1. Antibodi
Antibodi (disingkat Ab), juga dikenal sebagai imunoglobulin (disingkat Ig),
adalah protein berukuran besar berbentuk huruf Y yang digunakan oleh sistem
[1]
3. Saturasi
Saturasi oksigen adalah tolok ukur kesehatan untuk menakar besarnya kadar
oksigen dalam aliran darah.
saturasi oksigen adalah tingkat persentase hemoglobin yang terikat oksigen atau
oksihemoglobin di dalam darah. Hemoglobin merupakan bagian darah yang
bertugas mengikat oksigen dan mengedarkannya ke organ, jaringan, dan sel
tubuh.
4. Imunitas
imunitas adalah kemampuan kekebalan tubuh melawan suatu penyakit
menular.
Sistem imunitas merupakan sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang
memiliki peran dalam mengenali dan menghancurkan benda-benda asing atau
sel abnormal yang merugikan tubuh kita. Sistem imunitas kita ini tidak
memiliki tempat khusus di tubuh kita dan tidak dikontrol oleh otak, temen-
temen. Sistem imunitas ini berbentuk sel-sel tertentu yang berfungsi sebagai
pasukan pertahanan tubuh kita dalam memerangi patogen yang sudah
disebutkan di atas tadi, yang berpotensi menyebabkan gangguan pada tubuh
kita. Saat Patogen masuk ke tubuh kita, antigen atau molekul yang terletak
pada dinding sel bakteri atau lapisan organisme, merangsang sistem imunitas
kita untuk menghasilkan antibodi untuk melawan dan melindungi tubuh kita.
Nah, sistem imunitas tubuh kita ini berlapis-lapis dan dibagi menjadi dua
jenis, temen-temen. Pertama, sistem imunitas nonspesifik dan sistem imunitas
spesifik.
Sistem imunitas dibagi menjadi dua:
a. Sistem Imunitas Spesifik : Kalau patogennya ternyata kuat banget dan
berhasil menembus pertahanan kedua tubuh kita, patogen ini harus
melewati garis pertahanan ketiga tubuh kita, yaitu sistem imunitas
spesifik. Anggota sistem imunitas spesifik ini terdiri dari sel limfosit B,
limfosit T, makrofag, dan juga antibodi. Mereka ini akan beredar di
seluruh tubuh kita untuk mengatasi patogen-patogen yang berhasil
masuk ke tubuh kita, temen-temen. Mereka udah kayak tentara yang
patroli dan siap berperang di dalam tubuh kita.
b. Sistem Imunitas Non Spesifik : Sistem imunitas nonspesifik seringkali
disebut juga sebagai pertahanan tubuh bawaan. Disebut pertahanan tubuh
bawaan karena sistem imunitas nonspesifik ini merupakan garis utama
tubuh yang pertama dalam melawan semua patogen yang masuk ke tubuh
kita. Sistem pertahanan tubuh bawaan ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya peradangan setelah adanya luka atau infeksi pada tubuh kita.
List pertanyaan
1. Apa saja macam-macam system imun?(Aulia) Jwb (Alsya)
Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda asing dan
patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul karena
adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba
dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non
spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).
Baik sistem imun non spesifik maupun spesifik memiliki peran masing-
masing, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya ke
dua sistem tersebut memiliki kerja sama yang erat
1. Sistem Imun Non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan
memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada
individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam
menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya,
bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau
mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya
tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap
pathogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa
kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan
bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon,
protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi
dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis
bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein
yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada
permukaan kuman. Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang
diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh
yang mengandung nucleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi
virus. PeningkatankadarC- reactive protein dalam darah dan Mannan
Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen terjadi
saat mengalami infeksi akut.
2. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda
yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing
yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan
sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap
antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan
Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
a) Sistem Imun Spesifik Humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik
humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi
utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.
Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul
antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui
marker seperti CD19, CD21 dan MHC II.
b) Sistem Imun Spesifik Selular
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada
orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus.
Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk
ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik
selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus,
jamur, parasite, dan keganasan.
Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-
beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel
Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membrane
protein sel.
Tambahan
Sistem imunitas, dikutip dari LiveScience, adalah sistem pertahanan tubuh terhadap
penyakit dan gangguan yang dapat merusak tubuh. Dalam kondisi yang prima, imun
tubuh mampu melawan berbagai infeksi patogen seperti virus, bakteri, dan parasit.
Sistem imunitas kita terbagi menjadi tiga jenis: Imunitas alami (innate), buatan
(adaptive), dan imunitas pasif.
Sistem imunitas alami
Saat lahir, manusia dibekali dengan sistem imunitas alami. Sistem ini terdiri dari
perlindungan baik dalam maupun di luar tubuh. Komponen yang masuk dalam
sistem imun alami diantaranya: Kulit Enzim pada air mata dan minyak kulit. Dahak
dan refleks batuk. Cairan asam lambung. Sel darah putih.
Imun kita akan bekerja saat patogen, bisa berupa bakteri atau virus, masuk ke dalam
tubuh. Antigen pada virus atau bakteri merangsang sistem imunitas untuk
memproduksi antibodi guna menyerang infeksi tersebut. Sistem imun ini juga disebut
sebagai sistem imun non-spesifik. Dinamai demikian karena imunitas ini tidak bisa
melawan penyakit atau gangguan tertentu. Artinya, respon dari sistem imunitas
alami lebih umum. Jika patogen mampu menembus pertahanan imunitas alami,
tubuh memerlukan bantuan dari imunitas buatan.
A. Sistem imunitas buatan
Saat imunitas alami tidak mampu menghalau serangan virus atau bakteri,
tubuh memerlukan pertahanan tambahan dari imunitas buatan. Imunitas buatan
didapat saat tubuh mulai mengenali beberapa jenis infeksi patogen. Kita memiliki
imunitas ini setelah terserang penyakit tertentu. Proses dari pembentukan
imunitas buatan ini terjadi saat tubuh terserang patogen. Patogen tersebut
kemudian di proses dan diidentifikasi oleh tubuh. Kemudian sistem imun akan
membuat antibodi yang didesain untuk mengatasi serangan patogen tersebut.
Setelah sembuh, sistem imun kita akan mengingat penyakit yang menyerang
tubuh. Jika kelak terinfeksi dengan gangguan yang sama, tubuh sudah lebih siap
melawan gangguan tersebut.
B. Sistem imunitas pasif
Dua sistem imunitas di atas masuk dalam kategori aktif. Dimana tubuh
memproduksi sendiri antibodi untuk melawan penyakit. Namun demikian, tubuh
manusia tidak selamanya mampu mengobati diri sendiri. Agar kekebalan tubuh
semakin baik, imunitas pasif diberikan pada tubuh. Jenis imunitas ini "dipinjam"
dari sumber lain kemudian diberikan pada tubuh. Contohnya adalah ASI yang
diberikan pada bayi. ASI mengandung antibodi yang kemudian ditransfer kepada
bayi saat ia menyusu. Selain dari ASI, sistem imunitas pasif juga didapat melalui
imunisasi. Imunisasi merupakan kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang.
Vaksin sendiri dibuat dari patogen (virus atau bakteri) yang sudah dilemahkan.
Vaksin yang sudah diberikan, akan membantu tubuh untuk memproduksi antibodi
yang sesuai dengan virus tertentu.
Back up an
Dalam pandangan modern, system imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
pertahanan, homeostasis dan perondaan
1. Pertahanan
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh
seperti invasi mikroorganisme dan parasit kedalam tubuh. Ada dua kemungkinan
yang terjadi dari hasil perlawanan antara dua fihak yang berhadapan tersebut,
yaitu tubuh dapat bebas dari akibat yang merugikan atau sebaliknya, apabila fihak
penyerang yang lebih kuat (mendapat kemenangan), maka tubuh akan menderita
sakit.
2. Homeostasis
Fungsi homeostasis, memenuhi persyaratan umum dari semua organisma
multiseluler yang menghendaki selalu terjadinya bentuk uniform dari setiap jenis
sel tubuh. Dalam usaha memperoleh keseimbangan tersebut, terjadilah proses
degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsure seluler yang telah
rusak dapat dibersihkan dari tubuh. Sebagai contoh misalnya dalam proses
pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah habis masa hidupnya.
3. Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh bagian tubuh terutama
ditujukan untuk memantau pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi
abnormal melalui proses mutasi. Perubahan sel tersebut dapat terjadi spontan atau
dapat diinduksi oleh zat-zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus. Fungsi
perondaan (surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu waspada dan
mengenal adanya perubahab- perubahan dan selanjutnya secara cepat membuang
konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang abnormal.
6. Bagaimana respon antibodi terhadap tubuh manusia ?
7. faktor- faktor yang mempengaruhi sistem imun? (Miko) jwb (hana)
Selain faktor genetik, terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi mekanisme
imun seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan
mikroba.
a. Faktor Metabolik
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada
keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya
tahan terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-orang
yang mendapat pengobatan dengan sediaan steroid sangat mudah mendapat
infeksi bakteri maupun virus. Steroid akan menghambat fagositosis, produksi
antibodi dan menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk
kedalam golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone
diduga sebagai faktor pengubah terhadap respons imun. Hal ini tercermin dari
adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan yang
mengidap penyakit imun tertentu.
b. Faktor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang
taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin
disebabkan oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya
daya tahan tubuh yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.
c. Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen
tersebut yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang
cukup dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara
normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya
imunodefisiensi.
d. Faktor Anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat
pada kulit dan selaput lender yang melapisi bagian permukaan dalam tubuh.
Struktur jaringan tersebut, bertindak sebagai imunitas alamiah dengan
menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Dalam hal ini kulit lebih efektif
dari pada selaput lender. Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada
selaput lender, akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
e. Faktor Fisiologis
Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk sebagian besar bakteri pathogen. Demikian pula dengan
air kemih yang normal akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan
kemungkinan infeksi oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat- zat yang
bersifat bakterisida. Didalam darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi
secara non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin dan interferon yang
selalu siap untuk menanggulangi masuknya zat-zat asing.
f. Faktor Umur
Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam
kandungan, maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa pada umur lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah
sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai menurun
dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak mengalami
gangguan pada sistem imunnya. Hal tersebut, selain disebabkan karena
pengaruh kemunduran biologik, secara umum juga jelas berkaitan dengan
menyusutnya kelenjar timus. Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-
perubahan respons imun seluler dan humoral. Pada usia lanjut resiko akan
timbulnya berbagai kelainan yang melibatkan sistem imun akan bertambah,
misalnya resiko menderita penyakit autoimun, penyakit keganasan,
sehinggaakan mempermudah terinfeksi oleh suatu penyakit.
g. Faktor Mikroba
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan
tubuh,baik diluar maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun.
Misalnya dibutuhkan untuk membantu produksi natural antibody. Flora normal
yang tumbuh pada tubuh dapat pula membantu menghambat pertumbuhan
kuman pathogen. Pengobatan dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar,
dapat mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya dapat menyuburkan
pertumbuhan bakteri pathogen.