Kepada :
Yth. BAPAK KETUA PENGADILAN PANGKALAN BUN
Di PENGADILAN NEGERI PANGKALAN BUN
PROVINSI KALLIMANTAN TENGAH
Alamat : di Jl. Sutan Syahrir No.16, Sidorejo, Kec. Arut Sel., Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112, Telepon: (0532)
21014
Dengan Hormat,
Halaman - 2
Barat,Provinsi Kalimantan Tengah,
Madurejo, Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : PENSIUNAN PNS
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
NIK : 20.03629
2. Bahwa atas hamparan tanah kosong berupa sebidang tanah garapan yang
tertuang dalam Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan ----------tanah BACAM,
Sebelah Timur berbatasan dengan--------- jalan setapak,
Sebelah Selatan Berbatasan dengan--------tanah SIAP,
Sebelas Barat berbatasan dengan tanah --SUMPING,
Atas nama pada hamparan tanah kosong sebidang tanah garapan atas
nama SOEYATNO.
Halaman - 3
3. Bahwa hamparan tanah kosong sebidang tanah garapan sebidang tanah
dengan luas secara keseluruhan 4 (empat) hektar, dan atas hamparan tanah
kosong sebidang tanah garapan ini terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Arut Selatan,
Kelurahan Pasir Panjang.
10.Bahwa atas janji untuk seharusnya dirubah judul Akta Perjanjian Kerja
Sama Pengelolaan lahan dengan Perjanjian Jual beli secara diangsur
atas sebidang tanah garapan sebidang tanah dengan luas secara
keseluruhan 4 (empat) hektar, yang terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Arut Selatan,
Kelurahan Pasir Panjang.
12.Bahwa Perjanjian jual beli yang dibuat oleh Tergugat II ini sebenarnya
untuk kepentingan Para Penggugat dengan Tergugat I, dan seharusnya
Tergugat II ini sudah menjalankan tugasnya untuk melakukan cek and
balance pada kantor desa/ Kelurahan Pasir Panjang atas tanah
berdasarkan Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980 dan seharusnya Tergugat II ini sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah, maka melakukan kegiatan Sporadik,yaitu kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau
kelurahan secara individual atau massal. Peraturan Pemerintah Nomor 24
tahun 1997 mewajibkan bagi pemilik tanah bekas adat untuk mendaftarkan
tanahnya sehingga tertib administrasi bisa tercapai.
Halaman - 5
13.Bahwa Tergugat II ini tidak melakukan pelaksanaan pendaftaran tanah
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum atas hak-hak atas tanah
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu pun dapat dilaksanakan secara
sistematis maupun sporadik adalah untuk menghasilkan sertifikat sebagai
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Berbagai faktor
mempengaruhi minat masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya secara
sporadik.
16.Bahwa Tergugat II sebagai pembuat akta perjanjian jual beli tanah kosong
dengan pembayaran secara bertahap ini melakukan kegiatan sporadik dan
seharusnya pula Tergugat II ini memastikan memahami aturan jual
belinya. Maka seharusnya pula Tergugat II ini dalam membuat Akta
Perjanjian Jual Belinya dalam bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB).Maka dalam Pembuatan PPJB untuk saat ini sudah seharusnya
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2021, tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
Halaman - 6
17.Bahwa Tergugat II merupakan notaris dan pejabat pembuat akta tanah
yang ditunjuk oleh Tergugat I sehingga dalam membuat perjanjian ini,
sudah dengan niat yang di duga dengan Dolli Prae Sintis (Itikad Buruk)
sebab Tergugat II ini dalam membuat Akta Perjanjian lebih mengakomidir
kepentingan dari Tergugat I sehingga banyak merugikan Hak-Hak dari
Penggugat.Hal ini terbukti dari fakta yang terjadi, seharusnya Tegrugat II
ini dalam malakukan Perjanjian jual beli tanah menjadi penting bagi Para
Penggugat yang hendak menjual maupun membeli tanah, yaitu Ada
beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam membuat Surat
Perjanjian Jual Beli tanah. Misalnya, memastikan kepemilikan tanah.
Apakah benar sebagai hak milik dari Para Penjual yang akan menjualnya,
tanah warisan, dan lain sebagainya. Dan Tergugat II ini juga melakukan
kegiatan sebagaiman pada point 13 di atas.
Halaman - 7
19.Bahwa Tergugat II atas arahan dan keinginan dari Tergugat II dalam
membuat pada pasal-pasalnya selain tidak memperhatikan pada
prinsip-prinsip Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64
tanggal 10 Agustus 2020, perjanjian dalamAkta/Surat perjanjiannya, dan
juga tidak mencatumkan secara jelas pada pasal-pasal guna menjamin
keamanan transaksi jual beli tanah dan saksi-sanksinya bagi Para Pihak
secara seimbang. Untuk itu biasanya di dalamnya akan tercantum
sejumlah kesepakatan seperti:
Halaman - 8
pertama namun setelah penandatangan maka akan jatuh kepada pihak
kedua.
Masa berlaku perjanjian artinya Mengatur apabila pada saat perjanjian
dibuat pihak pertama meninggal dunia, maka surat perjanjian
pembelian tanah masih bisa berlangsung dan diwakili oleh pewaris sah
dari tanah tersebut. Serta menetapkan hal lain-lain yang belum
tercantum, akan diselesaikan dengan cara mufakat oleh kedua belah
pihak.
20.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini bertentangan antara judul akta
perjanjian dengan pasal-pasal yang ada pada Akta tersebut. Sebab
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan, berarti atas maksud dan tujuan
dari perjanjian ini untuk mengelola lahan sehingga atas hubungan hukum
ada masalah hukum, maka Tergugat I ini sudah mempunyai niat untuk
meloloskan dari perjanjian yang telah dibuat, hal ini terbukti atas
pertentangan antara pasal-pasal dalam dalam judul pada Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, hal ini
terutama dapat Para Penggugat ini dapat untuk menguraikan dan
menjelaskan serta mempaparkan atas hal yang kontradiktif/bertentangan
terutama judul akta dengan pasal 1 dan pasal 2 dengan Pasal 5.
Halaman - 9
dengan tanah SUMPING, dengan luas secara keseluruhan 4 (empat) hektar
yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kecamatan Arut Selatan, Kelurahan Pasir Panjang, terakhir tercatat
dan terdaftar atas nama Tuan SOEYATNO.
22.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, terutama dalam Kalimat pada Pasal
1 masih sesuai ini judul Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 sudah sangat jelas atas alas hak dari
tanah yang diperjanjikan pada Sebidang tanah garapan yang tertuang
dalam Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980 atas nama PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI I
dan suami dari PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI II dan sesuai
dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2009
Tentang Tanah Adat Dan Hak-Hak Adat Di Atas Tanah Di Provinsi
Kalimantan Tengah.
23.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, terutama dalam isi dan kalimat
pada pasal 2 atas akta tersebut, berbunyi sebagai berikut: “Pihak Kedua
akan melakukan pembayaran kepada Pihak Kesatu sebagai kompensasi
ganti rugi atas sebidang tanah garapan Keterangan/Bukti yang tertuang
dalam Surat Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980, dengan
sistem pembayaran:
Halaman - 10
c. Pembayaran pada setiap bulannya sebesar Rp. 57.536.000,- (lima
puluh tujuh juta lima ratus. tiga puluh enan ribu rupiah) yang
dibuktikan dengan kwitansi bermaterai cukup;
d. Apabila ada kekurangan dan/atau kelebihan dari penbayaran
sesuai pasal 2 (dual urut C, maka pihak kedua terlebih dahulu
memberitahukan pada Pihak Pertama.
Halaman - 12
Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai Tergugat II, seharusnya sehingga
atas TANAH yang dimiliki oleh Penggugat I seharusnya mendapatkan
pelaporan atas Tanah Kavling yang laku dan nama-nam pembeli Kavling
di atas tanah dari Penggugat I, secara Fakta ini tidak pernah dilakukan.
Dan Pihak Ketiga sebagai pembeli dari Tanah Kavling ini telah melakukan
Pembayaran secara tunai dan diangsur, namun Para Penggugat ini Tidak
pernah mendaparkan laporan secara baik dan benar. Mohon Kepada
Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Pangkalan Bun ini Untuk
Memperhatikan atas Hak-Hak Tanah yang dimiliki oleh Para Penggugat
sebab atas penjualan tanah kavling sebanyak 171 secara site plan ini tidak
dinikmati hasilnya oleh Para Penggugat.
29.Bahwa atas tanah yang dimiliki oleh Penggugat I ini tidak dikelola dan
menghasilkan pendapatan tiap bulan kepada Para Penggugat dan
mendapatkan laporan keuangan dan penjualan serta secara manajemen
yang diawasioleh akuntan independent sebab dalam Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini
tidak diatur dan ditentukan dalam Akta tersebut. Bahkan secara Judex
Factie, Tergugat I telah berhasil menjual keseluruhan lahan seluas 4
hektare, dalam hal ini telah displit(dipisah), yaitu menjadi tanah kavlingan
dengan di jual kepada pembeli atas 171 (serratus tujuh puluh satu) tanah
kavlingan dengan lebar jalan selebar 6 meter.
