BUDAYA
Abstrak
Konflik sangat rentan terjadi di antara pihak-pihak yang berasal dari kebudayaan yang
berbeda, terutama konflik nonrealistis. Hal tersebut adalah karena tiap-tiap kebudayaan
memiliki karakteristiknya masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Salah satu faktor yang memiliki andil besar dalam konflik lintas-budaya adalah
komunikasi Dalam hal ini, komunikasi memiliki pengaruh dalam menyebabkan konflik
lintas-budaya. Pengaruh tersebut adalah akibat dari adanya pertentangan antara dua
pihak atau lebih yang berasal dari dimensi kebudayaan yang berbeda. Perbedaan
karakteristik dari tiap-tiap dimensi kebudayaan tersebut rentan mengakibatkan
miskomunikasi, termasuk dalam aspek penggunaan konteks, toleransi ruang personal,
pemilihan moda komunikasi, serta ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Pada sisi lain,
komunikasi juga berperan dalam manajemen konflik lintas-budaya. Dalam melakukan
manajemen konflik lintas-budaya, manajer harus memahami seluk beluk dan
karakteristik dari tiap-tiap dimensi kebudayaan yang bertentangan sehingga dapat
memberikan pengertian terhadap pihak-pihak yang berkonflik satu sama lain. Strategi
komunikasi lintas-budaya harus diterapkan agar konflik dapat terselesaikan tanpa ada
pihak yang merasa dirugikan secara sepihak.
Komunikasi Lintas-Budaya
Dimensi Budaya
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dijabarkan dalam landasan teori, konflik dapat terjadi ketika
adanya pertentangan antara dua pihak. Dalam interaksi antara pihak yang memiliki
kebudayaan berbeda atau lintas-budaya, konflik lebih rentan untuk terjadi mengingat
fakta bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal identitas. Pada akhirnya,
perbedaan identitas tersebut dapat mengakibatkan konflik nonrealistis. Dalam
prosesnya, suatu konflik dapat terjadi karena adanya miskomunikasi. Suatu
miskomunikasi, terutama dalam konteks lintas-budaya dapat terjadi akibat adanya
perbedaan-perbedaaan karakteristik dimensi kebudayaan sebagaimana juga telah
disampaikan dalam landasan teori. Terdapat beberapa aspek dari komunikasi lintas-
budaya yang dapat memberikan andil dalam mengakibatkan konflik lintas-budaya.
Selanjutnya, konflik juga dapat terjadi akibat hubungan komunikasi yang terkait
dengan aspek ruang personal atau ruang sosial. Dalam hal ini, konflik lintas-budaya
dapat terjadi terhadap dimensi kebudayaan yang berada, salah satunya adalah dalam
perbedaan dimensi kebudayaan individualis dan kolektivis. Kebudayaan individualis
cenderung lebih menghargai pencapaian pribadi dan tidak terlalu terikat dengan
kelompok dalam masyarakat. Secara kontras, kebudayaan kolektivis menjunjung tinggi
kebersamaan dan nilai-nilai kelompok. Suatu konflik dapat terjadi secara lintas-budaya
karena adanya perbedaan batasan ruang personal dalam komunikasi. Sebagai contoh,
masyarakat kolektivis dapat melakukan interaksi dan ikut campur terlalu dalam
terhadap urusan personal pihak dalam kebudayaan individualis. Di satu sisi, pihak
kebudayaan kolektivis menganggap hal tersebut sebagai bentuk kepedulian, sementara
pihak kebudayaan individualis menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran terhadap
privasi dan ruang personal.
Pada dimensi kebudayaan yang terkait dengan orientasi terhadap masa depan,
komunikasi harus dibangun untuk mencari keputusan yang dapat menguntungkan
dalam jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang sekaligus. Dalam hal ini, kedua
pihak yang berasal dari kebudayaan berbeda tersebut sejatinya memiliki poin yang
sama-sama valid. Oleh karena itu, komunikasi harus diarahkn untuk memastikan
bahwa kedua poin tersebut bisa terakomodasi dengan baik. Terlebih lagi, suatu
keputusan memang sebaiknya memberikan keuntungan dalam jangka waktu pendek
dan panjang. Melalui komunikasi yang baik, para pihak yang berkonflik dapat
memahami bahwa tiap-tiap pihak sejatinya berupaya untuk sama-sama mencari
keputusan yang menguntungkan sehingga tidak semestinya hal tersebut bereskalasi
menjadi konflik.
PENUTUP
Sakti, Andika. (2016). Manajemen Konflik pada Pasangan Lintas Bangsa. Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.