Kepada Yth.,
Ketua Pengadilan Negeri Surabaya
Jl. Arjuno Nomer 16-18, Sawahan, Kec. Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur
60251
Di
TEMPAT
Dengan hormat,
1 |Gugatan Perlawanan
Pendidikan : S1
Tanggal berakhirnya KTPA : 31 Desember 2021
Nomor Induk KTPA : 19.00319
Penerima kuasa adalah Advokat/ Konsultan Hukum pada “KANTOR ADVOKAT
RIYADI & PARTNERS” yang beralamat kantor di Lebak Jaya V Utara Nomer 22
RT. 001 RW. 005 Kelurahan Dukuh Setro, Kecamatan Tambaksari, Kotamadya
Surabaya, Mobile/WA+/-62-812-2301-8377, Mobile/WA+/-62-81217773843,Mobile/WA+/-
62-857-3012-2431 Email:muhamadtakitmdanpartners2019@gmail.com.
Dalam hal Ini dapat bertindak, baik sendiri- sendiri maupun bersama- sama,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Tertanggal 29 September 2021 untuk dan atas
2 |Gugatan Perlawanan
1. Willy Hendranata,beralamat beralamat di Jalan Raya Gubeng Nomer 30-32
Gedung Bank Danamon Lantai 3 Jl. Panglima Sudirman Nomer 11 dan Nomer
Madya Utara 1 No.42, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur
IV;
Kekayaan Negara C/q Kantor Wilayah Jawa Timur C/q Kepala Pelayanan
Krembangan Sel., Kec. Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur 60175 , yang selanjutnya
Kanwil Propinsi Jawa Timur C/q Kepala Badan Pertanahan Nasional Kota
Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur 60175, yang selanjutnya disebut sebagai
3 |Gugatan Perlawanan
7. Kepolisian Republik Indonesia C/q Kepolisian Daerah Jawa Timur C/q
Jalan Kalianget No.1, Perak Utara, Pabean Cantian, Perak Utara, Kec. Pabean Cantian,
Adapun yang menjadi alasan dan dasar PENGGUGAT mengajukan Gugatan adalah
sebagai berikut :
Mengenai Kompetensi Relatif Mengajukan Gugatan di Pengadilan Negeri
Surabaya
1. Bahwa Gugatan Perlawanan adalah didasari atas prinsip Actor Sequitur Forum
Rei yang ada dalam pasal 118 ayat 2 HIR yang menegaskan “ Jika yang
digugat lebih dari seorang sedang mereka tidak tinggal di daerah hukum
pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua
Pengadilan Negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri di tempat salah seorang tergugat yang dipilih oleh
penggugat.
.Jika yang digugat itu adalah seorang debitur utama dan seorang
penanggungnya maka tanpa mengurangi ketentuan pasal 6 ayat 2 “Reglemen
Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan mengadili di Indonesia”. Tuntutan itu
diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri, di tempat tinggal Debitur Utama
atau salah seorang debitur Utama;
4 |Gugatan Perlawanan
3. Bahwa menurut Yahya Harahap (“Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan”. Edisi kedua,
CetakaN pertama, September 2017, Sinar Grafika) halaman 243 dijelaskan
sebagai berikut:
“Menurut hukum, yang dianggap sebagai tempat tinggal seseorang “
meliputi:
tempat kediaman, atau
tempat alamat tertentu, atau
tempat kediaman sebenarnya
Yang dimaksud kediaman sebenarnya atau sebenarnya berdiam adalah ‘
tempat secara nyata tinggal.”
4. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka sudah sangat Jelas dan
Tepat apabila PENGGUGAT mengajukan gugatan aquo di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Surabaya,
Adapun sebagai dasar hukum dan alasan gugatan perlawanan adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa Pelawan II adalah telah menerima fasilitas Kredit Modal Kerja dari
TERLAWAN, dengan jaminan yang salah satunya adalah atas tanah dan
Pelawan I.
2. Bahwa jaminan yang atas nama Pelawan I merupakan tanah dan bangunan
dengan luas 140M2 dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomer 174 dengan
5 |Gugatan Perlawanan
Timur : Jalan Perumahan Pantai Mentari
Utara : Rumah Koh Lee Gwat, Rumah Pantai Mentari Blok D-26(Kosong)
Selatan : Rumah Bapak Lucky Rumah Pantai Mentari Blok D-12
3. Bahwa jaminan Tanah dan Bangunan dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan
Nomer 174 dengan luas 140M2 yang terletak di Pantai Mentari D Nomer 12 A
Surabaya atas nama Pelawan I sebagai barang jaminan atas fasilitas KMK yang
4. Bahwa jaminan Tanah dan Bangunan dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan
Nomer 174 dengan luas 140M2 yang terletak di Pantai Mentari D Nomer 12 A
Surabaya telah dipasang Hak Tanggungan serta telah diterbitkan Sertifikat Hak
5. Bahwa dengan telah terbitnya Sertifikat Hak Tanggungan atas nama Terlawan III
dari diberi baban Hak tanggunggan atas jaminan Tanah dan Bangunan dengan
Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomer 174 dengan luas 140M2 yang terletak di
1996.
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja dan juga secara nyata telah melanggar Undang-
6 |Gugatan Perlawanan
Tanggungan berdasarkan Undang Undang No 4 tahun 1996 tentang Hak
tanggungan;
8. Bahwa kendati demikian, APHT tersebut tetap digunakan sebagai dasar untuk
Eksekusi Hak Tanggungan;
9. Bahwa menurut NM. Wahyu Kuncoro (dalam buku berjudul Risiko Transaksi
Jual Beli Properti, Penerbit RAS Grup, Jakarta, 2015, halaman 11-287)
menyatakan bahwa terhadap sertifikat hak tanggungan yang cacat formal atau
material yang melekat pada sertifikat hak tanggungan maka menjadi alasan
7 |Gugatan Perlawanan
hukum (legal reason) untuk melakukan perlawanan terhadap sita eksekusi suatu
Pengadilan Negeri;
10. Bahwa objek dari Hak Tanggungan dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2)
UUHT
disebutkan bahwa : "Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan
adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan."
syarat, yaitu:
menjadi 2 (dua) macam, yaitu yang sifatnya wajib dan Fakultatif. Substansi
yang
8 |Gugatan Perlawanan
Wajib untuk sahnya Akta Pemberian Hak Tanggungan. Jika tidak
dicantumkan
secara lengkap hal-hal yang sifatnya wajib dalam APHT, mengakibatkan
APHT
nya batal demi hukum.Bahwa nama dan identitas para pihak dalam
perjanjian
pemberian Hak Tanggungan harus disebutkan suatu syarat yang logis.
Tanpa
identitas yang jelas, PPAT tidak tahu siapa yang menghadap kepadanya,
dan
karenanya tidak tahu siapa yang menandatangani aktanya, apakah
penghadap
cakap bertindak, apakah ia mempunyai kewenangan bertindak terhadap
persil
jaminan dan sebagainya. Hal itu berkaitan dengan masalah kepastian hukum
dan asas spesialitas daripada Hak Tanggungan.
11. Bahwa Hak Tanggungan mendapat pengaturan dalam Undang-
UndangNomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda
yang
Berkaitan dengan Tanah. Hak Tanggungan yang diatur dalam UUHT pada
dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada Hak atas tanah.
Namun kenyataannya sering terdapat adanya benda-benda berupa
bangunan,
tanaman dan hasilkarya, yang secara tetap merupakan kesatuan dengan
tanah
yang dijadikan jaminan tersebut.
