Anda di halaman 1dari 3

Infus merupakan metode pemberian cairan dan obat yang dilakukan langsung melalui

pembuluh darah. Cairan yang diberikan melalui infus dapat berfungsi sebagai cairan
pemeliharaan ataupun cairan resusitasi. Cairan infus akan diberikan ketika pasien
melakukan perawatan di rumah sakit.

Cairan infus (intravenous fluid) tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol steril yang akan
dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan yang digunakan akan
bergantung kondisi pasien, ketersediaan cairan, dan tujuan pemberian cairan infus. Selain untuk
memberikan cairan, pemberian infus juga bisa dilakukan sebagai metode pemberian obat secara

engertian Asering Infus


Asering adalah larutan infus yang mengandung berbagai elektrolit. Asering masuk ke dalam
golongan larutan yang digunakan untuk mempengaruhi keseimbangan elektrolit dan tersedia
dalam bentuk larutan injeksi intravena (disuntikkan melalui pembuluh darah).

Keterangan Asering Infus

 Golongan: Obat Keras


 Kelas Terapi: Solusi Intravena dan Steril Lainnya
 kandungan: Calcium chloride, potassium chloride, sodium chloride, sodium acetate,
anhydrous dextrose
 Bentuk: Cairan Infus
 Satuan penjualan: Botol
 Kemasan: Botol 500 mL
 Farmasi: Otsuka Indonesia.

Kegunaan Asering Infus


Asering digunakan untuk terapi pengganti cairan selama dehidrasi (kehilangan cairan) secara
akut.

Dosis & Cara Penggunaan Asering Infus


Asering Infus termasuk dalam golongan obat keras sehingga hanya bisa didapatkan dan
digunakan berdasarkan resep dokter.

Dosis bersifat individual.

Efek Samping Asering Infus


Efek samping penggunaan Asering Infus yang mungkin terjadi adalah:

 Hiperglikemia (kadar gula darah lebih tinggi dari nilai normal)


 Iritasi lokal
 Anuria (tubuh tidak mampu memproduksi urin)
 Oliguria (jumlah urine yang keluar sedikit)
 Kolaps sirkulasi
 Tromboflebitis (peradangan pada pembuluh darah vena)
 Edema (pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penimbunan cairan di
dalam jaringan)
 Hipokalemia (kekurangan kalium dalam darah)
 Hipomagnesia (kadar magnesium dalam tubuh rendah)
 Hipofosfatemia (kadar fosfat yang terlalu tinggi dalam darah)

Pertanyaannya cukup sederhana namun jawabannya cukup sulit ya Dok. :) Saya akan coba
menjelaskan sedikit ya.

Cairan kristaloid seperti NS, RL, ataupun Asering memang sering kali digunakan dan tidak ada
ketentuan khusus dalam penggunaannya. Bahkan bisa saling menggantikan ya Dok pada
klinisnya.

Banyak sumber mengatakan hati-hati penggunaan RL pada pasien sesak karena kandungan
laktat pada RL, namun saya baca sesuai journal IJCMR 2017, penggunaan RL dan NS pada
kasus sesak tidak memberikan outcome yang berbeda. Jadi sebenarnya masih ada
tempatnya. Selain itu, Asering lebih dianjurkan dibanding RL bila ada gangguan hati karena
lactate yg dpt memberatkan kerja hati untuk pemecahannya, sedangkan asetate tidak.
Namun bukan berarti tidak boleh atau kontraindikasi ya Dok.

Namun yang harus diperhatikan mungkin bukan hal tsb, melainkan hal seperti anjuran atau
rekomendasi, seperti contohnya :
- pada kasus KAD, anjurannya jelas adalah NS
- pada kasus burn, di Baxter atau Parkland formula yang dianjurkan adalah NS
- Pada kasus hipernatremia, hipokalemia, kadar Natrium pada RL dan Asering lebih rendah
dari NS, dan kadar Kalium pada RL dan Asering lebih tinggi dari NS maka lebih dianjurkan RL
dan Asering
- Pada pemberian transfusi darah dan obat-obatan yang dapat membuat presipitate,
kandungan Calsium pada cairan kristaloid diharapkan dihindari, sehingga NS lebih dianjurkan
untuk 'bilas' pasca transfusi ataupun campuran obat2an dibanding RL dan Asering (karena
ada kandungan asering atau RL)

Kurang lebih begitu Dok, jadi sebenarnya lebih ke individualis penanganan dan pemilihannya
Dok. Semoga membantu dan dapat memberi sedikit pencerahan.

Anda mungkin juga menyukai