Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TEKNOLOGI KAPAL PERIKANAN

LONGLINE

Disusun Oleh :

1. Arneta Mega Sundari (21090119120013)


2. Syarifah Ahdi Agustini (21090119120014)
3. Merlinda Ayu Febrian (21090119120016)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2021
BAB 5

LONGLINE
A. DEFINISI ALAT TANGKAP LOGLINE

Longline merupakan alat tangkap ikan pelagis besar yang terdiri dari sederetan tali-tali
utama yang terdapat tali cabang pada jarak tertentu yang ukuran diameter dan panjangnya lebih
kecil dari tali utama, pada ujung tali cabang dikaitkan mata pancing yang diisi umpan. 

Longline adalah alat pancing yang terdiri atas sejumlah mata kail yang dipasang
sepanjang tali mendatar dengan perantara tali pendek (tali perambut). Menurut keadaan susunan
alatnya, merupakan satu kesatuan alat longline terdiri atas empat suh (tempat penyimpanan alat
longline). Tiap-tiap suh berisi antara 25-50 mata pancing dengan nomor yang berbeda. Pada
bagian pinggir menggunakan nomor 7-12 sedangkan untuk bagian tengah menggunakan nomor
1-4 dengan jarak pemasangan bervariasi antara 4-7,5 m. 

Tuna longline terdiri atas beberapa bagian atau set. Masing-masing set memiliki panjang
150-400 m, dengan 1-12 tali cabang (branch lines) dengan dilengkapi kail. Ciri khas tali cabang
(branch lines) pada tuna longline terdiri atas 3 bagian dan masing-masing branch line dipasang
klip logam khusus terhadap tali utama (main line).

B. KONSTRUKSI LONGLINE

Gambar 1. Komponen alat tangkap tuna longline


a. Pelampung

Pelampung berfungsi agar pancing, tali pancing, dan hasil tangkapan tidak tenggelam.

Gambar 2. Jenis-jenis pelampung pada kapal tuna longline

b. Tali pelampung (float line/buoy line)

Merupakan tali penghubung pelampung dengan tali utama (main line). Memiliki panjang
antara 24-50 meter.

c. Tali utama (main line)

Tali yang panjang (rangkaian tali utama) tergantung pada tali pelampung, dan tempat
tergantungnya tali cabang (branch line). Tali pelampung maupun tali cabang terkait pada
simpul sambungan tali utama. Memiliki panjang antara 50-70 meter.

d. Tali cabang (branch line)

ukuran tali cabang lebih kecil diameter/panjangnya darpada tali utama. Terdiri dari tali
branch, wire leader, dan mata pancing. Pada tali cabang untuk mengantisipasi kusut/
melintir, dipasang kili-kili (swifel). Memiliki panjang antara 15-25 meter.
e. Mata pancing

Terdapat 3 jenis mata pancing yang umum digunakan pada alat tangkap tuna longline :
pancing J, pancing tuna, dan pancing lingkar. Jumlah pancing yang digunakan bervariasi,
tergantung target tangkapan yang diinginkan serta metode setting yang digunakan.
Umumnya berkisar antara 100-200 pancing.

Gambar 3. Jenis-jenis pancing


f. Umpan 

Pada alat tangkap tuna longline, jenis umpan yang digunakan umumnya dapat
dibagi dalam dua jenis. Umpan mati dan umpan hidup. Ikan seperti Lemuru, Layang dan
Cumi-cumi adalah umpan mati yang biasa digunakan oleh nelayan. Sedangkan pada
umpan hidup, biasanya terdapat 1 jenis yaitu Ikan Bandeng. Jenis umpan yang digunakan
pada suatu kapal tuna longline biasanya ditentukan oleh tuna target tangkapan, kondisi
bulan pada penangkapan, posisi pancing dan pengalaman serta kesukaan masing-masing
kapten kapal.

Terdapat 2 jenis bahan tali alat tangkap tuna longline, yaitu multifilament dan
monofilament. Multifilament merupakan tali yang cukup berat namun baik untuk
menangkap ikan di perairan dalam (200-300 m). Penyimpanannya diikat bersama branch
line-nya (satu ikat biasa 6 main line dan 5 branch line), atau main line dicurah dalam box/
digulung di drum (kurang lebih 50 main line) dan branch-nya dilepas dan disimpan
sendiri. Sedangkan tali monofilament lebih ringan dan efektif untuk menangkap ikan di
perairan sampai kedalaman 200 m, alat ini cukup efektif menyapu lebih luas permukaan
laut (mudah hanyut). Penyimpanannya, main line dicurahkan dalam tong/blong atau
kantong kurang lebih 50 main line, branch line disimpan tersendiri di keranjang.
Pada saat operasi penangkapan tuna longline, dapat juga dilengkapi oleh alat-alat
bantu lain seperti fish finder, line hauler, ganco, sikat pembersih insang tuna, dan jarum
pembunuh tuna (spike).
Kapal adalah sarana untuk memunjang operasi penangkapan ikan agar lebih
efisien guna memaksimalkan hasil tangkapan. Kapal yang khusus dipergunakan untuk
menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan
atau mengawetkan. Kapal merupakan sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai
geladak utama dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak secara khusus
dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampunh dan mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkan. Menurut Nomura (1977) dalam
Rhamadani D (2004), mengemukakan kapal ikan merupakan sarana untuk melakukan
operasi penagkapan ikan di peruntukan untuk melakukan penangkapan ikan, dimana
ukuran, kapasitas muat, rancangan bentuk dek, mesin serta berbagai perlengkapan yang
secara keseluruhan disesuaikan fungsi dalam rencana operasi penangkapan. Berdasarkan
metode pengoperasian alat tangkap maka kapal yang digunakan khusus untuk
mengoperasikan alat tangkap. Longline termasuk dalam spesifikasi kapal dengan alat
tangkap pasif (static gear).

Gambar 4. Rencana sistem autoline untuk automatic longlining

Gambar 5. Rencana umum American Tiliner System


C. ALAT BANTU PENANGKAPAN
a. Line Hauler

Line Hauler merupakan alat bantu penarik tali utama pada saat hauling
berlangsung keberadaan alat ini mutlak diperlukan, karena tali yang ditebar di perairan
tidak memungkinkan untuk ditarik menggunakan tangan biasa (manual), selain berat dari
gaya beban dan gaya tarikan dari seluruh rangkaian Long line juga akan memerlukan
waktu yang lama sehingga dianggap tidak efisien.

Gambar 6. Line Hauler Monofilament (Kiri) dan Multifilament (Kanan)

b. Line Thrower

Line thrower merupakan alat bantu penangkapan sebagai alat bantu pelontar tali
utama yang digerakan dengan tenaga elektrik hidrolik, diletakan di buritan kapal,
digunakan pada saat penebaran pancing (setting).
Gambar 7. Line Thrower

c. Line Arranger  (Penyusun Tali Utama)

Pada kapal-kapal long line yang sudah modern peralatan bantu penangkapannya
dilengkapi peralatan lain selain line hauler. Line arranger ditempatkan diatas main line
tank (tangki penyimpanan tali utama) merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi
sebagai penarik dan penyusun tali utama agar tertata rapi di dalam main line tank.

d. Branch Line Ace dan Buoy Line Ace

Branch line ace ditempatkan pada geladag kerja di lambung kanan kapal
dibelakang line hauler, merupakan alat bantu penangkapan sebagai penarik dan
penggulung tali cabang (branch line) dengan menggunakan tenaga motor listrik.
Sedangkan buoy line ace yang digunakan untuk menarik tali pelampung (buoy line) pada
saat kegiatan hauling. Branch line dan buoy line yang sudah diangkat dari air segera
dilepas dari tali utama kemudian digulung dengan branch line ace setelah tergulung dan
diikat lalu ditempatkan dalam basket (keranjang).

e. Side Roller/Line Guide Roller

Alat ini ditempatkan pada dinding atau tepi lambung kapal dan berfungsi untuk
menjadikan main line terarah alurnya sehingga dapat mengarah ke line hauler. Bahan side
roller terbuat dari baja stainless dan kerjanya secara aktif.

f.  Slow Conveyor

Slow conveyor merupakan alat bantu penangkapan berupa ban berjalan lamban,
ditempatkan melintang kapal di bawah line hauler. Fungsi line hauler adalah menggeser
tali utama yang telah ditarik line hauler agar tidak menumpuk dibawah line hauler
tersebut. Sementara main line bergeser mengikuti conveyor tersebut, main line ditarik
oleh line arranger untuk disusun dan diatur pada tangki penyimpanan tali utama.

g.  Branch Line Conveyor 


Branch line conveyor adalah alat bantu penangkapan berupa ban berjalan. Alat ini
ditempatkan di sisi kiri kapal yang berfungsi memindahkan atau menghantar peralatan
penangkapan seperti branch line, pelampung, tali pelampung dari geladak kerja didepan
ke gudang penyimpanan alat tangkap. Pada kapal-kapal Long line modern berukuran
kecil biasanya tidak dilengkapi ini, karena jarak dari geladag kerja didepan dengan
gudang penyimpanan alat tangkap titik jauh.

D. PRINSIP KERJA LONGLINE

Dalam ‘metode longline sistem reel’ tali diangkut dan diatur oleh drum yang juga
menyimpan seluruh unit tali. Menyimpan Longline di drum bukan sebuah ide baru.
Menghubungkan dan memutuskan satu tali dan menyimpannya di sebuah tas atau
keranjang sudah tidak lagi diperlukan. tali tunggal yang tidak terbagi diangkut
menggunakan drum. Tali cabang dan tali apung dipasang ke jalur utama dengan kopling
khusus aparat (coupling aparatus). Tergantung pada berat drum, kapal tidak boleh terlalu
kecil dan harus memiliki mesin tali pancing setidaknya 200 hp. 

Metode praktis untuk kapal kecil adalah metode penggulung yang membutuhkan
kekuatan rendah untuk pengoperasiannya yaitu 5 hp. Dengan menggunakan sistem satu
tali juga dan tali ini digulung dan menjadi penyimpanan khusus selama pengangkutan
dengan bantuan tali winder (line winder). Cabang tali harus dipindahkan menggunakan
tangan. Saat melempar, setelah tali melewati pelempar harus dikaitkan di tali cabang dan
mengapung. 
Gambar 8. Sistem hauling dan casting

E.  CARA PENGOPERASIAN LONGLINE


 Cara pengoperasian longline secara umum menurut Sadhori (1984), yaitu
penurunan longline (setting). Setting dilakukan setelah kapal sampai di daerah
penangkapan ikan yang dituju, alat-alat yang dipersiapkan meliputi pancing, basket,
pelampung dan umpan. Peralatan yang pertama diturunkan adalah pelampung dan tiang
11 bendera, kemudian tali pelampung, tali utama dan tali cabang yang telah diberi
umpan. Penurunan alat ke dalam perairan harus diperhatikan agar unit pancing longline
memotong arus. Hal ini disebabkan karena ikan mempunyai kebiasaan berenang
menentang arus, sehingga dengan posisi alat menentang arus berarti akan memperluas
areal penangkapan. Penarikan longline (hauling), pada saat melakukan hauling, yang
pertama dilakukan adalah mengangkat pelampung yang terpasang pada tali utama ke atas
kapal. Setelah tali pelampung tanda dilepas, kemudian tali utama dimasukkan ke dalam
penggulung. Tali utama yang tidak bisa masuk ke dalam penggulung biasanya ditampung
dalam keranjang, kemudian tali cabang disusun di sepanjang tali utama dan yang terakhir
ditumpukkan dalam tali pelampung.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), cara pengoperasian longline adalah
sebagai berikut:
1. Mula-mula pengapung pertama diikatkan dengan talinya, begitu pula batu
pemberatnya;
2. Setelah itu perahu dijalankan, sementara itu pancing demi pancing ditanggalkan
dari tempat penyimpanan, kemudian mata pancing diberi umpan yaitu ikan yang
sudah terpotong-potong, setelah itu dilemparkan ke dalam air;
3. Tali cabang diikatkan pada tali utama;
4. Sementara perahu masih tetap berjalan, tali cabang diulur sampai panjang yang
dibutuhkan terpenuhi. Setelah itu kapal/perahu dapat dihentikan;
5. Rangkaian pancing oleh nelayan dibiarkan hanyut oleh arus dan angin bersama
perahu dalam waktu yang tidak ditentukan. Penarikan rangkaian pancing atau
hauling dilakukan 2 - 3 kali, dengan cara:
 Tali cabang dengan perlahan-lahan ditarik ke dalam perahu, setelah
penarikannya sampai pada pelampung, untuk penarikan selanjutnya
dilakukan dengan cara menarik tali utamanya;
 Ikan-ikan yang tertangkap dilepaskan dari kaitannya.
F. JENIS-JENIS IKAN YANG DITANGKAP LONGLINE
  Biasanya hasil tangkapan longline adalah ikan-ikan pelagis dan demersal. 
1. Ikan Pelagis
Ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan pantai atau di perairan pantai
dinamakan ikan pelagis. Ikan pelagis ini terbagi menjadi 2, yaitu pelagis besar dan
pelagis kecil. Penggolongan ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pemanfaatan dan pengelolaan, karena karakter aktivitas yang berbeda kedua
kelompok jenis ikan tersebut.
Untuk Jenis ikan pelagis besar seperti kelompok Tuna (Thunidae), kelompok
Marlin (Makaira sp), dan Tenggiri (Scomberomorus spp).Untuk Jenis Ikan pelagis
kecil seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), kelompok Tongkol (Euthynnus spp),
Ikan Bandeng (Chanos chanos), Ikan Teri (Thryssa setirostris), Ikan Kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta), Ikan Bawal hitam (Parastromateus niger), Ikan Ekor kuning
(Caesio cuning), Ikan Japuh (Dussumieria acuta), Ikan Kwee (Caranx melampygus),
Ikan Layang (Decapterus russelli), Ikan Lemuru (Sardinella lemuru), dan Ikan
Selanget (Anodontostoma chacunda).
2. Ikan Demersal 
Menurut Anjarsari (2010) Ikan-ikan demersal tersebar di perairan dasar
kontinen Sunda dan Arafura sampai kedalaman 200 meter. Ikan-ikan demersal
merupakan ikan-ikan yang berada dan tinggal di dasar perairan atau dekat dasar,
antara lain: ikan petek, ikan kurisi, ikan layur, ikan bambangan, ikan beloso, ikan
sebelah, ikan lidah, ikan manyung, ikan gulamah, dan ikan pari. Ikan-ikan demersal
yang menempati terumbu karangantara lain jenis ikan kakap, ikan kerapu dan udang
barong. 
Menurut Noviyanti (2011), ikan demersal  merupakan jenis ikan yang
habitatnya berada di bagian dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal
adalah ikan yang tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar
(bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line),
dan bubu. Beberapa jenis ikan demersal contohnya kerapu (Serranidae Spp.), kakap
(Lates calcarifer), merah (Lutjanidae Spp.), beronang (Siganus Spp.), dan lencam
(Lethrinus Spp.).
DAFTAR PUSTAKA
 Andriani, Ani. 2017. Komposisi Hasil Tangkap Longline di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Prigi Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Makalah.
 Adyas, Ahmad Hafizh. Dkk. 2011. Panduan Pengoperasian Tuna longline ramah
Lingkungan. Jakarta:WWF Indonesia.
 Boreel, Gilbert. 2020. Alat Tangkap Longline Modern.
https://www.academia.edu/43405031/ALAT_TANGKAP_LONG_LINE_MODERN (di
akses 21 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai