Anda di halaman 1dari 10

List kata sulit

1. Antibodi
 Antibodi (disingkat Ab), juga dikenal sebagai imunoglobulin (disingkat Ig),
 adalah protein berukuran besar berbentuk huruf Y yang digunakan oleh sistem
[1]

imun untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda asing


seperti bakteri dan virus patogen. Antibodi mengenali molekul unik milik patogen
 Antibodi merupakan sebuah senjata yang tersusun dari protein dan berfungsi
untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Senjata ini diproduksi
oleh sel-sel B yang diumpamakan sebagai pejuang dalam sistem kekebalan
tubuh. Antibodi memiliki dua fungsi utama yaitu untuk mengikatkan diri kepada
sel-sel musuh yaitu Antigen dan untuk membusukkan struktur biologi Antigen
tersebut hingga menghancurkan Antigen tersebut.
2. Plasma konvalesen
 Terapi plasma konvalesen merupakan salah satu metode pengobatan yang kini
digunakan untuk menangani pasien COVID-19, khususnya dengan gejala
berat. Pengobatan ini diketahui dapat meningkatkan peluang kesembuhan
pasien COVID-19.
 Terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma darah donor atau
sumbangan dari pasien yang telah sembuh dari COVID-19 (penyintas
COVID-19) kepada pasien COVID-19. Di dalam plasma darah, terdapat
antibodi yang muncul sebagai respons tubuh ketika terinfeksi suatu virus atau
bakteri, termasuk virus Corona. Dengan adanya antibodi yang cukup, virus
atau bakteri penyebab penyakit pun bisa dibasmi.

3. Saturasi
 Saturasi oksigen adalah tolok ukur kesehatan untuk menakar besarnya kadar
oksigen dalam aliran darah.
 saturasi oksigen adalah tingkat persentase hemoglobin yang terikat oksigen atau
oksihemoglobin di dalam darah. Hemoglobin merupakan bagian darah yang
bertugas mengikat oksigen dan mengedarkannya ke organ, jaringan, dan sel
tubuh.
4. Imunitas
 imunitas adalah kemampuan kekebalan tubuh melawan suatu penyakit
menular.
 Sistem imunitas merupakan sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang
memiliki peran dalam mengenali dan menghancurkan benda-benda asing atau
sel abnormal yang merugikan tubuh kita. Sistem imunitas kita ini tidak
memiliki tempat khusus di tubuh kita dan tidak dikontrol oleh otak, temen-
temen. Sistem imunitas ini berbentuk sel-sel tertentu yang berfungsi sebagai
pasukan pertahanan tubuh kita dalam memerangi patogen yang sudah
disebutkan di atas tadi, yang berpotensi menyebabkan gangguan pada tubuh
kita. Saat Patogen masuk ke tubuh kita, antigen atau molekul yang terletak
pada dinding sel bakteri atau lapisan organisme, merangsang sistem imunitas
kita untuk menghasilkan antibodi untuk melawan dan melindungi tubuh kita.
Nah, sistem imunitas tubuh kita ini berlapis-lapis dan dibagi menjadi dua
jenis, temen-temen. Pertama, sistem imunitas nonspesifik dan sistem imunitas
spesifik.
 Sistem imunitas dibagi menjadi dua:
a. Sistem Imunitas Spesifik : Kalau patogennya ternyata kuat banget dan
berhasil menembus pertahanan kedua tubuh kita, patogen ini harus
melewati garis pertahanan ketiga tubuh kita, yaitu sistem imunitas
spesifik. Anggota sistem imunitas spesifik ini terdiri dari sel limfosit B,
limfosit T, makrofag, dan juga antibodi. Mereka ini akan beredar di
seluruh tubuh kita untuk mengatasi patogen-patogen yang berhasil
masuk ke tubuh kita, temen-temen. Mereka udah kayak tentara yang
patroli dan siap berperang di dalam tubuh kita.
b. Sistem Imunitas Non Spesifik : Sistem imunitas nonspesifik seringkali
disebut juga sebagai pertahanan tubuh bawaan. Disebut pertahanan tubuh
bawaan karena sistem imunitas nonspesifik ini merupakan garis utama
tubuh yang pertama dalam melawan semua patogen yang masuk ke tubuh
kita. Sistem pertahanan tubuh bawaan ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya peradangan setelah adanya luka atau infeksi pada tubuh kita.

List pertanyaan
1. Apa saja macam-macam system imun?(Aulia) Jwb (Alsya)
 Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda asing dan
patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul karena
adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba
dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non
spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).
Baik sistem imun non spesifik maupun spesifik memiliki peran masing-
masing, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya ke
dua sistem tersebut memiliki kerja sama yang erat
1. Sistem Imun Non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan
memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada
individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam
menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya,
bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau
mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya
tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap
pathogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa
kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan
bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon,
protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi
dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis
bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein
yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada
permukaan kuman. Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang
diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh
yang mengandung nucleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi
virus. PeningkatankadarC- reactive protein dalam darah dan Mannan
Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi
saat mengalami infeksi akut.
2. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda
yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing
yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan
sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap
antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan
Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a) Sistem Imun Spesifik Humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik
humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi
utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.
Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul
antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui
marker seperti CD19, CD21 dan MHC II.
b) Sistem Imun Spesifik Selular
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada
orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus.
Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk
ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik
selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus,
jamur, parasite, dan keganasan.
Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-
beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel
Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membrane
protein sel.
Tambahan
 Sistem imunitas, dikutip dari LiveScience, adalah sistem pertahanan tubuh terhadap
penyakit dan gangguan yang dapat merusak tubuh. Dalam kondisi yang prima, imun
tubuh mampu melawan berbagai infeksi patogen seperti virus, bakteri, dan parasit. 
Sistem imunitas kita terbagi menjadi tiga jenis: Imunitas alami (innate), buatan
(adaptive), dan imunitas pasif.
 Sistem imunitas alami
Saat lahir, manusia dibekali dengan sistem imunitas alami. Sistem ini terdiri dari
perlindungan baik dalam maupun di luar tubuh.  Komponen yang masuk dalam
sistem imun alami diantaranya: Kulit Enzim pada air mata dan minyak kulit. Dahak
dan refleks batuk. Cairan asam lambung.  Sel darah putih.
 Imun kita akan bekerja saat patogen, bisa berupa bakteri atau virus, masuk ke dalam
tubuh. Antigen pada virus atau bakteri merangsang sistem imunitas untuk
memproduksi antibodi guna menyerang infeksi tersebut.  Sistem imun ini juga disebut
sebagai sistem imun non-spesifik. Dinamai demikian karena imunitas ini tidak bisa
melawan penyakit atau gangguan tertentu.  Artinya, respon dari sistem imunitas
alami lebih umum. Jika patogen mampu menembus pertahanan imunitas alami,
tubuh memerlukan bantuan dari imunitas buatan.  
A. Sistem imunitas buatan
Saat imunitas alami tidak mampu menghalau serangan virus atau bakteri,
tubuh memerlukan pertahanan tambahan dari imunitas buatan.  Imunitas buatan
didapat saat tubuh mulai mengenali beberapa jenis infeksi patogen. Kita memiliki
imunitas ini setelah terserang penyakit tertentu.  Proses dari pembentukan
imunitas buatan ini terjadi saat tubuh terserang patogen. Patogen tersebut
kemudian di proses dan diidentifikasi oleh tubuh. Kemudian sistem imun akan
membuat antibodi yang didesain untuk mengatasi serangan patogen tersebut.
Setelah sembuh, sistem imun kita akan mengingat penyakit yang menyerang
tubuh. Jika kelak terinfeksi dengan gangguan yang sama, tubuh sudah lebih siap
melawan gangguan tersebut. 
B. Sistem imunitas pasif
Dua sistem imunitas di atas masuk dalam kategori aktif. Dimana tubuh
memproduksi sendiri antibodi untuk melawan penyakit.  Namun demikian, tubuh
manusia tidak selamanya mampu mengobati diri sendiri. Agar kekebalan tubuh
semakin baik, imunitas pasif diberikan pada tubuh.  Jenis imunitas ini "dipinjam"
dari sumber lain kemudian diberikan pada tubuh.  Contohnya adalah ASI yang
diberikan pada bayi. ASI mengandung antibodi yang kemudian ditransfer kepada
bayi saat ia menyusu.  Selain dari ASI, sistem imunitas pasif juga didapat melalui
imunisasi.  Imunisasi merupakan kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang.
Vaksin sendiri dibuat dari patogen (virus atau bakteri) yang sudah dilemahkan. 
Vaksin yang sudah diberikan, akan membantu tubuh untuk memproduksi antibodi
yang sesuai dengan virus tertentu.

 Mengenali Jenis Antibodi


Terdapat beberapa jenis antibodi dan masing-masing memiliki fungsi
tersendiri. Antibodi dikenal juga dengan immunoglobulin. Berikut ini
adalah jenis-jenis antibodi:
a. Immunoglobulin A (IgA)
Antibodi IgA merupakan jenis antibodi yang paling umum
ditemukan di dalam tubuh dan terlibat dalam proses terjadinya
reaksi alergi.
Di dalam tubuh, antibodi IgA banyak ditemukan di lapisan mukosa
(selaput lendir) tubuh, terutama yang melapisi saluran pernapasan
dan saluran pencernaan. IgA juga banyak ditemukan pada cairan
tubuh, seperti air liur, dahak, air mata, cairan vagina, dan ASI.
Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya dilakukan oleh dokter
untuk mendiagnosis gangguan pada sistem imunitas,
misalnya penyakit celiac.
b. Immunoglobulin E (IgE)
Antibodi IgE umumnya ditemukan di darah dalam jumlah yang
sedikit. Namun, jumlah antibody IgE akan meningkat ketika tubuh
mengalami reaksi peradangan akibat alergi. Secara medis,
pemeriksaan antibodi IgE dilakukan untuk mendeteksi penyakit
alergi dan infeksi parasit.
c. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak
ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen
seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh,
sel-sel darah putih akan "mengingat" antigen tersebut dan
membentuk antibodi IgE untuk melawannya.
Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam
tubuh atau menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan
mudah mengenalinya dan melakukan perlawanan karena antibodi
sudah terbentuk lebih dulu.
d. Immunoglobulin M (IgM)
Tubuh akan membuat antibodi IgM saat Anda pertama kali
terinfeksi bakteri atau virus sebagai bentuk pertahanan pertama
tubuh untuk melawan infeksi. Kadar IgM akan meningkat dalam
waktu singkat saat terjadi infeksi, kemudian perlahan menurun dan
digantikan oleh antibodi IgG.
Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi,
sering kali dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang masih
aktif.Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan antibodi IgM
bersamaan dengan tes antibodi IgA dan IgG untuk memantau
kondisi dan fungsi sistem kekebalan tubuh serta mendiagnosis
apakah terdapat penyakit tertentu, seperti infeksi atau penyakit
autoimun.

2. Bagaimana cara mengetahui kadar imunitas seseorang ? (Alsya) Jwb (Aulia)


3. Apa saja komponen yang terdapat pada setiap antibodi ?
4. Bagaimana sifat atau karakteristik dari setiap antibodi ?
5. Apa fungsi antibodi ? (hana) jwb (desti)
 Antibodi merupakan sebuah senjata yang tersusun dari protein dan berfungsi
untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Senjata ini diproduksi
oleh sel-sel B yang diumpamakan sebagai pejuang dalam sistem kekebalan
tubuh. Antibodi memiliki dua fungsi utama yaitu untuk mengikatkan diri kepada
sel-sel musuh yaitu Antigen dan untuk membusukkan struktur biologi Antigen
tersebut hingga menghancurkan Antigen tersebut.

Back up an

 Dalam pandangan modern, system imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
pertahanan, homeostasis dan perondaan
1. Pertahanan
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh
seperti invasi mikroorganisme dan parasit kedalam tubuh. Ada dua kemungkinan
yang terjadi dari hasil perlawanan antara dua fihak yang berhadapan tersebut,
yaitu tubuh dapat bebas dari akibat yang merugikan atau sebaliknya, apabila fihak
penyerang yang lebih kuat (mendapat kemenangan), maka tubuh akan menderita
sakit.
2. Homeostasis
Fungsi homeostasis, memenuhi persyaratan umum dari semua organisma
multiseluler yang menghendaki selalu terjadinya bentuk uniform dari setiap jenis
sel tubuh. Dalam usaha memperoleh keseimbangan tersebut, terjadilah proses
degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsure seluler yang telah
rusak dapat dibersihkan dari tubuh. Sebagai contoh misalnya dalam proses
pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah habis masa hidupnya.
3. Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh bagian tubuh terutama
ditujukan untuk memantau pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi
abnormal melalui proses mutasi. Perubahan sel tersebut dapat terjadi spontan atau
dapat diinduksi oleh zat-zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus. Fungsi
perondaan (surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu waspada dan
mengenal adanya perubahab- perubahan dan selanjutnya secara cepat membuang
konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang abnormal.
6. Bagaimana respon antibodi terhadap tubuh manusia ?
7. faktor- faktor yang mempengaruhi sistem imun? (Miko) jwb (hana)
 Selain faktor genetik, terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi mekanisme
imun seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan
mikroba.
a. Faktor Metabolik
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada
keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya
tahan terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-orang
yang mendapat pengobatan dengan sediaan steroid sangat mudah mendapat
infeksi bakteri maupun virus. Steroid akan menghambat fagositosis, produksi
antibodi dan menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk
kedalam golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone
diduga sebagai faktor pengubah terhadap respons imun. Hal ini tercermin dari
adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan yang
mengidap penyakit imun tertentu.
b. Faktor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang
taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin
disebabkan oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya
daya tahan tubuh yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.
c. Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen
tersebut yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang
cukup dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara
normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya
imunodefisiensi.
d. Faktor Anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat
pada kulit dan selaput lender yang melapisi bagian permukaan dalam tubuh.
Struktur jaringan tersebut, bertindak sebagai imunitas alamiah dengan
menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Dalam hal ini kulit lebih efektif
dari pada selaput lender. Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada
selaput lender, akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
e. Faktor Fisiologis
Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk sebagian besar bakteri pathogen. Demikian pula dengan
air kemih yang normal akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan
kemungkinan infeksi oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat- zat yang
bersifat bakterisida. Didalam darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi
secara non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin dan interferon yang
selalu siap untuk menanggulangi masuknya zat-zat asing.
f. Faktor Umur
Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam
kandungan, maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa pada umur lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah
sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai menurun
dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak mengalami
gangguan pada sistem imunnya. Hal tersebut, selain disebabkan karena
pengaruh kemunduran biologik, secara umum juga jelas berkaitan dengan
menyusutnya kelenjar timus. Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-
perubahan respons imun seluler dan humoral. Pada usia lanjut resiko akan
timbulnya berbagai kelainan yang melibatkan sistem imun akan bertambah,
misalnya resiko menderita penyakit autoimun, penyakit keganasan,
sehinggaakan mempermudah terinfeksi oleh suatu penyakit.
g. Faktor Mikroba
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan
tubuh,baik diluar maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun.
Misalnya dibutuhkan untuk membantu produksi natural antibody. Flora normal
yang tumbuh pada tubuh dapat pula membantu menghambat pertumbuhan
kuman pathogen. Pengobatan dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar,
dapat mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya dapat menyuburkan
pertumbuhan bakteri pathogen.

8. Bagaimana respon imun terhadap infeksi virus? (Zidan) jwb (Miko)


 Ketika pathogen masuk, system imun yang ada di dalam tubuh manusia akan
merespon melalui mekanisme yang sangat rumit dan kompleks. Sistem
imunitas akan mengenal molekul (antigen) yang unik dari bakteri atau virus
hingga merangsang timbulnya antibody dan limfosit. Limfosit ini akan
menandai antigen yang masuk dan kemudian menghancurkannya.
 Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme pertahanan tubuh untuk
melawan setiap benda asing masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang disebut
dengan sel memory segera berkembang menjadi limfosit yang mempunyai
kemampuan membuat zat kekebalan yang bertahan lama (long lasting immunity).
Seperti telah disebutkan diatas, imunitas adalah mekanisme tubuh manusia untuk
melawan dan memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Benda asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ transplantasi dll. Apabila suatu
sel atau jaringan seperti bakteri atau organ tubuh ditransplantasikan ke dalam tubuh
seseorang maka tubuh orang tersebut akan menolaknya karena benda asing
tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh mereka. Benda asing
tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang harus diusir. Jadi secara
sederhana dapat didefinisikan kembali bahwa sistem kekebalan (immune system)
ialah mekanisme tubuh manusia untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk
kedalam tubuh mereka. Pertama-tama “memory cells” berupaya mengenal benda
asing yang masuk dan disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini disebut dengan
reaksi imunitas primer. Apabila benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh
orang tersebut untuk kedua kali dan seterusnya, maka sel memori ini dengan lebih
cepat dan sangat efektif akan merangsang sistem imunitas untuk mengusir dan
melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih cepat
dan lebih efektif dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan untuk pertama kalinya
dengan benda asing tersebut.
Tambahan
 Respon Imun Nonspesifik
Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian
bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak
pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut :
salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen
misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan cara
nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan monosit
memegang peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis, sel-sel
fagositosis tersebut harus berada dalam jarak yang dekat dengan partikel bakteri, atau
lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk
mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dapat terjadi
karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut dengan factor
leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh
neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada dilokasi bakteri
Selain factor kemotaktik yang berfungsi untuk menarik fagosit menuju
antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya, bakteri perlu mengalami
opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh
immunoglobulin atau komplemen (C3b), supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit.
Selanjutnya partikel bakteri masuk kedalam sel dengan cara endositosis dan oleh
proses pembentukan fagosum, ia terperangkap dalam kantong fagosum, seolah-olah
ditelan dan kemudian dihancurkan baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh
derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan
gangguan metabolisme bakteri.
Selain fagositosis diatas, manifestasi lain dari respons imun nonspesifik
adalah reaksi inflamasi. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator
tertentu oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan
mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang
berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi umpan balik dari
mastosit dan basofil. Mediator- mediator ini akan merangsang bergeraknya sel-sel
polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan
permiabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan
cairan. Gejala inilah yang disebut dengan respons inflamasi aku
 Respons Imun Spesifik
Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya.
Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau antigen
precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang telah
diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga menjadi
sel yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen.
Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat dimusnahkan
dan kemudian sel-sel system imun mengadakan involusi, namun respons imun primer
tersebut sempat mengakibatkan terbentuknya klon atau kelompok sel yang disebut
dengan memory cells yang dapat mengenali antigen bersangkutan. Apabila
dikemudian hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh, maka klon tersebut akan
berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder spesifik yang berlangsung lebih
cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan respons imun primer. Mekanisme
efektor dalam respons imun spesifik dapat dibedakan menjadi :
A. Respon Imun Seluler
Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang
biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk
dijangkau oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut
diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi
sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali
mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility
complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini
menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk
diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel
T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk menghancurkan
mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC kelas I secara
langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme secara langsung,
sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah
penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya.
B. Respon Imun Humoral
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.
Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk
klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu
jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini
akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang
dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut.
Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan
limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui
MHC maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi
antibody. Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T
penekan (T-supresor), sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan
yang dibutuhkan.

9. Bagaimana mekanisme dari terapi plasma konvalensen (rean) jwb (dinda)


 Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An, KIC, M.SI, yang menjadi
inisiator penerapan Terapi Plasma Konvalesen, menjelaskan secara
singkat bagaimana Terapi Plasma Konvalesen bekerja. Menurut Dr.
Theresia, TPK merupakan cara terapi yang sudah lama ditemukan dan
bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit virus tetapi tidak
begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin.
 Terapi Plasma Konvalesen dilakukan dengan cara
mengambil plasma darah  pasien Covid-19 yang telah sembuh dan
memiliki antibodi. Lalu, plasma darah ini dimasukkan ke dalam tubuh
pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan, dengan harapan
antibodi dapat menangkal virus menginfeksi anggota tubuh lainnya.
 Terapi Plasma Konvalesen ini pernah diterapkan untuk mengatasi
wabah SARS, Ebola, H1N1 dan MERS, hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa TPK pada penyakit-penyakit tersebut
memberikan hasil yang cukup baik terutama bagi pasien dengan
gejala berat sampai kritis.
 syarat khusus yang harus dipenuhi untuk melakukan transfusi konvaselen, disamping
syarat umum untuk transfusi darah. Syarat khusus tersebut salah satunya pendonor
merupakan pasien positif Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh. Berikutnya, pendonor
harus terbukti memiliki antibodi terhadap Covid-19 dalam kadar yang cukup.
10. Apa saja manfaat yang diperoleh dari terapi plasma konvalesen? (Dinda)

Anda mungkin juga menyukai