Anda di halaman 1dari 12

Mikosis Superfisial

2. Non dermatofit (ptiriasis versikolor, piedra hitam dan putih, pitirosporum


volukulitis, tinea nigra palmaris, otomikosis, keratomikosis)
a. Ptiriasis Versikolor
1) Sejarah
Pitiriasis versikolor atau panu sudah lama dikenal, tetapi penyebabnya
baru pada tahun 1846 dan 1847 dibuktikan oleh Eichstedt dan Sluyter.
Pada tahun 1889 Baillon member nama Malassezia furfur pada jamur
penyebab penyakit ini.
2) Definisi
Tinea versikolor/pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang
sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit
ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak
putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang
badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala
3) Etiologi
Pitiriasis versikolor atau panu disebabkan oleh Malassezia furfur
(Pityrosporum furfur). Jamur ini mudah ditemukan pada kulit
penderita.
4) Distribusi geografik
Pitiriasis versikolor didapatkan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama
di daerah beriklim panas, di Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan
panu terjadi bila ada kontak dengan jamur penyebab. Oleh karena itu,
kebersihan pribadi sangat penting.
5) Morfologi
Malassezia furfur sukar dibiak. Pada kulit penderita jamur tampak
sebagai spora bulat dan hifa pendek. Pertumbuhannya pada kulit
(stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,
berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan
bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain
sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas
sampai disus dan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai
plakat.
Ada 2 bentuk yang sering dijumpai:
Bentuk makuler : berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan
skuama halus di atasnya dan tepi tidak meninggi.
Bentuk folikuler : seperti tetesan air, sering timbul di sekitar mulut.
6) Patologi dan Gejala Klinis
Manusia terinfeksi jika hifa atau spora jamur melekat pada kulit.
Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak
dan menyebar, disertai adanya sisik. Kelainan kulit pada penderita
panu tampak jelas, sebab pada orang kulit berwarna panu ini
merupakan bercak dengan hipopigmentasi, sedangkan pada kulit
orang putih sebagai bercak hiperpigmentasi. Dengan demikian warna
kelainan kulit ini dapat bermacam-macam (versikolor). Di atas lesi
terdapat sisik halus. Kelainan kulit tersebut terutama pada tubuh
bagian atas (leher, muka, lengan, dada, perut, dan lain-lain), berupa
bercak yang bulat kecil-kecil (nummular), atau lebar seperti plakat
pada panu yang sudah menahun. Biasanya tidak ada keluhan, ada rasa
gatal bila berkeringat. Bila kulit panu disinari dengan ultra violet,
maka tampak fluoresensi hijau kebiru-biruan. Reaksi ini disebut
Wood’s light posistif.
7) Diagnosis Banding
Diagnosis ptiriasis versikolor dapat dibedakan dengan penyakit
lainnya sbb:
a. Morbus Hansen
Makula hipopigmentasi yang terdapat pada penderita Morbus
Hansen mempunyai ciri-ciri khas yaitu makula anestesi, alopesia,
anhidrosis dan atrofi. Lesi dapat ssatu atau banyak, berbatas tegas
dengan ukuran bervariasi. Terdapat penebalan saraf perifer. Kelainan
ini terjadi karena menurunnya aktivitas melanosit. Pada pemeriksaan
histopatologi jumlah melanosit dapat normal atau menurun. Terdapat
melanosit dengan vakuolisasi dan mengalami atrofi serta menurunnya
jumlah melanosom. (7,8)
b. Vitiligo
Vitiligo adalah suatu hipomelanosis yang didapat bersifat
progresif, seringkali familial ditandai dengan makulahipopigmentasi
pada kulit, berbatas tegas dan asimtomatis.
Makula hipomelanosis pada vitiligo yang khas berupa bercak putih
seperti putih kapur, bergaris tengah beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter, berbentuk bulat atau lonjong dengan tepi berbatas
tegas dan kulit pada tempat tersebut normal dan tidak mempunyai
skuama. Vitiligo mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama
terdapat pada daerah yang terpajan (muka, dada bagian atas, dorsum
manus), daerah intertriginosa (aksila, lipat paha), daerah orifisium
(sekitar mulut, hidung, mata rektum), pada bagian ekstensor
permukaan tulang yang menonjol (jari-jari, lutut, siku). Pada
pemeriksaan histopatologi tidak ditemukan sel melanosit dan reaksi
dopa untuk melanosit negatif. Pada pemeriksaaan dengan lampu Wood
makula amelanotik pada vitiligo tampak putih berkilau, hal ini
membedakan lesi vitiligo dengan makula hipomelanotik pada kelainan
hipopigmentasi lainnya. (8,9)
c.Ptiriasis Alba
Ptiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
Wanita dan pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat atau oval. Pada
mulanya lesi berwarna merah muda atau sesuai warna kulit dengan
skuama halus di atasnya. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai
hanya hipopigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini, penderita
datang berobat terutama pada orang dengan kulit berwarna. Bercak
biasanya multipel 4 sampai 20. Pada anak-anak lokasi kelainan pada muka
(50-60%), paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi dapat
dijumpai pada ekstremitas dan badan. Lesi pada umumnya asimtomatik
tetapi dapat juga terasa gatal dan panas. (7,8)
Pada pemeriksaan histopatologi tidak ditemukan melanin di stratum
basal dan terdapat hiperkeratosis dan parakeratosis. Kelainan ini dapat
dibedakan dari vitiligo dengan adanya batas yang tidak tegas dan lesi yang
tidak amelanotik serta pemeriksaan menggunakan lampu Wood. (7,8)
Kelainan hipopigmentasi ini dapat terjadi akibat perubahan-perubahan
pasca inflamasi dan efek penghambatan sinar ultraviolet oleh epidermis
yang mengalami hiperkeratosis dan parakeratosis. (7)
a. Hipopigmentasi post inflamasi
Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan
hipopigmentasi misalnya lupus eritematosus diskoid, dermatitis atopik,
psoriasis, parapsoriasis gutata kronis dan lain-lain. Predileksi dan bentuk
kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi primernya. Hal ini
khas pada kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesudah menderita
psoriasis.(9)
Hipomelanosis terjadi segera setelah resolusi penyakit primer dan
mulai menghilang setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan
terutama pada area yang terapapar matahari.
Patogenesis proses ini dianggap sebagai hasil dari gangguan transfer
melanosom dari melanosit ke keratinosit. Pada dermatitis hipopigmentasi
mungkin merupakan akibat dari edema sedangkan pada psoriasis mungkin
akibat meningkatnya epidermal turnover. (7)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang berhubungan
sebelumnya. Jika diagnosis belum berhasil ditegakkan maka biopsi pada
lesi hipomelanosis akan menunjukkan gambaran penyakit kulit primernya.
(7)

Terapi biasanya sesuai dengan penyakit dasarnya. Setelah proses


inflamasi menyembuh maka warna kulit yang asli akan perlahan kembali.
Hal ini mugkin dapat dipercepat dengan paparan matahari. (7)
b. Chemical Leukoderma
Chemical leukoderma adalah hipomelanosis yang didapat akibat
paparan berulang bahan kimia tertentu terutama derivat phenol dan
sulfhydril. Telah dilaporkan terjadinya leukoderma pada pekerja yang
terpajan monobenzil eter hidrokuinon (MBEH) yang digunakan sebagai
antioksidan. MBEH tidak hanya ditemukan pada desinfektan dan
germisida tetapi juga pada tape adhesiva, kontrasepsi diafragma, baju
karet, kondom karet, boneka karet, saring tangan karet dan lain-lain.(6,7)
Leukoderma yang diakibatkan oleh MBEH dapat menyerupai vitiligo.
Makula hipopigmentasi berwarna putih susu tidak hanya terjadi di tempat
aplikasi tetapi juga dapat terjadi lesi satelit berupa makula hipopigmentasi
gutata pada bagian tubuh lainnya yang biasanya permanen. Untuk
berkembangnya leukoderma ini dapat tidak diketahui erupsi iritan atau
dermatitis kontak sebelumnya. Pada stadium awal leukoderma bersifat
reversibel jika paparan dihentikan. (7)
Hipomelanosis oleh karena hidrokuinon biasanya tidak berbatas tegas,
tidak terjadi depigmentasi penuh dan tidak ada lesi satelit. Kelainan ini
bersifar reversibel.
Pada pemeriksaan histologi leukoderma karena bahan kimia tidak
mempunyai gambaran diagnostik yang khas untuk dibedakan dengan
vitiligo. Pada makula tidak ditemukan melanosit dan tidak ada perubahan
pada epidermis dan dermis. (7,9)
Terdapat banyak kemungkinan mekanisme terjadinya leukoderma
akibat bahan kimia. hal-hal ini mencakup inhibitor kompetitif tironase,
hambatan oksidase sintesis tironase, gangguan pada sisntesis melanosom,
gangguan transfer melanoson dari melanosit ke keratinosit atau
berkurangnya sintesis melanin di melanosom. (7)
Diagnosis dengan chemical leukoderma dapat dibuat berdasarkan
riwayat paparan ulang terhadap bahan kimia yang telah diketahui dapat
menyebabkan leukoderma. Chemical leukoderma harus selalu dijadikan
diagnosis banding vitiligo. Namun tidak ada tes definitif atau histologi
untuk membedakan vitiligo dengan chemical leukoderma. (7)
Chemical leukoderma bersifat irreversibel jika bahan kimia tersebut
tidak segera dieleminasi dengan segera. Leukoderma lokal dan masih pada
tahap awal dapat pulih kembali dengan cara menghentikan bahan kimia
yang dicurigai dan jika perlu dengan oral atau topikal PUVA. (7,9)
Leukoderma yang disebabkan oleh hidrokuinon biasanya bisa sembuh
spontan terutama jika ditambah dengan sinar ultraviolet. (7)
8) Diagnosis
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh
Melasezi fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan
pemeriksaan-pemeriksaan
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian
kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan
kapas alkohol 70%, lalu
dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam
lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut
diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru
Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur,
maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya
dan jarakjarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti
butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis
versikolor hifa tampak pendekpendek, lurus atau bengkok dengan
disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.
b Pembiakan.
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada
media buatan.
c. Pemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan
warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah
dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi
warna emas sampai orange.
Pemeriksaan dengan sinar UV juga bisa dipakai untuk diagnosis.
9) Pengobatan
Pada kelainan yang kecil, dapat diberikan pengobatan lokal, dengan
preparat salisil (tinktur salisil spiritur), preparat devirat imidazol
(salep mikonazol, isokonazol, salep klotrimazol, ekonazol) dan
tolnaftat bentuk tinktur atau salep. Bila kelainan meliputi hamper
seluruh tubuh, obat oral yang sistemik yaitu ketokonazol memberi
hasil yang yang baik. Agar pengobatan berhasil baik, infeksi ulang
harus dicegah, misalnya dengan merebus baju agar semua spora jamur
mati.
10) Prognosis
Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan
baik.

b. Piedra hitam dan Piedra putih


Kata “piedra” berarti batu. Piedra ialah infeksi jamur pada rambut, berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih
kekuningan.
Definisi
Meupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang
memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam:
Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli
Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlar
Piedra Beigeli

Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini


dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
Etiologi
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis,
daerah
dingin, (di Indonesia belum ditemukan)
Morfologi
Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae.
Secara
mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.
Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari
orang yang sudah terkena infeksi.
Gambaran Klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala,
umumnya
tidak memberikan gejala-gejala keluhan.
Diagnosa Laboratorium
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.
Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam
spiritus
dilutus.
Piedra Hortai
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini
umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama
terdapat pada rambut kepala, kumis ataujambang, dan dagu.
Morfologi
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam
suatu
kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa
yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut.
Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut)
sampai
ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan
ditemukan
spora yang besarnya 1-2 um.
Gambaran Klinis
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan
yang
keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut
tersebut.
Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi
seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak
langsung atau tidak
langsung.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Gejala klinis
Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam
kasar.
2. Laboratorium
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak
hifa
endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar
rambut)
yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya
1-2
u
b. Kultur ram but dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula
tumbuh
sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan
berubah
menjadi koloni filamen.
Pengobatan
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat :
1/2000
dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam
1 minggu
c. Tinea nigra palmaris
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Cladosporium wernecki atau Cladosporium
mansoni.
Distribusi geografik
Tinea Nigra Palmaris banyak ditemukan di Amerika Selatan dan tengah,
di Eropa dan Asia juga pernah ditemukan, tetapi di Indonesia sangat
jarang.
Morfologi
Jamur ini termasuk dematiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat
hitam. Pada biakan tumbuh kolini berwarna hitam dan padat. Sediaan
langsung koloni ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna
coklat/hitam.
Patologi dan gejala klinis
Penyakit ini mengenai stratum korneum telapak tangan atau kaki dan
menimbulkan bercak-bercak yang berwarna tengguli hitam, kadang-
kadang tampak bersisik. Keluhan penderita ialah dari segi kosmetik,
karena bercak tersebut memberi kesan kotor pada tangan atau kaki, dan
kadang-kadang juga terasa gatal.
Diagnosis
Bahan yang diperiksa adalah kerokan kulit ditempat kelainan. Pada
pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10%, jamur tersebut tampak
sebagai kelompok hifa dan kelompok spora yang berwarna hitam atau
hijau tua.
Pengobatan
Karena jarang ditemukan, maka belum banyak pengalaman pengobatan,
dapat dicoba dengan itokonazol seperti onikomikosis.
Epidemiologi
Di Indonesia, penyakit ini sangat jarang ditemukan, walau jamur
penyebab ada.
d. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar.
Jamur dapat masukke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai
untuk mengorek-ngorek telingayang terkontaminasi atau melalui udara
atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang
telinga. Pada liang telinga akan tampakberwarna merah, ditutupi oleh
skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara
liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi
menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam,
sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah,
berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan
mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi
otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus,
sp Mukor dan Penisilium.

Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik
Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga
menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga
sampai 2/3 bagian luar.
2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa
dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-
kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan
dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan
tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih.
Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa
dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada
permukaannya.

Diferensial diagnosis
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi
gejala-gejala yang sama.

Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.

Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan
lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang
kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran
telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus
(alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan
selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil
pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2%
juga dapat menolong.

Anda mungkin juga menyukai