Anda di halaman 1dari 40

PERSAUDARAAN PENGACARA JAWA TIMUR

(PPJT)

SEKRETARIAT : PERUM WAHYU TAMAN SARIROGO BLOK AM/19


SIDOARJO – JAWA TIMUR 61251 TELP : 081262681688/081233781117
Email : persaudaraanpengacarajawatimur@gmail.com

Sidoarjo, Oktober 2022

Kepada Yth.

Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo


Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 10 Sidoarjo
Di-
SIDOARJO

Perihal : PERMOHONAN PRA PERADILAN TERHADAP TIDAK SAHNYA PENETAPAN


TERSANGKA

Dengan hormat;

Yang bertandatangan dibawah ini;


1. Nama : SYARIFUDIN RAKIB, SH. MH
Tempat tanggal lahir : Ujung Pandang, 12-12-1969
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : Sarjana S2 Ilmu Hukum
No. KTPA : 165/PP-PERARI/2017
Masa Berlaku KTPA : 31 Desember 2024
Pekerjaan : Pengacara
Alamat : Jl. KH. Syukur VII GG Mandala, E2 No. 7 Rt/RW.004/015,
Desa Sedati Gede, Kec. Sedati, Kab. Sidoarjo.
Nik : 3515181212690011
2. N a m a : RIYADI, S.H.
Umur : 62 tahun.
Tempat /Tanggal Lahir : Magetan, 09 April 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lebak Jaya V Utaran Nomer 17 RT. 001
RW. 005 Kel. DukuhSetro, Kec.Tambak,
Kota madya Surabaya.
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin

1|Page
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Masa Berlaku KTPA : 31 Desember 2024
Nomor Induk KTPA : 19.00319
3. Nama : PAWIT SYARWANI, S.H.
Tempat /TanggalLahir : Ciamis, 08 Januari1966
Umur : = 54tahun.
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : BumiCandiAsri J2/43 RT/RW 003/004
Desa Ngampelsari, Kecamatan Candi, KabupatenSidoarjo.
Agama : Islam
StatusPerkawinan : Kawin
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Masa berlaku KTPA : 3 Nopember 2024
Nomer KTPA : 3515070801660006
4. N a m a : MOCHAMMAD FAHMI, S.H.
Umur : 41 tahun.
TTL : Malang, 18 Oktober 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok Sidokare Asri Blok O No. 1
RT/RW 048/012 Kelurahan Sidokare,
Kec. Sidoarjo,Kabupaten Sidoarjo.
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Tanggal berakhirnya KTPA: 31 Desember 2024
Nomor Induk KTPA : 16.02354
5. N a m a : DJAUHARI T. SUWARNO, S.H.
Umur : 58 tahun.
TTL : Surabaya, 15 Januari 1964
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Taman Pinang Indah Blok O No. 1 RT/RW 001/004,
Kelurahan Lemah Putro, Kec. Sidoarjo,
Kabupaten Sidoarjo.
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Masa berlaku KTPA : 31 Desember 2024
Nomor Induk KTPA : 010.1587

Para Advokat pada Kantor Advokat “PERSAUDARAAN PENGACARA JAWA TIMUR ( P P J T)”
yang berkedudukan kantor di PERUM WAHYU TAMAN SARIROGO BLOK AM/19 SIDOARJO

2|Page
JAWA TIMUR 61251 TELP : 081262681688/081233781117,082143991945, dengan alamat Email:
persaudaraanpengacarajawatimur@gmail.com. Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri.
Berdasarkan surat kuasa khusus bertindak untuk dan atas nama:
Nama : Sya’Rony Aliem
Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo, 28 Oktober 1967
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tinggal : Dusun Gempolsari RT. 08 RW/ 02 Desa Gempolsari
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
Pekerjaan : Mantan Kepala Desa Gempolsari Tahun 2016-2022
Selanjutnya disebut----------------------------------------------------------------------------PEMOHON

Dengan ini Pemohon mengajukan Permohonan Praperadilan sehubungan dengan penetapan


tersangka yang tidak sah secara hukum atas diri Pemohon di wilayah hukum Pengadilan Negeri
Sidoarjo, melawan:
 KEPALA KEJAKSAAN NEGERI SIDOARJO C.Q.KEPALA SEKSI PIDANA KHUSUS
KEJAKSAAN NEGERI SIDOARJO CQ PENYIDIK PIDANA KHUSUS KEJAKSAAN
NEGERI SIDOARJO, beralamat di Jalan Sultan Agung No. 36 Sidoarjo.
Selanjutnya disebut--------------------------------------------------------------------------TERMOHON

Adapun alasan-alasan atau dasar Permohonan Praperadilan tersebut adalah sebagai berikut;

A. PENDAHULUAN

1. Bahwa Doktrin The fruit from the poisonus tree, sebuah doktrin yang peting dalam hukum
acara pidana yakni “bukti yang diperoleh secara ilegal tidak boleh digunakan oleh aparat
penegak hukum untuk membuktikan perkara pidana”. Bukti yang didapat secara ilegal tidak
dapat dimasukkan dan digunakan dalam pengadilan karena melanggar hak-hak tersangka
dalam memperoleh peradilan yang adil (fair trial). Terhadap suatu Penyidikan yang dilakukan
dalam mengumpulkan alat bukti, yaitu pada saat Penyidikan tidak dilakukan dengan cara
yang benar sesuai dengan aturan yang berlaku maka alat bukti tersebut harus dianggap
tercemar. Penegakan hukum wajib dilakukan sesuai denganaturan yang berlaku karena hasil
yang baik harus diperoleh dengan cara yang baik. Disinilah esensi dari doktrin penting dalam
hukum acara pidana dimanapun negaranya termasuk di Indonesia yakni “ doktrin the fruit of
the poisonus tree”;

2. Bahwa Pemohon bukan merupakan pelaku yang ada dan telibat atas korupsi ganti rugi atas
tanah-tanah wakaf pada Masjid, TPQ, dan Madrasah Ibtidaiyah oleh BPLS (Badan
Penangulangan Lumpur Sidoarjo dan selanjutnya disingkat BPLS) sekitar tahun 2013 di
Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Atas Korupsi korupsi ganti
rugi atas tanah-tanah wakaf pada Masjid, TPQ dan Madrasah Ibtidaiyah oleh BPLS
dilakukan dengan menggunakan dan APBN bagi daerah yang berdampak dari musibah

3|Page
lumpur lapindo, BPLS telah mengganti atas tanah-tanah tersebut dengan proses peralihan
melalu adanya penandatanganan ikatan Jual Beli secara Notariil pada Notaris dan PPAT
Edwin Subarkah,S.H.M.Kn. yang diakui sebagai milik pribadi dari Maduka dengan dialihkan
serta diserahkan kepada individu melalui data yang dibuat secara palsu sebagaimana
peristiwa yang terjadi pada tahun 2013;

2. Bahwa Pemohon ini ditarik oleh jaksa Penyidik Kejaksaan Negeri Kabupaten Sidoarjo
sebagai TERSANGKA atas KORUPSI ganti rugi atas tanah-tanah wakaf pada Masjid, TPQ,
dan Madrasah Ibtidaiyah oleh BPLS (Badan Penangulangan Lumpur Sidoarjo dan
selanjutnya disingkat BPLS) sekitar tahun 2013 di Desa Gempolsari Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo adalah merupakan langkah yang berlebihan dan
sembrono. Hal ini disebabkan PEMOHON bukan PELAKU ATAS PERBUATAN yang diduha
telah menyebabkan kerugian pada negara, terutama dana APBN yang digunakan oleh BPLS
untuk memberikan ganti rugi kepada TPQ yang berada di lingkungan Masjid Al Istiqoma
Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo;

3. Bahwa Pemohon ini diproses melalui suatu proses yang bertentangan dengan hukum
pidana, Hukum Acara Pidana, Hukum Tindak pidana Korupsi (Undang-Undang Nomer 19
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Korupsi Nomer 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) untuk ditarik sebagai
Tersangka Korupsi oleh Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo adalah merupakan langkah
yang berlebihan dan sembrono. Sebab Pemohon bukan merupakan sebagai pelaku
langsung atas perbuatan yang di duga telah menyebabkan kerugian pada negara, terutama
dana APBN yang digunakan oleh BPLS untuk memberikan ganti rugi kepada TPQ di Masjid
Al Istikomah Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo;

4. Bahwa Pemohon ini dalam menerima dan membawa uang kas Masjid Al-Istiqomah dari
Dana Ganti Rugi BPLS ini melalui proses dan bukan melalui suatu pemaksaan dan
pengancaman, bahkan dalam proses tersebut ada Rapat di Balai Desa Gempolsari
sebanyak dua kali dan di Masjid Al-Istiqomah sebanyak 2 (dua) kali serta adanya Berita
Acara Rapat, Berita serah terima barang dan disaksikan oleh warga dan pengurus Takmir
Masjid Al-Istiqomah untuk dikeluarkan atau diserahkan atas uang yang ada dalam rekening
pengurus Takmir Masjid Al-Istiqomah lama kepada Pengurus Takmir Masjid Al-Istiqomah
baru.

5. Bahwa dalam penyerahan Berdasarkan Berita Acara Rapat pada Tanggal 15 Agustus 2019
dalam musyawarah di Balai Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin yang dihadiri oleh
Kepala desa, perangkat desa, Pengurus Takmir Masjid Al-Istiqomah baik yang lama maupun
yang baru, BPD Desa Gempolsari maka mempunyai poin utama :

1. Adanya permasalahan tentang proses penjualan tanah dan bangunan TPQ dari beberapa

4|Page
Ahli Waris yang telah waqaf untuk tanah dan digunakan sebagai gedung TPQ.

2. Adanya tuntutan Ahli waris dari adanya pembelian tanah dan bangunan TPQ oleh BPLS
Kab Sidoarjo untuk diwujudkan kembali untuk adanya Tanah dan Bangunan TPQ baru.

3. Meredam gejolak warga disebabkan masa bakti Pengurus Takmir Masjid lama Al
Istiqomah yang telah habis dan diganti pengurus Takmir Masjid Baru Al Istiqomah serta
dilakukan perubahan atas nama rekening.

Bahwa pada rapat tersebut telah tercapai keseepakatan untuk adanya serah terima rekening
Masjid Al Istiqomah dari Pengurus Takmir Masjid Al Istiqomah lama ke Pengurus Takmir
Masjid Al Istiqomah baru atas Rekening Nomer 6202008562 dengan isi saldo Rp.
367.150.438,84. (Tiga Ratus Enam Puluh Tujuh Juta Seratus Lima Puluh Ribu Empat Ratus
Tiga Puluh Delapan Koma Delapan Empat Sen Rupaih). Kemudian diadakan rapat di Desa 1
Kali dan Di Masjid 1 kali lagi kemudian dilakukan penyerahan Uang secara tunai atas Kas
Dari Pengurus Takmir Masjid Al Istiqomah Baru dengan Daftar hadir yang dihadiri oleh
Warga Desa Gempolsari dan Kepala Desa Gempolsari pada tanggal 23 Agustus 2019 dan
dalam dalam daftar hadir itu dihadairi sebanyak 15 orang.

6. Bahwa adanya pergantian pengurus masjid lama ke pengurus masjid baru


Pertanggungjawaban atas kas dan uang infaq dan atau sedekah Berita Acara Rapat untuk
bangun TPQ sebesar Rp. 297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus
delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah) dan uang
infaq tetap dipegang pengurus masjid baru sejumlah 70 juta. Bahkan Pengurus Masjid Baru
yang bernama Bapak Yasin ini tidak mau memegang uang sebesar Rp. 297.108. 438,84
(Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan
koma delapan puluh empat rupiah). Setelah adanya Pelaporan dari Warga Desa Gempolsari
Tanggulangin Kecamatan Sidoarjo tentang Penyalahgunaan dana APBN untuk ganti
rugi/pembelian lahan dan bangunan TPQ Masjid Al-Istiqomah Desa Gempolsari diperiksa
oleh Kejaksaan Negeri Kabupaten Sidoarjo, maka diputuskan adanya Sprint oleh Termohon
untuk penyidikan. Lalu selanjutnya Pemohon untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus
korupsi dana ganti rugi dari Dana APBN atas tanah dan bangunan TPQ Di Masjid Al
Istiqomah desa gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 07
Juli 2022 lalu pada tanggal 13 Juli 2022 kemudian pada tanggal lalu tanggal 14 juli 2022
diantar kuasa hukumnya untuk mengembalikan uang namun pada faktanya ada
kesibukan ,maka baru pada tanggal 19 Juli 2022 uang diterima oleh penyidik Kejaksaan
Negeri Sidoarjo namun hanya diberi bukti tanda terima dan tidak ada berita acara penyitaan.
Kemudian pada tanggal 20 juli 2022 ditetapkan sebagai tersangka lalu pada tanggal 21 juli
2022 diberitahukan SPDP kepada Pemohon Maka telah terjadi penetapan yang salah atau
pemaksaan atas pengenaan dan penerapan atas pasal -pasal yang telah
dituduhkan/dikenakan sebagaimana pada pasal 12 e dan pasal 8 UU tipikor oleh jaksa

5|Page
penyidik kejaksaan negeriSidoarjo.

7. Skema Permasalahan Korupsi dana BPLS ini kami buat dalam skema di bawah ini :

Tahun 2013 Terjadi Jual Tahun 2014 uang Ganti


Terdapat Ganti Rugi dari Beli Antara: Rugi Masjid ini telah
Badan Penangulangan Pengurus Ta’mir Masjid dilakukan pemeriksaan dan
Lumpur Sidoarjo (BPLS) Lama kepada Ketua yang ditetapkan adanya Korupsi
baru bernama Maduka uang negara

pemalsuan tanah wakaf atas


Masjid dibuatkan Ikatan Jual pembuatan dan perubahan
Beli dari Desa lalu dijadikan leter C adalah Abdul Haris
sebagai tanah pribadi oleh selaku Kepala Desa
dan atas nama Maduka

8. Bahwa Pemohon mengajukan PraPeradilan ini sebagai Hakikat keberadaan pranata


praperadilan dalam bentuk pengawasan dan mekanisme keberatan terhadap proses
penegakan hukum yang terkait erat dengan jaminan perlindungan hak asasi
manusia. Namun dalam perjalanannya, lembaga praperadilan tidak mampu
menjawab permasalahan yang ada dalam proses pra-ajudikasi. “Fungsi pengawasan
pranata praperadilan hanya bersifat post facto dan pengujiannya hanya bersifat
formal yang mengedepankan unsur objektif, sedangkan unsur subjektif tidak dapat
diawasi pengadilan.

9. Bahwa Pengajuan praperadilan dalam hal penetapan tersangka dibatasi secara


limitatif oleh ketentuan Pasal 1 angka 10 juncto Pasal 77 huruf a KUHAP. Padahal,
penetapan tersangka adalah bagian dari proses penyidikan yang di dalamnya
kemungkinan terdapat tindakan sewenang-wenang dari penyidik yang termasuk
dalam perampasan hak asasi seseorang. “Maka Mahkamah Konstitusi berpendapat,
dimasukkannya keabsahan penetapan tersangka sebagai objek pranata
praperadilan adalah agar perlakuan terhadap seseorang dalam proses pidana
memperhatikan tersangka sebagai manusia yang mempunyai harkat, martabat, dan
kedudukan yang sama di hadapan hukum,” tegas Anwar.

10. Bahwa Pemohon mengetahui tentang pasal 1 angka 10 KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana), praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan
memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang tiga hal :

6|Page
 Pertama sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.

 Kedua sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan ,dan

 ketiga permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

11. Bahwa Pemohon ini juga mengetahui atas gugatan praperadilan ini tidak menyangkut
pokok perkara, namun berkaitan dengan jumlah alat bukti dan kualitas. Pemohon juga
memasukkan beberapa pokok perkara ini untuk menyampaikan permasalahan kepada
Majelis Hakim secara utuh menyeluruh.

B. DASAR HUKUM
1. Bahwa Permohonan Praperadilan ini diajukan berdasarkan ketentuan Pasal 77 dan Pasal 79
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), yang menyatakan sebagai berikut:

Pasal 77 KUHAP ini berbunyi :“Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan
memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:

a. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian


penuntutan;
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan .”
Kemudian berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2016 Tentang Larangan Peninjauan Kembali Putusan Praperadilan pada Pasal 2 yang
berbunyi sebagai berikut:
(1) Obyek Praperadilan adalah:
a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan, penetapan tersangka, penyitaan dan penggeledahan;
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
(2) Pemeriksaan Praperadilan terhadap permohonan tentang tidak sahnya penetapan
tersangka hanya menilai aspek formil, yaitu apakah ada paling sedikit 2 (dua) alat bukti
yang sah dan tidak memasuki materi perkara.
(3) Putusan Praperadilan yang mengabulkan permohonan tentang tidak sahnya penetapan
tersangka tidak menggugurkan kewenangan Penyidik untuk menetapkan yang
bersangkutan sebagai tersangka lagi setelah memenuhi paling sedikit dua alat bukti
baru yang sah, berbeda dengan alat bukti sebelumnya yang berkaitan dengan materi
perkara.
2. Bahwa Pasal 77 huruf a KUHAP telah diuji oleh Mahkamah Konstitusi dalam putusan
perkara nomor 21/PUU-XII/2014, dimana Mahkamah Konstitusi menyatakan ketentuan
Praperadilan yang tertuang dalam Pasal 77 huruf a KUHAP bertentangan dengan Konstitusi
sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan.

7|Page
Mahkamah Konstitusi mengabulkan sebagian pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang diajukan oleh terpidana kasus korupsi
bioremediasi fiktif PT. Chevron Pasific Indonesia Bachtiar Abdul Fatah. “Mengadili,
menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian,” ujar Ketua MK Arief
Hidayat mengucapkan amar putusan didampingi tujuh hakim konstitusi lainnya di ruang
sidang pleno MK, Jakarta, Selasa (28/4). Putusan tersebut menegaskan ketentuan
praperadilan yang tertuang dalam Pasal 77 huruf a KUHAP bertentangan dengan Konstitusi
sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan.
Namun MK dalam putusannya memperluas objek praperadilan setelah pada 28 April 2015
lalu, mengabulkan sebagian permohonan yang diajukan terpidana kasus bio remediasi
Chevron Bachtiar Abdul Fatah. Dalam putusannya, MK menyatakan pasal yang dimohonkan
Bachiar, yakni Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 77 KUHAP
inkonstitusional, karena mengabaikan prinsip hak atas kepastian hukum yang adil.

3. Menurut Mahkamah, KUHAP tidak memiliki  check and balance system atas tindakan
penetapan tersangka oleh penyidik karena tidak adanya mekanisme pengujian atas
keabsahan perolehan alat bukti. “Hukum Acara Pidana Indonesia belum menerapkan
prinsip due process of law secara utuh karena tindakan aparat penegak hukum dalam
mencari dan menemukan alat bukti tidak dapat dilakukan pengujian keabsahan
perolehannya,” ujar Hakim Konstitusi Anwar Usman membacakan Pertimbangan Hukum.

4. Bahwa keberadaan Lembaga Praperadilan, sebagaimana diatur dalam Bab X Bagian Kesatu
KUHAP dan Bab XII Bagian Kesatu KUHAP secara jelas dan tegas dimaksudkan sebagai
sarana kontrol atau pengawasan horizontal untuk menguji keabsahan penggunaan
wewenang oleh aparat penegak hukum (in casu Penyelidik/Penyidik maupun Penuntut
Umum), sebagai upaya koreksi terhadap penggunaan wewenang apabila dilaksanakan
secara sewenang-wenang dengan maksud/tujuan lain di luar dari yang ditentukan secara
tegas dalam KUHAP, guna menjamin perlindungan terhadap hak asasi setiap orang
termasuk dalam hal ini Pemohon.

5. Bahwa lembaga Pra peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 77 s/d 83 KUHAP
adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk menguji apakah tindakan/upaya paksa yang
dilakukan oleh penyidik/penuntut umum sudah sesuai dengan undang-undang dan tindakan
tersebut telah dilengkapi administrasi penyidikan secara cermat atau tidak, karena pada
dasarnya tuntutan Praperadilan menyangkut sah tidaknya tindakan penyidik atau penuntut
umum di dalam melakukan penyidikan atau penuntutan;

6. Bahwa berdasarkan perkara Nomor: 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt. Sel., yang diajukan oleh


Komisaris Jenderal Polisi (Komjenpol) Drs.Budi Gunawan, S.H., M.Si merupakan Salah satu
objek yang diputus dalam perkara tersebut adalah dikabulkannya permohonan Pemohon
agar penetapan tersangka yang dikenakan kepadanya masuk ke dalam ruang lingkup objek

8|Page
yang dapat diadili dalam sidang praperadilan. Namun, Putusan Nomor:
04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt. Sel bahwa ”hakim tidak boleh menolak suatu perkara karena
ketiadaan hukum yang mengaturnya, bahkan seorang hakim memiliki kewajiban untuk
menggali norma-norma hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat, untuk mencapai
keadilan terhadap perkara yang dihadapinya”

7. Bahwa terdapatnya penguatan atas objek praperadilan terhadap penetapan status tersangka
telah tercantum pada putusan perkara sebelumnya Nomor: 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt-Sel
telah menempatkan “penetapan tersangka sebagai salah satu objek praperadilan, namun
karena sistem hukum di Indonesia tidak mengenal asas preseden, putusan dalam perkara
dimaksud, tidak mengikat bagi hakim praperadilan lainnya. Dalam kurun waktu yang tidak
terlalu lama pasca putusan tersebut dikeluarkan, bahkan dalam lingkup pengadilan yang
sama (Pengadilan Negeri Jakarta Selatan), putusan praperadilan menjadi sangat bervariasi”

8. Bahwa melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 21/PUU-XII/2014 menyatakan bahwa


“penetapan tersangka adalah bagian dari proses penyidikan yang merupakan perampasan terhadap
hak asasi manusia maka seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan obyek yang
dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata praperadilan. Hal tersebut semata-
mata untuk melindungi seseorang dari tindakan sewenang-wenang penyidik yang kemungkinan
besar dapat terjadi ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangka, padahal dalam prosesnya
ternyata ada kekeliruan maka tidak ada pranata lain selain pranata praperadilan yang dapat
memeriksa dan memutusnya. Namun demikian, perlindungan terhadap hak tersangka tidak
kemudian diartikan bahwa tersangka tersebut tidak bersalah dan tidak menggugurkan dugaan
adanya tindak pidana, sehingga tetap dapat dilakukan penyidikan kembali sesuai dengan kaidah
hukum yang berlaku secara ideal dan benar. Dimasukkannya keabsahan penetapan tersangka
sebagai objek pranata praperadilan adalah agar perlakuan terhadap seseorang dalam proses pidana
memperhatikan tersangka sebagai manusia yang mempunyai harkat, martabat, dan kedudukan yang
sama di hadapan hukum”

9. Bahwa menurut Pasal 39 Ayat (1) KUHAP terhadap tahapan di dalam Barang bukti sebagaimana yang
dapat dilakukan penyitaan oleh penyidik harus memiliki kriteria berupa Hasil Tindak Pidana, alat yang
digunakan tindak pidana, dan Barang-barang yang berkaitan dengan tindak pidana. Maka sejatinya
penyidik dapat melakukan penyitaan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 39 ayat (1) KUHAP
sebagaimana;
1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah;
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau Sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana sebagai hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya;
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan

11. Bahwa apabila kita melihat pendapat dari S. Tanusubroto, yang menyatakan bahwa

9|Page
keberadaan lembaga Praperadilan sebenarnya memberikan peringatan:
1) Agar penegak hukum harus hati-hati dalam melakukan tindakan hukumnya dan setiap
tindakan hukum harus didasarkan kepada ketentuan hukum yang berlaku, dalam arti ia
harus mampu menahan diri serta menjauhkan diri dari tindakan sewenang-wenang;
2) Ganti rugi dan rehabilitasi merupakan upaya untuk melindungi warga negara yang
diduga melakukan kejahatan yang ternyata tanpa didukung dengan alat bukti yang
menyakinkan sebagai akibat dari sikap dan perlakuan penegak hukum yang tidak
mengindahkan prinsip hak-hak asasi manusia;
3) Hakim dalam menentukan ganti kerugian harus memperhitungkan dan
mempertimbangkan dengan seksama, baik untuk kepentingan orang yang dirugikan
maupun dari sudut kemampuan finansial pemerintah dalam memenuhi dan
melaksanakan putusan hukum itu;
4) Dengan rehabilitasi berarti orang itu telah dipulihkan haknya sesuai dengan keadaan
semula yang diduga telah melakukan kejahatan;
5) Kejujuran yang menjiwai KUHAP harus diimbangi dengan integritas dan dedikasi dari
aparat penegak hukum, karena tanpa adanya keseimbangan itu semuanya akan sia-sia
belaka.

Selain itu menurut pendapat dari Indriyanto Seno Adji bahwa KUHAP menerapkan
lembaga Praperadilan untuk melindungi seseorang dalam pemeriksaan pendahuluan
terhadap tindakan-tindakan kepolisian dan atau kejaksaan (termasuk Para Termohon
sebagai salah satu institusi yang juga berhak menyidik) yang melanggar hukum dan
merugikan seseorang (in casu Pemohon), dimana lembaga Praperadilan ini berfungsi
sebagai lembaga pengawas terhadap upaya paksa yang dilaksanakan oleh pejabat
penyidik dalam batasan tertentu;

12. Bahwa Permohonan Praperadilan ini diajukan berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat 1 dan
ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), “Pasal 56 Ayat 1 berbunyi sebagai berikut “Dalam hal tersangka atau
terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu
yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu
yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.” Lalu pada “Pasal 56 ayat 2
berbunyi sebagai berikut “: Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.