12. Bahwa Pengertian Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut
9 |Gugatan Perlawanan
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelu-
Lelang Hak Tanggungan akan terlaksana jika ada permohonan dari pemohon
lelang dan berkas telah dinyatakan lengkap dan benar secara prosedural.
terdiri dari : fotokopi Perjanjian Kredit, Sertifikat Hak Tanggungan, Akta Pem-
sertifikat hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan, fotokopi Perincian
Pemohon Lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan
10 |Gugatan Perlawanan
utangnya, berdasarkan perjanjian utang piutang, kreditor selaku pemegang
Hak
dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih dahulu dari debitor untuk
:
a. Menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang Objek Hak
Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian;
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian untuk
melunasi utang debitor sesuai dengan Pasal 6 UUHT yang berbunyi,
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan tersebut.”
13. Bahwa secara fakta kronologis ada yang bertentangan dengan adanya
penerapan Cessie. Cessie berarti pengalihan hak yang mengakibatkan
terjadinya pergantian kreditur. Dasar alasan adanya pengalihan hak yang
demikian adalah kepentingan komersial tertentu. Dalam kasus anda, debitur
bank perlu mengalihkan tagihan/piutang ke bank agar debitur bank tersebut
dapat melaksanakan kewajiban pembayaran utangnya. Dari sisi kepentingan
bank, transaksi cessie tagihan debitur bank itu diperlukan untuk menjamin
pelaksanaan atau pemenuhan kewajiban pembayaran hutang debitur bank
tersebut secara tepat waktu dan sebagaimana mestinya. Jadi, transaksi cessie
dalam kaitannya dengan transaksi pemberian kredit adalah transaksi atau
perjanjian accessoir (yang mengikut keberadaan dari transaksi atau perjanjian
pokok). Aspek hukum yang perlu diperhatikan dalam suatu transaksi cessie
yang sah adalah syarat untuk dibuatnya suatu akta cessie (berikut dengan
11 |Gugatan Perlawanan
syarat sahnya suatu perjanjian) dan adanya pemberitahuan ke debitur-nya
debitur bank (pasal 613 jo 584 KUH Perdata sampai 624 BW).
14. Bahwa Cessie pasal 613 jo 584 KUH Perdata adalah merupakan “Lex
Generalis” sehingga apabila adalah suatu peraturan yang merupakan “Lex
Spesialis” maka aturan yang berlaku adalah yang mengatur lebih khusus.
Cessie ini yang berpindah adalah piutangnya sedangkan untuk Hak Tanggungan
dan Sertifikat Hak Tanggungan belum berpindah. Maka untuk aturan-aturannya
tunduk dan patuh pada Undang-UndangNomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah.
15. Bahwa berdasarkan fakta dan kronologis yang terjadi dan mengakibatkan
adanya gugatan Perbuatan Melawan Hukum pada Terlawan I, II, III ini
diakibatkan dari kondisi Pelawan I dan Pelawan II telah mengalami kesulitan
akibat masalah ekonomi secara global sedang resesi,sehingga berpengaruh
mengakibatkan usaha dari Pelawan I mengalami kemerosotan dan kesulitan
keuangan;
16. Bahwa Terlawan III sebagai perbankan yang telah memberikan fasilitas KMK
kepada Pelawan II seharusnya memberikan solusi-solusi yang bisa
meringankan atas kesulitan usaha serta memberikan alternatif penyelesaian
yang telah ditentukan dan perbolehkan oleh aturan Bank Indonesia selaku Bank
Sentral, dalam hal ini peran serta selanjutnya diberikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan (selanjutnya disingkat OJK), sesuai dengan Peraturan OJK yang
dikenal Restrukturisasi, Reconditioning, Refinancing;
17. Bahwa Terlawan III ini dalam fakta yang terjadi malah tidak melaksanakan
Restrukturisasi, Reconditioning, Refinancing namun juga tidak melaksanakan
lelang Hak Tanggungan pada Turut Terlawan I secara baik dan benar serta
sesuai dengan Undang Undang Hak Tanggungan, yaitu Undang-Undang Nomer
4 Tahun 1996. Namun malah melakukan suatu kegiatan yang menyebabkan
suatu ambigu hukum/ dualisme hukum. Bahwa adanya Hak Tanggungan
12 |Gugatan Perlawanan
seharusnya tunduk dan patuh kepada UU Hak Tanggungan serta dilaksanakan
sesuai prosedur Hak Tanggungan.
18. Bahwa dalam putusan lelang hak tanggungan pada bagian pertama teks
terdapat kalimat “IRAH-IRAH DEMI KEADILAN ATAS NAMA TUHAN YANG
MAHA ESA” yang artinya bahwa pelaksanaan lelang atas hak tanggungan harus
berdasarkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa dengan bersifat adil serta
seimbang antara hak dan kewajiban debitur dan kreditur serta berdasarkan
pedoman prinsip EQUALITY BEFORE THE LAW (keseimbangan hukum) dalam
melelang jaminan milik Pelawan I dan Pelawan II.
19. Bahwa dalam fakta yang terjadi Terlawan III tidak melaksanakan proses lelang
secara baik dan benar, lalu secara tiba-tiba telah memindahkan piutang dari
Terlawan III kepada Terlawan I atas utang dengan fasilitas KMK dari Pelawan I
dengan jaminan atas nama Pelawan II secara CESSIE dengan aturan yang ada
dalam BW pasal 613 BW sampai dengan 624 BW, sedangkan cessie dalam
Hukum Perdata diartikan sebagai pengalihan hak atas kebendaan bergerak tak
berwujud (intangible goods) yang biasanya berupa piutang atas nama kepada
pihak ketiga, dimana seseorang menjual hak tagihnya kepada orang lain. Hal ini
terbukti dengan adanya Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Nomer 26 Tanggal 25
April 2019 dan Akta Lampiran A Pengalihan Piutang Nomer 27, tanggal 25 April
2019 di hadapan Notaris Sherly Dian Meirawati, Sarjana Hukum, Magister
Hukum Notaris di Kota Surabaya, antara Terlawan I dengan Terlawan III dengan
tanpa melibatkan Pelawan I dan Pelawan II (sebagai pemilik jaminan yang telah
dipasang Hak Tanggungan)., dalam hal ini melekat Undang-Undang Hak
Tanggungan yang wajib ditaati, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh Terlawan III
dengan Pelawan I serta Pelawan II dan melibatkan Terlawan I.
20. Bahwa dengan dibuatnya AKTA CESSIE oleh TERLAWAN IV adalah merupakan
suatu perbuatan yang bertentangan pula dengan Undang Undang dalam
Jabatan Notaris serta dialihkan dengan AKTA CESSIE dan AKTA
PENGALIHAN antara TERLAWAN I dengan TERLAWAN III ini hanya peralihan
13 |Gugatan Perlawanan
tentang piutangnya saja namun tidak beralihnya Hak Tanggungan yang melekat
pada SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN (secara fakta) atas namanya telah
dialihkan kepada TERLAWAN III atas jaminan Tanah dan Bangunan dengan
Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomer 174 dengan luas 140M2 yang terletak di
Pantai Mentari D Nomer 12 A Surabaya yang seharusnya masih atas nama
Pelawan II sebagai barang jaminan atas fasilitas KMK yang telah diberikan oleh
Terlawan III kepada Pelawan I.
22. Bahwa dengan dialihkan piutang dari Pelawan I dengan jaminan atas nama
Pelawan II, sudah seharusnya ada roya dan surat keterangan lunas dari
Terlawan III untuk terlawan I sebagai bukti telah terjadi pelunasan, namun
demikian harus sesuai dengan Undang-Undang Nomer 4 Tahun 1996
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUHT yaitu, “Apabila debitor cidera janji,
pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.” Bukan sesuai dengan
aturan Cessie sebagaimana yang diatur dalam BW pasal 613 BW sampai
dengan pasal 624 BW.
23. Bahwa dengan tidak taatnya pada prinsip hukum terutama pada Undang-
Undang Nomer 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, maka hal ini
menyebabkan atau menjadi tidak efektif dan berguna adanya Hak Tangunggan.
Adanya Hak Tanggungan seharusnya menyebabkan keadilan berdasarkan
Tuhan Yang Maha Esa antara Hak Kreditur dengan Debitur, sehingga adanya
14 |Gugatan Perlawanan
akal-akalan dalam penggelapan hukum dan atau penyiasatan Hukum dari para
pengambil dari para pihak ini dapat terhindarkan serta memberikan keuntungan
dan manfaat yang sama dan balance para INVESTOR dan Debitur. Maka
dalam istilah hukum dari para pembuat Undang-Undang, Pemerintahan dan
Yudikatis ini dapat berjalan seimbang pada pelaksanaannya, sehingga tulisan
EQUALITY BEFORE THE LAW menjadi efektif dan bukan sekedar tulisan atau
slogan.
24. Bahwa lelang yang telah dilakukan oleh TERLAWAN I pada tempat TURUT
TERLAWAN I dengaan dimenangkan oleh TERLAWAN II adalah TIDAK SAH
serta bertentangan PRINSIP-PRINSIP HUKUM dan Norma-Norma yang berlaku
pada masyarakat serta hukum tidak seimbang dalam melindungi hak antara
debitur dan kreditur serta cenderung menyiasati, mengakali hukum serta terjadi
pembusukan hukum.
25. Bahwa lelang yang dilakukan oleh TERLAWAN I dengan penentuan pemenang
TERLAWAN II pada TURUT TERLAWAN I dengan tidak berdasarkan Undang-
Undang Nomer 4 Tahun 1996 sangat bertentangan dan banyak melanggar dan
tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam pasal-
pasal dalam Undang-undang tersebut. Proses Administrasi dengan
melaksanakan secara cessie lalu dilanjutkan dengan lelang secara Hak
Tanggungan telah menyebabkan suatu kesemerawutan hukum, ambigo serta
kebingungan hukum dan adanya rekayasa dari kreditur dan pemilik dana untuk
mencari manfaat serta mengakibatkan ketidak seimbangan hukum.
26. Bahwa dengan dinyatakan TIDAK SAH atas lelang yang telah dilakukan oleh
TERLAWAN I dan dimenangkan oleh TERLAWAN II, maka Majelis Hakim untuk
memerintahkan kepada TURUT TERLAWAN I untuk menyatakan TIDAK SAH
atas lelang yang telah diadakan di TURUT TERLAWAN I.
27. Bahwa atas berita acara lelang dengan dinyatakan TIDAK SAH oleh Majelis
Hakim maka TURUT TERLAWAN II IKUT diperintahkan pula untuk menyatakan
15 |Gugatan Perlawanan
TIDAK SAH atas peralihan HAK dari PELAWAN II menjadi berlih hak kepada
TERLAWAN II.
28. Bahwa atas Teguran/ Aanmaning Pengosongan Sukarela Objek Lelang Tidak
Bergerak No. 72/Eks/2019/PN.Sby adalah TIDAK SAH berdasarkan peralihan
HAK yang dimiliki oleh TERLAWAN II secara LELANG DARI CESSIE milik
TERLAWAN II adalah merupakan cara yang bertentangan dengan Undang-
Undang Nomer 4 Tahun 1996;
29. Bahwa atas Teguran/ Aanmaning Pengosongan Sukarela Objek Lelang Tidak
Bergerak No. 72/Eks/2019/PN.Sby yang dinyatakan oleh Majelis Hakim adalah
TIDAK SAH untuk memerintahkan kepada TURUR TERLAWAN III untuk tidak
melaksanakan Aanmaning Pengosongan Sukarela Objek Lelang Tidak Bergerak
No. 72/Eks/2019/PN.Sby.
30. Bahwa Pelawan I dan II melakukan Gugatan Perlawanan ini disebabkan masih
adanya pelaksanaan lelang yang tidak sesuai dengan Undang Undang Nomer 4
Tahun 1996 tentang Pelelangan Hak Tanggungan yang sesuai dalam Pasal-
Pasal yang ada dalam Undang-Undang tersebut.
31. Bahwa karena perlawanan ini, Pihak Pengadilan harus memanggil dan
memeriksa semua pihak dan adanya perlawanan ini dapat menangguhkan
proses sita eksekusi sampai Pengadilan Negeri mengambil keputusan atas
gugatan perlawanan tersebut karena gugatan perlawanan ini benar dan
beralasan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 207 HIR yang mengatur
sebagai berikut:
Pasal 207.
16 |Gugatan Perlawanan
Kemudian perkara itu oleh ketua pada persidangan yang pertama
sesudah itu, supaya diputuskan sesudah kedua belah pihak diperiksa
atau dipanggil dengan sah. (IR. 124 dst.)
Perlawanan itu tidak dapat menahan orang memulai atau meneruskan
pelaksanaan keputusan itu, kecuali jika ketua memberi perintah, supaya
hal itu ditangguhkan sampai pengadilan negeri mengambil keputusan.
(Rv. 422; IR. 208, 224.)
32. Bahwa Para Pelawan sampai saat ini belum mendapat pemberitahuan resmi
terkait harga lelang, Para Pelawan hanya mengetahui dari sumber-sumber tidak
dilakukan pada tanggal 28 Bulan Oktober tahun 2021 dari KJJP NI MADE
TJANDRA KASIH atas atas tanah dan bangungan yang terletak di Pantai
dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomer 174, dalam hal ini mempunyai
nilai pasar sebesar Rp, 1.946.463.000,- (Satu Milyard Sembilan Ratus Empat
Puluh Enam Juta Empat Ratus Enam Puluh Tiga Ribu Rupiah) berdasarkan nilai
pasar yang berlaku dan dijual dibawah harga pasar sebesar Rp. 1.050.000.000,-
(Satu Milyard Lima Puluh Juta Rupiah), sedangkan sisa kewajiban kepada
Terlawan III yang harus dilunasi sebesar kurang lebih Rp. 4.000.000.000(Empat
Milyard Rupiah), sedangkan dalam penjualan tanah dan bangunan yang terletak
Siswari, berdasarka SHM Nomer 854, Gambar Situasi No. 10379 tahun 1984
luas 242 M2 dan telah dilakukan lelang yang di duga dilakukan melalui
Perbuatan Melawan Hukum pula dengan hasil yang tidak sesuai dengan nilai
17 |Gugatan Perlawanan
pasar yang berlaku di daerah jaminan tanah dan bangunan berada khususnya
SHM Nomer 854, Gambar Situasi No. 10379 tahun 1984 luas 242 M2, yaitu
Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), ini lah fakta hukum yang terjadi, Pelawan I dan
4.000.000.000,- dikurangi total 2 dari nilai jaminan tanah dan bangunan yang
telah dijaminkan hanya sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyard lima ratus juta
Milyard Lima Ratus Juta Rupiah), maka pihak Terlawan III telah melanggar
Terlawan III sendiri serta khusunya kepada pihak Pelawan I dan Pelawan II;
33. Bahwa harga yang lebih rendah tersebut adalah bertentangan dengan hukum
yang berlaku karena tidak menggunakan harga pasar sebagai dasar harga yang
Nomor 112 K/PDT/1997 tanggal 20 April 1999 yang pada intinya mengatur
bahwa “bahwa yang menjadi pokok persoalan dalam perkara ini adalah apakah
pelelangan dapat dibatalkan atas alasan: 1. Harga lelang jauh lebih rendah dari
nilai hipotek; 2. Harga lelang jauh lebih rendah dari nilai objek jaminan; 3.
dilaksanakan secara ceroboh dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku,
18 |Gugatan Perlawanan
34. Bahwa menurut Zainal Asikin lelang yang dilakukan dengan manipulasi harga di
bawah harga pasar sehingga dapat merugikan debitur dan pengumuman lelang
35. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka Terlawan I, Terlawan II,
yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya
suatu pelanggaran hukum (2). Terdapat kesalahan (3). Terdapat Kerugian (4).
perbuatan yang dilakukan oleh Terlawan I, II,III sudah memenuhi salah satu
unsur tersebut, yaitu terdapat kerugian yang dialami oleh Para Pelawan. Hal ini
19 |Gugatan Perlawanan
Terlawan III tidak menunjukkan respon yang baik dan tetap melaksanakan
37. Bahwa “harga limit objek lelang jauh dari harga pasaran” merupakan masalah
hukum yang serius dalam pelaksanaan lelang hak tanggungan. Amran Suadi
mengatakan bahwa limit harga lelang yang terlalu rendah adalah salah satu
masalah dalam eksekusi hak tanggungan sehingga hal tersebut menjadi salah
satu alasan yang kuat untuk melakukan upaya hukum atau perlawanan (Baca
38. Semua unsur dalam Perbuatan Melanggar Hukum tersebut tidak bersifat
sudah memenuhi salah satu unsur dalam Pasal 1365 BW tersebut (Baca dan
39. Bahwa akibat perbuatan Terlawan I,II,III dan IV dari Akta Perjanjian Jual Beli
Piutang Nomer 26 Tanggal 25 April 2019 dan Akta Lampiran A Pengalihan Piutang
Nomer 27, tanggal 25 April 2019 di hadapan Notaris Sherly Dian Meirawati, Sarjana
Hukum, Magister Hukum Notaris di Kota Surabaya, antara Terlawan I dengan Terlawan
III atas obyek sengketa yang diperoleh diduga secara Doli Prae Sintis serta tidak
sesuai dengan Pasal 1320 BW khususnya adanya Kausa Tidak Halal atas
obyek sengketa, sehingga pengalihan tidak sesuai syarat sahya perjanjian,
tanpa hak dan melanggar hukum terhadap tanah dan bangunan obyek
20 |Gugatan Perlawanan
sengketa, serta telah nyata-nyata menimbulkan kerugian materil dan moril bagi
Para Pelawan. Karenanya berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu
karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut” sehingga berdasar
hukum Penggugat berhak meminta ganti rugi kepada Tergugat sebesar Rp.
1.500. 000.000,- (Satu Milyard Rupiah) yaitu:
Kerugian Materil
Kewajiban yang harus dilunasi sebesar Rp. 4.000.000.000,- dikurangi total 2
dari nilai jaminan tanah dan bangunan yang telah dijaminkan hanya sebesar
Rp. 2.500.000.000,- (dua milyard lima ratus juta rupiah) sehingga mengalami
kerugian sebesar Rp. 1.500.000.000,- (Satu Milyard Lima Ratus Juta Rupiah).
Biaya transportasi dan akomodasi yang ditimbulkan dalam perkara ini selama
persidangan yaitu sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah)
Sedangkan kerugian uang Rp.15.000.000,- (lima belas juta) dengan Rincian
Sebagai Berikut:
21 |Gugatan Perlawanan
41.Bahwa agar Terlawan I, Terlawan II, Terlawan III, dan Terlawan IV secara
sukarela memenuhi isi putusan ini, mohon dihukum membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 500.000,-00 (lima ratus ribu rupiah) sehari setiap ia
lalai memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan diucapkan.
42. Bahwa Para Pelawan sangat yakin apabila Terlawan I dengan Terlawan III ini
telah dibantu dari Terlawan III serta Terlawan IV mengakibatkan beralihnya hak
dari Pelawan dengani surat-surat yang ada dalam kekuasaannya Terlawan III,
baik yang diterbitkan oleh Turut Tergugat II maupun pihak lain yang mana bila
ditelusuri penerbitan surat-surat tersebut kuat diduga perolehannya melalui hasil
rekayasa dan terkandung adanya unsur dugaan melanggar hukum.
43.Bahwa dikarenakan gugatan ini diajukan dengan disertai bukti-bukti otentik, maka
sesuai Pasal 180 HIR segala penetapan dan putusan pengadilan dalam
perkara aquo dapat dijalankan/dilaksanakan terlebih dahulu (Uit voorbaar
bjjvooraad ) meskipun ada upaya hukum dari Tergugat.
44.Bahwa segala surat-surat yang terbit untuk dan atas nama yang ada dalam
kekuasaan Terlawan II mengenai tanah obyek sengeta dalam perkara ini
berdasar hukum pengadilan menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai
kekuatan mengikat.
45. Bahwa agar Terlawan I, Terlawan I, Terlawan III, Terlawan IV secara sukarela
memenuhi isi putusan ini, mohon dihukum membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 500.000,-00 (lima ratus ribu rupiah) sehari setiap ia lalai memenuhi
46. Bahwa selanjutnya eksekusi atas objek aquo tidak mempunyai dasar hukum
yang kuat karena hanya berdasarkan lelang yang berdasarkan cessie dari
formil/ prosedur dalam pelaksanaannya dan tidak mempunyai dasar hukum yang
kuat;
48. Bahwa oleh karena Terlawan I, Terlawan II, Terlawan III telah secara nyata
dengan jaminan Tanah dan Bangunan dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan
Nomer 174 dengan luas 140M2 yang terletak di Pantai Mentari D Nomer 12 A
Surabaya atas nama Pelawan II sebagai barang jaminan atas fasilitas KMK yang
telah diberikan oleh Terlawan III kepada Pelawan I adalah TIDAK SAH serta
49 Bahwa dengan dinyatakannya Sita Eksekusi a quo batal demi hukum maka wajar
Pihak Terlawan I, Terlawan II, Terlawan III, untuk dihukum mengembalikan dan
50. Bahwa dengan dikabulkannya gugatan Pelawan ini, maka patut jika Pihak
Terlawan I, Terlawan II, Terlawan III, untuk membayar biaya perkara yang timbul
51. Bahwa Penggugat sangat keberatan atas perintah pengosongan atas 1 (satu)
jaminan Tanah dan Bangunan dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomer
174 dengan luas 140M2 yang terletak di Pantai Mentari D Nomer 12 A Surabaya
atas nama Pelawan II sebagai barang jaminan atas fasilitas KMK yang telah
23 |Gugatan Perlawanan
maka mohon Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara ini berkenan untuk
24 |Gugatan Perlawanan
sebesar Rp. 100.000.000,-(Seratus Juta Rupiah) sehingga total
kerugian
yang harus dibayar adalah Rp. 1.615.000.000,- (Satu Milyard Enam
Ratus Lima Belas Juta Rupiah);
10. Menghukum Terlawan I, Terlawan I, Terlawan III, Terlawan IV secara
sukarela memenuhi isi putusan ini, mohon dihukum membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp. 500.000,-00 (lima ratus ribu rupiah)
sehari setiap ia lalai memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan
ditetapkan;
11. Menghukum, para Terlawan secara tanggung renteng untuk membayar
biaya perkara yang timbul dalam perkara ini ;
Atau:
Apabila Majelis Hakim yang memutus perkara ini berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).
Hormat Penggugat,
Kuasa Hukum Penggugat
“KANTOR ADVOKAT RIYADI & PARTNERS”
25 |Gugatan Perlawanan