYN LOWRENCHA tersebut tidak diterima untuk seluruhnya;
2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan
perkara Nomor 75/Pid.Sus/2021/PN.Jkt.Sel. atas nama TERDAKWA
SHERLYN LOWRENCHA tersebut di atas;
3. Menyatakan TERDAKWA SHERLYN LOWRENCHA tetap berada
dalam tahanan;
4. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Kelas IA Khusus, pada hari Jumat tanggal
30 April 2021, oleh Dr. Cangtika Laurensia, S.H., M.H. selaku Hakim Ketua
Majelis, Fenny Natalia, S.H., M.H. dan Syakira Alamanisa, S.H., M.H. masing-
masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari Senin tanggal 3 Mei 2021 oleh Hakim Ketua dengan

29
didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Endang Lestari, S.H.
selaku Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Kelas IA
Khusus, serta dihadiri oleh Aisya Avrylia Elskan, S.H., M.H. dan Novianti
Lestari, S.H., M.H. selaku Penuntut Umum dan Terdakwa yang didampingi
Penasihat Hukumnya.

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Fenny Natalia, S.H., M.H. Dr. Cangtika Laurensia, S.H., M.H.

Hakim Anggota

Syakira Alamanisa , S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

Endang Lestari, S.H.

30

Anda mungkin juga menyukai