13 Bahwa tujuan Praperadilan seperti yang tersirat dalam penjelasan Pasal 80 KUHAP adalah untuk
menegakkan hukum, keadilan, kebenaran melalui sarana pengawasan horizontal, sehingga esensi
dari Praperadilan adalah untuk mengawasi tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik atau
penuntut umum terhadap Tersangka, benar-benar dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang,
dilakukan secara profesional dan bukan tindakan yang bertentangan dengan hukum sebagaimana
diatur dalam KUHAP atau perundang-undangan lainnya;

14. Bahwa Pemohon ini mengajukan gugatan Pra Peradilan ini dilakukan dalam memahami

10 | P a g e
Frasa/kalimat Tindakan Lain pada Pasal 95 KUHAP yang berbunyi dibawah ini

(1) Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap,
ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum
yang diterapkan.
(2) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau
penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau
karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus di sidang
praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.
(3) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh tersangka,
terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kepada pengadilan yang berwenang mengadili
perkara yang bersangkutan.
(4) Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti kerugian tersebut pada ayat (1)
ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim yang sama yang telah mengadili
perkara pidana yang bersangkutan.
(5) Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada ayat (4) mengikuti
acara praperadilan.
Frasa/Kalimat tindakan lain dimaksud harus dimaknai sebagai termasuk penetapan
tersangka tidak sah, penggeledahan dan penyitaan, serta pemeriksaan surat oleh penyidik
tidak sah.
15. Bahwa Permohonan Praperadilan ini diajukan berdasarkan Pedoman pelaksanaan KUHAP
adalah sebagai berikut : “Mengingat bahwa demi kepentingan pemeriksaan perkara
diperbolehkan adanya pengurangan-pengurangan dari hak asasi tersangka, namun
bagaimanapun hendaknya selalu berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang,
maka untuk kepentingan pengawasan terhadapa perlindungan hak asasi manusia.
16. Bahwa Pemohon ini memahami tentang pelebaran makna dari yang tertulis pada Pasal 95
ayat (2) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : “bahwa ahli waris tersangka dapat
mengajukan tuntutan ganti kerugian atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain
tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang
atau hukum yang ditetapkan yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri” Bahwa
Frasa Tindakan Lain ini dilebarkan makna berkaitan dengan Penetapan Tersangka.
17. Bahwa Pemohon juga melihat dasar hukum dari adanya Putusan Mahkamah Agung Dalam
perkembangannya, Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan Putusan No. 130/PUU-
XIII/2015 tanggal 11 Januari 2017 yang amarnya memperbaiki atau melengkapi isi Pasal 109
ayat (1) KUHAP itu, dinyatakan dalam amarnya; Menyatakan Pasal 109 ayat (1) Undang-
undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) bertentangan
dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa "penyidik memberitahukan
hal itu kepada puntut umum" tidak dimaknai "penyidik wajib memberitahukan dan
menyerahkan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum, terlapor,

11 | P a g e
dan korban/pelapor dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat
pemberitahuan dimulainya penyidikan.
18. Bahwa apa yang diuraikan di atas, yaitu Lembaga Praperadilan sebagai upaya pengawasan
penggunaan wewenang guna menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia, telah dituangkan
secara tegas dalam Konsideran Menimbang huruf (a) dan (c) KUHAP dengan sendirinya
menjadi spirit atau ruh atau jiwanya KUHAP, yang berbunyi :
a) Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang
menjamin segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
b) Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara pidana
adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan
pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang
masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya
negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Juga ditegaskan kembali dalam Penjelasan Umum KUHAP, tepatnya pada angka 2
paragraf ke-6 yang berbunyi:
“…..Pembangunan yang sedemikian itu di bidang hukum acara pidana bertujuan, agar
masyarakat dapat menghayati hak dan kewajibannya dan agar dapat dicapai serta
ditingkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan
wewenang masing-masing kearah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan yang
merupakan pengayoman terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia, ketertiban
dan kepastian hukum demi tegaknya Republik Indonesia sebagai Negara Hukum sesuai
dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.
19. Bahwa tindakan penyidik untuk menentukan seseorang sebagai Tersangka merupakan
salah satu proses dari sistem penegakan hukum pidana sebagaimana dimaksud dalam
KUHAP, oleh karenanya proses tersebut haruslah diikuti dan dijalankan dengan prosedur
yang benar sebagaimana diatur dan ditentukan dalam KUHAP atau perundang-undangan
yang berlaku. Artinya, setiap proses yang akan ditempuh haruslah dijalankan secara benar
dan tepat sehingga asas Kepastian Hukum dapat terjaga dengan baik dan pada gilirannya
hak asasi yang akan dilindungi tetap dapat dipertahankan. Apabila prosedur yang harus
diikuti untuk mencapai proses tersebut (penetapan tersangka) tidak dipenuhi, maka sudah
barang tentu proses tersebut menjadi cacat dan haruslah dikoreksi/dibatalkan.
20. Bahwa penetapan status seseorang sebagai Tersangka in casu Pemohon, yang dilakukan
tidak berdasarkan hukum/tidak sah, jelas menimbulkan hak hukum bagi seseorang untuk
melakukan upaya hukum berupa koreksi dan/ atau pengujian terhadap keabsahan melalui
Lembaga Praperadilan. Upaya penggunaan hak yang demikian itu selain sesuai dengan
spirit atau ruh atau jiwa KUHAP, juga sesuai dan dijamin dalam ketentuan Pasal 17 UU 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), yang berbunyi:“Setiap orang, tanpa
diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan,

12 | P a g e
pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta
diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum
acara yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk
memperoleh putusan yang adil dan benar”.
21. Bahwa “Frasa ‘bukti permulaan’, ‘bukti permulaan yang cukup’, dan ‘bukti yang cukup’
dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP harus ditafsirkan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP disertai pemeriksaan calon
tersangkanya, kecuali tindak pidana yang penetapan tersangkanya dimungkinkan
dilakukan tanpa kehadirannya (in absentia)”.
22. Bahwa syarat minimum dua alat bukti dan pemeriksaan calon tersangka untuk transparansi
dan perlindungan hak asasi seseorang agar sebelum seseorang ditetapkan sebagai
tersangka telah dapat memberi keterangan secara seimbang. Hal ini menghindari adanya
tindakan sewenang-wenang oleh penyidik terutama dalam menentukan bukti permulaan
yang cukup itu.

C. FAKTA-FAKTA DALAM PEMERIKSAAN KEJAKSAAN

10.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

p.

13 | P a g e
q.

r.

s.

1. Bahwa Pemohon Praperadilan adalah Tersangka yang dituduh melakukan tindak pidana
korupsi pemerasan atau penggelapan dalam jabatan sebagaimana dimaksud Pasal 12
huruf e jo. Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana Surat Penetapan Tersangka Nomor:
B-07/M.5.19/ Fd.1/06/2022 Tanggal 20 Juli 2022, yang saat ini ditangani oleh Termohon
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Sidoarjo Nomor : Print-
03/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 23 Juni 2022. Berdasarkan Pasal 12 huruf e UU No. 20
Tahun 2001: “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar,
atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.” Dan Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2001:“Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain
pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus
atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut.”

2. Bahwa berdasarkan Surat Panggilan Nomor: SP – 188/M.5.19/Fd.1/07/2022, Pemohon


dipanggil untuk didengar keterangannya sebagai saksi dalam perkara dugaan tindak pidana
Korupsi dalam proses ganti rugi/ Jual beli Lahan pada Persil 68 dan Persil 80 Buku Letter C
Desa gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang Terdampak Luapan
Lumpur Sidoarjo Tahun 2013, berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan
Negeri Sidoarjo Nomor: Print-03/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 23 Juni 2022.

3. Bahwa Pemohon setelah menyerahkan uang sebagai barang bukti ini pada tanggal 20 Juli
2022 ini ditetapkan sebagai tersangka sebagaimana dalam Surat Penetapan Tersangka
Nomor: B-07/M.5.19/ Fd.1/06/2022 Tanggal 20 Juli 2022, yang saat ini ditangani oleh
Termohon berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Sidoarjo
Nomor: Print-03/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 23 Juni 2022. dan berikut surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi Nomor:
B-3513/M.5.19/Fd.1/07/2022. Lalu, pada 21 Juli 2022 dengan Nomor:

14 | P a g e
3525/M.5.19/Fd.1/07/2022 pada surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Perkara
Tindak Pidana Korupsi atas Nama Tersangka Sya’Rony Aliem. Maka Pemohon ini
menjelaskan atas fungsi dari penyidikan itu adalah untuk mengumpulkan alat-alat bukti
sehingga Pemohon untuk dapat mulai diperiksa sebagai saksi (Pro-Justitia) yang
seharusnya dimulai dengan adanya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
yang sah, setelah penyidikan dan segala upaya paksa (penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat) dilakukan penetapan tersangka. Tidaklah
mungkin penetapan tersangka dilakukan stelah penyidikan yang hanya dilakukan 1 (satu)
hari (Lihat tanggal SPDP dan tanggal penetapan tersangka). Kalaupun ada penetapan
tersangka yang demikian, kami berpendapat bahwa penyidikan tersebut pastilah dilakukan
dengan serampangan dengan tidak mengindahkan hak-hak orang yang ditetapkan sebgai
tersangka . hal yang aneh menurut kami adalah SPDP baru dikeluarkan setelah klien kami
ditetapkan sebagai tersangka (sekali lagi perhatikan tanggalnya).. Perbaikan 4

4. Bahwa Pemohon setelah diperiksa sebagai saksi lalu menyerahkan barang bukti berupa
uang sebesar Rp. 297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus delapan
ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah) pada anggal 19 Juli
2022 ke Kejaksaan Negeri Sidoarjo,dan Pemohon ini adalah Warga Negara yang
mempunyai Itikad Baik untuk mengembalikan dan menyelamatkan serta melindungi uang
negara. Namun demikian, sungguh ironis terhadap Pemohon kemudian pada tanggal 20
Juli 2022 ditetapkan sebagai tersangka. Kemudian Pada Tanggal 20 juli 2022 Termohon
mengirimkan Surat berupa SPDP melalui Jaksa penyidiknya menyampaikan surat berupa
SPDP selang 1 (satu) hari pada Tanggal 21 Juli 2022 kepada Pemohon adalah merupakan
tindakan yang TIDAK SAH, sehingga bertentangan dengan ketentuan KUHAP atau
perundang-undangan berlaku.

5. Bahwa jangka waktu antara Penyerahan tanda bukti dan tanpa adanya berita acara
penyitaan yang diberikan kepada Pemohon, lalu 1 (satu) kemudian ditetapkan tersangka
atas perkara dugaan tindak pidana Korupsi dalam proses ganti rugi/ Jual beli Lahan pada
Persil 68 dan Persil 80 Buku Letter C Desa gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo yang Terdampak Luapan Lumpur Sidoarjo Tahun 2013 yang bukan dilakukan oleh
Pemohon.

6. Bahwa dalam penetapan tersangka yang dilakukan oleh termohon tidak ada surat ketetapan
tentang Peralihan Status Dari Saksi Menjadi Tersangka melainkan pada Peristiwa Tanggal
20 Juli 2022 Termohon langsung melakukan penetapan tersangka dengan mengirimkan
Surat berupa SPDP melalui Jaksa penyidiknya menyampaikan surat berupa SPDP selang 1
(satu) hari pada Tanggal 21 Juli 2022 kepada Pemohon sehingga bertentangan dengan
Ketentuan KUHAP atau perundang-undangan yang berlaku;

7. Bahwa pemohon menerima uang dari Takmir Masjid Al Istiqomah lama kepada Takmir

15 | P a g e
Masjid Al Istiqomah baru sebesar Rp. 297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta
seratus delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah) ini
dengan adanya berita acara rapat desa dan rapat di Masjid Al Istiqomah Desa Gempolsari
Kecamatan Tanggulangin dengan amanah untuk membawa, mengamankan dan
mewujudkan proses pengadaan lahan dan pembangunan gedung TPQ Masjid Al Istiqomah
Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin.

8. Bahwa pengurus masjid baru ini tidak mau terima dari Pengurus masjid lama (dengan alasan
utama pengurus ingin hanya mengelola dana

Andaikan pengurus baru mau menerima atas uang tersebut maka tidak akan dijadikan tersangka
karena klien kami ini tidak akan memegang uang tersebut. Klien ini mau memegang sebagai
kepala desa yang harus disebabkan ada permasalahan ...berkaitan dengan konflik dana
tersebut Kebijakan untuk memegang uang tsb adalah langkah yang diambil sebagai lurah
untuk menyelesaikan permasalahan atas permasalahan sebagai akibat dari kehadiran
adanya uang tersebut

Bahwa Pemohon ini sudah berkata sejujurnya atas proses pengadaan lahan yang dilakukan oleh
Saksi Jumali dan pemilik lahan telah diperoleh adanya bukti kwitansi pembelian lahan dan
biaya balik pengurusan dan pajaknya ini telah dianggarkansebesar Rp. 150.000.000,-Namun
pada penentuan biaya pembangunan gedung untuk biaya permulaan hingga gedung TPQ
Masjid Istiqomah Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin ini selesai maka membutuhkan
biaya kurang lebih Rp. 350.000.000,- (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).

9. Bahwa Pemohon akan melaksanakan pembangunan gedung TPQ ini menjadi mundur atau
tidak jadi dilaksanakan, sebab dana yang ada hanya sekitar Rp. 297.108. 438,84 dan
apabila digunakan untuk beli lahan Rp. 150.000.000,- maka dana yang ada tersisa Rp.
147.108.438,84. Sedangkan berdasarkan perhitungan pada Rencana Anggaran Biaya
Kontruksi dan Bangunan maka untuk membangun gedung TPQ Masjid Al Istiqomah baru,
sebesar Rp. 350.000.000,- (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). Maka untuk pembangunan
gedung baru mengalami kekurangan dana sebesar Rp.202.891.561,16.

10. Bahwa Pemohon mempunyai alasan untuk menghentikan dan membatalkan atas
pengaadaan lahan dan pembangungan kembali gedung TPQ Masjid Al Istiqomah dengan
alasan dananya kurang dan disebabkan faktor eksternal keadaan ekonomi yang masih
belum pulih dan sehat ekonominya setelah adanya wabah virus Covid-19 serta adanya
pergantian pemimpin desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin yang baru.

11. Bahwa Pemohon berkeinginan untuk menyerahkan dan memberikan dana yang telah
dibawa dan diamankan untuk diberikan atas dana yang dipegangnya kepada Kepala Desa

16 | P a g e
Gempolsari, namun disebabkan adanya proses permasalahan hukum berkaiatan dengan
proses jual beli dari lahan eks tanah dan TPQ Masjid Al-Istiqomah, maka oleh Pemohon atas
dananya diserahkan ke Termohon dan disebabkan ada permintaan dari Termohon untuk
diserahkan.

12. Bahwa Pemohon pada waktu di proses pada pemeriksaan saksi dengan adanya sangkaan
dugaan perbuatan melawan hukum yang di tuduhkan ke Pemohon yaitu Pasal 12 huruf e
dan pasal 8 dengan ancaman hukuman maksimal lebih dari 5 tahun ini tidak ditawarkan
untuk didampingi kuasa hukum baik dengan biaya dari Pemohon dan atau dari biaya negara

D. ALASAN PEMOHON PRAPERADILAN

Bahwa Pemohon ini mengajukan Pra Peradilan atas penetapan Tersangka dari
Termohon dengan alasan sebagai berikut :

I. Pemohon dalam ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 20 Juli 2022 dan
diberikan pemberitahuan dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi Ke
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan Penuntut umum pada Kejaksaan Negeri
Sidoarjo, hal ini setelah Pemohon menyerahkan bukti uang yang dibawa, dan telah
diamankan oleh Pemohon untuk diserahkan Kepada Termohon pada tanggal 19 Juli
2022 penuh itikad baik dan tanggung jawab, kemudian pada tanggal 21 Juli 2022 telah
diberikan SPDP kepada pemohon;

II. Pemohon ini tidak pernah diberitahukan dan ditunjukkan oleh Termohon atas minimal
2 (dua) orang Saksi dan/atau 4 (empat) orang saksi yang telah diperiksanya yang
mengetahui dan melihat tindak pidana, dan Pemohon ini juga tidak pernah
diberitahukan atas 2 (dua) alat bukti atas yang telah ditetapkan dan dituduhkan oleh
Termohon terutama menurut saksi Surachman diperdengarkan alat bukti rekaman dan
tidak pernah didengarkan kepada pemohon atas dugaan Tindakan Pidana Korupsi
Pemerasan dalam jabatan, yaitu sebagaimana di tuangkan dalam surat penetapan
tersangka dan memenuhi pasal 12 huruf e jo. Pasal 8 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

III. Pemohon dalam menyerahkan uang yang telah diamankan dan diamanahkan
sebagaimana dalam berita acara rapat desa, pada rapat pergantian pengurus masjid
lama dengan Masjid baru untuk mengadakan lahan dan membangun kembali TPQ
Masjid Istiqomah yang telah di beli oleh BPLS dengan dana APBN, namun uang
dimasukkan ke rekening bersama dari pengurus Masjid Lama, yaitu Maduka, Fatkhul
Mubin, dan Nurul Hidayat sebesar Rp. 297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh
tujuh juta seratus delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh

17 | P a g e
empat rupiah). Kemudian diserahkan uang tersebut kepada Pemohon sesuai kwitansi
dari Tersangka Maduka. Kemudian diserahkan kepada Termohon dengan hanya diberi
Tanda Terima Penyerahan Barang Bukti dan tidak ada serta diberikan Berita Acara
Penyitaan;

IV. Pemohon dalam penetapan Tersangka, selain dikenakan pasal 12 Huruf e juga
dikenakan pasal 8 Undang-Undang Nomer 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Undang-Undang Korupsi Nomer 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, namun demikan hingga diajukan PraPeradilan dari Penetapan
Tersangka ini, Pemohon hanya melihat alat bukti dalam tuduhan dari Pasal 8 Undang-
Undang Nomer 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-
Undang Korupsi Nomer 31 Tahun 1999 ini hanya berupa Surat Pernyatan atas dana
yang di bawa dan diamankan Pemohon dan dibuat oleh Pemohon dalam Tekanan,
Ancaman, dan Intimidasi pada waktu pemeriksaan dan disaksikan oleh Kuasa Hukum
Pemohon yang sudah dicabut dan tidak ditandatangani oleh kuasanya dalam berita
acara pemeriksaan;

V. Pemohon pada waktu diperiksa sebagai Saksi Bahwa pada tanggal 13 Juli 2022,
dalam rangka memenuhi Surat Panggilan yang kedua sebagai saksi Nomor:
SP-189/M.519/Fd.1/07/2022 tanggal 07 juli 2022 dengan tanpa didampingi oleh kuasa
hukum dan/atau juga tidak pernah ditawarkan untuk didampingi kuasa hukum sebab
dalam Pasal dugaan sangkaan yang dituduhkan dan diterapkan oleh Penyidikan dari
Termohon ini hukuman maksimalnya lebih dari Lima Tahun;

VI. Bahwa Pemohon telah mendapatkan informasi yang berharga dari Saksi yang
bernama Surachman, yaitu adanya kesaksian yang diberikan oleh Tersangka utama,
Maduka,S.Pd. atas adanya Korupsi dana APBN dari BPLS yang membeli Tanah dan
Bangunan dari TPQ Masjid Istiqomah sebagai ganti rugi. Maduka,S.Pd. dijadikan
sebagai Saksi Mahkota dari dasar penetapan Tersangka atas Pemohon. Saksi
Mahkota sebagai alat Bukti Dalam Perkara Pidana merupakan hal yang sangat
bertentangan dengan prinsip peradilan yang adil dan tidak memihak serta merupakan
pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam KUHAP sebagai instrumen
hukum nasional dan ICCPR sehingga dalam hal ini Maduka, S. Pd sebagai saksi
mahkota adalah Tidak Tepat dan tidak sesuai dengan KUHAP, terutama atas
kesaksian dari Maduka,S.Pd. sebagai Tersangka Utama dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya dan/atau atas kesaksian dari Maduka,S.Pd.
bukan merupakan tindakan balasan atas suatu rasa sakit hati.

VII. Bahwa Pemohon dalam penetapan tersangka yang dilakukan oleh termohon tidak ada

18 | P a g e
surat ketetapan tentang Peralihan Status Dari Saksi Menjadi Tersangka melainkan
pada Peristiwa Tanggal 20 Juli 2022 Termohon langsung melakukan penetapan
tersangka dengan mengirimkan Surat berupa SPDP melalui Jaksa penyidiknya
menyampaikan surat berupa SPDP selang 1 (satu) hari pada Tanggal 21 Juli 2022
kepada Pemohon sehingga bertentangan dengan Ketentuan KUHAP atau perundang-
undangan yang berlaku.

E. URAIAN DARI ALASAN PEMOHON PRAPERADILAN

I. Pemohon dalam ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 20 Juli 2022 dan
diberikan pemberitahuan dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi Ke
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan Penuntut umum pada Kejaksaan Negeri
Sidoarjo, hal ini setelah Pemohon menyerahkan bukti uang yang dibawa, dan telah
diamankan oleh Pemohon untuk diserahkan Kepada Termohon pada tanggal 19 juli
2022 penuh itikad baik pemohon;

1. Pemohon ini telah diperiksa sebagai saksi dari Termohon, pemeriksaan sebagai SAKSI
dari Pemohon ini hanya sekali pada tanggal 13 Juli 2022,lalu SAKSI melakukan
penyerahan uang dengan hanya diberi Tanda Terima Penyerahan Barang Bukti pada
tanggal 19 Juli 2022 dan tanpa diberi Berita Acara Penyitaan pada SAKSI dan
Penyidik ini tanggung jawab, lalu penetapan tersangka pada tanggal 20 Juli 2022
surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi Nomor: B-
3513/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 20 Juli 2022 untuk ditujukan Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi di Jakarta dan Kepada Penuntut Umum pada kejaksaan
Negeri Sidoarjo, kemudian baru pada tanggal 21 Juli2022 telah diberikan SPDP
kepada Pemohon.

2. Bahwa pemohon berdasarkan Surat Panggilan Nomor: SP – 188/M.5.19/Fd.1/07/2022


tanggal 7 Juli 2022, namun Pemohon sebagai saksi datang secara pribadi sendiri
untuk diperiksa sebagai saksi dan tanpa didampingi advokat dan/atau penasehat
hukum dalam perkara dugaan tindak pidana Korupsi dalam proses ganti rugi/ Jual beli
Lahan pada Persil 68 dan Persil 80 Buu Letter C Desa gempolsari Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang Terdampak Luapan Lumpur Sidoarjo Tahun
2013 yang dilakukan olehABDUL HARIS;MADUKA, S.pd; SLAMET PRIAMBODO;
KHUSNUL KHULUK, S.sos.; SISWO S.T; DIDIK BANGUN RESTU AJI; Ir. SUNARTO
dan HOPYAN, S.H.

flow chart di bawah ini adalah rangkaian peristiwa yang dilakukan oleh Termohon yang
bertentangan dengan Pasal 96 KUHAP, Putusan Mahkamah Agung dan Peraturan

Berdasarkan Tanda 19 | P a g e
uang ganti rugi Terima yang telah
dari BPLS Uang yang diamankan diberikan oleh
terhadap uang dari sisa yang ada Kejaksaan Negeri
dari BPLS untuk sebesar Rp. Sidoarjo Pada hari
membeli dan /
Kasus dibuka lagi 2022 pukul 14.22 Wib,
ganti rugi sebelumnya atas ganti ini telah diberikan dan
oleh Kejaksaan
terhadap rugi dari BPLS atas di serah terima kan
Negeri Sidoarjo
bangunan TPQ pergantian tanah dan secara penuh tanggung
Desa Gempolsari bangunan TPQ ini tidak jawab secara penuh atas
Kecamatan diketahui uang sebesar Rp.
Tanggulangin pertanggungjawaban 297.108.422 dan tidak
Mahkamah Agung.
sebesar Rp. nya secara akuntabel. diberi berita acara
535.000.000,- penyitaan

Berdasarkan Surat dari


Pada Tanggal 20 Juli ditetapkan sebagai tersangka Kejaksaan Negeri Sidoarjo,
berdasarkan surat Penetapan Tersangka Nomor : B-B- Syahroni Alim (klien kami)
B-B07/M.5.19/Fd.1/07/2022 Tanggal 20 Juli 2022 ditetapkan sebagai
berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Pada tanggal 21 Tersangka dengan tuduhan
Kejaksaan Negeri Sidoarjo Nomor : Juli 2022 yaitu di duga telah
Print-03/M.5.19/Fd.1/07/2022 surat Pemberitahuan ditetapkan 9 melakukan pemerasan dan
Dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi (sembilan) Penggelapan dalam jabatan
Nomor: B-3513/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 20 Juli tersangka serta dikaitkan dengan
2022 untuk ditujukan Ketua Komisi Pemberantasan Undang-Undang Tindak
Korupsi di Jakarta dan Kepada Penuntut iumum pada Pidana Korupsi terutama
kejaksaan Negeri Sidoarjo pasal 12e dan pasal 8.

3. Bahwa Pemohon dengan itikad dan sebagai warga negara yang baik untuk datang dan
hadir sebagai Saksi, lalu selanjutnya diperiksa, diinterogasi oleh jaksa penyidik yang
terdiri dari Jhon Franky Yanafia Ariandi, S.H. dan I Putu Khisnu, S.H., dalam hal ini
pemohon memberikan keterangan yang sebenar benarnya dan telah menerima
amanah untuk mengamankan uang dari kas masjid sebesar Rp. 297.108. 438,84
(Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus delapan ribu empat ratus tiga puluh
delapan koma delapan puluh empat rupiah) dari pengurus Masjid Lama, yaitu Maduka,
Fatkhul Mubin, dan Nurul Hidayat dengan berita acara untuk diwujudkan pembelian
tanah kembali di lain tempat dan termasuk pembangunan kembali.

4. Bahwa Pemohon setelah diperiksa sebagai saksi, dengan tanpa didampingi dan /atau
minimal untuk ditawarkan oleh Jaksa Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo untuk
didampingi advokat/penasehat hukum yang disediakan oleh Negara. Maka pada
tanggal 14 Juli 2022 menyerahkan uang yang diamanahkan untuk disimpan serta
diamankan oleh Pemohon ini untuk diberikan ke Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Namun
demikian Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo ini tidak dapat menerima disebabkan
kesibukannya. Lalu, baru pada tanggal 19 Juli 2022 atas uang yang diberikan kepada
Kejaksaan Negeri Sidoarjo diberikan oleh Pemohon Lalu uang dari pemohon ini
diterima dengan hanya diberikan Tanda Terima Penyerahan Barang Bukti oleh
Termohon. Uang yang telah diberikan ini diterima oleh Jaksa Penyidik yang bernama I

20 | P a g e
Putu Kisnu Gufta SH dengan tanpa disertai Berita Acara Penyitaan Uang sebagai
Barang Bukti.

5. Bahwa adanya Surat Penetapan Tersangka Nomor : B-07/M.5.19/Fd.1/07/2022


Tanggal 20 Juli 2022 berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri
Sidoarjo Nomor : Print-03/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 23 Juni 2022, atas Surat
Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Sidoarjo ini untuk perbuatan melawan
hukum dalam dugaan tindak pidana Korupsi dalam proses ganti rugi/ Jual beli Lahan
pada Persil 68 dan Persil 80 Buku Letter C Desa gempolsari Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo yang Terdampak Luapan Lumpur Sidoarjo Tahun 2013
Maduka,S.Pd. dengan dibantu Abdul Haris dan telah diveriikasi oleh SLAMET
PRIAMBODO; KHUSNUL KHULUK, S.sos.; SISWO S.T; DIDIK BANGUN RESTU AJI;
Ir. SUNARTO dan HOPYAN, S.H.

6. Bahwa Pemohon telah menerima surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Perkara


Tindak Pidana Korupsi Nomor: B-3513/M.5.19/Fd.1/07/2022 tanggal 20 Juli 2022 untuk
ditujukan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta dan Kepada Penuntut
iumum pada kejaksaan Negeri Sidoarjo. Kemudian Pemohon telah menerima surat
pada tanggal 21 Juli 2022 dengan Nomor: 3525/M.5.19/Fd.1/07/2022, yaitu surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Perkara Tindak Pidana Korupsi atas Nama
Tersangka Sya’Rony Aliem. Maka Pemohon ini menjelaskan atas fungsi dari
penyidikan itu adalah untuk mengumpulkan alat-alat bukti sehingga Pemohon untuk
memahami atas dimulai diperiksa sebagai saksi (Pro-Justitia) dan bukan sebagai
tersangka. Namun dari melihat atas fakta dari Tanggal, untuk dimulai dengan adanya
Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dengan jarak waktu hari
penetapan tersangka ini hanya terpaut 1 (satu) hari maka kami selaku kuasa hukum ini
mempunyai pertanyaan atas kepatutan waktu/jarak hari atas penetapan tersangka
dengan Surat pemberitahuan tentang SPDP ini yang hanya 1 (satu) hari tersebut.

7. Bahwa Penyidikan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan dan/atau


mendapatkan alat buki dan atau saksi berdasarkan Pasal 184 KUHAP. Pemohon
setelah ditetapkan sebagai tersangka, kemudian 1 (satu) hari kemudian dikirim SPDP
merupakan langkah yang terlalu dipaksakan dan tidak sesuai KUHAP, seharusnya
Kejaksaan Negeri Sidoarjo harus terlebih dahulu melakukan upaya berupa penyitaan,
penggeledahan, penangkapan berdasarkan ketentuan KUHAP. Dalam KUHAP ini
telah menjelaskan untuk adanya SPDP ini sebagai langkah untuk melakukan
pengumpulan alat buki dan/atau saksi dalam penetapan tersangka. Oleh karena itu,
dengan fakta yang terjadi pemohon dapat mengetahui adanya tahapan-tahapan yang
menjadi pertanyaan bahwa apakah mungkin dalam memeriksa 1 (satu) orang saksi
dapat tentukan waktunya hanya dalam 1 (satu) hari. Sehingga dengan adanya saksi

21 | P a g e
sebanyak 4 (empat) orang saksi maka secara logikan untuk pemeriksaan ini
semestinya diselesaikan dalam waktu 4 (empat) hari. Berdasarkan itu, proses
penyidikan dalam penetapan tersangka menjadi suatu permasalahan yang berpotensi
atas penyidikan yang bertentangan sebagaimana diatur dalam KUHAP .

8. Bahwa Pemohon setelah diperiksa sebagai saksi lalu menyerahkan barang bukti,
kemudian pada tanggal 20 Juli 2022 ditetapkan sebagai tersangka. Kemudian penyidik
Jaksa menyampai SPDP selang 1 (satu) hari kepada Pemohon adalah merupakan
tindakan yang TIDAK SAH dan sangat TIDAK MASUK AKAL, sehingga bertentangan
dengan KUHAP sebagaiamana kami jelaskan pada poin sebelumnya.Penetapan
tersangka dilakukan setelah penyidikan dilakukan. Penyidikan dimulai setelah
diterbitkannya SPDP. Bukan sebaiknya, Penetapan tersangka dulu baru dimulai
penyidikan. Menurut kami logika ini sangatlah sesat dan berbahaya dalam
penangkapan hukum.

9. Bahwa dalam penetapan pemohon sebagai tersangka tidak memenuhi alur penyidikan
berdasarkan ketentuan KUHAP dan perundang-undang berlaku. Berdasarkan kronologi
penetapan pemohon sebagai tersangka bahwa Kejaksaan Negeri Sidoarjo telah
mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Sidoajo Nomor : Print-
03/M.5.19/Fd.1/06/2022, lalu adanya pemanggilan saksi hanya 1 (satu) kali. Namun,
setelah pemanggilan saksi berselang 1 (satu) hari, pemohon telah menyerahkan uang
tunai sebesar Rp. Rp. 297.108.438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus
delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah).

10. Keanehan dari penetapan tersangka yang terlalu dipaksakan kepada pemohon adalah
setelah adanya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) adanya pemeriksaan dana APBN
lalusebelum pemberian kesaksian dari pemohon hingga berselang 1 (satu) hari
pemeriksaan kesaksian pemohon langsung ditetapkan tersangka atas adanya SPDP.

11. Bahwa pemohon setelah ditetapkan sebagai tersangka, kemudian dalam waktu 1 (satu)
hari kemudian dikirim SPDP merupakan langkah yang terlalu dipaksakan dan tidak
sesuai KUHAP, seharusnya Kejaksaan Negeri Sidoarjo harus terlebih dahulu
melakukan penyidikan yang benar dan melakukan upaya paksa berupa penyitaan,
penggeledahan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan surat jika diperlukan
berdasarkan ketentuan KUHAP. SPDP adalah langkah awal untuk melakukan
penyelidikan dengan tujuan pengumpulan alat bukti dan/atau saksi sebelum penetapan
tersangka. Oleh karena itu dengan fakta yang terjadi, pemohon dapat mengetahui
adanya tahapan-tahapan yang menjadi pertanyaan bahwa apakah mungkin dalam
memeriksa 4 (empat) orang saksi waktunya hanya dalam 1 (satu) hari. Sehingga
dengan adanya saksi sebanyak 4 (empat) orang saksi maka secara logikan untuk
pemeriksaan ini semestinya diselesaikan dalam waktu 4 (empat) hari paling minimum

22 | P a g e
jika pemeriksaan saksinya dilakukan dengan benar, sungguh-sungguh, dan berhati-
hati. Jika dianggap memungkinkan pemeriksaan keempat saksi tersebut dalam 1 (satu)
hari maka kami sangat mempertanyakan kualitas dari hasil pemeriksaannya.

12. Bahwa Pemohon telah mengetahui adanya ketentuan Hukum Acara Pidana terutama
pada Pasal 96 KUHAP. Lalu dalam perkembangannya, Mahkamah Konstitusi telah
mengeluarkan Putusan No. 130/PUU- XIII/2015 tanggal 11 Januari 2017 yang amarnya
memperbaiki atau melengkapi isi Pasal 109 ayat (1) KUHAP itu, dinyatakan dalam
amarnya; Menyatakan Pasal 109 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 secara bersyarat dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa "penyidik memberitahukan hal itu kepada
penuntut umum" tidak dimaknai "penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan
surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum, terlapor, dan
korban/pelapor dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya
surat pemberitahuan dimulainya penyidikan.

II. Pemohon ini tidak pernah diberitahukan dan ditunjukkan oleh Termohon atas minimal
2 (dua) orang Saksi dan/atau 4 (empat) orang saksi yang telah diperiksanya yang
mengetahui dan melihat tindak pidana, dan Pemohon ini juga tidak pernah
diberitahukan atas 2 (dua) alat bukti atas yang telah ditetapkan dan dituduhkan oleh
Termohon terutama menurut saksi Surachman diperdengarkan alat bukti rekaman
dan tidak pernah didengarkan kepada pemohon atas dugaan Tindakan Pidana
Korupsi Pemerasan dalam jabatan, yaitu sebagaimana di tuangkan dalam surat
penetapan tersangka dan memenuhi pasal 12 huruf e jo. Pasal 8 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;

1. Bahwa Termohon telah menetapkan Pemohon sebagai Tersangka dalam perkara


tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan dalam jabatan sebagaimana
dimaksud Pasal 12 huruf. Dalam pertimbangan penetapan ini untuk saksi dan adanya
bukti permulaan bukti yang cukup ini pada pasal 12 E, sedangkan untuk saksi dan alat
bukti dari pasal 8 ini diperoleh dari Proses Penyidikan yang bertentangan dengan
KUHAP dan ketentuan perundang-undangan tentang Hak Asasi Manusia.

2. Bahwa jaksa penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo dalam melakukan tindakan


penyidikan, ini tidak memiliki logika hukum dan menyalahgunaan wewenang atas alat
negara. Hal ini disebabkan oleh tindakan jaksa penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo
dalam memeriksa Pemohon Saksi atas perbuatan melawan hukum dalam dugaan

23 | P a g e
tindak pidana Korupsi dalam proses ganti rugi/ Jual beli Lahan pada Persil 68 dan
Persil 80 Buku Letter C Desa gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
yang Terdampak Luapan Lumpur Sidoarjo Tahun 2013 Maduka,S.Pd. dengan dibantu
Abdul Haris dan telah diveriikasi oleh SLAMET PRIAMBODO; KHUSNUL KHULUK,
S.sos.; SISWO S.T; DIDIK BANGUN RESTU AJI; Ir. SUNARTO dan HOPYAN, S.H.

3. Bahwa Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dalam kewajibannya
mempunyai wewenang;
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

Oleh karena itu. tindakan penyidik atas pemanggilan saksi tersebut bertentangan pada
Pasal 7 ayat (1) huruf g KUHAP karena adanya tindakan sewenang-wenang atas
jabatan terhadap perkara ini;
4. Bahwa Pemohon setelah ditetapkan dan diperiksa sebagai Tersangka hingga kuasa
hukumnya yang pertama telah dicabut, ini tidak pernah diberikan Berita Acara
Pemeriksaan Saksi dan 2 (dua) alat Bukti serta tidak disebutkan nama-sama saksi yang
telah diperiksa dan dimintai keterangannya oleh Termohon. Pemohon Praperadilan ini
TIDAK PERNAH DIBERIKAN SALINAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP) atas
pemeriksaan saksi-saksi dan nama-nama saksi ini tidak pernah diberitahukan dan tidak
disebutkan pada perbuatan melawan hukum kepada Pemohon, oleh Termohon.
Bahkan setelah adanya pergantian kuasa hukum /penasehat hukum dari Pemohon
untuk tidak berita acara pemeriksaan para saksi dan 2 (dua) alat bukti yang diterapkan
dan digunakan oleh Termohon atas sangkaan Pasal 12 Huruf E dan Pasal 8 kepada
Pemohon belum diberitahukan dan diberikan. Pemohon ini mengetahui adanya saksi
dan adanya bukti rekaman suara pemohon ini dari Saksi Surachman. Pemohon melalui
kuasa Penasihat Hukumnya yang baru hanya dapat Berita Acara Pemeriksaan atas
dirinya sendiri sebagai Tersangka. Padahal menurut KUHAP, sebagaimana diatur
dalam Pasal 72 KUHAP yang menyatakan:“Atas permintaan tersangka atau penasihat
hukumnya pejabat yang bersangkutan memberikan turunan berita acara pemeriksaan
untuk kepentingan pembelaannya”.Dengan demikian terdapat pelanggaran hukum
acara pidana yang dilakukan TERMOHON dalam kasus a quo.
5. Bahwa kami sangat menyayangkan tindakan Termohon yang melakukan penetapan

24 | P a g e
tersangka terhadap Pemohon tanpa adanya 2 (dua) alat bukti yang cukup untuk
membuktikan adanya dugaan tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan
dalam jabatan sebagaimana dimaksud Pasal 12 huruf e dan Pasal 8 UU No. 20 Tahun
2001.
6. Bahwa tidak adanya saksi dan bukti yang cukup dari Termohon pada saat menetapkan
Pemohon sebagai Tersangka, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 1 Ayat (2) Kitab
Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
7. Bahwa untuk menetapkan seseorang sebagai Tersangka, Termohon selaku penyidik
haruslah melakukannya berdasarkan “bukti permulaan”. Menurut Ahli Hukum Pidana
Eddy OS. Hiariej, menjelaskan bahwa alat bukti yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 184 KUHAP, apakah itu keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, keterangan terdakwa ataukah petunjuk. Guru Besar Iimu Hukum
Pidana Prof.Eddy OS Hiariej berpendapat bahwa kata-kata ‘bukti permulaan’ dalam
Pasal 1 butir 14 KUHAP, tidak hanya sebatas alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 184 KUHAP, namun juga dapat meliputi barang bukti yang dalam konteks hukum
pembuktian universal dikenal dengan istilah physical evidence atau real evidence.
Selanjutnya untuk menakar bukti permulaan, tidaklah dapat terlepas dari pasal yang
akan disangkakan kepada Tersangka. Pada hakikatnya pasal yang akan dijeratkan
berisi rumusan delik yang dalam konteks hukum acara pidana berfungsi sebagai unjuk
bukti. Artinya, pembuktian adanya tindak pidana tersebut haruslah berpatokan kepada
elemen-elemen tindak pidana yang ada dalam suatu pasal. Bukti permulaan yang
cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah dan diperoleh secara sah berdasarkan peraturan perundang-undangan;
8. Bahwa kami menangkap kesan adanya kriminalisasi yang dilakukan terhadap
Pemohon, dan panggilan saksi ini seakan-akan dipaksakan sehingga Pemohon
diwajibkan/diharuskan untuk dijadikan Tersangka. Apapun hasil penyidikan yang
penting Pemohon harus jadi Tersangka.
9. Bahwa Penetapan Tersangka terhadap Pemohon yang dilakukan oleh Termohon
adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum karena Termohon cenderung bersikap
subjektif dan tidak didahului dengan pengumpulan barang bukti dan saksi yang cukup.
Dengan demikian Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan yang telah dikeluarkan
Termohon untuk menyidik Pemohon harus dinyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan
hukum mengikat;
10. Bahwa tindakan Termohon menetapkan Pemohon sebagai Tersangka dalam perkara a
quo adalah tidak sah dengan alasan yang dimaksud sebagai Tersangka. Sebab
Tersangka sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 14 KUHAP adalah orang yang
karena perbuatan atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan dua orang saksi dan
dua alat bukti yang sah berdasarkan hukum yang mengetahui, melihat langsung dan

25 | P a g e
bukan hanya melalui pernyataan dari Tersangka lainnya, sehingga saksi dan alat bukti
ini benar-benar mengetahui, melihat dan merasakan adanya pemaksaan, acaman, dan
pemerasan yang memenuhi sebagai tindak pidana. Oleh karena itu, menurut hukum
atas penetapan Pemohon sebagai Tersangka harus didasarkan adanya "bukti
permulaan, yaitu dua alat bukti dan min dua orang saksi yang sah berdasarkan hukum"
ini tidak terbukti sebab tidak ada kata-kata yang mengancam, memeras dan memaksa
yang dilakukan oleh Pemohon, kesaksian ini diperoleh dari Surachman yang telah
dikonfrotir secara langsung dengan Saksi Maduka Sebagai tersangka korupsi dana
BPLS sekaligus sebagai Pengurus Takmir Masjid Al Istiqomah lama, Fatkul Mubin
sebagai Bendahara dan dalam hal ini masih ada hubungan dengan Saksi Surachman
dan Nurul Hidayat sebagai sekretaris.
11. Bahwa Oleh karena itu proses penyidikan terhadap Pemohon serta tindakan-tindakan
lainnya dalam penyidikan setelah adanya Penetapan Status Tersangka terhadap diri
Pemohon adalah tidak sah serta tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, antara
lain surat penetapan Tersangka, penyitaan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) berkenaan SPDP tersebut, juga harus
dinyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum mengikat.
12. Bahwa berdasarkan hal-hal yang diuraikan Pemohon diatas diperoleh fakta hukum,
bahwa Termohon dalam melakukan tindakan berupa penetapan tersangka terhadap
Pemohon telah melanggar ketentuan KUHAP pada Pasal 1 angka 14 dan Pasal 185
Ayat (5) maka, alasan-alasan diatas telah cukup sebagai dasar bagi hakim praperadilan
untuk menyatakan penetapan Pemohon sebagai Tersangka adalah tidak sah menurut
hukum;
13. Bahwa berdasarkan pada Putusan Mahkamah Konstitusi dengan nomor Perkara
21/PUU-XII/2014 Frasa “Bukti Permulaan”, Frasa “Bukti Permulaan Yang Cukup” dan
“Bukti Yang Cukup” dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP
oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan harus dimaknai sebagai “minimal dua alat bukti”
sesuai dengan Pasal 184 KUHAP. Oleh karena itu, penetapan tersangka pemohon oleh
Jaksa Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo adanya dugaan untuk mempercepat
ditahannya pemohon dengan melawan ketentuan berlaku pada KUHAP atau
perundang-undangan;
14. Bahwa berdasar pada argument-argument sebelumnya, maka Pemohon meragukan
tindakan jaksa penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo mengenai terpenuhinya 2 (dua) alat
bukti yang dimiliki oleh Termohon dalam hal menetapkan Pemohon sebagai Tersangka
dalam dugaan tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan dalam jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dan Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2001,
mengingat dalam pemeriksaan oleh Termohon, Termohon selalu mendasarkan pada
alat bukti yang sebelumnya;

26 | P a g e
15. Bahwa alat bukti yang menjadi dasar penetapan pemohon sebagai tersangka berupa
Pernyataan dan Bukti rekaman merupakan suatu bukti yang tidak sesuai dengan
ketentuan KUHAP. Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyebutkan;
PASAL 184 AYAT (1) KUHAP:
 Alat bukti yang sah ialah;
 Keterangan saksi;
 Keterangan ahli;
 Surat;
 Petunjuk;
 Keterangan terdakwa

Berdasarkan barang bukti yang dijadikan sebagai alat bukti penetapan pemohon
sebagai tersangka yaitu bukti rekaman bukan Informasi Elektronik atau Dokumen
Elektronik yang diatur pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Teknologi dan Elektronik. Bukti rekaman tidak dapat dikategorikan
sebagai Dokumen Elektronik atau Informasi merupakan kejadian realita berupa suara
atau kejadian yang terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan Dokumen Elektronik
adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital. Elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang
dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui computer dan dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008, menyebutkan;
PASAL 5 AYAT (1) 11/2008 Undang-Undang ITE:
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah

Oleh karena itu, alat bukti yang didasarkan sebagai penetapan pemohon sebagai
tersangka tidak memenuhi unsur-unsur alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 ayat
(1) KUHAP
16. Berdasar pada uraian diatas, maka tindakan Pemohon yang tidak memenuhi minimal 2
(dua) alat bukti sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Konstitusi dengan
nomor Perkara 21/PUU-XII/2014, maka dapat dinyatakan tidak sah dan tidak berdasar
atas hukum.
17. Bahwa sebagaimana telah Pemohon uraikan diatas, Penetapan tersangka Pemohon
terlalu dipaksakan oleh Jaksa penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Bukti dari penetapan
tersangka terlalu dipaksakan dimana adanya penetapan tersangka dengan berdasarkan
diperiksanya sebagai saksi hanya 1 (satu) kali bahkan telah melakukan penyerahan
atas sisa dana BPLS. Bahkan, didukung oleh alat bukti yang tidak sesuai klasifikasi
pada ketentuan Pasal 184 KUHAP.
18. Bahwa berdasarkan hal-hal yang diuraikan pemohon diatas diperoleh fakt ahukum,
bahwa termohon dalam dalam melakukan tindakan berupa penetapan tersangka

27 | P a g e
terhadap pemohon telah melanggar ketentuan KUHAP pada pasal 1 angka 14 da Pasal
185 ayat (5), maka alasan-alasan diatas telah cukup sebagai dasar bagi hakim
praperadilan untuk menyatakan penetapan pemohon sebagai Tersangka adalah TIDAK
SAH menurut hukum.
19. Bahwa berdasarkan pada putusan mahkama konstitusi dengan nomor perkara 21/PUU-
XII/2014 Frasa “Bukti permulaan”, Frasa “Bukti Permulaan yang cukup” dalam pasal 1
angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP Oleh Mahkama Konstitusi dinyatakan
harus dimaknai sebagai “minimal dua alat bukti” sesuai denagn pasal 184 KUHAP. Oleh
Karena itu Penetapan tersangka pemohon oleh Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo
adanya dugaan untuk mempercepat ditahannya Pemohon dengan melawan ketentuan
yang berlaku pada KUHAP atau Peraturan Perundang-Undangan.

III. Pemohon dalam menyerahkan uang yang telah diamankan dan diamanahkan
sebagaimana dalam berita acara rapat desa, pada rapat pergantian pengurus masjid
lama dengan Masjid baru untuk mengadakan lahan dan membangun kembali TPQ
Masjid Istiqomah yang telah di beli oleh BPLS dengan dana APBN, namun uang
dimasukkan ke rekening bersama dari pengurus Masjid Lama, yaitu Maduka, Fatkhul
Mubin, dan Nurul Hidayat sebesar Rp. 297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh
juta seratus delapan ribu empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat
rupiah). Kemudian diserahkan uang tersebut kepada Pemohon sesuai kwitansi dari
Tersangka Maduka. Kemudian diserahkan kepada Termohon dengan hanya diberi Tanda
Terima Penyerahan Barang Bukti dan tidak ada serta diberikan Berita Acara Penyitaan;

1. Bahwa Pemohon setelah diperiksa sebagai saksi maka pada tanggal 14 Juli 2022
menyerahkan uang yang diamanahkan untuk disimpan serta diamankan oleh Pemohon ini
untuk diberikan ke Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Namun demikian Penyidik Kejaksaan
Negeri Sidoarjo ini tidak dapat menerima disebabkan kesibukannya. Lalu, baru pada
tanggal 19 Juli 2022 atas uang yang diberikan kepada Kejaksaan Negeri Sidoarjo diberikan
oleh Pemohon Lalu uang dari pemohon ini diterima dengan hanya diberikan Tanda Terima
Penyerahan Barang Bukti oleh Termohon. Uang yang telah diberikan ini diterima oleh
Jaksa Penyidik yang bernama I Putu Kisnu Gufta SH dengan tanpa disertai Berita Acara
Penyitaan Uang sebagai Barang Bukti.

2. Bahwa Termohon dalam memberikan Tanda Terima Penyerahan Barang Bukti kepada
Pemohon, dengan tidak mengeluarkan berita acara penyitaan barang bukti atas tunai
sebesar Rp. 297.108.438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus delapan ribu
empat ratus tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah) berdasarkan Pasal 1
angka 16 KUHAP menyebutkan; “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,

28 | P a g e
penuntutan, dan peradilan.”Oleh karena itu, penyerahan barang bukti dengan tanpa
adanya Berita Acara (BA) penyitaan tidak memiliki legitimasi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan. Sampai sekarang, Pemohon ini tidak mengetahui status uang yang
diserahkan tersebut, apakah disita atau tidak, karena menurut Pemohon uang tersebut
merupakan dari dugaan tindak pidana (corpora dellikti) yang seharusnya dilakukan
penyitaan yang menurut sah menurut KUHAPmaka

3. Bahwa tanpa adanya Berita Acara Penyitaan, kami akan mempertanyakan atas
kewenangan dari Jaksa penyidik dalam menerima untuk penitipan barang bukti uang
tersebut. Kami berpendapat bahwa Jaksa ini tidak memiliki kewenangan untuk menerima
dan menyimpan uang yang di duga sebagai hasil dari Tindak Pidana tanpa dilakukan
penyitaan. Oleh karena itu, tidak adanya kewenangan untuk menerima titipan uang dengan
tanda bukti tersebut. Kewenangan ini dapat dihubungkan melalui teori kewenangan alat
negara meliputi dari 2 (dua) berupa;
1. Memiliki kewenangan namun menggunakan kewenangan tidak sesuai dengan tujuan
diberikan kewenangan;
2. Tindakan kesewenang-wenang apabila terjadi ketika tidak memiliki kewenangan, namun
berlaku seolah-olah mempunyai kewenangan;
Oleh karena itu, patut pemohon mempertanyakan terhadap tindakan yang dilakukan oleh
Jaksa Penyidik terhadap proses penyidikan hingga ditetapkan sebagai tersangka. Menurut
Kami Jaksa selaku Penyidik telah berlaku sewenang-wenang dengan tidak melakukan
PENYITAAN UANG YANG DI DUGA SEBAGAI HASIL TINDAK PIDANA. Maka, pemohon
patut mempertanyakan terhadap tindakan yang dilakukan oleh Jaksa Penyidik terhadap
proses penyidikan hingga ditetapkan sebagai tersangka.
4. Bahwa pemohon dalam penetapan sebagai tersangka terdapat adanya saksi yang
merupakan tersangka utama dan menyebabkan kerugian negara dan menyebabkan hilang
keuangan negara sebesar Rp.535.000.000 (Lima ratus tiga puluh lima Juta rupiah) dikurangi
dana yang telah dikembalikan oleh pemohon dengan tanggung jawab berdasarkan itikad
baik, hal ini sebagaimana diterangkan diberitahukan oleh Saksi Surachman.
5. Bahwa penetapan pelapor sebagai tersangka hanya 1 (satu) kali panggilan oleh penyidik
dan tidak sesuai dengan ketentuan KUHAP sebagaimana diatur dalam Pasal 112 ayat (1)
KUHAP menyebutkan; “Penyidik yang melakukan pemeriksaan, dengan menyebutkan
alasan pemanggilan secara jelas, berwenang memanggil tersangka dan saksi yang
dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan yang sah dengan memperhatikan
tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan dan hari seorang itu diharuskan
memenuhi panggilan tersebut”Berdasarkan ketentuan KUHAP sebagai prosedur hukum
acara pidana berlaku di Indonesia maka penetapan pemohon (tersangka) hanya 1 (satu)
kali panggilan tidak sesuai dengan ketentuan penyidik dalam pemanggilan saksi yang
dianggap perlu untuk diperiksa dengan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya

29 | P a g e
panggilan dan hari seorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut.
6. Bahwa Kejaksaan Negeri Sidoarjo melanggar ketentuan prosedur yang diatur dalam
KUHAP, dalam hal ini Penyidik Kejaksaan Sidaorjo ini dalam menerima penitipan uang
tunai sebesar Rp. 297.108.438,- (Dua Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Seratus Delapan
Ribu Empat Ratus Tiga Puluh Delapan Rupiah) seharusnya tidak cukup hanya memberikan
tanda terima penyerahan barang bukti, namun juga diberikan Berita Acara Penyitaan
dan/atau salinan Berita Acara Penyitaan atas uang yang telah diserahkan oleh Pemohon
dengan penuh tanggung jawab dan itikad baik. Maka atas Tindakan Penyidik dari kejaksaan
Negeri Sidoarjo bertentangan dengan Pasal 39 ayat (1) KUHAP Berdasarkan ketentuan
KUHAP pada Pasal 39 ayat (1) bahwa tidak terdapatnya tindakan penitipan walaupun
barang bukti tersebut mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan. Oleh karena itu, tindakan penitipan yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri
Sidoarjo telah menyalahgunakan kewenangan atas jabatan. Seharusnya, Kejaksaan Negeri
Sidoarjo dalam penyidikan hanya dapat melakukan penyitaan berdasarkan ketentuan
KUHAP dan wajib membuat Berita Acara (BA) penyitaan sebagai bukti legalitas atas
penyitaan tersebut;
7. Bahwa pemohon dalam penyerahan uang sebagaimana dalam fakta hanya ada Tanda
Terima Penyerahan Barang Bukti dengan tanpa adanya berita acara penyitaan yang
diberikan oleh penyidik kepada pemohon, maka pemohon menjadi bertanya apakah jaksa
penyidik telah melakukan upaya paksa berdasarkan KUHAP. Namun, apabila jaksa penyidik
tidak melakukan upaya paksa maka, akan menjadi pertanyaan lainnya, bukankah
sebelumnya pemohon telah melakukan penyerahan barang bukti tersebut. Hal ini
berdasarkan Pasal 39 ayat (1) KUHAP wajib memberikan berita acara penyitaan barang
bukti tersebut.

IV. Pemohon dalam penetapan Tersangka, selain dikenakan pasal 12 Huruf E juga dikenakan
pasal 8 Undang-Undang Nomer 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Undang-Undang Korupsi Nomer 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, namun demikan hingga diajukan Pra Peradilan dari Penetapan Tersangka ini,
Pemohon hanya melihat alat bukti dalam tuduhan dari Pasal 8 Undang-Undang Nomer 19
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Korupsi Nomer 31
Tahun 1999 ini hanya berupa Surat Pernyatan atas dana yang di bawa dan diamankan
Pemohon dan dibuat oleh Pemohon dalam Tekanan, Ancaman, dan Intimidasi pada waktu
pemeriksaan dan disaksikan oleh Kuasa Hukum Pemohon yang sudah dicabut dan tidak
ditandatangani oleh kuasanya dalam berita acara pemeriksaan;
1. Bahwa Pemohon pada waktu dipanggil dan diperiksa oleh Jaksa Penyidik yang bernama

30 | P a g e
Ardy Padma,S.H. sebagai tersangka ini hadir dengan didampingi kuasa hukumnya yang
telah dicabut. Pada waktu pemeriksaan ini akan berakhir secara tiba-tiba Kasi pidana khusus
Kejaksaan Negeri Sidoarjo yang bernama Franky Yanafia Ariandi,S.H. ini datang lalu
Menyuruh Pemohon untuk membuat surat pernyataan atas telah digunakan dana Rp.
297.108.438,- (Dua Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Seratus Delapan Ribu Empat Ratus
Tiga Puluh Delapan Rupiah) dalam kondisi Pengancaman, intimidasi, dan penekanan oleh
Kasi pidana khusus Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Memang benar Pemohon ini telah membuat
surat pernyataan dalam kondisi Pengancaman, intimidasi, dan penekanan oleh Kasi pidana
khusus Kejaksaan Negeri Sidoarjo dengan menulis untuk keperluan pribadi. Pengancaman,
intimidasi, dan penekanan ini disaksikan oleh Kuasa Hukum yang telah dicabut, lalu kuasa
hukum yang mendampingi pemohon, tidak mau menandatangani berita acara pemeriksaan
dan bahkan Kuasa Hukumnya yang lama telah meminta untuk dibuatkan Berita Acara
Penolakan pemeriksaan dan Penolakan Pembuatan Surat Kuasa tidak diberikan oleh Kasi
pidana khusus Kejaksaan Negeri Sidoarjo yang bernama Franky Yanafia Ariandi,S.H., I Putu
Kisnu, S.H., dan Ardhi Padma Yudha K.,S.H.
2. Bahwa dengan dicabutnya kuasa lama, maka Pemohon kembali datang dan diperiksa di
ruang Kejaksaan Negeri Sidoarjo dengan di dampingi kuasa Hukum yang baru, dengan
terdiri dari SYARIFUDIN RAKIB, S.H.,M.H., DJAUHARI T. SUWARNO, S.H.,RIYADI,S.H.,
MUCHAMAD FAHMI,S.H. PAWIT SYARWANI,S.H. Para Kuasa Hukum yang baru dari
Pemohon ini telah membantah atas surat pernyataan pengakuan yang dibuat oleh Pemohon
dalam kondisi Pengancaman, intimidasi, dan penekanan serta Pemohon ini tidak mengakui
kebenaran dan isinya. Pemohon ini merasa terancam dan tertekan sehingga atas ketakutan
yang luar biasa telah menyebabkan Pemohon ini telah kosong atas pikirannya.
3. Bahwa Pemohon dan kuasanya meminta untuk diperiksa dalam Berita Acara Pemeriksaan
Baru dengan membantah dan tidak mengakui Surat Pernyataan yang telah dibuat oleh
Pemohon. Maka Pemohon dan kuasanya berharap Penyidik dapat berlaku secara
profesioanal dan tidak memaksakan atas bukti surat pernyataan yang dibuat dalam kondisi
Pengancaman, intimidasi, dan penekanan. Apabila Surat Pernyataan yang dibuat telah
melanggar ketentuan tentang Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Ketentuan dalam
KUHAP maka atas bukti Surat Pernyataan ini TIDAK SAH untuk digunakan sebagai ALAT
BUKTI.
4. Bahwa Pemohon secara fakta dalam proses pemeriksaan sebagai Saksi dan atau sebagai
Tersangka ini tidak pernah mengetahui secara jelas dan pasti atas Para saksi dan alat bukti
yang dapat menyebabkan Pemohon ini memenuhi unsur telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum sebagaimana dalam Penetapan oleh Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Akhirnya
Pemohon ini mengetahui dan mendengar secara langsung atas nama siapa saya, maka
saksi yang terdiri dari 4 (empat) orang terdiri dari : 1. Maduka (sebagai tersangka utama atas
dugaan korupsi dana ganti rugi BPLS) 2.Fatkul Mubin 3. Nurul Hidayat 4. Surachman dan

31 | P a g e
sebenarnya ada 4 saksi lainnya juga belum diketahui secara pasti, sebab pemohon dan
kuasanya belum mengetahui dan diperlihatka secara pasti nama-nama saksi lain dan alat
buktinya.
5. Bahwa berdasarkan fakta kronologis yang telah kami uraikan maka Pemohon menolak
dengan tegas atas perolehan 2 (dua) orang dan 2 (dua) alat bukti atas dugaan melakukan
tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan dalam jabatan sebagaimana dimaksud
Pasal 12 huruf e jo. Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 ini
tidak memenuhi ketentuan dalam KUHAP dan terkesan untuk dipaksakan
6 Bahwa bunyi Pasal 8 dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yang berbunyi:“Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau
orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga
tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut.”

Adapun unsur-unsur dalam pasal 8 tersebut diantaranya sebagai berikut:


1. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu
Pegawai Negeri adalah meliputi :
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian;
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari
keuangan negara atau daerah; atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal
atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

Sedangkan pengertian “orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus” oleh Adami Chazawi bahwa, “orang yang bukan
pegawai negeri yang menjalankan tugas jabatan umum terus menerus”, misalnya
pegawai tidak tetap (PTT).

2. Dengan sengaja

Pengertian dengan sengaja ini mencakup tiga bentuk kesengajaan yang dikenal dalam
doktrin, yaitu sengaja sebagai maksud, sengaja dengan kesadaran tentang kepastian,
keharusan, dan sengaja dengan kesadaran tentang kemungkinan. Dengan demikian tidak

32 | P a g e
ada perbedaan antara pengertian dengan sengaja dalam Pasal 415 KUHPidana dan
pengertian dengan sengaja menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

3.Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan orang lain
menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu.

Menurut pendapat Adami Chazawi ini memerinci perbuatan yang dilarang dalam unsur ini
atas:

a) Menggelapkan
b) Membiarkan orang lain mengambil
c) Membiarkan orang lain menggelapkan
d) Membantu dalam melakukan perbuatan.
Dilihat dari sudut perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2011 tampak bahwa tidak ada perbedaan dengan perbuatan-
perbuatan yang dilarang dalam Pasal 415 KUHPidana, di mana dalam Pasal 415
KUHPidana perbuatan yang dilarang yaitu menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga itu
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau menolong sebagai pembantu dalam
melakukan perbuatan tersebut”.

4. Uang atau surat berharga


Surat berharga (waarde papier) adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan
sebagai pelaksana pemenuhan prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Akan
tetapi, pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan
menggantinya dengan alat bayar lain berupa surat yang mengandung Hukum Surat-
surat Berharga perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup membayar
kepada pemegang surat.
5. Disimpan karena jabatannya, Membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain
Unsur “disimpan karena jabatannya” juga merupakan unsur yang terdapat dalam Pasal
415 KUHpidana. Inilah unsur tindak pidana penggelapan. Jika uang atau surat berharga
itu berada di tangan orang lain kemudian diambil oleh pelaku (pegawai negeri) maka itu
bukan penggelapan melainkan merupakan suatu pencurian. Pengertian “disimpan
karena jabatannya” dijelaskan oleh Adami Chazawi sebagai berikut: Apa yang menjadi
sebab uang itu disimpan olehnya, tiada lain adalah karena jabatan yang dipangkunya
bagi seorang pegawai negeri. Atau jabatan bukan seorang pegawai negeri, tetapi
jabatan itu harus menjalankan pekerjaan yang bersifat umum, artinya pekerjaan dalam
jabatan itu adalah segala sesuatu pekerjaan yang menyangkut atau melayani
kepentingan umum. Misalnya petugas parkir (bukan pegawai negeri) yang tugasnya
memungut retribusi parkir kendaraan umum yang disetorkan pada dinas pendapatan
pemerintah kota.

33 | P a g e
6. Membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
Tentang pengertian membantu melakukan perbuatan, oleh Mahrus Ali dikatakan bahwa,
Unsur ini bermakna mempermudah atau memperlancar bagi orang-orang melakukan
suatu perbuatan berupa menggelapkan, membiarkan orang lain mengambil,
membiarkan orang lain menggelapkan, dan bantuan tersebut sifatnya hanyalah
mempermudah terlaksananya perbuatan tadi, tidak menentukan terjadinya delik yang
dilarang.
7. Berdasarkan unsur-unsur yang telah diuraikan tersebut, maka pemohon tidak memenuhi
unsur-unsur khususnya terkait unsur kesengajaan dan menggelapkan dikarenakan
sesuai dengan fakta kronologis tidak terdapat kesengajaan maupun menggelapkan uang
ganti rugi dari BPLS melainkan pemohon menjadi Pelindung Takmir Masjid dan TPQ
desa Gempolsari.
7. Berdasarkan Unsur-Unsur tersebut, pemohon tidak memenuhi baik unsur obyektif maupun
unsur subyektif seperti yang telah di sangkakan oleh Kejaksaan Negeri Sidoarjo. Oleh
karena itu pemohon tidak memenuhi unsur-unsur baik di dalam Pasal 8 maupun Pasal 12
huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
maka kami berpendapat bahwa pemohon tidak bersalah dan berhak untuk mendapatkan
keadilan di dalam hukum.
8. Bahwa penetapan Tersangka oleh Termohon kepada Pemohon atas dugaan melakukan
tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan dalam jabatan sebagaimana dimaksud
Pasal 12 huruf e jo. Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi kental dengan subyektivitas dan bukan atas
adanya obyektivitas dalam penegakan hukum, sehingga Termohon bertindak tidak obyektif,
tidak profesional dan tidak proporsional.
9. Bahwa Para Penyidik kejaksaan Negeri Sidoarjo ini dalam pertimbangan Surat Penetapan
Tersangka ini tidak pernah memperlihatkan dan membacakan atas berita acara
penyelidikan atas alat bukti, yaitu 4 (empat) orang saksi dan 2 (dua) alat bukti kepada
pemohon atas ditetapkan sebagai tersangka dalam melakukan pemerasan. adanya
kerugian negara atas dana ganti rugi BPLS atas tanah dan bangunan di desa gempolsari
kec. Tanggulangi . Kab. Sidoarjo. Pemohon ini tidak pernah diberitahukan secara langsung
dan diterangkan dari saksi-saksi yang telah diperiksa oleh Para Penyidik Kejaksaan
Sidoarjo, dan tidak pernah ditunjukkan alat bukti lainnya. Jadi Pemohon ini tidak pernah
tahu nama-nama saksi secara langsung dan alat bukti permulaan yang disebutkan dalam
surat penetapan tersangka.
11. Bahwa Pemohon dengan didampingi Penasehat Hukumnya yang baru dan atau yang telah
dicabut oleh Pemohon tidak mengetahui adanya Berita Acara Pemeriksaan dari Para Saksi

34 | P a g e
dan alat bukti lainnya yang menyebabkan Pemohon dan Penasehat Hukumnya yang
menjadi dasar penetapan tersangka. Namun demikian proses yang dilakukan penyidik ini
sangat bertentangan dengan KUHAP sebab Pemohon ini baru diperiksa sebagai SAKSI
dalam perkara korupsi untuk tersangka lain yang telah melakukan pada tahun 2013,
kemudian menyerahkan Pemohon telah menyerahkan uang pada tanggal 19 Juli 2022
dengan tidak ada berita penyitaan acara barang bukti. Lalu Termohon dengan tanpa
memberitahukan adanya surat penetapan atas perubahan dari Pemohon Sebagai Saksi
menjadi Tersangka, namun Termohon ini menetapkan sebagai TERSANGKA (maka kami
hanya berkata AMAZING atas kesembronoan dari TERMOHON).
11.Bahwa pemohon dalam surat penetapan tersangka dalam perkara Dugaan Tindak Pidana
Korupsi Pemerasan dalam Jabatan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Kejahatan
Pidana Korupsi melalui Pasal 12 huruf e menyebutkan sebagai berikut:
PASAL 12 HURUF e:
“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.”
Oleh karena itu, dengan tidak diperlihatkan, didengarkan ataupun dikonfortir oleh tersangka
yang tidak dilakukan oleh penyidik. Hal ini, secara tiba-tiba pemohon ditetapkan sebagai
tersangka oleh penyidik yang sewenang-wenang dari luar koridor KUHAP dan perundang-
undangan berlaku.
13.Bahwa Pemohon yang dituduh telah melakukan perbuatan sesuai dengan Pasal 12 E ini
adalah suatu penetepan yang sungguh sanggat ironi dengan fakta yang sesungguhnya
terjadi, sebab Pemohon ini tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengancam, memeras
dan memaksa untuk melakukan perbuatan sesuai yang diatur dalam pasal 12 E dan bahkan
setelah pemohon ini mengetahui salah satu saksi yang bernama Surachman, maka
Pemohon mengetahui ucapan yang disebutkan oleh Para Saksi lainya atas ucapan yang
diucapkan oleh pemohon yang kepada Para Saksi. Menurut Saksi Surachman ini telah
memberikan keterangan atas ucapan yang disebutkan sebagai ancaman, memeras dan
memaksa ini hanya berupa kata-kata minta tolong atas dana pada pengurus masjid yang
telah habis masa baktinya untuk memberikan kepada Desa atau kepada Pengurus Baru
Masjid di Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. Jika Yang Mulia berkenan, Mohon
agar rekaman tersebut diperdengarkan di sidang ini, agar semua mengetahui seberapa
jahat tuduhan atas pemerasan yang telah dilakukan oleh Klien Kami atau dari rekaman
ini dapat kita dengarkan bersama atas betapa mudahnya Pemohon melalui Penyidik
Kejaksaan Negeri Sidoarjo melakukan KRMINALISASI, hanya dengan rekaman.
14. Bahwa lembaga Praperadilan adalah bagian dari kontrol atas proses penegakan hukum

35 | P a g e
yang dilakukan Penyidik dan/atau Penuntut Umum. Karena proses penegakan hukum harus
berasal dari asas praduga tak bersalah, bukan praduga bersalah. Dalam perkara a quo, bukti
yang dimiliki oleh Termohon adalah tidak berasalan secara hukum, namun Pemohon terlebih
dahulu telah ditetapkan sebagai Tersangka, hingga kemudian dicari alat buktinya. Padahal
untuk bisa menetapkan seseorang Tersangka, seharusnya sudah ada 2 (dua) alat bukti yang
cukup yang sah berdasarkan ketentuan KUHAP. Berdasarkan penetapan tersangka oleh
Jaksa Penyidik Kejaksaan Negeri Sidoarjo telah menyalahgunaan kewenangan melalui
alouvoirat negara (detournement de pouvoir .

V. Pemohon pada waktu diperiksa sebagai Saksi pada tanggal 13 Juli 2022, dalam rangka
memenuhi Surat Panggilan yang kedua sebagai saksi Nomor :
SP-189/M.519/Fd.1/07/2022 tanggal 07 juli 2022 dengan tanpa didampingi oleh kuasa
hukum dan/atau juga tidak pernah ditawarkan untuk didampingi kuasa hukum sebab
dalam Pasal dugaan sangkaan yang dituduhkan dan diterapkan oleh Penyidikan dari
Termohon ini hukuman maksimalnya lebih dari Lima Tahun;

1. Bahwa Berdasarkan Pasal 56 KUHAP "Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka." Sehingga pemohon mpernah emiliki hak
untuk didampingi oleh penasihat hukum sebagai upaya meminimalisir tidak terlindunginya
hak-hak pemohon ketika berhadapan dengan hukum.

2. Bahwa Termohon ini dalam memeriksa Pemohon ini tidak pernah memberikan penawaran
untuk didampingi kuasa hukum dan atau Penasehat Hukum secara Pro bono dan
memberitahukan kepada Pemohon untuk mencari kuasa hukum tersendiri.

3. Bahwa Pemohon diperiksa hanya sekali sebagai Saksi dan setelah menyerahkan barang
bukti kepada Termohon dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab malah ditetapkan
sebagai tersangka, maka Pemohon menjadi bertanya atas penggunaaan dana Rp.
297.108. 438,84 (Dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus delapan ribu empat ratus
tiga puluh delapan koma delapan puluh empat rupiah) dari pengurus Masjid Lama, yaitu
Maduka, Fatkhul Mubin, dan Nurul Hidayat yang telah disimpan mulai dari tahun 2013
hingga tahun 2019 ini tidak ditetapkan sebagai Tersangka atas penggunaan
penyelewengan dana Ganti Rugi dari BPLS dalam bentuk jual beli untuk tanah TPQ
Masjid Al-Istiqomah Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
Sehingga Pemohon ini melihat tidak adanya keseimbangan dalam Kedudukan di HUKUM
(EQUALITY BEFORE THE LAW)

4. Bahwa Pemohon dalam proses pemeriksaan sebagai Saksi penggunaan penyelewengan

36 | P a g e
dana Ganti Rugi dari BPLS dalam bentuk jual beli untuk tanah TPQ Masjid Al-Istiqomah
Desa Gempolsari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo atas ini hanya diperiksa 1
(satu) kali lalu ditetapkan sebagai Tersangka adalah merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan tahapan dalam KUHAP.

5. Apabila Pemeriksaan SAKSI lalu ditetapkan sebagai Tersangka dengan tergesa-gesa,


maka ada unsur yang dipaksakan dalam pemeriksaan Termohon dan Termohon ini tidak
diberikan Hak untuk didampingi kuasa /penasehat hukum secara biaya sendiri dan ataupun
ditawarkan secara Gratis dibiayai negara.

6. Bahwa Pemohon ini hanya diperiksa sekali lalu sebagai tersangka, adalah suatu hal yang
sangat bertentangan dengan perlindungan sesuai dengan Hak Asasi dan tidak
menghormati adanya Asas Praduga Tidak bersalah.

7. Bahwa Berdasarkan Pasal 56 KUHAP "Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka." Sehingga pemohon memiliki hak untuk
didampingi oleh penasihat hukum sebagai upaya meminimalisir tidak terlindunginya hak-
hak pemohon ketika berhadapan dengan hukum.

VI. Bahwa Pemohon telah mendapatkan informasi yang berharga dari Saksi yang bernama
Surachman, yaitu adanya kesaksian yang diberikan oleh Tersangka utama,
Maduka,S.Pd. atas adanya Korupsi dana APBN dari BPLS yang membeli Tanah dan
Bangunan dari TPQ Masjid Istiqomah sebagai ganti rugi. Maduka,S.Pd. dijadikan sebagai
Saksi Mahkota dari dasar penetapan Tersangka atas Pemohon. Saksi Mahkota sebagai
alat Bukti Dalam Perkara Pidana merupakan hal yang sangat bertentangan dengan
prinsip peradilan yang adil dan tidak memihak serta merupakan pelanggaran hak asasi
manusia sebagaimana diatur dalam KUHAP sebagai instrumen hukum nasional dan
ICCPR sehingga dalam hal ini Maduka, S. Pd sebagai saksi mahkota adalah Tidak Tepat
dan tidak sesuai dengan KUHAP, terutama atas kesaksian dari Maduka,S.Pd. sebagai
Tersangka Utama dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan/atau atas kesaksian
dari Maduka,S.Pd. bukan merupakan tindakan balasan atas suatu rasa sakit hati.

1. Bahwa Maduka S.Pd. sebagai saksi utama dan padahal dalam penetapan tersangka
yang ditetapkan oleh Kejaksaan Negeri Sidoarjo ini juga sebagai sebagai tersangka
utama atas dugaan korupsi dana ganti rugi BPLS), Maka dalam penetapan tersangka
Pemohon oleh Kejaksaan Negeri Sidoarjo adalah bertentangan dengan ketentuan Dalam

37 | P a g e
Kuhap terutama pada PASAL 168 KUHAP yang berbunyi : Kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan
diri sebagai saksi;

a. keluarga sedarah atau semanda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena parkawinan dan anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. suami atau isteri terdakwa maupun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa.
Berdasarkan ketentuan diatas apabila saksi yang menjerat tersangka dengan keterangan-
keterangan yang tidak sesungguhnya maka dapat dijadikan sebagai kriteria saksi yang
dikecualikan oleh hukum sebagaimana perkembangan sosial di masyarakat.

2. Bahwa atas Saksi Mahkota ini dalam penerapan hukum beracara ini rawan untuk
disalahgunakan serta dapat dijadikan sebagai alat untuk balas dendam dan sebagai
pelampiasan atas rasa kecewa dari Tersangka yang dijadikan sebagai Saksi dari
Tersangka lainnya , meskipun telah dipisah

2. Bahwa mengacu pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 16/PUU-IX/2011 terhadap


Pasal 95 KUHAP mengenai “Ganti kerugian” bilamana tersangka, terdakwa atau terpidana
berhak menuntut ganti rugi karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan
tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan”. Oleh karena itu, Pemohon yang
ditetapkan sebagai tersangka dengan dipaksakan bahkan bertentangan dengan penerapan
KUHAP atau perundang-undangan maka wajib mendapatkan ganti rugi berdasarkan
“tindakan lain” yang dilakukan oleh Jaksa Penyidik pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo tersebut

3. Bahwa Pemohon ini mengajukan PraPeradilan kepada Termohon sebagai akibat dari proses-
proses penyidikan yang terlewatkan, tergesa-gesa, tidak memperhatikan kedudukan hukum
dari Pemohon dengan Tersangka Lain secara Equality Before The Law. Termohon dalam
mengeluarkan Surat tentang SPDP ini terlalu singkat dan tidak sesuai dengan ketentuan
dalam pasal 96 KUHAP, Oleh karena penerapan hukum acara yang dilakukan oleh jaksa
penyidik tidak memenuhi prosedur menurut ketentuan peraturan-perundang undangan yang
berlaku.

Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana diuraikan diatas, maka Pemohon mohon kepada


Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo c.q. Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara
Praperadilan untuk berkenan memutuskan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Praperadilan yang diajukan Pemohon untuk


seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan yang telah dikeluarkan atau

38 | P a g e
ditetapkan oleh Termohon menjadi dasar penetapan Pemohon sebagai Tersangka oleh Para
Termohon terkait perkara dugaan tindak pidana korupsi pemerasan atau penggelapan dalam
jabatan sebagaimana dimaksud Pasal 12 huruf e jo. Pasal 8 adalah tidak sah dan tidak
berdasar atas hukum, dan oleh karenanya penetapan a quo tidak mempunyai kekuatan
mengikat;
3. Menyatakan seluruh tindakan proses penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait
peristiwa pidana sebagaimana dimaksud dalam Penetapan Tersangka terhadap diri
Pemohon adalah tidak sah dan tidak berdasar atas hukum, dan oleh karenanya Penyidikan
a quo tidak mempunyai kekuatan mengikat.
4. Menyatakan Tindakan Penetapan Tersangka atas diri Pemohon yang dilakukan oleh
Termohon adalah tidak sah;
5. Menyatakan tidak sah segala Tindakan atau keputusan atau penetapan yang dikeluarkan
lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan Penetapan Tersangka terhadap diri
Pemohon oleh Termohon bertentangan dengan hukum dan peraturan -perundangn-
undangan yang berlaku .
6. Memulihkan hak-hak Pemohon tersebut di atas baik dalam kedudukan, kemampuan harkat
serta martabatnya;
7. Membebankan biaya perkara kepada negara;
ATAU :

Apabila Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo c.q. Hakim yang memeriksa perkara a quo
berpendapat lain kami mohon putusan yang seadil-adilnya Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Surabaya, Oktober 2022


Hormat kami,
Kuasa Hukum Pemohon,

SYARIFUDIN RAKIB, SH. MH PAWIT SYARWANI, S.H.

RIYADI, S.H. MOCHAMMAD FAHMI, S.H.

39 | P a g e
DJAUHARI T. SUWARNO, S.H.;

40 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai