Anda di halaman 1dari 13

Ruci Aditya Rushiana

2013007

Desain Praktikum Berbasis STEM Penjernihan Air Menggunakan Koagulan Gel Lidah
Buaya (Aloe vera) Pada Pembelajaran Materi Koloid untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik

1. Latar Belakang
Pada abad 21, masyarakat dihadapkan dengan berkembangnya revolusi industri 4.0 yang
mewajibkan peserta didik untuk menguasai 4C, Communication (komunikasi), Collaboration
(kolaborasi), Critical Thinking (berpikir kritis) dan Problem Solving (memecahkan masalah)
serta Creativity (kreativitas) (Greenstein, 2012). Adanya fokus keterampilan 4C ini,
diharapkan akan membantu peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuannya sebagai
hasil dari proses pembelajaran agar bermanfaat dalam memecahkan masalah dan dapat
bersaing di kehidupan nyata (Kemendikbud, 2019).
Namun, pada kenyataannya peserta didik di Indonesia masih memiliki kemampuan
berpikir yang rendah dalam memecahkan masalah khusunya dibidang sains. Programme
International for Student Assesment (PISA) melaporkan hasil riset mengenai literasi sains
peserta didik Indonesia yaitu berada di bawah rata-rata internasional (<500). Salah satu
penyebab rendahnya skor literasi sains peserta didik Indonesia yaitu masih memegang teguh
prinsip menghafal tanpa mampu mengaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari, sehingga
belum memiliki keterampilan untuk menjadi pemikir yang kreatif dalam memecahkan
masalah. Maka dari itu, keterampilan berpikir kreatif peserta didik menjadi hal yang penting
dalam kegiatan pembelajaran (OECD, 2016).
Kreativitas yang dimiliki berkaitan erat dengan keterampilan berpikir memecahkan
masalah. Tuntutan hidup saat ini, dalam pekerjaan dan profesi lainnya menuntut adanya
keterampilan seperti bernalar, berfikir kreatif, membuat keputusan dan memecahkan masalah
(Pusfarini dkk., 2016). Menurut Boesdorfer dan Livermore (2017), kreativitas sebagai
motivasi peserta didik yang tinggi untuk memberikan pengaruh positif terhadap cara belajar
dan hasil belajar. Bagaimana guru memotivasi peserta didik, agar hambatan belajar dapat
dikurangi, guru harus mencoba membuat berinovasi dalam mendesain pembelajaran yang
membuat peserta didik aktif dalam membangun pengetahuannya.
Pengalaman pembelajaran berbasis laboratorium merupakan komponen penting dari
pembelajaran kimia di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi (Bretz, 2013). Kegiatan
laboratorium yang dilakukan secara terstuktur dapat memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk mengintegrasikan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Novak, 2010).
Melalui kegiatan laboratorium atau praktikum peserta didik dapat mempelajari sains dan
melakukan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses sains untuk
digunakan dalam menentukan dan memecahkan masalah (Hidayati, 2012).
Metode praktikum dengan pendekatan STEM dapat membantu peserta didik sehingga
mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, membuat pembaruan, menemukan/
merancang hal baru, memahami diri, melakukan pemikiran logis dan menguasai teknologi.
STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan empat bidang yaitu sains,
teknologi, engineering dan matematika menjadi satu kesatuan yang holistik (Roberts, 2012).
Salah satu materi pembelajaran kimia yang dapat disampaikan dengan praktikum
menggunakan pendekatan STEM yaitu materi koloid. Materi koloid merupakan salah satu
materi yang memiliki muatan yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya
yaitu sifat koloid koagulasi. Prinsip koagulasi dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan
air bersih karena prinsip koagulasi dapat digunakan untuk menjernihkan air yang keruh.
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai koagulan yaitu gel lidah buaya (Aloe
vera). Penggunaan lidah buaya (Aloe vera) sebagai koagulan dikarenakan lidah buaya (Aloe
vera) mengandung mucilage atau gel yang dapat menurunkan kadar kekeruhan dalam air
hingga jernih yang dapat dapat menjadikannya sebagai koagulan alami pada proses pemurnian

1
air (Maharani, dkk., 2020). Penggunaan koagulan alami atau bahan alam dilakukan sebisa
mungkin untuk mengurangi penggunaan bahan sintetik yang menghasilkan efek samping
dalam penggunaannya. Penggunaan koagulan alami ini akan lebih murah dibandingkan
dengan penggunaan koagulan sintetik yang biasa digunakan untuk pemurnian air (Idris, dkk.,
2013). Apabila ditinjau dari aspek lingkungan, penggunaan koagulan sintetik dalam jumlah
besar akan menimbulkan limbah lumpur yang sulit didegradasi, dan mampu mengubah
tingkat keasaman air dan tanah disekitarnya, sehingga berdampak buruk bagi lingkungan
(Hendrawati, dkk., 2016).
Berdasarkan uraian di atas, perlu dikembangkan desain praktikum berbasis STEM
penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) pada pembelajaran materi
koloid untuk meningkatkan kreativitas peserta didik.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk desain praktikum berbasis STEM penjernihan air menggunakan
koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) pada pembelajaran materi koloid untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik?
3. Tujuan
Menghasilkan bentuk desain praktikum berbasis STEM penjernihan air kotor
menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) pada pembelajaran materi koloid untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik.
Berdasarkan kurikulum 2013 revisi penjernihan air terdapat pada materi sistem koloid
seperti yang digambarkan dalam bagan berikut.
Sistem Koloid
Sifat Koloid

Koagulasi

Pencampuran koloid yang berbeda muatan

Penerapan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

Penjernihan Air

Gambar 1. Bagan Struktur Makro


4. Dasar Teori
4.1 Desain Praktikum Kimia
Desain praktikum adalah bentuk rancangan kegiatan praktikum yang bertujuan untuk
memudahkan dalam melaksanakan praktikum sehingga tujuan praktikum dapat dicapai
secara optimal (Arsika dan Ramadhan, 2015).
4.2 Pratikum Kimia
Praktikum merupakan salah satu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan
menggambarkan strategi-strategi pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator. Melalui
praktikum juga dapat mempelajari sains dan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
maupun proses sains untuk digunakan dalam menentukan dan memecahkan masalah
(Hidayati, 2012). Kegiatan praktikum dilakukan untuk mempraktekkan antara pengetahuan,
keterampilan dan sikap menggunakan sarana laboratorium. Ranah keterampilan, pengetahuan
dan sikap dinilai pada saat melakukan kegiatan praktikum. Pada ranah pengetahuan, mampu
mendalami teori yang dapat dinilai melalui tes, sedangkan ranah sikap adalah keterlibatan
peserta didik dalam praktikum meliputi rasa ingin tahu, berani mengambil resiko, dan
menghargai orang lain (Emda, 2014).
4.3 Pendekatan STEM
Pendekatan STEM adalah suatu pendekatan dibentuk berdasarkan perpaduan beberapa
disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, engineering, dan matematika. Sains mencakup kajian
alam yang melibatkan observasi dan pengukuran sebagai wahana untuk menjelaskan secara

2
objektif alam yang selalu berubah atau berkaitan dengan alam untuk memahami alam semesta
yang merupakan daar dari teknologi. Teknologi mencakup inovasi-inovasi manusia yang
digunakan untuk memodifikasi alam agar memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia,
sehingga membuat kehidupan lebih baik dan lebih aman atau modifikasi segala sesuatu yang
alamiah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Engineering mencakup pengetahuan dan
keterampilan untuk mendesain atau merekayasa sebuah prosedur untuk menyelesaikan suatu
masalah. Matematika mencakup kemampuan dalam menganalisis alasan dan
mengkomunikasikan ide secara efektif serta cara merumuskan, dan menafsirkan solusi untuk
masalah matematika dalam menerapkan berbagai situasi berbeda (Dugger, 2010).
Kolaborasi keempat aspek tersebut dalam proses pembelajaran STEM akan membantu
peserta didik untuk mengumpulkan dan menganalisis serta memecahkan permasalahan yang
terjadi serta mampu untuk memahami hubungan antara suatu permasalahan dan masalah
lainnya. STEM dalam dunia pendidikan bertujuan selaras dengan tuntutan pendidikan abad 21
(Nessa, dkk., 2017).
4.4 Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan
ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan
melekat pada dirinya (Rachmawati, 2005). Berpikir kreatif adalah kemampuan peserta didik
dalam menentukan masalah dengan menciptakan ide-ide yang tidak saling berhubungan
menjadi suatu kesatuan yang baru sebagai solusi dalam memecahkan masalah (Runco, 2005).
4.5 Materi Koloid
4.5.1 Analisis materi koloid dalam kurikulum
Tabel 1. KD, Materi Pokok, IPK Materi Koloid
Kompetensi Dasar Materi Pokok
3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan  Sistem koloid
berdasarkan sifat-sifatnya  Sifat koloid
4.15 Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi  Pembuatan koloid
pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat  Peranan koloid dalam kehidupan
beberapa jenis koloid sehari-hari dan industri
Berdasarkan Tabel 1, materi koloid merupakan salah satu materi pembelajaran kimia
yang dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai denga
Kompetensi 3.15 dan 4.15. Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua zat atau
lebih dari partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) yang tersebar merata
dalam zat lain (medium pendispersi) (Purba, 2006). Cara untuk mengetahui koloid yaitu
dengan mengenali sifat-sifat dari koloid yang terdiri dari efek Tyndall, gerak Brown, muatan
koloid, elektroforesisidan koloid pelindung.
4.5.2 Analisis Materi Koloid Pada Penjernihan Air dan Lidah Buaya
Salah satu proses yang dilakukan untuk penjernihan air keruh menjadi air jernih adalah
proses koagulasi yang termasuk ke dalam metode penjernihan air secara kimiawi. Proses
koagulasi merupakan proses penggumpalan partikel-partikel penyusun kekeruhan yang tidak
dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat
diendapkan dengan cara pemberian koagulan (Permatasari dan Apriliani, 2013). Tujuan utama
koagulasi adalah pencampuran koagulan secara lebih merata atau homogen sehingga
terbentuk flok. Flok merupakan gumpalan lumpur yang dihasilkan dalam proses koagulasi-
flokulasi (Rifa’i, 2007). Peritiwa koagulasi dapat terjadi jika sistem koloid yang berbeda
muatan dicampurkan sehingga terjadi koagulasi (penggumpalan) dan akhirnya mengendap
(Sudarmo, 2017). Koagulasi dapat digunakan untuk menjernihkan air.
Lidah buaya mengandung senyawa polisakarida yaitu pektin, pektin tersusun atas asam
galakturonat dengan ikatan α-(1-4)-glikosida sehingga membentuk asam poligalakturonat

3
(Haryati, 2006). Pektin merupakan koloid yang reversibel dengan muatan negatif, sehingga
dapat digunakan sebagai koagulan alami dalam menjernihkan air. Reaksi kimia?
4.6 Penjernihan air menggunakan gel lidah buaya
Penjernihan air dengan metode koagulasi dapat menggunakan koagulan lidah buaya
(Aloe vera). Penggunaan lidah buaya (Aloe vera) sebagai koagulan dikarenakan lidah buaya
(Aloe vera) mengandung mucilage atau gel yang dapat menurunkan kadar kekeruhan dalam
air hingga jernih yang dapat dapat menjadikannya sebagai koagulan alami pada proses
pemurnian air (Maharani, dkk., 2020). Interaksi pektin dan ion Ca 2+ yang terdapat pada air
kotor dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Interaksi Pektin dan Ion Ca2+


(Sumber: Hendrika, dkk., 2018)
4.7 Praktikum Sebelumnya
Desain praktikum penjernihan air dengan menggunakan koagulan lidah buaya (Aloe vera)
yang akan dikembangkan ini menggunakan metode eksperimen dengan desain single factor.
Komponen pengubahnya yaitu banyaknya gel lidah buaya yang digunakan untuk
menjernihkan air. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pranata, dkk (2019) melaporkan
bahwa kadar optimum untuk menjernihan 1 L air yaitu dengan menggunakan 1,2 gram gel
lidah buaya. Pada desain praktikum ini ditentukan banyaknya gel lidah buaya untuk
menjernihkan 500 mL air keruh, sehingga dapat digunakan sebagai prosedur baru untuk
praktikum penjernihan air.
5. Metode Pengembangan Desain Praktikum
5.1 Metode Pengembangan
Metode pengembangan yang diterapkan adalah Design Based Research (DBR). Ada 4
tahap umum pada metode DBR, yaitu sebagai berikut (Amiel dan Reeves, 2008): 1.
Identifikasi dan analisis masalah, 2. Perancangan solusi, 3. Siklus berulang dalam pengujian
dan penyempurnaan rancangan, 4. Refleksi untuk menghasilkan prinsip-prinsip desain dan
implementasi. Desain pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
O.....X.....O1
Keterangan: O adalah prosedur lama O1 adalah prosedur baru
X adalah perlakuan
5.2 Alur
Secara ringkas, alur pengembangan diperlihatkan pada Gambar 3 berikut.
Analisis permasalahan yang terdapat dalam lingkungan sehari-hari yang
berkaitan dengan konsep kimia

Analisis Kurikulum (Analisis KD Materi Koloid)

Analisis keberadaan praktikum penjernihan air pada materi koloid dalam


buku Kimia SMA

Analisis aspek STEM dan Kreativitas praktikum penjernihan air

Studi literatur tentang penjernihan air dengan koagulan gel lidah buaya
(Aloe vera)
Tahap 1

Merancang desain praktikum berbasis STEM penjernihan air


menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera)
untuk meningkatkan kreativitas peserta didik
Tahap 2

Melakukan percobaan sesuai rancangan dan melakukan optimasi


prosedur penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya
(Aloe vera)
Tahap 3

Prosedur percobaan baru


diimplementasikan untuk LKS Tahap 4
Gambar 1. Alur Pengembangan

4
Gambar 3. Alur Pengembangan

5
5.3 Instrumen
Instrumen yang digunakan yaitu format pengamatan praktikum, soal uraian untuk
mengukur kreativitas peserta didik dan lembar penilaian sikap kreatif. Seperti Tabel 2, 3 dan 4
di bawah ini.
Tabel 2. Format Pengamatan Penjernihan Air Dengan Kadar Lidah Buaya Berbeda
Wadah Warna Bau Warna Setelah Diuji Dengan Indikator Kunyit
A
B1
B2
B3

Tabel 3. Format Pengamatan Optimasi


Wadah Warna Bau Warna Setelah Diuji Dengan Indikator Kunyit
B2.1
B2.2
B2.3
*) + : Cukup Baik ++ : Sedang +++ : Sangat Baik

Tabel 4. Format Penilaian Sikap Kreatif


Indikator Kriteria Nomor Peserta Didik
No Skor
Sikap Keatif 1 2 3 4 5
1 Keterampilan Bekerja lebih cepat dan melakukan 1
berpikir lebih banyak dari yang lain
lancar Tugas dikerjakan tepat waktu 1
2 Keterampilan Memberikan jawaban yang 1
berpikir luwes bervariasi secara tepat dan sesuai
literatur
3 Keterampilan Mencetuskan masalah, gagasan 1
Berpikir atau hal yang berbeda dengan
orisinil lancer dan tepat
4 Berpikir detail Mengembangkan gagasan orang 1
(elaborasi) lain
5 Rasa ingin Keinginan untuk mencari tahu, 1
tahu mendalami pengetahuan
6 Bersikap Fokus dan tekun bekerja dalam 1
merasa menyelesaikan menyelesaikan
tertantang praktikum
Skor Total

Skor Peserta Didik


Kriteria Penskoran= ×100 %
Skor Total
5.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati hasil percobaan, yaitu mengamati hasil
percobaan dan optimasi yang dilakukan. Hasil yang diamati pada percobaan dapat dilihat pada
Tabel 5 dan Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Penjernihan Air Dengan Kadar Lidah Buaya Berbeda
Wadah Warna Bau Warna Setelah Diuji Dengan Indikator Kunyit
A +++ +++ +++
B1 ++ +++ +++
6
B2 +++ +++ +++
B3 ++ +++ ++

Tabel 6. Hasil Pengamatan Optimsasi


Wadah Warna Bau Warna Setelah Diuji Dengan Indikator Kunyit
B2.1 +++ +++ +++
B2.2 +++ +++ +++
B2.3 +++ +++ +++

5.5 Analisa Data


Analisa data yang dilakukan yaitu dengan menentukan hasil yang paling baik dan
mendekati standar keberhasilan praktikum dari penambahan massa lidah buaya yang berbeda.
Dari hasil percobaan tersebut dilakukan optimasi untuk melihat konsistensi hasil percobaan.
Hasil percobaan dan optimasi digambarkan dengan diagram batang seperti pada Gambar 4
dan Gambar 5. Hasil optimasi penjernihan air menggunakan 0,3 gram gel lidah buaya
menunjukkan hasil pengamatan yang konsisten dalam menjernihkan air kotor sebanyak 500
mL sehingga dapat digunakan sebagai prosedur baru.

Hasil Percobaan Hasil Optimasi


3 3

2 2
Total (+)
Total (+)

1 1

0 0
B1 B2 B3 B2.1 B2.2 B3.3
Warna Warna
Bau Perlakuan Bau Perlakuan
Uji dengan Indikator Kunyit Uji dengan Indikator Kunyit
Gambar 4. Diagram Batang Hasil Percobaan Gambar 5. Diagram Batang Hasil Optimasi

6. Hasil
Prosedur baru penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) yaitu
menggunakan 0,3 gram gel lidah buaya untuk menjernihkan air kotor sebanyak 500 mL.
Pengembangan desain praktikum ini mempunyai beberapa karakteristik antara lain:
Judul Praktikum : Penjernihan Air Menggunakan Koagulan Gel Lidah Buaya (Aloe
vera)
Berbasis STEM untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik
Tujuan Praktikum : Peserta didik dapat melakukan penjernihan air menggunakan
koagulan
gel lidah buaya (Aloe vera)
Alat : 3 buah wadah plastik, 1 buah sendok plastik, 1 buah blender, 1
buah ayakan, 1 buah gelas ukur 500 mL, 1 buah pisau
Bahan : 300 g lidah buaya, 1 L air kotor, 5 g kunyit, 2 buah kertas saring
Rancangan desain praktikum yang baru dengan pendekatan STEM untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik pada materi koloid dapat dilihat pada Tabel 7.

7
Tabel 7. Prosedur Praktikum Berbasis STEM penjernihan air menggunakan koagulan gel
lidah buaya (Aloe vera)
Aspek
Langkah Kerja
STEM
Penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) SE
1. Pembuatan gel lidah buaya
‐ Mencuci hingga bersih dan mengupas kulit lidah buaya
‐ Memotong lidah buaya menggunakan pisau
‐ Menghaluskan lidah buaya dengan menggunakan blender hingga menjadi T
bubur
‐ Melakukan penyaringan menggunakan ayakan hingga diperoleh gel lidah buaya
2. Penjernihan air menggunakan
‐ Mengambil secara tepat air kotor sebanyak 500 mL
‐ Memasukkan 500 mL air kotor ke dalam wadah A
‐ Mengamati warna dan bau air kotor pada wadah A
‐ Menguji pH air kotor menggunakan ekstrak kunyit
‐ Mencatat hasil pengamatan air kotor sebelum dilakukan penjernihan
‐ Mengambil secara tepat air kotor sebanyak 500 mL
‐ Memasukkan 500 mL air kotor ke dalam wadah B
‐ Menambahkan 0,3 gram gel lidah buaya pada wadah plastik berisi 500 mL
‐ Melakukan pengadukan selama 20 menit M
‐ Mendiamkan air selama 30 menit hingga terdapat endapan di dasar wadah T
plastik
‐ Melakukan penyaringan untuk memisahkan air dan endapan menggunakan
kertas saring
3. Pengamatan dan Pengujian pH Air
‐ Mengamati warna dan bau air
‐ Menguji pH menggunakan ekstrak kunyit
‐ Mencatat hasil pengamatan air setelah dilakukan penjernihan M

7. Kesimpulan
Bentuk desain praktikum penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe
vera) yaitu menggunakan 0,3 gram gel lidah buaya untuk menjernihakan 500 mL air kotor..
Karakteristik desain praktikum penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya dapat
meningkatkan 4C khususnya pada kreativitas peserta didik SMA kelas XI.. Science dalam
praktikum penjernihan air menggunakan koagulan gel lidah buaya (Aloe vera) ini adalah
koloid. Technology yang digunakan yaitu pembuatan gel lidah buaya dengan memanfaatkan
alat blender, dan menggunakan teknik koagulasi, teknik pengadukan, dan teknik
pengendapan. Engineering yaitu merekayasa senyawa kimia yang digunakan sebagai
koagulan dan mathematics yaitu waktu yang digunakan untuk proses pengadukan harus tepat.

8
Penjernihan Air Menggunakan Koagulan Gel
Lidah Buaya (Aloe vera) Berbasis STEM
untuk Meningkatkan Kreativitas

Kelompok : Anggota Kelompok : 1.


Kelas : 2.
Waktu Pelaksanaan : 3.

Kompetensi Dasar

3.15 Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

Tujuan Percobaan

Peserta didik dapat melakukan penjernihan air dengan menggunakan koagulan gel lidah buaya
(Aloe vera)

Dasar
Dasar Teori
Teori
Koagulasi merupakan pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku. Tujuan
utama koagulasi adalah pencampuran koagulan secara lebih merata atau homogen sehingga
terbentuk flok. Flok merupakan gumpalan lumpur yang dihasilkan dalam proses koagulasi-
flokulasi (Rifa’i, 2007). Peritiwa koagulasi dapat terjadi jika sistem koloid yang berbeda
muatan dicampurkan sehingga terjadi koagulasi (penggumpalan) dan akhirnya mengendap
(Sudarmo, 2017).
Proses koagulasi pada penjernihan air dapat menggunakan koagulan lidah buaya (Aloe
vera). Penggunaan lidah buaya (Aloe vera) sebagai koagulan dikarenakan lidah buaya (Aloe
vera) mengandung mucilage atau gel yang dapat menurunkan kadar kekeruhan dalam air
hingga jernih yang dapat menjadikannya sebagai koagulan alami pada proses pemurnian air
(Maharani, dkk., 2020).
Alat dan Bahan

Alat:
1. Wadah Plastik 3 buah 4. Saringan/ayakan 1 buah
2. Sendok plastik 1 buah 5. Gelas ukur 1 buah
3. Blender 1 buah 6. Pisau 1 buah

Bahan:
1. Lidah buaya 300 gram 3. Kunyit 5 gram
2. Air kotor 1000 mL 4. Kertas saring 2 buah

9
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
Peserta didik menggunakan peralatan perlindungan diri dan memahami perlengkapan
keselamatan laboratorium
Panduan praktikum
-Mempersiapkan alat dan bahan yang tepat untuk praktikum penjernihan air
-Mengetahui fungsi masing-masing alat dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan
Lidah buaya
-Mencuci hingga bersih dan mengupas kulit lidah buaya
-Memotong lidah buaya menggunakan pisau
-Menghaluskan lidah buaya dengan menggunakan blender hingga menjadi bubur
-Melakukan penyaringan menggunakan ayakan hingga diperoleh gel lidah buaya
Gel Lidah Buaya
Air kotor
-Mengambil secara tepat air kotor sebanyak 500 mL
-Memasukkan 500 mL air kotor ke dalam wadah A
-Mengamati warna dan bau air kotor pada wadah A
-Menguji pH air kotor menggunakan ekstrak kunyit
-Mencatat hasil pengamatan air kotor sebelum dilakukan penjernihan
-Mengambil secara tepat air kotor sebanyak 500 mL
-Memasukkan 500 mL air kotor ke dalam wadah B
-Menambahkan 0,3 gram gel lidah buaya pada wadah B
-Melakukan pengadukan selama 20 menit
-Mendiamkan air selama 30 menit hingga terdapat endapan di dasar wadah plastik
-Melakukan penyaringan untuk memisahkan air dan endapan menggunakan kertas saring
Air yang lebih jernih
Air yang lebih jernih
-Mengamati warna dan bau air
-Menguji pH menggunakan ekstrak kunyit
-Mencatat hasil pengamatan air setelah dilakukan penjernihan
Hasil

Pengamatan Kelompok

Tabel Pengamatan Kelompok


Perubahan Warna
Sampel Warna Bau Setelah Diuji Dengan
Indikator Kunyit
Sebelum dilakukan penjernihan
Setelah dilakukan penjernihan

10
Kesimpulan

....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

Pertanyaan
1. Cara apa yang dapat dilakukan agar proses pengadukan dapat dilakukan secara konstan?
Jawaban:..............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
2. Mengapa dibutuhkan waktu yang lama pada proses pengadukan air kotor dengan
penambahan koagulan?
Jawaban:..............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses penjernihan yang telah dilakukan?
Jawaban:..............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
4. Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan, bagaimana pengaruh penambahan
koagulan gel lidah buaya dalam menjernihkan air?
Jawaban:..............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

Daftar Pustaka

Maharani, A., Prambudi, A. R., dan Udyani, Kartika. 2020. Pengolahan Air Sumur Di Daerah
Simolawang Menggunakan Metode Koagulasi dengan Koagulan Aloe vera. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan VIII 2020.
Rifa’i, J. 2007. Pemeriksaan Kualitas Air Bersih Dengan Koagulan Alum Dan Pac Di IPA
Jurug PDAM Kota Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sudarmo, Unggul. 2017. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Daftar Pustaka

11
Amiel, T., & Reeves, T. C. 2008. Design-Based Research and Educational Technology:
Rethinking Technology and the Research Agenda. Educational Technology & Society,
11 (4), 29–40.
Arsika, R., & Ramadhan, M. Firman. 2015. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum IPA
Fisika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas VII SMPN 1 Lembar
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 1(1): 10-18.
Boesdorfer, S. B., & Livermore, R. A. 2017. “Secondary School Chemistry Teacher’s Current
Use of Laboratory Activities and the Impact of Expense on Their Laboratory
Choices.” Chemistry Education Research and Practice: 1–28.
Bretz, S. L. 2019. Evidence for the Importance of Laboratory Courses. J. Chem. Educ. 96,
193−195.
Clark S., K.2013. Research by Design: Design-Based Research and the Higher Degree
Research student. Journal of Learning Design.
Dugger, W. 2010. Evolution of STEM in the United States. In Technology Education
Research Conference. Queensland.
Emda, A. 2014. Laboratorium Sebagai Pembelajaran Kimia dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah. Lantanida Journal, 2(2), 218-229.
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and
Authenthic Learning. California: Corwin A Sage Comany.
Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. Jurnal
Wartazoa. 16 : 160-169.
Hendrawati, H., Sumarni, S., & Nurhasni, N. 2016. Penggunaan Kitosan sebagai Koagulan
Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Danau. Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Ilmu Kimia, 1(1), 1–11.
Hidayati, N. 2012. Penerapan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia untuk
Mnenigkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang. Skripsi.
Semarang. IAIN Walisongo.
Idris, J., Som, A. M., Musa, M., & Hamid, K. H. K. 2013. Dragon Fruit Foliage Plant-Based
Coagulant For Treatment Of Concentrated Latex Effluent: Comparison of treatment
with ferric sulfate. Journal Of Chemistry, 2013, 1-7.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2019. Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Nessa, Widya., Yusuf Hartono, & Cecil Hiltrimartin. 2017. “Pengembangan Buku Peserta
didik Materi Jarak Pada Ruang Dimensi Tiga Berbasis Science, Technology,
Engineering, and Mathematics (Stem) Problem-Based Learning Di Kelas X.” Jurnal
Elemen 3(1): 1–14.
Novak, J. D. 2010. Learning, Creating, and Using Knowledge; Taylor & Francis Group: New
York, NY.
Maharani, A., Prambudi, A. R., dan Udyani, Kartika. 2020. Pengolahan Air Sumur Di Daerah
Simolawang Menggunakan Metode Koagulasi dengan Koagulan Aloe vera. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan VIII 2020.
OECD. 2016. PISA 2015 Results: What Students Know and Can Do. OECD Publishing.
Permatasari, Tri Juliana dan Apriliani, Erna. 2013. Optimasi Penggunaan Koagulan dalam
Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains dan Seni POMITS Vol 2. No 1.
Pranata, M. Fajar., A, Syarifudin dan Raharja Munawar. 2019. Perbaikan Kualitas Air
Menggunakan Gel Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal Kesehatan Lingkungan Volume
16, No.2, Juli 2019 p 783-790.

12
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Pusfarini, Abdurrahman, dan Jalmo, Tri. 2016. Efektivitas LKPD Sains Berorientasi Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Menumbuhkan Kecakapan Berpikir Kreatif.
Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. 6(1), 86-96.
Rachmawati, Y. 2005. Strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak.
Jakarta: Depdiknas.
Rifa’i, J. 2007. Pemeriksaan Kualitas Air Bersih Dengan Koagulan Alum Dan Pac Di IPA
Jurug PDAM Kota Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Roberts, A. 2012. A justification for STEM education. Technology and Engineering Teacher,
LXXIV(8), 1-5.
Runco, M.A. (2006). Introduction To The Special Issue: Divergent Thinking. Creativity
Research Journal, 18(3), 249-250.
Sudarmo, Unggul. 2017. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Utami, B., dkk. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Departemen
Pendidikan Nasional: Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai