Anda di halaman 1dari 15

UNIT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI

BAHASA INDONESIA 03.1.3.9

1. Identitas

a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


b. Semester :1
c. Kompetensi Dasar : 3.9-4.9
d. Jam : 8 x 45

Kompetensi Dasar

3.9 Mengidentifikasi butir butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) nonfiksi
(C4:menganalisi)

4.9 Menyusun ringkasan dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan ikhtisar dari satu novel
yang dibaca

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.9.1 Mengidentifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi dan fiksi (C4: menganalisis)
3.9.2 Merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting (C6: menciptakan)
4.9.1 Menyusun ringkasandan atau ikhtisar dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan fiksi
4.9.2 Menyimpulkan hasil ringkasan dan atau ikhtisar

Materi Pokok
RINGKASAN IKHTISAR

Alokasi Waktu
4 x 45menit (180 menit)

Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, analisis, penugasan, dan peserta didik dapat
merumuskan batasan ringkasan dan ikhtisar,mengidentifikasi butir butir penting dari buku
nonfiksi dan fiksi, merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting, meyusun
ringkasan/ihtisar daru buku nonfiksi dan fiksi dengan rasa ingin tahu, disiplin, tanggung
jawab, toleran, santun, dan pro-aktif selama proses pembelajaran
Materi Pembelajaran

1. Contoh Teks Debat


1. Teks 1 : Bahasa Inggris Sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi (BTP Bahasa
Indonesia Kelas X halaman 176 s.d. 177)
2. Teks 2 : Penyerapan Kosa Kata Bahasa Asing Bukti Ketidakmampuan Bahasa Indonesia
dalam Interaksi dengan Bahasa Lain (BTP Bahasa Indonesia Kelas X halaman 179 s.d.
182)
3. Teks 3 : Apakah Ponsel Berbahaya (BTP Bahasa Indonesia Kelas X halaman 195 s.d.
198)
2. Pengertian dan Unsur-unsur Debat
3. Prosedur Menyusun Teks Debat

Peta Konsep

Mengidentifikasi butir butir penting buku


Mengidentifikasi butir nonfiksi dan fiksi
butir penting buku
nonfiksi dan fiksi Merumuskan tata cara identifikasi butir
RINGKASAN/IKHTISAR
RINGKASAN/IKHTISAR

butir penting buku nonfiksi dan fiksi

Menyusun ringkasan dan atau ikhtisar dari buku nonfiksi


Menyusun ringkasan
dari dua buku nonfiksi
Menyimpulkan hasil ringkasan
dan ikhtisar

Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan

Sering informasi dalam sebuah buku kurang bisa diserap dengan saksama karena bisa jadi
cara penyampain sebuah informasi itu terlalu panjang, sebagaian dari kita dituntut pandai
membuat bentukan yang umum itu menjadi sempit tapi tetap mewakili isi, misalnya informasi
dalam sebuah artikel, jurnal ilmiah, laporan hasil observasi, teks eksposisi yang semua itu
merupakan contoh buku nonfiksi. Sedangkan novel, cerpen, dan karya prosa lama maupun baru
yang merupakan kategori fiksi.
Sebelum mempelajari materi ini, silakan kalian membacacontoh artikel di bawah ini, untuk belajar
mengidentifikasi butir butir penting buku!

1. Contoh Nonfiksi 1 Bacalah dengan saksama

TEORI SASTRA
I. Pendahuluan
Mempelajari konsep-konsep dasar sastra merupakan kegiatan awal atau pengalaman belajar awal
dalam mata kuliah Teori Sastra. Pembelajaran ini merupakan pembuka jalan untuk memahami bidang
studi sastra dalam rangka mencapai kemampuan apresiasi sastra. Sebagai mata kuliah prasyarat
kompetensi Anda di bidang ini menentukan keikutsertaan dan keberhasilan Anda pada program-program
pembelajaran sastra selanjutnya. Selain itu, kompetensi menguasai pengertian sastra merupakan bagian
bidang ilmu yang harus Anda miliki karena merupakan bahan ajar di lapangan kerja.

Program pembelajaran ini merupakan bagian dari standar kompetensi; ”mampu mendefinisikan
konsep-konsep dasar sastra dan studi sastra. Pembelajaran ini mencakup: pengertian sastra secara
etimologi, secara historis, dan definisi sastra yang dikemukakan para ahli, hakikat sastra, kaidah sastra, dan
nilai atau kegunaan sastra.

