Anda di halaman 1dari 18

Menyelami Buku Nonfiksi

MENYELAMI BUKU NONFIKSI


UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9

Kompetensi Dasar

3.9 Mengidentifikasi butir butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) nonfiksi
(C4:menganalisi)

4.9 Menyusun ringkasan dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan ikhtisar dari satu
novel yang dibaca

Materi Pokok RINGKASAN IKHTISAR

Alokasi Waktu 4 x 45 menit (180 menit)

Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, analisis, penugasan, dan peserta didik dapat
merumuskan batasan ringkasan dan ikhtisar, mengidentifikasi butir butir penting dari buku
nonfiksi dan fiksi, merumuskan tata cara identifikasi butir butir penting, meyusun
ringkasan/ihtisar daru buku nonfiksi dan fiksi dengan rasa ingin tahu, disiplin, tanggung
jawab, toleran, santun, dan pro-aktif selama proses pembelajaran

Materi Pembelajaran

Contoh Teks Ikhtisar

1. Nonfiksi dan Fiksi (Hikayat atau Cerpen)

2. Pengertian Ikhtisar

3. Langkah-langkah Penyusunan Teks Ikhtisar

3. Laporan dalam Bentuk Teks Ikhtisar Nonfiksi dan Fiksi

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 103


Menyelami Buku Nonfiksi

Peta Konsep

Mengidentifikasi butir butir penting buku


Mengidentifikasi butir nonfiksi dan fiksi
RINGKASAN/IKHTISAR

butir penting buku


nonfiksi dan fiksi Merumuskan tata cara identifikasi butir
butir penting buku nonfiksi dan fiksi

Menyusun ringkasan dan atau ikhtisar dari buku nonfiksi


Menyusun ringkasan
dari dua buku nonfiksi
Menyimpulkan hasil ringkasan
dan ikhtisar

Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan

Sering informasi dalam sebuah buku kurang bisa diserap dengan saksama karena bisa
jadi cara penyampain sebuah informasi itu terlalu panjang, sebagaian dari kita dituntut pandai
membuat bentukan yang umum itu menjadi sempit tapi tetap mewakili isi, misalnya
informasi dalam sebuah artikel, jurnal ilmiah, laporan hasil observasi, teks eksposisi yang
semua itu merupakan contoh buku nonfiksi. Sedangkan novel, cerpen, dan karya prosa lama
maupun baru yang merupakan kategori fiksi.

Sebelum mempelajari materi ini, silakan kalian membaca contoh artikel di bawah ini, untuk
belajar mengidentifikasi butir butir penting buku!

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 104


Menyelami Buku Nonfiksi

Bacalah dengan saksama

1. Contoh Nonfiksi 1

TEORI SASTRA
I. Pendahuluan
Mempelajari konsep-konsep dasar sastra merupakan kegiatan awal atau pengalaman belajar
awal dalam mata kuliah Teori Sastra. Pembelajaran ini merupakan pembuka jalan untuk memahami
bidang studi sastra dalam rangka mencapai kemampuan apresiasi sastra. Sebagai mata kuliah prasyarat
kompetensi Anda di bidang ini menentukan keikutsertaan dan keberhasilan Anda pada program-
program pembelajaran sastra selanjutnya. Selain itu, kompetensi menguasai pengertian sastra
merupakan bagian bidang ilmu yang harus Anda miliki karena merupakan bahan ajar di lapangan kerja.

Program pembelajaran ini merupakan bagian dari standar kompetensi; ”mampu mendefinisikan
konsep-konsep dasar sastra dan studi sastra. Pembelajaran ini mencakup: pengertian sastra secara
etimologi, secara historis, dan definisi sastra yang dikemukakan para ahli, hakikat sastra, kaidah sastra,
dan nilai atau kegunaan sastra.

II. Konsep-konsep Dasar Sastra


2.1 Definisi Sastra menurut Para Ahli

Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli . Pada dasarnya, definisi
tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kat dan bahasa
yang berbeda.Walaupun usaha mendefinisikan sastra sudah dilakukan oleh banyak ahli , batasan
yang tepat mengenai sastra itu belum dapat dirumuskan. Batasan-batasan yang ada seringkali
hanya didasarkan pads aspek-aspek tertentu sehingga masih terdapat kemungkinan untuk
disanggah atau dipertanyakan. Hal tersebut disebabkan adanya celah-celah kelemahan atau terlalu
longgarnya batasan-batasan yang ada.

Secara intuitif, memang kita mengetahui apa yang disebut sastra itu. Namun, deskripsi
dari pengertian yang ada pada pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat
yang tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan intuisi tersebut biasanya
banyak gejala yang luput dari kalimat yang kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja
masih banyak perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 105


Menyelami Buku Nonfiksi

berarti mengarahkan , memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana
(Teeuw, 1984: 23). Padahal dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu), sastra banyak
diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah
atau baik. Jadilah susastra yang bermakna tulisan yang indah.

Pengertian sastra yang didasarkan pada makna kata di atas, tentu tidak dapat
menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. Hal tersebut misalnya dapat dibandingkan
dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa-bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih
melingkupi makna sastra tersebut. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature,
Perancis litterature, Jerman literatur, dan Belanda letterkunde. Secara etimologis, katakata
tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu litterature yang merupakan terjemahan dari kata
grammatika yang mengandung makna tats bahasa dan puisi. Namur kenyataannya, dalam pe-
ngertian yang dikenal saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang
tertulis. Padahal jika kits simak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat meng-
gambarkan sastra dalam pengertian karya fiksi.

Seperti diketahui bahwa bentuk-bentuk tulisan pada umumnya yang tidak mengandung
unsur estetika bahasa, estetika isi, imajinasi tidak dapat dikategorikan sebagai karya sastra.
Dengan demikian, referensi makna yang didasarkan pada referensi harfiah dari pengertian sastra
tidak dapat dipakai sebagai perwujudan pengertian sastra itu sendiri. Jika sampai saat ini
banyak pendapat yang mengungkapkan batasan bahwa sastra merupakan tulisan yang
bernilai estetik, bukan berarti bahwa pandangan tersebut dapat menjabarkan pengertian sastra secara
tuntas. Banyak hal yang merupakan bagian dari sastra belum terangkum. Secara mendasar, suatu
teks sastra setidaknya harus mengandung tiga aspek utama yaitu,decore (memberikan sesuatu
kepada pembaca), delectare (memberikankenikmatan (mampu menggerakkan kreativitas pembaca).
Kriteria dasar di atas, tentu saja masih harus dijabarkan lebih lanjut pada bagian-bagian yang
lebih khusus. Karena mendefinisikan sastra tidak hanya sekedar mengurai maknanya secara harfiah
spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain, dan mempunyai
koherensi antara unsur-unsurnya. Kreativitas dan spontanitas merupakan dasar definisi jaman
romantik. Tokoh-tokoh Romantik seperti Sartre, Coleridge ataupun Roland Barthes merupakan
pendukung bahwa sastra memang tidak lepas dari kreasi, ekspresi, otonomi, koherensi, dan
sintesis, di samping makna yang tidak terhingga. Sebaliknya, kaum formalis, lebih
menitikberatkan pada masalah sintaktik dan grafik. Fungsi puitiklah yang dianggap dominan yang
tertuang dalam struktur sintaktiknya. Tokoh formalis seperti Mukarovsky, EE Cummings, Sjklovski,
Tolstoj selalu berpangkal bahwa unsur puitik yang terefleksi mulai aspek foregrounding merupakan

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 106


Menyelami Buku Nonfiksi

faktor utama. Unsur-unsur tersebut, misalnya, berupa ekuivalensi dan juga penyimpangan struktur-
struktur bahasa yang lazim dipakai. Dari sinilah teks sastra ditentukan kualitasnya dan ke-
khasannya yang istimewa.
Merumuskan pengertian sastra secara utuh memang sangat sulit. Karena seperti yang
diutarakan oleh Mukarovsky di atas bahwa umumnya definisi yang ada hanya bersifat arsial.
Namun demikian, berdasaran definisi historik di atas, paling tidak secara global dapat dirumuskan
bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang.
spontan yang mampu mengungkapan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun
aspek makna. Estetika bahasa biasanya , diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function
(surface structure) sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure.
Mursal Esten menyatakan "sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan
dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan
masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap
kehidupan manusia (kemanusiaan)" (1978 : 9). Kemudian dikatakan pula bahwa
sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia
dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1988 : 8).
Panuti Sudjiman mendefinisikan sastra sebagai "karya lisan atau tulisan yang memiliki
berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya" (1986 : 68). Selain itu, Ahmad Badrun berpendapat bahwa "Kesusastraan
adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol- simbol lain
sebagai alai, dan bersifat imajinatif" (1983 : 16). Menurut Engleton (1988 : 4), sastra
yang disebutnya "karya tulisan yang halus" (belle letters) adalah karya yang mencatatkan
bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Keempat definisi di atas berangkat dari dasar pengertian yang sama walaupun
diungkapkan dengan kalimat dan bahasa yang berbeda. Selain itu, antara satu definisi dengan
definisi yang lain saling melengkapi. Oleh sebab itu, apabila diminta kepada Anda tentang
pengertian sastra sebaiknya Anda memberikan rumusan Anda sendiri yang berdasarkan pada
pendapat para ahli di atas. Ada satu formula yang diberikan oleh Merrill ( 1983 ) untuk
membuat definisi, yaitu: tuliskan nama konsep, tulis kelas superordinat, sebutkan.
2.2 Hakikat Sastra

Pengertian sastra yang dikemukakan para ahli di atas, memberikan gambaran bagi kita
tentang hakikat sastra itu. Dikemukakan oleh M.Atar Semi (1988:18-19), bahwa ada tiga

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 107


Menyelami Buku Nonfiksi

hakikat sastra, yaitu: sastra menggunakan bahasa, 2) sastra terkait dengan berbagai cabang
ilmu dan 3) sastra didukung oleh cerita. Secara singkat, ketiga hakikat sastra tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.

Sebagai suatu hasil karya seni kreatif sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan
karya seni yang lain. Karya sastra bagi pengarang merupakan suatu jalan untuk
mengemukakan ide, pikiran, atau perasaannya. Pengungkapan semua hal di atas
menggunakan alat, sarana, atau media penyampai berupa bahasa, sebagaimana pelukis
menggunakan cat dan pematung menggunakan kayu atau batu. Namun demikian, ada satu hal
yang harus diingat, bahwa bahasa yang digunakan para sastrawan walaupun pada mulanya
berasal dari bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam proses
kreativitasnya bahasa tersebut ikut mengalami pengolahan, sehingga tidak sama lagi dengan
bahasa komunikasi sehari-hari. Biasa dikatakan bahasa sastra itu bermakna konotatif atau
ambigu. Bahasa sastra tidak selalu dapat diartikan secara harfiah atau menurut arti kata yang
ada dalam kamus. Hal ini pun menimbulkan sifat khas sastra yang bersifat tidak komunikatif
praktis.

Sastra pada hakikatnya berkaitan dengan berbagai cabang ilmu. Hakikat sastra ini dapat
kita jelaskan dari sudut pengarang, pembaca, atau dari sudut karya sastra itu sendiri.Seorang
sastrawan yang akan mencipta sastra sangatlah dituntut memiliki kompetensi bahasa. Hal
inilah yang memungkinkan ide, gagasan, atau perasaan yang akan diungkapkan dapat
disampaikan. Kompetensi dimaksud bukan hanya sekedar mengetahui kaidah-kaidah yang
berlaku atau memahami sistem yang ada pada suatu bahasa. Sastrawan dituntut lebih dari itu.
Sastrawan sangat dituntut mampu mengolah bahasa yang akan digunakannya itu secara
kreatif sehingga menimbulkan daya pesona bagi pembacanya. Selain itu, ide atau gagasan
dan juga perasaan yang akan diungkapkan itu merupakan pengalaman batin sastrawan yang
telah melalui proses yang melibatkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan menghendaki
pula wawasan yang luas. Banyak pelaku seni sastra yang melakukan studi mendalam tentang
objek yang sedang digarapnya. Misalnya, penulis novel Gajah Mada merasa perlu
mengadakan perjalanan dan mengunjungi Singapura untuk mendapatkan pemahaman atau
gambaran tentang luasnya daerah ekspansi Gajah Mada di Kerajaan Maja Pahit ( Kick andy,
Metro TV, Januari, akhir Desember 2007). Cornelia Agata, artis yang memerankan tokoh
dokter jiwa dalam drama Kenapa Leonardo? yang diproduksi Teater Koma melakukan studi
dengan membaca ilmu psikoanalisa, Sigmun Frud ( Show Biz on Location, 11 Januari,2008 ).

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 108


Menyelami Buku Nonfiksi

Demikian juga dengan penikmat karya sastra, yang tidak cukup hanya menguasai ilmu
bahasa saja. Tak jarang seorang pembaca dituntut memiliki ilmu dan wawasan yang luas
agar dapat memberikan makna yang sempurna terhadap karya sastra yang dinikmatinya. Hal
ini semakin terasa pentingnya apabila aspek kehidupan yang digarap pengarang sangat
berjauhan dengan kehidupan pembaca tersebut. Misalnya, seorang pembaca dengan latar
belakang budaya Minangkabau akan merasa sulit saat berhadapan dengan novel Ronggeng
Dukuh Paruk yang berlatarbelakang kebudayaan Jawa tersebut. Pembaca ini tentu harus
memahami dahulu aspek kebudayaan Jawa yang dikemukakan pengarang itu.

Suatu karya sastra tidak hanya sarat dengan estetika bahasa dan kesastraan saja, tetapi
sarat pula dengan berbagai aspek kehidupan yang lain. Seluruh aspek kehidupan manusia
akan ditemukan dalam karya sastra. Demikianlah gambaran keterkaitan sastra dengan
berbagai cabang ilmu.

Suatu saat seorang sastrawan ingin mengemukakan sesuatu. Akan tetapi hal itu sangat
rumit untuk diutarakan. Kalau ia mengungkapkan dengan begitu saja, dikhawatirkan
pembaca akan sulit menangkap maksudnya dan tentu saja karyanya itu akan sama saja
dengan tulisan yang berbentuk laporan biasa. Dalam situasi seperti ini, sering sastrawan
memulianya dengan cerita. Dengan demikian, pengarang lebih mudah mengemukakan
gagasannya dan pembaca pun lebih senang menerimanya.

Selain hal di atas, Rene Wellek dan Austin Warren (1989) mengemukakan sifat
imajinatif sebagai hakikat sastra. Maksudnya pengalaman atau peristiwa yang disampaikan
sastrawan dalam karyanya bukanlah pengalaman atau peristiwa yang sesungguhnya,
sebagaimana yang terdapat dalam realitas objektif. Kendatipun demikian, pengalam dan
peristiwa itu telah mengalami proses pengolaahn dengan menggunakan daya imajinasi atau
daya khayal sastrawan.

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 109


Menyelami Buku Nonfiksi

2. Contoh Nonfiksi 2

Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan
redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu.

Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan
pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas
permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca.
Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari
segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang
menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk
rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana
juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor
yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada
ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai
berita tersebut.
Tajuk rencana adalah karangan pokok dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tajuk
rencana berbeda dengan berita. Biasanya berita disusun dari hasil reportase wartawan. Oleh
karena itu, berita aktual biasanya diletakkan dihalaman depan atau disajikan sebagai head line
(berita utama) surat kabar. Dalam tajuk rencana berita yang disampaikan sudah diberi ulasan.
Oleh karena itu, tajuk rencana tidak diletakkan di halaman pertama, tetapi di halaman 2 atau
4.
Setiap paragraf dalam sebuah tajuk rencana mengandung gagasan pokok dan gagasan
penjelas. Bahkan, ada juga paragraf yang seluruh kalimatnya merupakan gagasan utama.
Gagasan pokok atau gagasan utama adalah kalimat yang menjadi inti atau isi pokok sebuah
paragraf. Gagasan penjelas atau kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan gagasan
utama.
Ciri-ciri
1. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
2. Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
3. Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita
tersebut memberi dampak kepada nasional
4. Tertuang pikiran subjektif redaksi

