Anda di halaman 1dari 20

Sidoarjo, 25 April 2023

Kepada :
Yth. BAPAK KETUA PENGADILAN PANGKALAN BUN
Di PENGADILAN NEGERI PANGKALAN BUN
PROVINSI KALLIMANTAN TENGAH
Alamat : di Jl. Sutan Syahrir No.16, Sidorejo, Kec. Arut Sel., Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112, Telepon: (0532)
21014

Perihal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Assalammualaikum Warochmatullahi Wabarokatuh

Dengan Hormat,

Perkenankanlah kami yang tersebut di bawah ini :


1. Nama : MOCH. TAKIM, S.H.
Tempat : Surabaya, 14 September 1973
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok Mutiara Blok R 26 RT/RW
020/009 Kel. Banjarbendo,
Kec.Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Tanggal berakhirnya KTPA : 31 Desember 2024
Nomor Induk KTPA : 19.04334

2. N a m a : AHMAD MUSHONNEF, S.H.


Tempat /Tanggal Lahir : Sidoarjo, 26 Maret 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tambaksumur I/19 Waru,
Halaman - 1
Sidoarjo
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Advokat
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
Tanggal berakhirnya KTPA : 31 Desember 2024
Nomor Induk KTPA : 20.03629

Merupakan Para Advokat/ Penasehat Hukum dari yang tergabung pada


“ARN LAW FIRM” yang bekedudukan dan beralamat kantor di Kabupaten
Sidoarjo, Kompleks Perumahan Pondok Mutiara Blok R-26 RT.20 RW.09
Kelurahan BanjarBendo, Kec. Sidoarjo, Hp/WA:+/-62-857-3013-2431,Hp/WA:
+/-62-812-1777-7166 :Hp/WA: +/- 62-881-0267-31549, Hp/WA:+/-
85226375096 ; dengan alamat Email:
muhamadtakitmdanpartners2019@gmail.com. Berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 14 April 2023 baik bertindak sendiri-sendiri maupun
bersama-sama atas nama :
1. Nama :
SOEYATNO
Tempat :
Klaten, 26 Juni 1951
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Alamat :
JL.H.M Rafi’i Nomer 40,RT 023,RW 005,
Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut
Selatan,Kabupaten Kotawaringin
Barat,Provinsi Kalimantan Tengah,
Madurejo, Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : PENSIUNAN PNS
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : SLTA
NIK : 6201022606510002
Selanjutnya disebut sebagai-------------------------------------------Penggugat I

2. Nama : HJ. FATIMAH SYAM


Tempat /Tanggal Lahir : Pangkalan Bun, 25 Mei 1958
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : JL.H.M Rafi’i Nomer 40,RT 023,RW
005, Kelurahan Madurejo, Kecamatan
Arut Selatan,Kabupaten Kotawaringin

Halaman - 2
Barat,Provinsi Kalimantan Tengah,
Madurejo, Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : PENSIUNAN PNS
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : S1
NIK : 20.03629

Selanjutnya disebut sebagai---------------------------------------------Penggugat II

Dengan ini mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap:

1. CV BORNEO SUKSES, yang diwakili oleh Direktur Bambang


Pamungkas, berkedudukan di Jalan Ahmad Wongso, Kelurahan
Madurejo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai ----------------------------------Tergugat
I.
2. BASTOMI TRI PAMBUDI SOEKARDI, S.H., M.Kn., bertempat tinggal di Kantor
Notaris/PPAT Bastomi Tri Pambudi Soekardi, S.H., M.Kn., Jalan Kawitan Nomer
1, Kelurahan Sidoarjo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. sebagai ------------------------------------
Tergugat II.
Adapun dalil-dalil yang menjadi duduk persoalannya adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Para Penggugat adalah dua sepasang suami istri merupakan


sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil dengan penghasilan yang dimiliki
dan telah mendapatkan peralihan warisan dari orang tuanya sebuah
hamparan tanah kosong.

2. Bahwa atas hamparan tanah kosong berupa sebidang tanah garapan yang
tertuang dalam Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980, dengan batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan ----------tanah BACAM,
 Sebelah Timur berbatasan dengan--------- jalan setapak,
 Sebelah Selatan Berbatasan dengan--------tanah SIAP,
 Sebelas Barat berbatasan dengan tanah --SUMPING,
Atas nama pada hamparan tanah kosong sebidang tanah garapan atas
nama SOEYATNO.
Halaman - 3
3. Bahwa hamparan tanah kosong sebidang tanah garapan sebidang tanah
dengan luas secara keseluruhan 4 (empat) hektar, dan atas hamparan tanah
kosong sebidang tanah garapan ini terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Arut Selatan,
Kelurahan Pasir Panjang.

4. Bahwa Tergugat I adalah sebuah Badan Usaha yang bergerak dalam


bidang jual beli kavling tanah denga berkantor di Jalan Ahmad Wongso,
Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, dalam hubungan dengan
Para Penggugat sebagai sebagai akibat adanya Perjanjian sebagai dasar
dalam hubungan hukum.

5. Bahwa Tergugat II adalah sebagai Notaris dan PPAT yang berkedudukan


Kabupaten Kotawaringin Barat, Jalan Kawitan Nomer 1, Kelurahan Sidoarjo,
Kecamatan Arut Selatan merupakan sebagai Pejabat yang membuat,
membacakan, dan tempat mengahadap dari Para Pihak yang membuat
perjanjian dan menyaksikan serta melihat penandatangan dari perjanjian.

6. Bahwa PENGGUGAT dengan TERGUGAT secara fakta yang sesungguh-


nya ini telah sepakat untuk melakukan jual beli tanah kosong dengan cara
dibayar secara angsur melalui perjanjian disebabkan alas hak/dasar
kepemilikan atas tanah kosong seluas 4 hektare terletak terletak di Provinsi
Kalimantan Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Arut
Selatan, Kelurahan Pasir Panjang atas nama SOEYATNO dengan
berdasarkan Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980;

7. Bahwa dalam faktanya Tergugat II ini telah membuatkan Akta Pejanjian


dengan judul Perjanjian dalam kalimat yang berbunyi “Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020,
namun secara fakta atas tanah koseng seluas 4 ha ini di kavling menjadi
171 site plan tanah kavling dengan lebar jalan 6 meter. Sehingga atas
tanah kavling sebanyak 171 ini telah laku untuk dijual kepada 171
orang dengan sistim pembayaran secara tunai dan ada pula yang
diangsur.

8. Bahwa Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal


10 Agustus 2020 dibuat dan ditandatangani serta dibacakan di rumah
Halaman - 4
Para Penggugat bukan di Kantor dari Tergugat II, sebab Penggugat I ini
sedang mengalami masa pemulihan sebab akibat adanya sakit dari
Kaki Penggugat I dan Penggugat sedang mengalami sakit glukoma dan
mengalam kebutaan.

9. Bahwa Para Penggugat, dalam melakukan penandatanganan ini


disaksikan saudara sepupunya di luar ruangan, dan Para Penggugat
meminta untuk diganti judul akta perjanjiannya yaitu menjadi
Perjanjian Jual Beli secara diangsur, dan hanya disanggupi oleh
Tergugat II secara lisan untuk diganti atas aktanya.

10.Bahwa atas janji untuk seharusnya dirubah judul Akta Perjanjian Kerja
Sama Pengelolaan lahan dengan Perjanjian Jual beli secara diangsur
atas sebidang tanah garapan sebidang tanah dengan luas secara
keseluruhan 4 (empat) hektar, yang terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Arut Selatan,
Kelurahan Pasir Panjang.

11.Bahwa Perjanjjian yang dibuat oleh Tergugat II ini lebih banyak


melindungi atas kepentingan dari Tergugat I, sehingga bertentangan
dengan UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Dalam
pertimbangan Undang-Undang tersebut telah disebutkan buntuk
menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat
bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai perbuatan, perjanjian,
penetapan, dan peristiwa hukum yang dibuat di hadapan atau oleh pejabat
yang berwenang dan berlaku secara balance atau seimbang dan tanpa
memihak kepada salah satu pihak;

12.Bahwa Perjanjian jual beli yang dibuat oleh Tergugat II ini sebenarnya
untuk kepentingan Para Penggugat dengan Tergugat I, dan seharusnya
Tergugat II ini sudah menjalankan tugasnya untuk melakukan cek and
balance pada kantor desa/ Kelurahan Pasir Panjang atas tanah
berdasarkan Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980 dan seharusnya Tergugat II ini sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah, maka melakukan kegiatan Sporadik,yaitu kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau
kelurahan secara individual atau massal. Peraturan Pemerintah Nomor 24
tahun 1997 mewajibkan bagi pemilik tanah bekas adat untuk mendaftarkan
tanahnya sehingga tertib administrasi bisa tercapai.

Halaman - 5
13.Bahwa Tergugat II ini tidak melakukan pelaksanaan pendaftaran tanah
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum atas hak-hak atas tanah
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu pun dapat dilaksanakan secara
sistematis maupun sporadik adalah untuk menghasilkan sertifikat sebagai
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Berbagai faktor
mempengaruhi minat masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya secara
sporadik.

14.Bahwa atas Pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997. Dalam PP tersebut, yang
dimaksud pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.

15.Bahwa pada waktu sebelum dilakukan penandatangan “Akta Perjanjian


Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, maka
seharusnya Para Penggugat ini diwajibkan untuk membuat dan
menandatangani atas SURAT PERNYATAAN PENGUASAAN FISIK BIDANG TANAH
di atas materai yang cukup dan diserahkan kepada Tergugat II dan disimpan oleh
Tergugat II, dan juga seharusnya sebelum membuat “Akta Perjanjian Kerjasama
Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 yang seharusnya
adalah Akta Perjanjian Jual Beli Tanah dengan Pembayaran
Bertahap”maka Tergugat II ini juga melakukan kegiatan Clear and Cek
di Kantor Desa/ Kelurahan Panjang atas tanah berdasarkan Surat
Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor 168/2/3K/DPP/1980 yang
telah mengeluarkan surat tersebut.

16.Bahwa Tergugat II sebagai pembuat akta perjanjian jual beli tanah kosong
dengan pembayaran secara bertahap ini melakukan kegiatan sporadik dan
seharusnya pula Tergugat II ini memastikan memahami aturan jual
belinya. Maka seharusnya pula Tergugat II ini dalam membuat Akta
Perjanjian Jual Belinya dalam bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB).Maka dalam Pembuatan PPJB untuk saat ini sudah seharusnya
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2021, tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

Halaman - 6
17.Bahwa Tergugat II merupakan notaris dan pejabat pembuat akta tanah
yang ditunjuk oleh Tergugat I sehingga dalam membuat perjanjian ini,
sudah dengan niat yang di duga dengan Dolli Prae Sintis (Itikad Buruk)
sebab Tergugat II ini dalam membuat Akta Perjanjian lebih mengakomidir
kepentingan dari Tergugat I sehingga banyak merugikan Hak-Hak dari
Penggugat.Hal ini terbukti dari fakta yang terjadi, seharusnya Tegrugat II
ini dalam malakukan Perjanjian jual beli tanah menjadi penting bagi Para
Penggugat yang hendak menjual maupun membeli tanah, yaitu Ada
beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam membuat Surat
Perjanjian Jual Beli tanah. Misalnya, memastikan kepemilikan tanah.
Apakah benar sebagai hak milik dari Para Penjual yang akan menjualnya,
tanah warisan, dan lain sebagainya. Dan Tergugat II ini juga melakukan
kegiatan sebagaiman pada point 13 di atas.

18.Bahwa Tergugat II dalam membuat Akta Perjanjian Kerjasama


Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 bukan dalam
bentuk seperti Akta tersebut, namun seharusnya dalam bentuk
Perjanjian Jual beli secara diangsur atas sebidang tanah garapan
sebidang tanah dengan luas secara keseluruhan 4 (empat) hektar, yang
terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kecamatan Arut Selatan, Kelurahan Pasir Panjang dengan memegang
teguh atas prinsip-prinsip perjanjian yang terkenal dengan istilah 3 P
( Provide, Protect, Predict), maka berikut ini kami sampaikan lagi supaya
untuk sebagai pengingat pada diri pribadi saya dan rekan seprofesi serta
Majelis Hakim pemerikasa di Pengadilan Negeri Pangkalan Bun Kabupaten
Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah berkaitan dengan Provide,
Protect, Predict, sebagaimana kami jelaskan dibawah ini :

 Provide artinya perjanjian haruslah mengakomodasi kepentingan


para pihak (mengakomodasi)
 Protect artinya perjanjian haruslah melindungi para pihak yang
melakukan perjanjian tsb (melindungi)
 Predict artinya perjanjian harus detail dan jelas agar dimasa yang
akan datang agar tidak terjadi masalah (memprediksi/mencegah)

Maka dari adanya prinsip-prinsip perjanjian Tergugat II dalam membuat,


menandatangani dan membacakan kepada kedua belah pihak secara
Equality before The Law (keseimbangan hukum).

Halaman - 7
19.Bahwa Tergugat II atas arahan dan keinginan dari Tergugat II dalam
membuat pada pasal-pasalnya selain tidak memperhatikan pada
prinsip-prinsip Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64
tanggal 10 Agustus 2020, perjanjian dalamAkta/Surat perjanjiannya, dan
juga tidak mencatumkan secara jelas pada pasal-pasal guna menjamin
keamanan transaksi jual beli tanah dan saksi-sanksinya bagi Para Pihak
secara seimbang. Untuk itu biasanya di dalamnya akan tercantum
sejumlah kesepakatan seperti:

 Harga artinya Harga yang dicantumkan bisa mencakup beberapa hal.


 Cara pembayaran artinya pembayarannya secara Tunai, dicicil, atau
diangsur setiap bulan. Di contoh surat pernyataan jual beli tanah,
cantumkan juga tanggal pembayaran terakhir untuk pelunasan
pembelian tersebut.
 Jaminan dan saksi artinya pada Surat Perjanjian Jual Beli tanah
ditujukan untuk pihak pertama agar mengukuhkan dan memberi
kejelasan bahwa tanah yang hendak dijual memang dimiliki
sepenuhnya oleh yang bersangkutan. Karena itu, ditunjuk sekurang-
kurangnya dua saksi yang mampu membenarkan status tersebut dan
sudah dilakukan oleh Tergugat II kepada Pejabat Kepala Desa/Kepala
Kelurahan yang berwenang dan adanya surat pernyataan dari Para
Penggugat.
 Penyerahan dan status kepemilikan artinya dilakukan penyerahan
setelah dilakukan proses sesuai dengan Undang-Undang Nomer 5
Tahun 1960 dan Peraturan Pemerintah Nomer 24 Tahun 1997.
 Balik nama kepemilikan artinya Tergugat II ini sudak melakukan
proses pengecekan dan pengumpulan bukti dan keterangan melalui
Pejabat yang berwenang sehingga dapat melakukan proses selanjutnya
dalam mengatur cara-cara mengalih namakan sertifikat dan mengikat
pihak pertama untuk sepenuhnya membantu proses balik nama
kepada pihak kedua. Selain itu, di dalam contoh Surat Perjanjian Jual
Beli tanah dengan pembayaran bertahap, dicantumkan juga kewajiban
pembayaran biaya balik nama yang sepenuhnya akan ditanggung oleh
pihak kedua.
 Pajak, iuran dan pungutan artinya atas biaya-biaya sudah ditentukan
dan pembebanan ditentukan kepada Para Pihak, terutama sebelum
penandatangan surat perjanjian ini, seluruh pungutan, iuran hingga
pajak yang berlaku pada tanah tersebut masih ditanggung oleh pihak

Halaman - 8
pertama namun setelah penandatangan maka akan jatuh kepada pihak
kedua.
 Masa berlaku perjanjian artinya Mengatur apabila pada saat perjanjian
dibuat pihak pertama meninggal dunia, maka surat perjanjian
pembelian tanah masih bisa berlangsung dan diwakili oleh pewaris sah
dari tanah tersebut. Serta menetapkan hal lain-lain yang belum
tercantum, akan diselesaikan dengan cara mufakat oleh kedua belah
pihak.

Maka atas Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64


tanggal 10 Agustus 2020 ini dibuat dan ditandantangani dalam rangka
untuk pihak tertentu sehingga Tergugat II ini tidak memperhatikan
atas Salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan ketika membuat
surat perjanjian jual beli tanah dengan pembayaran bertahap adalah
berapa besaran DP atau uang muka yang disepakati, bagaimana metode
pembayarannya.

20.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini bertentangan antara judul akta
perjanjian dengan pasal-pasal yang ada pada Akta tersebut. Sebab
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan, berarti atas maksud dan tujuan
dari perjanjian ini untuk mengelola lahan sehingga atas hubungan hukum
ada masalah hukum, maka Tergugat I ini sudah mempunyai niat untuk
meloloskan dari perjanjian yang telah dibuat, hal ini terbukti atas
pertentangan antara pasal-pasal dalam dalam judul pada Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, hal ini
terutama dapat Para Penggugat ini dapat untuk menguraikan dan
menjelaskan serta mempaparkan atas hal yang kontradiktif/bertentangan
terutama judul akta dengan pasal 1 dan pasal 2 dengan Pasal 5.

21.Bahwa Para Penggugat ini dapat menguuraikan dan menjelaskan serta


memaparkan atas hal yang kontradiktif. Mohon Majelis Hakim yang
memimpin untuk jalannya sidang ini, berkenan untuk memperhatikan isi
dan kalimat pada pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut: “Pihak Kesatu
dan Pihak Kedua telah bersepakat untuk mengadakan Kerjasama dalam
bidang pengelolaan lahan yang terdapat didalam Sebidang tanah garapan
yang tertuang dalam Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980, yang berbatasan langsung Sebelah Utara berbatasan
dengan tanah BACAM, sebelas Timur berbatasan dengan jalan setapak,
sebelah Selatan Berbatasan dengan tanah SIAP, Sebelas Barat berbatasan

Halaman - 9
dengan tanah SUMPING, dengan luas secara keseluruhan 4 (empat) hektar
yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kecamatan Arut Selatan, Kelurahan Pasir Panjang, terakhir tercatat
dan terdaftar atas nama Tuan SOEYATNO.

22.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, terutama dalam Kalimat pada Pasal
1 masih sesuai ini judul Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 sudah sangat jelas atas alas hak dari
tanah yang diperjanjikan pada Sebidang tanah garapan yang tertuang
dalam Surat Keterangan/Bukti Menurut Hak Adat Nomor
168/2/3K/DPP/1980 atas nama PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI I
dan suami dari PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI II dan sesuai
dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2009
Tentang Tanah Adat Dan Hak-Hak Adat Di Atas Tanah Di Provinsi
Kalimantan Tengah.

23.Bahwa isi dan pasal pada Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, terutama dalam isi dan kalimat
pada pasal 2 atas akta tersebut, berbunyi sebagai berikut: “Pihak Kedua
akan melakukan pembayaran kepada Pihak Kesatu sebagai kompensasi
ganti rugi atas sebidang tanah garapan Keterangan/Bukti yang tertuang
dalam Surat Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980, dengan
sistem pembayaran:

a. Pada saat penandatanganan akta ini telah dibayar sebesar Rp.


528.900.000,- (lima ratus dua puluh delapan juta Sembilan ratus
ribu rupiah);
b. Sedangkan sisanya sebesar Rp. 2.071.100.000,- (dua miliar tujuh
puluh satu juta seratus ribu rupiah) akan dibayarkan secara
bertahap selama 36 (tiga puluh enam), di tanggal 30 (tiga puluh)
setiap akhir bulannya. Pembayaran pertama dimulai pada tanggal
30-09-2020 (tiga puluh September dua ribu dua puluh) dan akan
berakhir pada tanggal 30-08-2023 (tiga puluh Agustus dua ribu
dua puluh tiga);

Halaman - 10
c. Pembayaran pada setiap bulannya sebesar Rp. 57.536.000,- (lima
puluh tujuh juta lima ratus. tiga puluh enan ribu rupiah) yang
dibuktikan dengan kwitansi bermaterai cukup;
d. Apabila ada kekurangan dan/atau kelebihan dari penbayaran
sesuai pasal 2 (dual urut C, maka pihak kedua terlebih dahulu
memberitahukan pada Pihak Pertama.

24.Bahwa Para Penggugat memohon kepada Majelis Hakim pada Pengadilan


Negeri Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan
Tengah, ini untuk memperhatikan isi dan pasal pada Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020,
terutama pada isi dan kalimat pada pasal 5 atas akta tersebut yang
berbunyi sebagai berikut:” Pihak pertama dan Pihak Kedua tidak dapat
membatalkan kesepakatan ini secara sepihak, persetujuan kedua belah
pihak. Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dala Perjanjian Kerja
Sama ini akan diselesaikan kemudian oleh kedua belah pihak atas dasar
musyawarah dan mufakat, bilamana perlu dengan perjanjian tambahan.
Hal-hal lain yang tidak atau belum lengkap pengaturannya di dalam akta
ini, demikian juga apabila mengenai timbul segala perselisihan sesuatu
yang antara pihak-pihak berkenaan dan/atau berhubungan dengan ikatan
jual beli ini, para pihak sedapat mungkin berusaha untuk menetapkan
dan mengatur serta menyelesaikannya secara musyawarah untuk
mencapai mupakat”.
25.Bahwa Para Penggugat pada kalimat (Frasa) dalam Pasal 5 ini sudah
sangat jelas adanya bertentangan dengan Judex Factienya atas Akta
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus
2020 yang dibuat oleh Tergugat II. Antara Judul Akta Perjanjian ini sangat
bertentangan dengan kalimat yang adalam pasal 5 dari Akta tersebut di
atas, terutama pada Kalimat (Frasa) “Hal-hal lain yang tidak atau belum
lengkap pengaturannya di dalam akta ini, demikian juga apabila mengenai
timbul segala perselisihan sesuatu yang antara pihak-pihak berkenaan
Halaman - 11
dan/atau berhubungan dengan ikatan jual beli ini, para pihak sedapat
mungkin berusaha untuk menetapkan dan mengatur serta
menyelesaikannya secara musyawarah untuk mencapai mupakat.” Maka
kami menerangkan kepada Majelis Hakim yang Mulia pada Tingkat
Peninjauan Kembali atas judul perjanjian yang tertulis dengan kalimat
“Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan” sedangkan dalam pasal 5
terdapat kalimat “Hal-hal lain yang tidak atau belum lengkap
pengaturannya di dalam akta ini, demikian juga apabila mengenai timbul
segala perselisihan sesuatu yang antara pihak-pihak berkenaan dan/atau
berhubungan dengan ikatan jual beli ini.
26.Bahwa Para Penggugat ini tetap menganggap atas Perjanjian Jual Beli
bukan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan, sehingga Fakta atas
hubungan hukum dengan Para Penggugat dengan Tergugat I adalah
sesuai dengan pada awal penandatanganan perjanjjian yang faktanya
adalah JUAL BELI TANAH atas tanah kosong seluas 4 Hektare atas nama
Penggugat I ini untuk di jual kembali kepada PIHAK KETIGA secara
kavling tanah sebanyak 171 .
27.Bahwa atas sebidang tanah garapan Keterangan/Bukti yang tertuang
dalam Surat Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980 atas nama
Penggugat ini telah displit dan dibentuk dalam site plan KAVLING
TANAH berikut ada jalan dengan lebar 6 m serta ada sebanyak 171
(seratus tujuh puluh satu)kavling tanah serta dijual dalam brosur kavling
tanah oleh CV Borneo Suksus atau biasanya dikenal dengan CV BOSS
PROPERTY kepada Konsumen pembeli Kavling Tanah. Bahkan pada atas
sebidang tanah garapan Keterangan/Bukti yang tertuang dalam Surat
Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980 atas nama Penggugat, ini
telah ada PEMBELINYA dan sudah hampir laku semuanya.
28.Bahwa Para Penggugat sesuai dengan Akta Perjanjian Kerjasama
Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 yang dibuat di
hadapan Bastomi Tri Pambudi Soekardi, S.H., M.Kn., Notaris/PPAT

Halaman - 12
Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai Tergugat II, seharusnya sehingga
atas TANAH yang dimiliki oleh Penggugat I seharusnya mendapatkan
pelaporan atas Tanah Kavling yang laku dan nama-nam pembeli Kavling
di atas tanah dari Penggugat I, secara Fakta ini tidak pernah dilakukan.
Dan Pihak Ketiga sebagai pembeli dari Tanah Kavling ini telah melakukan
Pembayaran secara tunai dan diangsur, namun Para Penggugat ini Tidak
pernah mendaparkan laporan secara baik dan benar. Mohon Kepada
Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Pangkalan Bun ini Untuk
Memperhatikan atas Hak-Hak Tanah yang dimiliki oleh Para Penggugat
sebab atas penjualan tanah kavling sebanyak 171 secara site plan ini tidak
dinikmati hasilnya oleh Para Penggugat.
29.Bahwa atas tanah yang dimiliki oleh Penggugat I ini tidak dikelola dan
menghasilkan pendapatan tiap bulan kepada Para Penggugat dan
mendapatkan laporan keuangan dan penjualan serta secara manajemen
yang diawasioleh akuntan independent sebab dalam Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini
tidak diatur dan ditentukan dalam Akta tersebut. Bahkan secara Judex
Factie, Tergugat I telah berhasil menjual keseluruhan lahan seluas 4
hektare, dalam hal ini telah displit(dipisah), yaitu menjadi tanah kavlingan
dengan di jual kepada pembeli atas 171 (serratus tujuh puluh satu) tanah
kavlingan dengan lebar jalan selebar 6 meter.
30.Bahwa Tergugat I ini seharusnya menyerahkan kelengkapan ijin-ijin atas
melakukan usaha jual kavling tanah kepada Pembeli yaitu Pihak
Ketiga,dan Sebenarnya atas Tanah milik dari ini telah dibeli oleh PIHAK
KETIGA YANG DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA sebanyak 171 kavling tanah
(sebanyak 171 pembeli) dan CV BORNEO SUKSES sebagai penjual
Kavling tanah di atas tanah milik dari Para Penggugat ini telah
menerima pembayaran dari Para Pembeli, ada yang sudah lunas dan
ada yang masih diangsur.

Halaman - 13
31.Bahwa Berdasarkan Fakta atas Tanah milik dari Para Penggugat ini
tidak pernah tahu dan melihat atas hal perijinan atas penjualan kavling
tanah seluas 4 ha ini di duga pada perijinan dalam site plan yang sesuai
dengan Undang-Undang Nomer 1 Tahun 2011 tentang Perumahan,
terutama pada Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman yang
pada pokoknya berbunyi bahwa “Badan Hukum yang membangun lisiba
dilarang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah.”Yang dalam
penjelasannya disebutkan sebagai berikut:“ Yang dimaksud dengan “
menjual kavling tanah matang tanpa rumah “ adalah suatu kegiatan badan
hukum yang dengan sengaja hanya memasarkan kavling tanah matang
kepada konsumen tanpa membangun rumah terlebih dahulu. Penjualan
kavling tanah matang kepada konsumen hanya dapat dilakukan apabila
badan hukum tersebut telah membangun perumahan sekurang-kurang
25% dari rencana pembangunan perumahan di lisiba dan dalam keadaan
terjadi krisis moneter nasional yang berakibat pada kesulitan likuiditas
pada badan hukum. Dan juga disyaratkan pada peijinan dari Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat, dan ada dugaan belum diurus secara
baik dan benar pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintah
Kabupaten Kota Waringinbarat Provinsi Kalimantan Tengah. Tergugat I
ini atas telah menjual tanah kavling di atas tanah miik dari Para Penggugat
dan apabila telah dijual sebanyak 171 kavling tanah dikali kan
Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) maka atas keseluruhan dari
menjual tanah milik dari Para Penggugat sebesar Rp. 6.800.000.000,- (enam
miliar delapan ratus juta rupiah).
32.Bahwa Tergugat I dan Tergugat II akibat dari adanya Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 yang
dibuat di hadapan Bastomi Tri Pambudi Soekardi, S.H., M.Kn.,
Notaris/PPAT Kabupaten Kotawaringin Barat, maka telah melakukan
perbuatan sesuai dengan Ketentuan terkait perbuatan melawan hukum

Halaman - 14
tercantum dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang berbunyi: Tiap perbuatan
yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut. Para Penggugat ini mengkutip pendapat dari Mariam Darus
Badrulzaman dalam bukunya KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan
dengan Penjelasan, seperti dikutip Rosa Agustina menyatakan yang
dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;


2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;
3. Bertentangan dengan kesusilaan;
4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Sehingga dengan adanya gugatan perbuatan melawan hukum,maka Para


Penggugat ini dapat melakukan Tuntutan pengembalian pada keadaan
semula (reestitutio in integrum)

33.Bahwa dalam Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64


tanggal 10 Agustus 2020 dibuat dan dibacakan dihadapan pada Tergugat
II bertentangan dengan Undang-undang sehingga tidak dapat dilakukan
peralihan Hak Milik sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1335
KUHPerdata yang berbunyi, “Suatu Perjanjian tanpa sebab atau telah
dibuat karena suatu sebab palsu atau yang terlarang, tidak mempunyai
kekuatan.”Sehingga Perjanjian Ikatan Jual Beli tersebut tidak memenuhi
syarat obyektif sahnya perjanjian maka perjanjian tersebut dengan
sendirinya menjadi tidak sah,tidak pernah terjadi dan tidak berkekuatan
hukum mengikat. Hal ini diatur pula dalam Yurisprudensi Mahkamah
Agung, yaitu:
• Putusan MA No. 174K/SIP/1979 tanggal 25 September 1980;
• Putusan MA No. 522/Pdt/1990 tanggal 29 April 1992;
34.Bahwa dalam Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64
tanggal 10 Agustus 2020 adalah merupakan suatu perjanjian, dimana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan lahannya untuk
dikelola dan bukan di jual, maka kalau dijual dalam bentu site kavling
Halaman - 15
tanah kepada pihak ketiga, maka bukan sebagaimana di jelaskan atau
dituliskan dalam kalimat sebagai kompensasi ganti rugi dan seharusnya
Perjanjian yang di buat adalah Perjanjian Jual Beli dengan pembayaran
secara diangsur, sebagaimana dalam pasal 5 dijelaskan sebagai ikaan jual
beli.Seharusnya Tergugat I ini membeli atas atas sebidang tanah garapan
Keterangan/Bukti yang tertuang dalam Surat Menurut Hak Adat Nomor
168/2/SK/DPP/1980 dengan membayar harga yang telah dijanjikan. Jual
beli dianggap telah terjadi diantara kedua belah pihak, seketika setelahnya
orang orang tersebut mencapai kata sepakat tentang atas sebidang tanah
garapan Keterangan/Bukti yang tertuang dalam Surat Menurut Hak Adat
Nomor 168/2/SK/DPP/1980, dan Tergugat I ini telah memanfaatkan telah
mendapatkan hasil penjualan dan telah mengalihkan kepada pihak ketiga
dalam bentuk kavling tanah, meskipun pula atas surat surat sesuai dengan
Undang-Undang Nomer 5 tahun 1960 dan Peraturan Pemerintah Nomer 24
Tahun 1997 belum diserahkan, maupun harganya belum diberikan secara
keseluruhan. Syarat sahnya sebuah perjanjian ada 4 (empat), yaitu : (1)
sepakat, (2) cakap, (3) objek tertentu dan (4) kausa yang tidak dilarang.
Tidak terpenuhinya syarat pertama dan kedua akibat hukumnya perjanjian
dapat dapat dibatalkan dan tidak terpenuhinya syarat ketiga dan keempat
akibat hukumnya batal demi hukum. Maka adanya Cacat kehendak dalam
adanya Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal
10 Agustus 2020 dibuat dan dibacakan dihadapan pada Tergugat II,
disebabkan adanya dugaan Dolli Prae Sintist (Itikad buruk), disebabkan
terjadi ketika terjadi ketidaksesuaian kehendak para pihak pihak karena
adanya dugaan kesesatan dan/atau penipuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 1321 KUHPerdata.
35.Bahwa Bahwa perjanjian ikatan jual beli antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT dihadapan Tergugat II, sebagaimana Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 yang
TIDAK MEMENUHI SYARAT OBYEKTIF SAHNYA PERJANJIAN

Halaman - 16
sebagaimana diatur dalam pasal 1320 BW, yaitu unsur kausa yang
halal/tidak bertentangan dengan undang-undang oleh karena Perjanjian
Ikatan Jual Beli dengan TERGUGAT I dihadapan Tergugat II di., Jalan
Kawitan Nomer 1, Kelurahan Sidoarjo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah., sebagaimana Akta
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus
2020 tersebut bertentangan dengan Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman;
36.Bahwa dengan adanya Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan
Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020 ini dibuat dengan bertentangan
dengan Pasal 1320 KUHPerdata, Pasal 1321 KUHPerdata,Pasal 1365
KUHPerdata, Pasal 146 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, sehingga menyebabkan
Para Penggugat ini telah mengalami kerugian atas tanahnya sebesar Rp.
1.949.000.000 dan ditambahkan Rp. 40.000.000,- x 171 = 6.800.000.000
(untuk dikembalikan kepada pembeli kavling tanah) sehingga total yang
harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 8.749.000.000,- (delapan miliar tujuh
ratus empat puluh Sembilan juta dan ditambahkan beserta bunga sebesar 6
% (Enam persen) untuk setiap tahunnya dimulai pada tahun 2022 (sebesar
Rp. 145.817.000 per tahunnya), sebagaimana diatur dalam Stb.1848: No. 22,
yang wajib dikembalikan oleh TERGUGAT I.
37.Bahwa Para Penggugat ini telah mengalami kerugian materil secara total
sebesar Rp. Rp. 8.749.000.000,- (delapan miliar tujuh ratus empat puluh
Sembilan juta) dan ditambahkan beserta bunga sebesar 6 % (Enam persen)
untuk setiap tahunnya dimulai pada tahun 2022 (sebesar Rp. 145.817.000
per tahunnya), sebagaimana diatur dalam Stb.1848: No. 22, yang wajib
dikembalikan oleh TERGUGAT I, secara fakta hukum sebagai akibat dari
adanya perbuatan melawan hukum akibat adanya Akta Perjanjian
Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64 tanggal 10 Agustus 2020, dan
kerugian in materiil yang ditanggung oleh Para Penggugat sebagai

Halaman - 17
akibat atas telah dijualnya tanah yang dimiliki oleh para Penggugat
kepada Para pembeli tanah kavling yang dilakukan oleh Tergugat I.
38.Bahwa agar gugatan Para Penggugat dalam perkara a quo ini mempunyai
efektitivitas dan bermanfaat tidak bagi Para Penggugat, maka atas objek
perjanjian sebagaimana Akta Nomor : 64 tanggal 10 Agustus 2020 tersebut
tidak dialihkan oleh Tergugat kepada orang lain, maka Para Penggugat
mohon kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Pangkalan Bun
melalui Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk
terlebih dahulu meletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap
tanah yang menjadi objek perjanjian antara Para Penggugat dengan
Tergugat sebagaimana poin 2 posita ini dan juga atas asset-asset barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Bambang
Pamungkas sebagai Harta Pribadi dan juga atas asset-asset barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki oleh Badan Usaha dari
CV BORNEO SUKSES;
39.Bahwa oleh karena perkara ini didukung oleh bukti-bukti yang otentik
maka PENGGUGAT mohon kepada Pengadilan Negeri Surabaya untuk
menjatuhkan putusan serta merta (Uitvoer baar Bij voorrad) dan dapat
dijalankan terlebih dahulu meskipun ada verset, banding ataupun kasasi;
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dengan ini dimohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Surabaya untuk memanggil kedua belah pihak guna
didengar keterangannya dan selanjutnya menjatuhkan Putusan sebagai
berikut:
1. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II melakukan Perbuatan Melawan
Hukum
3. Menyatakan Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan Nomor 64
tanggal 10 Agustus 2020 di buat oleh TERGUGAT II adalah batal demi
hukum, tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
4. Menghukum kepada TERGUGAT I dan TERGUGAT II untuk mengemba-
likan secara tanggung renteng atas uang yang dibayar lunas oleh Pihak
ketiga sebagai pembeli kavling itikad baik pada tanah yang menjadi obyek
sengketa sebesar sebesar Rp. Rp. 8.749.000.000,- (Delapan Miliar Tujuh
Ratus Empat Puluh Sembilan Juta Rupiah), untuk dikembalikan kepada
PARA PEMBELI KAVLING sebanyak 171 orang;
Halaman - 18
5. Menghukum kepada TERGUGAT I untuk membayar Bunga Moratorium
sebesar Rp. 145.817.000 (Seratus Empat Puluh Lima Juta Delapan Ratus
Tujuh Belas Ribu) per tahunnya dihitung mulai dari awal Bulan Januari
tahun 2022;
6. Menyatakan secara hukum hapus / dianggap tidak pernah ada segala
pembayaran yang dilakukan Tergugat kepada Penggugat;
7. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kembali kepada Para
Penggugat atas tanah yang menjadi objek perjanjian sebagaimana tertuang
dalam Akta Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Lahan, Nomor : 64 tanggal
10 Agustus 2020 yang dibuat dihadapan Bastomi Tri Pambudi Soekardi,
S.H., M.Kn, Notaris/PPAT Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai
TERGUGAT II;
8. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan ( Conservatoir Beslag ) objek
Perjanjian Para Penggugat dengan Tergugat berupa tanah berdasarkan
Surat Keterangan/ Bukti Menurut Hak Adat Nomor 168/2/SK/DPP/1980
terdaftar dan tercatat atas nama TUAN SOEYATNO dengan luas 40.000
m2 (empat puluh ribu meter persegi), yang terletak di Jalan Patongahan,
Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan batas-batas tanah sebagaimana
surat tersebut adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Bacam
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Jalan Setapak
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Siap
- Sebelah barat berbatasan dengan : Sumping
9. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah) setiap hari;
10.Menyatakan putusan perkara ini dapatnya dijalankan terlebih
dahulu(Uitvoer baar Bij voorrad) meskipun ada verset, banding ataupun
kasasi;
11.Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara ;

ATAU

Apabila Ketua/ Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara


ini di Pengadilan Negeri Pangkalan Bun berpendapat lain, maka mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Sidoarjo, 25 April 2023
Hormat kami,
Kuasa Hukum
PARA PENGGUGAT

Halaman - 19
(MOCH TAKIM, S.H.) (AHMAD MUSHONNEF, S.H.)

Halaman - 20

Anda mungkin juga menyukai