II. Konsep-konsep Dasar Sastra


2.1 Definisi Sastra menurut Para Ahli

Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli . Pada dasarnya, definisi
tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kat dan bahasa yang
berbeda.Walaupun usaha mendefinisikan sastra sudah dilakukan oleh banyak ahli , batasan yang
tepat mengenai sastra itu belum dapat dirumuskan. Batasan-batasan yang ada seringkali hanya
didasarkan pads aspek-aspek tertentu sehingga masih terdapat kemungkinan untuk disanggah atau
dipertanyakan. Hal tersebut disebabkan adanya celah-celah kelemahan atau terlalu longgarnya
batasan-batasan yang ada.

Secara intuitif, memang kita mengetahui apa yang disebut sastra itu. Namun, deskripsi dari
pengertian yang ada pada pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat yang
tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan intuisi tersebut biasanya banyak
gejala yang luput dari kalimat yang kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja masih banyak
perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan
, memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Padahal
dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu), sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini
kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadilah susastra yang bermakna
tulisan yang indah.

Pengertian sastra yang didasarkan pada makna kata di atas, tentu tidak dapat
menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. Hal tersebut misalnya dapat dibandingkan
dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa-bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih
melingkupi makna sastra tersebut. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature, Perancis
litterature, Jerman literatur, dan Belanda letterkunde. Secara etimologis, katakata tersebut berasal
dari bahasa Latin yaitu litterature yang merupakan terjemahan dari kata grammatika yang
mengandung makna tats bahasa dan puisi. Namur kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal
saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Padahal jika kits
simak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam
pengertian karya fiksi.

Seperti diketahui bahwa bentuk-bentuk tulisan pada umumnya yang tidak mengandung
unsur estetika bahasa, estetika isi, imajinasi tidak dapat dikategorikan sebagai karya sastra. Dengan
demikian, referensi makna yang didasarkan pada referensi harfiah dari pengertian sastra tidak
dapat dipakai sebagai perwujudan pengertian sastra itu sendiri. Jika sampai saat ini banyak
pendapat yang mengungkapkan batasan bahwa sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik,
bukan berarti bahwa pandangan tersebut dapat menjabarkan pengertian sastra secara tuntas. Banyak
hal yang merupakan bagian dari sastra belum terangkum. Secara mendasar, suatu teks sastra
setidaknya harus mengandung tiga aspek utama yaitu,decore (memberikan sesuatu kepada
pembaca), delectare (memberikan kenikmatan )(mampu menggerakkan kreativitas pembaca).

Kriteria dasar di atas, tentu saja masih harus dijabarkan lebih lanjut pada bagian-bagian yang
lebih khusus. Karena mendefinisikan sastra tidak hanya sekedar mengurai maknanya secara harfiah
spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain, dan mempunyai
koherensi antara unsur-unsurnya. Kreativitas dan spontanitas merupakan dasar definisi jaman
romantik. Tokoh-tokoh Romantik seperti Sartre, Coleridge ataupun Roland Barthes merupakan
pendukung bahwa sastra memang tidak lepas dari kreasi, ekspresi, otonomi, koherensi, dan sintesis,
di samping makna yang tidak terhingga. Sebaliknya, kaum formalis, lebih menitikberatkan pada
masalah sintaktik dan grafik. Fungsi puitiklah yang dianggap dominan yang tertuang dalam struktur
sintaktiknya. Tokoh formalis seperti Mukarovsky, EE Cummings, Sjklovski, Tolstoj selalu berpangkal
bahwa unsur puitik yang terefleksi mulai aspek foregrounding merupakan faktor utama. Unsur-unsur
tersebut, misalnya, berupa ekuivalensi dan juga penyimpangan struktur-struktur bahasa yang lazim
dipakai. Dari sinilah teks sastra ditentukan kualitasnya dan kekhasannya yang istimewa.

Merumuskan pengertian sastra secara utuh memang sangat sulit. Karena seperti yang
diutarakan oleh Mukarovsky di atas bahwa umumnya definisi yang ada hanya bersifat arsial. Namun
demikian, berdasaran definisi historik di atas, paling tidak secara global dapat dirumuskan bahwa
sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang. spontan
yang mampu mengungkapan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun aspek makna.
Estetika bahasa biasanya , diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function (surface structure)
sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure.

Mursal Esten menyatakan "sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan


dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan
manusia (kemanusiaan)" (1978 : 9). Kemudian dikatakan pula bahwa sastra. adalah
suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1988 : 8). Panuti
Sudjiman mendefinisikan sastra sebagai "karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya"
(1986 : 68). Selain itu, Ahmad Badrun berpendapat bahwa "Kesusastraan adalah kegiatan
seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol- simbol lain sebagai alai, dan
bersifat imajinatif" (1983 : 16). Menurut Engleton (1988 : 4), sastra yang disebutnya
"karya tulisan yang halus" (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa.
harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.

Keempat definisi di atas berangkat dari dasar pengertian yang sama walaupun
diungkapkan dengan kalimat dan bahasa yang berbeda. Selain itu, antara satu definisi dengan
definisi yang lain saling melengkapi. Oleh sebab itu, apabila diminta kepada Anda tentang
pengertian sastra sebaiknya Anda memberikan rumusan Anda sendiri yang berdasarkan pada
pendapat para ahli di atas. Ada satu formula yang diberikan oleh Merrill ( 1983 ) untuk
membuat definisi, yaitu: tuliskan nama konsep, tulis kelas superordinat, sebutkan.

2.2 Hakikat Sastra

Pengertian sastra yang dikemukakan para ahli di atas, memberikan gambaran bagi kita
tentang hakikat sastra itu. Dikemukakan oleh M.Atar Semi (1988:18-19), bahwa ada tiga
hakikat sastra, yaitu: sastra menggunakan bahasa, 2) sastra terkait dengan berbagai cabang
ilmu dan 3) sastra didukung oleh cerita. Secara singkat, ketiga hakikat sastra tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.

Sebagai suatu hasil karya seni kreatif sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan
karya seni yang lain. Karya sastra bagi pengarang merupakan suatu jalan untuk mengemukakan
ide, pikiran, atau perasaannya. Pengungkapan semua hal di atas menggunakan alat, sarana, atau
media penyampai berupa bahasa, sebagaimana pelukis menggunakan cat dan pematung
menggunakan kayu atau batu. Namun demikian, ada satu hal yang harus diingat, bahwa bahasa
yang digunakan para sastrawan walaupun pada mulanya berasal dari bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam proses kreativitasnya bahasa tersebut ikut
mengalami pengolahan, sehingga tidak sama lagi dengan bahasa komunikasi sehari-hari. Biasa
dikatakan bahasa sastra itu bermakna konotatif atau ambigu. Bahasa sastra tidak selalu dapat
diartikan secara harfiah atau menurut arti kata yang ada dalam kamus. Hal ini pun
menimbulkan sifat khas sastra yang bersifat tidak komunikatif praktis.

Sastra pada hakikatnya berkaitan dengan berbagai cabang ilmu. Hakikat sastra ini dapat
kita jelaskan dari sudut pengarang, pembaca, atau dari sudut karya sastra itu sendiri.Seorang
sastrawan yang akan mencipta sastra sangatlah dituntut memiliki kompetensi bahasa. Hal inilah
yang memungkinkan ide, gagasan, atau perasaan yang akan diungkapkan dapat disampaikan.
Kompetensi dimaksud bukan hanya sekedar mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku atau
memahami sistem yang ada pada suatu bahasa. Sastrawan dituntut lebih dari itu. Sastrawan
sangat dituntut mampu mengolah bahasa yang akan digunakannya itu secara kreatif sehingga
menimbulkan daya pesona bagi pembacanya. Selain itu, ide atau gagasan dan juga perasaan
yang akan diungkapkan itu merupakan pengalaman batin sastrawan yang telah melalui proses
yang melibatkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan menghendaki pula wawasan yang
luas. Banyak pelaku seni sastra yang melakukan studi mendalam tentang objek yang sedang
digarapnya. Misalnya, penulis novel Gajah Mada merasa perlu mengadakan perjalanan dan
mengunjungi Singapura untuk mendapatkan pemahaman atau gambaran tentang luasnya
daerah ekspansi Gajah Mada di Kerajaan Maja Pahit ( Kick andy, Metro TV, Januari, akhir
Desember 2007). Cornelia Agata, artis yang memerankan tokoh dokter jiwa dalam drama
Kenapa Leonardo? yang diproduksi Teater Koma melakukan studi dengan membaca ilmu
psikoanalisa, Sigmun Frud ( Show Biz on Location, 11 Januari,2008 ).

Demikian juga dengan penikmat karya sastra, yang tidak cukup hanya menguasai ilmu
bahasa saja. Tak jarang seorang pembaca dituntut memiliki ilmu dan wawasan yang luas agar
dapat memberikan makna yang sempurna terhadap karya sastra yang dinikmatinya. Hal ini
semakin terasa pentingnya apabila aspek kehidupan yang digarap pengarang sangat berjauhan
dengan kehidupan pembaca tersebut. Misalnya, seorang pembaca dengan latar belakang budaya
Minangkabau akan merasa sulit saat berhadapan dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk yang
berlatarbelakang kebudayaan Jawa tersebut. Pembaca ini tentu harus memahami dahulu aspek
kebudayaan Jawa yang dikemukakan pengarang itu.

Suatu karya sastra tidak hanya sarat dengan estetika bahasa dan kesastraan saja, tetapi
sarat pula dengan berbagai aspek kehidupan yang lain. Seluruh aspek kehidupan manusia akan
ditemukan dalam karya sastra. Demikianlah gambaran keterkaitan sastra dengan berbagai
cabang ilmu.

Suatu saat seorang sastrawan ingin mengemukakan sesuatu. Akan tetapi hal itu sangat
rumit untuk diutarakan. Kalau ia mengungkapkan dengan begitu saja, dikhawatirkan pembaca
akan sulit menangkap maksudnya dan tentu saja karyanya itu akan sama saja dengan tulisan
yang berbentuk laporan biasa. Dalam situasi seperti ini, sering sastrawan memulianya dengan
cerita. Dengan demikian, pengarang lebih mudah mengemukakan gagasannya dan pembaca pun
lebih senang menerimanya.

Selain hal di atas, Rene Wellek dan Austin Warren (1989) mengemukakan sifat imajinatif
sebagai hakikat sastra. Maksudnya pengalaman atau peristiwa yang disampaikan sastrawan
dalam karyanya bukanlah pengalaman atau peristiwa yang sesungguhnya, sebagaimana yang
terdapat dalam realitas objektif. Kendatipun demikian, pengalam dan peristiwa itu telah
mengalami proses pengolaahn dengan menggunakan daya imajinasi atau daya khayal
sastrawan.
2. Contoh Nonfiksi 2

Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan
redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu.

Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan
pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas
permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca.
Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari
segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang
menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut.Fungsi tajuk
rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat.Tajuk rencana
juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang
mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan
atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.
Tajuk rencana adalah karangan pokok dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tajuk
rencana berbeda dengan berita.Biasanya berita disusun dari hasil reportase wartawan. Oleh
karena itu, berita aktual biasanya diletakkan dihalaman depan atau disajikan sebagai head line
(berita utama) surat kabar. Dalam tajuk rencana berita yang disampaikan sudah diberi
ulasan.Oleh karena itu, tajuk rencana tidak diletakkan di halaman pertama, tetapi di halaman 2
atau 4.
Setiap paragraf dalam sebuah tajuk rencana mengandung gagasan pokok dan gagasan
penjelas.Bahkan, ada juga paragraf yang seluruh kalimatnya merupakan gagasan utama.Gagasan
pokok atau gagasan utama adalah kalimat yang menjadi inti atau isi pokok sebuah
paragraf.Gagasan penjelas atau kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan gagasan
utama.
Ciri-ciri
1.Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
2.Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
3.Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita
tersebut memberi dampak kepada nasional
4.Tertuang pikiran subjektif redaksi
Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam tajuk utama
1.Judul
2. Latar Belakang Masalah
3. Tokoh
4.Masalah
5.Peristiwa yang Disampaikan
6. Opini Penulis
7. Saran dan Solusi Permasalahan
8.Kesimpulan
9. Sumber Berita
10. Anggota Redaksi
Di dalam sebuah tajuk rencana terdapat pernyataan yang berupa fakta dan opini.
1. Fakta adalah sesuatu yang benar-banar terjadi. Setiap orang akan memiliki kesamaan dalam
pengamatan suatu fakta.
2. Pendapat orang tidak sama dalam memandang sebuah masalah. Pendapat atau opini adalah
perkiraan, pikiran, atau tanggapan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa).Pendapat
yang dikeluarkan selalu bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki.
Perbedaan sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki oleh penulis tajuk rencana
menyebabkan adanya perbedaan dalam keberpihakan.
Cara menentukan opini tajuk rencana dalam soal UN tidaklah sulit.
Pertama, pahami bahwa opini tajuk rencana terletak di bagian akhir paragraf.Bagian akhir di
sini maksudnya, bisa dua atau tiga kalimat terakhir dari parapraf soal.Satu kalimat terakhir pun
kadang bisa juga.
Ciri dari opini tajuk rencana adalah ia merupakan solusi (jalan keluar) dari masalah yang
dibahas di awal.
Membedakan Fakta dan Opini pada Tajuk Rencana Atau Editorial Dengan Membaca Intensif
Indikator:
• Menemukan fakta dan opini penulis tajuk rencana atau editorial;
• Membedakan fakta dengan opini;
• Mengungkapkan isi tajuk rencana/editorial .

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan
tujuan memahaminya secara rinci.Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.Tarigan (1990:35) mengutip
pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti,
serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan.Yang termasuk membaca intensif ini adalah
membaca dengan pemahaman.
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai
institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal (luar biasa), atau kontroversial
(perdebatan) yang berkembang di masyarakat.Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan
mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Tajuk rencana mempunyai sifat:


1. Krusial (genting/gawat) dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya
bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan
(monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung
jenis liputan medianya.
3. Anonim (tanpa identitas/tanpa mencantumkan nama penulis)

Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan
nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media.Jadi, proses sebelum
penulisan tajuk rencana terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Ada 2 jenis tajuk rencana berdasarkan golongan/sifat:


Tajuk rencana golongan pers menengah ke atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas
memiliki ciri-cirinya:
a. Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan)
b. Normatif (menurut aturan yang berlaku)
c. Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu, tradisi)
d. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.

Tajuk rencana dari golongan pers tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya.
Ciri-cirinya:
a. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan)
b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)
c. Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan)
d. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis

Pengertian fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.


Ciri-ciri fakta:
1. Benar-benar terjadi;
2. Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas;
3. Diperkuat dengan angka-angka.

Jenis fakta
a. Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang.
Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang
nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
1) Matahari terbit di sebelah Timur.
2) Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
3) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya.
4) Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.

b. Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail.
Contoh:
1) Pak Yayan makan bakso.
2) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda
Surabaya kemarin siang.
3) Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena razia
kemarin pagi.

Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya
masih berupa pendapat.Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata,
menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya, maka kalimat tersebut
berupa kalimat opini.Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini
umum.
Ciri-ciri opini:
1. Belum terjadi (baru rencana);
2. Berupa pendapat;
3. Bersifat subjektif;
4. Keterangannya belum jelas.

Jenis opini
1. Opini perorangan (subjektif) : pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang
tertentu saja.
Contoh:
• Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta jiwa.
• Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali.
• Sepertinya jalanan ini akan banjir.

2. Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak umum).
Contoh:
• Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri.
• Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban.
• Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.
3. Contoh fiksi
Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silakan kalian lanjutkan ke kegiatan berikut dan
ikuti petunjuk yang ada dalam UKB ini.
b. Kegiatan Inti

1. Petunjuk Umum UKB


a. Baca dan pahami isi dari contoh buku nonfiksi dan fiksi
b. Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berpikir tinggi
melalui tugas-tugas yang terdapat pada UKB ini baik bekerja sendiri maupun
bersama teman sebangku atau teman lainnya.
c. Kerjakan UKB ini dibuku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang telah
disediakan.
d. Kalian dapat belajar bertahap dan berlanjut melalui kegitan ayo berlatih,
apabila kalian yalin sudah paham dan mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan dalam kegiatan belajar 1, 2, dan 3 kalian boleh sendiri atau
mengajak teman lain yang sudah siap untuk mengikuti tes formatif agar kalian
dapat belajar ke UKB berikutnya.

2. Kegiatan Belajar
Ayo … … ikuti kegiatan belajar berikut dengan penuh kesabaran dan konsentrasi!!!

Kegiatan Belajar 1
Bacalah contoh artikel ilmiah tersebuta diatas dan jawablah pertanyaan pertanyaan berikut!

No Pertanyaan Jawab

1 Mengapa contoh artikel yang berjudul Teori


Sastra termasuk termasuk nonfiksi?

2 Hal apa yang dibicarakan?

3 Apakah Anda sudah mendata butir butir


penting yang dibicarakan pada artikel
tersebut? Paparkan dalam bentuk point
point!

Ayoo berlatih!

1. Berdasarkan hasil membaca, tulislah tata cara identifikasi butir butir penting!
2. Berikutnya susunlah dalam bentuk ringkasan apa yang telah Anda baca!

Kegiatan Belajar 2

Setelah kalian belajar tentang identifikasi butir butir penting buku nonfiksi dan fiksi,
rumuskanlah tatacara identifikasi dengan tepat sesuai urutan, sertakan penjelasan yang tepat!

Perlu dipahami
Kegiatan Belajar 3

Sebelum kalian menyusun ringkasan dan ikhtisar, hal pertama yang harus dipahami adalah
pembeda dari istilah tersebut, yakni ringkasan dan ikhtisar dapat dilihat dari proses pembuatan
dan cara penulisan. Ringkasan perlu menjalanai proses panjang dan cara penulisan bersifat
formal. Ikhtisar tidak perlu menjalani proses rumit dan cara penulisan lebih lepas atau bebas.

Ayo tetap semangat!


Setelah kalian menyelesaikan kegiatan belajar 1 dan 2 lanjutkan untuk mulai menyusun
ringkasan dari dua buku nonfiksi dan satu buku fiksi, sesuai contoh teks yang ada pada sub
pendahuluan.

No Judul Artikel Ringkasan

1 Teori Sastra

2 Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Tetap Semangat

Setelah Anda menyelesaikan tugas menyusun rangkuman buku nonfiksi, lanjutkan


untuk berlatih menyusun ikhtisar buku fiksi.

Judul buku fiksi boleh seperti yang sudah dicontohkan di atas, tapi boleh juga
mengambil buku fiksi di luar dari contoh!

Ayo berlatih!

No Judul Ikhtisar
c. Penutup

Bagaimana kalian sekarang?


Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 1, 2 dan 3, berikut
diberikan babel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian
pelajari.Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan materi pada UKB ini di tabel
berikut.

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kalian telah memahami esensi dari identifikasi
butir butir penting dari buku nonfiksi
2. Dapatkan Anda merumuskan tata cara identifikasi
3. Dapatkan Anda menyusun ringkasan 2 buku non fiksi
4. Dapatkah Anda menyusun ikhtisar 1 buku fiksi
5. Dapatkah Anda menyimpulkan perbedaan hasil dari
ringkasan dan ikhtisar

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah pelajari
ulang kegiatan belajar 1, 2, atau 3 yang sekiranya perlu kalian ulang dengan bimbingan
Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi!.Dan apabila kalian
menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.

Di mana posisimu?
Ukurlah diri kalian dalam menguasai materi DEBAT dalam rentang 0 – 100, tuliskan ke
dalam kotak yang tersedia.

Setelah kalian menuliskan penguasaanmu terhadap materi ringkasan dan ikhtisar buku,
lanjutkan kegiatan berikut untuk mengevaluasi penguasaan kalian!

Ayo Cek Penguasaanmu terhadap Materi Ringkasan dan Ikhtisar buku nonfiksi
dan fiksi!

Agar dapat dipastikan bahwa kalian telah menguasi materi ringkasan dan ikhtisar, maka
kerjakan soal berikut secara mandiri di buku kerja kalian masing-masing.

a. Tulislah langkah-langkah identifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi!


b. Tulislah perbedaan antar proses menulis ringkasan dan ikhtisar!
c. Tulislah beberapa contoh judul kategori buku nonfiksi dan fiksi!

Setelah menyelesaikan soal di atas dan mengikuti kegiatan belajar 1, 2, dan 3, silahkan
kalian berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lain jika memang masih ada
beberapa hal yang perlu dikaji ulang.
Ini adalah bagian akhir dari UKB materi ringkasan dan ikhtisar, mintalah tes formatif
kepada Guru kalian sebelum belajar ke UKB berikutnya.

Sukses untuk Anda!!!!

Anda mungkin juga menyukai