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 110


Menyelami Buku Nonfiksi

Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam tajuk utama


1. Judul
2. Latar Belakang Masalah
3. Tokoh
4. Masalah
5. Peristiwa yang Disampaikan
6. Opini Penulis
7. Saran dan Solusi Permasalahan
8. Kesimpulan
9. Sumber Berita
10. Anggota Redaksi
Di dalam sebuah tajuk rencana terdapat pernyataan yang berupa fakta dan opini.
1. Fakta adalah sesuatu yang benar-banar terjadi. Setiap orang akan memiliki kesamaan
dalam pengamatan suatu fakta.
2. Pendapat orang tidak sama dalam memandang sebuah masalah. Pendapat atau opini adalah
perkiraan, pikiran, atau tanggapan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Pendapat
yang dikeluarkan selalu bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki.
Perbedaan sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki oleh penulis tajuk rencana
menyebabkan adanya perbedaan dalam keberpihakan.
Cara menentukan opini tajuk rencana dalam soal UN tidaklah sulit.
Pertama, pahami bahwa opini tajuk rencana terletak di bagian akhir paragraf. Bagian akhir di
sini maksudnya, bisa dua atau tiga kalimat terakhir dari parapraf soal. Satu kalimat terakhir
pun kadang bisa juga.
Ciri dari opini tajuk rencana adalah ia merupakan solusi (jalan keluar) dari masalah yang
dibahas di awal.
Membedakan Fakta dan Opini pada Tajuk Rencana Atau Editorial Dengan Membaca Intensif
Indikator:
• Menemukan fakta dan opini penulis tajuk rencana atau editorial;
• Membedakan fakta dengan opini;
• Mengungkapkan isi tajuk rencana/editorial .
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan
tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (1990:35)
mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama,
telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca
intensif ini adalah membaca dengan pemahaman.

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 111


Menyelami Buku Nonfiksi

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai
institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal (luar biasa), atau kontroversial
(perdebatan) yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan
mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan.
Tajuk rencana mempunyai sifat:
1. Krusial (genting/gawat) dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya
bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan
(monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment,
tergantung jenis liputan medianya.
3. Anonim (tanpa identitas/tanpa mencantumkan nama penulis)

Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan
nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah
pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi, proses sebelum
penulisan tajuk rencana terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk
menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Ada 2 jenis tajuk rencana berdasarkan golongan/sifat:


Tajuk rencana golongan pers menengah ke atas (middle-high media) atau pers yang
berkualitas memiliki ciri-cirinya:
a. Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan)
b. Normatif (menurut aturan yang berlaku)
c. Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu, tradisi)
d. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.

Tajuk rencana dari golongan pers tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya.
Ciri-cirinya:
a. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan)
b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan)
c. Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan)
d. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 112


Menyelami Buku Nonfiksi

Pengertian fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.


Ciri-ciri fakta:
1. Benar-benar terjadi;
2. Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas;
3. Diperkuat dengan angka-angka.

Jenis fakta
a. Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang.
Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang
nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
1) Matahari terbit di sebelah Timur.
2) Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
3) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya.
4) Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.

b. Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail.
Contoh:
1) Pak Yayan makan bakso.
2) Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda
Surabaya kemarin siang.
3) Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena razia
kemarin pagi.

Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya
masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata,
menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya, maka kalimat tersebut
berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini
umum.
Ciri-ciri opini:
1. Belum terjadi (baru rencana);
2. Berupa pendapat;
3. Bersifat subjektif;
4. Keterangannya belum jelas.

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 113


Menyelami Buku Nonfiksi

Jenis opini
1. Opini perorangan (subjektif) : pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang
tertentu saja.
Contoh:
• Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta jiwa.
• Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali.
• Sepertinya jalanan ini akan banjir.

2. Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak


umum).
Contoh:
• Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri.
• Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban.
• Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.

3. Contoh fiksi

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 114


Menyelami Buku Nonfiksi

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 115


Menyelami Buku Nonfiksi

Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silakan kalian lanjutkan ke kegiatan berikut
dan ikuti petunjuk yang ada dalam UKB ini.

b. Kegiatan Inti

1. Petunjuk Umum UKB


a. Baca dan pahami isi dari contoh buku nonfiksi dan fiksi
b. Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berpikir tinggi
melalui tugas-tugas yang terdapat pada UKB ini baik bekerja sendiri maupun
bersama teman sebangku atau teman lainnya.
c. Kerjakan UKB ini dibuku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang
telah disediakan.
d. Kalian dapat belajar bertahap dan berlanjut melalui kegitan ayo berlatih,
apabila kalian yalin sudah paham dan mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan dalam kegiatan belajar 1, 2, dan 3 kalian boleh sendiri atau
mengajak teman lain yang sudah siap untuk mengikuti tes formatif agar kalian
dapat belajar ke UKB berikutnya.

2. Kegiatan Belajar
Ayo … … ikuti kegiatan belajar berikut dengan penuh kesabaran dan konsentrasi!!!

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 116


Menyelami Buku Nonfiksi

Kegiatan Belajar 1

Bacalah contoh artikel ilmiah tersebuta diatas dan jawablah pertanyaan pertanyaan berikut!

No Pertanyaan Jawab

1 Mengapa contoh artikel yang berjudul


Teori Sastra termasuk termasuk nonfiksi?

2 Hal apa yang dibicarakan?

3 Apakah Anda sudah mendata butir butir


penting yang dibicarakan pada artikel
tersebut? Paparkan dalam bentuk point
point!

Ayoo berlatih!

1. Berdasarkan hasil membaca, tulislah tata cara identifikasi butir butir penting!
2. Berikutnya susunlah dalam bentuk ringkasan apa yang telah Anda baca!

Kegiatan Belajar 2

Setelah kalian belajar tentang identifikasi butir butir penting buku nonfiksi dan fiksi,
rumuskanlah tatacara identifikasi dengan tepat sesuai urutan, sertakan penjelasan yang tepat!

Kegiatan Belajar 3
Perlu
dipahami

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 117


Menyelami Buku Nonfiksi

Sebelum kalian menyusun ringkasan dan ikhtisar, hal pertama yang harus dipahami adalah
pembeda dari istilah tersebut, yakni ringkasan dan ikhtisar dapat dilihat dari proses
pembuatan dan cara penulisan. Ringkasan perlu menjalanai proses panjang dan cara
penulisan bersifat formal. Ikhtisar tidak perlu menjalani proses rumit dan cara penulisan lebih
lepas atau bebas.

Ayo tetap semangat!


Setelah kalian menyelesaikan kegiatan belajar 1 dan 2 lanjutkan untuk mulai menyusun
ringkasan dari dua buku nonfiksi dan satu buku fiksi, sesuai contoh teks yang ada pada sub
pendahuluan.

No Judul Artikel Ringkasan

1 Teori Sastra

2 Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana

Tetap
Semangat

Setelah Anda menyelesaikan tugas menyusun rangkuman buku nonfiksi, lanjutkan


untuk berlatih menyusun ikhtisar buku fiksi.

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 118


Menyelami Buku Nonfiksi

Judul buku fiksi boleh seperti yang sudah dicontohkan di atas, tapi boleh juga
mengambil buku fiksi di luar dari contoh!

Ayo berlatih!

No Judul Ikhtisar

c. Penutup

Bagaimana kalian sekarang?


Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 1, 2 dan 3,
berikut diberikan babel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian
pelajari. Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan materi pada UKB ini di tabel
berikut.

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kalian telah memahami esensi dari
identifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi
2. Dapatkan Anda merumuskan tata cara identifikasi
3. Dapatkan Anda menyusun ringkasan 2 buku non fiksi
4. Dapatkah Anda menyusun ikhtisar 1 buku fiksi
5. Dapatkah Anda menyimpulkan perbedaan hasil dari
ringkasan dan ikhtisar

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah pelajari
ulang kegiatan belajar 1, 2, atau 3 yang sekiranya perlu kalian ulang dengan
bimbingan Guru atau teman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang lagi!.
Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.

Di mana posisimu?
Ukurlah diri kalian dalam menguasai materi DEBAT dalam rentang 0 – 100, tuliskan
ke dalam kotak yang tersedia.

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 119


Menyelami Buku Nonfiksi

Setelah kalian menuliskan penguasaanmu terhadap materi ringkasan dan ikhtisar


buku, lanjutkan kegiatan berikut untuk mengevaluasi penguasaan kalian!

Ayo Cek Penguasaanmu terhadap Materi Ringkasan dan Ikhtisar buku nonfiksi
dan fiksi!

Agar dapat dipastikan bahwa kalian telah menguasi materi ringkasan dan ikhtisar,
maka kerjakan soal berikut secara mandiri di buku kerja kalian masing-masing.

a. Tulislah langkah-langkah identifikasi butir butir penting dari buku nonfiksi!


b. Tulislah perbedaan antar proses menulis ringkasan dan ikhtisar!
c. Tulislah beberapa contoh judul kategori buku nonfiksi dan fiksi!

Setelah menyelesaikan soal di atas dan mengikuti kegiatan belajar 1, 2, dan 3,


silahkan kalian berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lain jika memang
masih ada beberapa hal yang perlu dikaji ulang.
Ini adalah bagian akhir dari UKB materi ringkasan dan ikhtisar, mintalah tes formatif
kepada Guru kalian sebelum belajar ke UKB berikutnya.

Sukses untuk Anda!!!!

UKB-BIN 3.9/4.9/1/9-9 120

Anda mungkin juga menyukai