30.Bahwa Tergugat I ini seharusnya menyerahkan kelengkapan ijin-ijin atas
melakukan usaha jual kavling tanah kepada Pembeli yaitu Pihak
Ketiga,dan Sebenarnya atas Tanah milik dari ini telah dibeli oleh PIHAK
KETIGA YANG DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA sebanyak 171 kavling tanah
(sebanyak 171 pembeli) dan CV BORNEO SUKSES sebagai penjual
Kavling tanah di atas tanah milik dari Para Penggugat ini telah
menerima pembayaran dari Para Pembeli, ada yang sudah lunas dan
ada yang masih diangsur.
Halaman - 13
31.Bahwa Berdasarkan Fakta atas Tanah milik dari Para Penggugat ini
tidak pernah tahu dan melihat atas hal perijinan atas penjualan kavling
tanah seluas 4 ha ini di duga pada perijinan dalam site plan yang sesuai
dengan Undang-Undang Nomer 1 Tahun 2011 tentang Perumahan,
terutama pada Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman yang
pada pokoknya berbunyi bahwa “Badan Hukum yang membangun lisiba
dilarang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah.”Yang dalam
penjelasannya disebutkan sebagai berikut:“ Yang dimaksud dengan “
menjual kavling tanah matang tanpa rumah “ adalah suatu kegiatan badan
hukum yang dengan sengaja hanya memasarkan kavling tanah matang
kepada konsumen tanpa membangun rumah terlebih dahulu. Penjualan
kavling tanah matang kepada konsumen hanya dapat dilakukan apabila
badan hukum tersebut telah membangun perumahan sekurang-kurang
25% dari rencana pembangunan perumahan di lisiba dan dalam keadaan
terjadi krisis moneter nasional yang berakibat pada kesulitan likuiditas
pada badan hukum. Dan juga disyaratkan pada peijinan dari Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat, dan ada dugaan belum diurus secara
baik dan benar pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintah
Kabupaten Kota Waringinbarat Provinsi Kalimantan Tengah. Tergugat I
ini atas telah menjual tanah kavling di atas tanah miik dari Para Penggugat
dan apabila telah dijual sebanyak 171 kavling tanah dikali kan
Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) maka atas keseluruhan dari
menjual tanah milik dari Para Penggugat sebesar Rp. 6.800.000.000,- (enam
miliar delapan ratus juta rupiah).
32.Bahwa Tergugat I dan Tergugat II akibat dari adanya Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 yang
dibuat di hadapan Bastomi Tri Pambudi Soekardi, S.H., M.Kn.,
Notaris/PPAT Kabupaten Kotawaringin Barat, maka telah melakukan
perbuatan sesuai dengan Ketentuan terkait perbuatan melawan hukum
Halaman - 14
tercantum dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang berbunyi: Tiap perbuatan
yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut. Para Penggugat ini mengkutip pendapat dari Mariam Darus
Badrulzaman dalam bukunya KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan
dengan Penjelasan, seperti dikutip Rosa Agustina menyatakan yang
dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah:
Halaman - 16
sebagaimana diatur dalam pasal 1320 BW, yaitu unsur kausa yang
halal/tidak bertentangan dengan undang-undang oleh karena Perjanjian
Ikatan Jual Beli dengan TERGUGAT I dihadapan Tergugat II di., Jalan
Kawitan Nomer 1, Kelurahan Sidoarjo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah., sebagaimana Akta
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus
2020 tersebut bertentangan dengan Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman;
36.Bahwa dengan adanya Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini dibuat dengan bertentangan
dengan Pasal 1320 KUHPerdata, Pasal 1321 KUHPerdata,Pasal 1365
KUHPerdata, Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, sehingga menyebabkan
Para Penggugat ini telah mengalami kerugian atas tanahnya sebesar Rp.
1.949.000.000 dan ditambahkan Rp. 40.000.000,- x 171 = 6.800.000.000
(untuk dikembalikan kepada pembeli kavling tanah) sehingga total yang
harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 8.749.000.000,- (delapan miliar tujuh
ratus empat puluh Sembilan juta dan ditambahkan beserta bunga sebesar 6
% (Enam persen) untuk setiap tahunnya dimulai pada tahun 2022 (sebesar
Rp. 145.817.000 per tahunnya), sebagaimana diatur dalam Stb.1848: No. 22,
yang wajib dikembalikan oleh TERGUGAT I.
37.Bahwa Para Penggugat ini telah mengalami kerugian materil secara total
sebesar Rp. Rp. 8.749.000.000,- (delapan miliar tujuh ratus empat puluh
Sembilan juta) dan ditambahkan beserta bunga sebesar 6 % (Enam persen)
untuk setiap tahunnya dimulai pada tahun 2022 (sebesar Rp. 145.817.000
per tahunnya), sebagaimana diatur dalam Stb.1848: No. 22, yang wajib
dikembalikan oleh TERGUGAT I, secara fakta hukum sebagai akibat dari
adanya perbuatan melawan hukum akibat adanya Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, dan
kerugian in materiil yang ditanggung oleh Para Penggugat sebagai
Halaman - 17
akibat atas telah dijualnya tanah yang dimiliki oleh para Penggugat
kepada Para pembeli tanah kavling yang dilakukan oleh Tergugat I.
38.Bahwa agar gugatan Para Penggugat dalam perkara a quo ini mempunyai
efektitivitas dan bermanfaat tidak bagi Para Penggugat, maka atas objek
perjanjian sebagaimana Akta Nomor : 64 tanggal 10 Agustus 2020 tersebut
tidak dialihkan oleh Tergugat kepada orang lain, maka Para Penggugat
mohon kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Pangkalan Bun
melalui Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk
terlebih dahulu meletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap
tanah yang menjadi objek perjanjian antara Para Penggugat dengan
Tergugat sebagaimana poin 2 posita ini dan juga atas asset-asset barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Bambang
Pamungkas sebagai Harta Pribadi dan juga atas asset-asset barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Badan Usaha dari
CV BORNEO SUKSES;
39.Bahwa oleh karena perkara ini didukung oleh bukti-bukti yang otentik
maka PENGGUGAT mohon kepada Pengadilan Negeri Surabaya untuk
menjatuhkan putusan serta merta (Uitvoer baar Bij voorrad) dan dapat
dijalankan terlebih dahulu meskipun ada verset, banding ataupun kasasi;
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dengan ini dimohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Surabaya untuk memanggil kedua belah pihak guna
didengar keterangannya dan selanjutnya menjatuhkan Putusan sebagai
berikut:
1. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II melakukan Perbuatan Melawan
Hukum
3. Menyatakan Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64
tanggal 10 Agustus 2020 di buat oleh TERGUGAT II adalah batal demi
hukum, tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
4. Menghukum kepada TERGUGAT I dan TERGUGAT II untuk mengemba-
likan secara tanggung renteng atas uang yang dibayar lunas oleh Pihak
ketiga sebagai pembeli kavling itikad baik pada tanah yang menjadi obyek
sengketa sebesar sebesar Rp. Rp. 8.749.000.000,- (Delapan Miliar Tujuh
Ratus Empat Puluh Sembilan Juta Rupiah), untuk dikembalikan kepada
PARA PEMBELI KAVLING sebanyak 171 orang;
Halaman - 18
5. Menghukum kepada TERGUGAT I untuk membayar Bunga Moratorium
sebesar Rp. 145.817.000 (Seratus Empat Puluh Lima Juta Delapan Ratus
Tujuh Belas Ribu) per tahunnya dihitung mulai dari awal Bulan Januari
tahun 2022;
6. Menyatakan secara hukum hapus / dianggap tidak pernah ada segala
pembayaran yang dilakukan Tergugat kepada Penggugat;
7. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kembali kepada Para
Penggugat atas tanah yang menjadi objek perjanjian sebagaimana tertuang
dalam Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan, Nomor : 64 tanggal
10 Agustus 2020 yang dibuat dihadapan Bastomi Tri Pambudi Soekardi,
S.H., M.Kn, Notaris/PPAT Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai
TERGUGAT II;
8. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan ( Conservatoir Beslag ) objek
Perjanjian Para Penggugat dengan Tergugat berupa tanah berdasarkan
Surat Keterangan/ Bukti Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980
terdaftar dan tercatat atas nama TUAN SOEYATNO dengan luas 40.000
m2 (empat puluh ribu meter persegi), yang terletak di Jalan Patongahan,
Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan batas-batas tanah sebagaimana
surat tersebut adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Bacam
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Jalan Setapak
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Siap
- Sebelah barat berbatasan dengan : Sumping
9. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah) setiap hari;
10.Menyatakan putusan perkara ini dapatnya dijalankan terlebih
dahulu(Uitvoer baar Bij voorrad) meskipun ada verset, banding ataupun
kasasi;
11.Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara ;
ATAU
Halaman - 19
(MOCH TAKIM, S.H.) (AHMAD MUSHONNEF, S.H.)
Halaman - 20