Anda di halaman 1dari 11

SLIDE 1

Assalamuailakum Wr. Wb.

Selamat pagi yang terhormat bapak dan ibu dosen serta teman teman sekalian. Terima
kasih telah hadir dalam sidang praktik kerja profesi saya pada pagi hari ini. Saya Rifqi
Gibran Ramadhan akan memaparkan laporan hasil praktik kerja profesi yang berjudul
evaluasi operasional unit intake, koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi ipa 4 di pdam tirta
bhagasasi , instalasi rawalumbu, kota bekasi.

SLIDE 2

Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memenuhi berbagai kegiatan sehari-
sehari. Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun
air permukaan yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum
sehingga perlu adanya proses pengolahan air untuk memenuhi standar kualitas air
minum. PDAM Tirta Bhagasasi merupakan satu jasa penyedia air minum bertugas
memenuhi kebutuhan air minum di Kota dan Kabupaten Bekasi dengan mengolah air
baku sehingga layak digunakan sehingga memenuhi aspek kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas. Keberhasilan proses pengolahan air berkaitan dengan pemilihan unit proses
dan unit operasi yang akan dipakai dengan mempertimbangkan proses-proses yang
terjadi pada pengolahan fisik, kimia dan biologi yang disesuaikan dengan kriteria
desain.Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) dilaksanakan di PDAM Tirta Bhagasasi
Instalasi Rawalumbu Kota Bekasi sebagai objek studi pada evaluasi operasional unit
intake, koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.

SLIDE 3 – 4 BACA

SLIDE 5

PDAM Tirta Bhagasasi memliki 4 cabang pelayanan air minum di wilayah Kota Bekasi.
Hingga Mei 2020, PDAM Tirta Bhagasasi memiliki jumlah pelanggan sambungan
langganan sebanyak 311.000 lebih yang tersebar di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.
Kapasitas produksi IPA PDAM Tirta Bhagasasi yang melayani Kota Bekasi antara lain:

1. IPA Rawa Tembaga, 290 L/detik


2. IPA Poncol, 480 L/detik

3. IPA Rawalumbu, 260 L/detik

4. IPA Pondok Ungu, 600 L/detik

Cakupan layanan PDAM Tirta Bhagasasi Cabang Rawalumbu meliputi

1. Kecamatan Rawalumbu yang terdiri dari Kelurahan Bojongrawalumbu,


Bojongmenteng, Sepanjangjaya dan Kelurahan Pengasinan Kota Bekasi,
ditambah Kelurahan Jatimulya,
2. Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi
3. Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi

SLIDE 6

Berikut merupakan struktur organisasi pada PDAM Tirta Bhagasasi yang dimana PDAM
Tirta Bhagasasi selaku perusahaan daerah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota
dan diawasi oleh dewan pengawas.

SLIDE 7

Untuk struktur organisasi pada cabang rawalumbu di pimping oleh ketua cabang
membawahkan seksi administrasi dan keuangan, seksi pelayanan pelanggan, seksi
distrubusi, seksi produksi. Kedudukan peserta PKP berada dibawah pengawasan seksi
produksi dan didampingi oleh operator.

SLIDE 8

Berikut merupakan layout dari IPA Rawalumbu. PDAM Tirta Bhagasasi Instalasi
Rawalumbu telah mengalami pengembangan sebanyak empat kali. Pertama pada tahun
1985 dengan kapasitas pengolahan 40 L/detik. Kedua pada tahun 1990 dengan
penambahan unit 20 L/detik. Pengembangan ketiga pada tahun 1997 dengan
penambahan unit 20 L/detik. Hingga pengembangan tahap empat pada tahun 2005
dengan pembangunan instalasi unit plat baja dengan kapasitas 2x100 L/detik menjadikan
kapasitas total IPA Rawalumbu menjadi 260 L/detik. Evaluasi operasional pelaksaan PKP
dilakukan pada IPA 4 yang memiliki kapasitas 100 L/detik seperti yang dapat dilihat pada
gambar yang merupakan IPA plat baja.

SLIDE 9

Bagan dari IPA Rawalumbu dapat dilihat pada gambar berikut, dari sumber air baku yang
dimana menggunakan sumber air baku yang berasal dari Sungai Kalimalang disalurkan
ke empat IPA dan setelah diolah masuk kedalam reservoir.

SLIDE 10

Berikut merupakan diagram alir IPA 4 Rawalumbu. Dari sumber air baku yakni Sungai
Kalimalang masuk kedalam intake lalu disalurkan menuju koagulasi tipe hidrolis dengan
koagulan yang digunakan berupa poly alumunium kloride berbentuk cair. Dari koagulasi
masuk kedalam bak flokulasi untuk pengadukan lambat dan selanjutnya masuk kedalam
bak sedimentasi menggunakan tube settler. Lumpur yang dihasilkan pada unit
sedimentasi dibuang ke saluran pembuangan lumpur yang dimana saluran ini disatukan
dengan buangan hasil backwash filter Air bersih dari sedimentasi mengalir ke unit filtrasi
pasir cepat lalu masuk kedalam reservoir.

SLIDE 11

Berikut merupakan gambaran umum dari intake pada IPA Rawalumbu. Lokasi intake
berada di pinggir Sungai Kalimalang. Air baku tersebut diambil dari Sungai Kalimalang
dengan menggunakan satu buah intake yang dikontrol dengan menggunakan pintu air
untuk mengatur debit masuk. Pada unit intake terdapat barscreen untuk mencegah
sampah yang masuk agar tidak mengganggu atau merusak alat operasi. Pembersihan
barscreen dilakukan secara manual oleh petugas. Pembersihan dilakukan dua kali dalam
satu minggu. Petugas akan turun masuk pada ruang yang ada antara barscreen dan
sumur pengumpul untuk mengambil sampah yang tersangkut pada barscreen. Pada
sistem penyadapan air baku di intake IPA Rawalumbu digunakan dua tahap penyaringan
yaitu dengan menggunakan kawat pagar dan barscreen dari besi dengan sudut
kemiringan sebesar 80°. Besar sudut kemiringan barscreen pada intake IPA Rawalumbu
tidak memenuhi kriteria desain menurut Susumu Kawamura 1975 yakni sebesar 60°
namun barscreen masih optimal dalam menyaring sampah agar tidak masuk kedalam
pipa sadap yang menuju sumur pengumpul. Kawat pagar dipasang disekeliling mulut
saluran intake yang berfungsi untuk menahan kotoran atau sampah yang berukuran
besar supaya tidak memasuki saluran. Untuk barscreen di depan mulut saluran penyadap
menuju sumur pengumpul digunakan material besi tebal 3 mm dengan jarak kerapatan
10 mm untuk screen kasar, dan material besi tebal 1,5 mm dengan jarak kerapatan 5
mm. Dari bangunan sadap menuju sumur pengumpul dialirkan menggunakan pipa sadap
dengan diameter 350mm sebanyak 2 buah. Sumur pengumpul pada IPA Rawalumbu
mempunyai dimensi p x l x t yakni masing masing 2 m x 10 m x 8 m. Pada sumur
pengumpul terdapat tiga pompa air baku dengan kapasitas pompa sebesar 150 L/detik.
Namun pompa ketiga pada IPA Rawalumbu tidak berfungsi karena mengalami kerusakan
sehingga yang digunakan hanya dua buah pompa. Kapasitas pompa tersebut tidak
sepenuhnya digunakan yakni hanya 80% dari kapasitas maksimal pompa sehingga debit
satu pompa yang digunakan sebesar 120 L/detik dan debit total dengan dua pompa
menyala yakni 240 L/detik. Pompa air baku memiliki spesifikasi total head sebesar 30 m.
Pompa ini berjalan selama 24 jam. Diameter pipa outlet pompa yang digunakan masing-
masing sebesar 350 mm yang keduanya menyambung pada pipa transmisi dengan
diameter 500 mm dengan jenis pipa yang digunakan yakni jenis pipa baja.

SLIDE 12

Berikut perhitungan bada bangunan sadap. Kecepatan aliran pada pipa sadap
menggunakan rumus Bernoulli dengan rumus.....dimana ..... Diketahui tekanan awal dan
tekanan pipa sama dengan kecepatan awal yakni 0 z1 sebesar 8,5 meter yang didapat
dari ketinggian pipa ditambah kedalaman pipa z2 merupakan kedalaman pipa pada
sumur pengumpul yakni 8 meter dan headloss merupakan perbedaan tinggi muka air
pada sungai dengan muka air pada sumur pengumpul yakni 1 meter. Dari hasil
perhitungan didapatkan hasil sebesar 5,9 m/s dan debit yang didapatkan jika
menggunakan dua pipa sadap dengan rumus....didapatkan hasil sebesar 1,13 m 3/detik.

SLIDE 13

Selanjutnya perhitungan pada sumur pengumpul. Pompa yang digunakan sebanyak dua
buah pompa dengan kapasitas maksimal per pompa yakni 150 L/detik. Namun pada
kondisi eksisting kapasitas yang digunakan hanya 80% dari kapasitas maksimal yakni
sebesar 120 L/ detik sehingga kapasitas total dua pompa sebesar 240 L/detik atau 0,24
m3/detik. Diketahui panjang sumur pengumpul sebesar 2 m dengan lebar 10 meter dan
tinggi 8 meter sehingga volume yang didapatkan sebesar 160 meter kubik dan
perhitungan td dengan rumus Q total pompa dibagi volume sumur pengumpul didapatkan
waktu tinggal pada sumur pengumpul yakni 11,1 menit. Kecepatan pada pipa suction
dengan Q satu pompa sebesar 0,12 m 3/detik dan diameter 350 mm didapatkan
kecepatan pada pompa suction sebesar 1,24 m/detik

SLIDE 14

Pipa transmisi merupakan pipa yang membawa air baku dari sumur pengumpul ke IPA
Rawalumbu. Kecepatan aliran pada pipa transmisi dengan Q sama dengan Q total
pompa yakni 0,24 m3/detik dengan diameter pipa transmisi sebesar 500 mm didapatkan
kecepatan pada pipa transmisi yakni sebesar 1,2 m/detik.

SLIDE 15

Berikut rekaptulasi hasil perhitungan pada intake dibandingkan dengan kriteria desain
didapatkan.....

SLIDE 16

Pada IPA Rawalumbu, unit koagulasi menggunakan jenis koagulasi hidrolis dengan
terjunan. Air baku dipompakan melalui pipa, lalu masuk ke dalam saluran intake
koagulasi, lalu melimpah secara gravitasi ke dalam bak koagulasi melalui v-notch.
Pelimpahan yang terjadi adalah berupa terjunan setinggi 80 cm. Dengan adanya terjunan
pada proses koagulasi diharapkan terjadi pengadukan cepat (flash mixing) air baku
dengan koagulan, sehingga diperoleh campuran yang homogen. Jumlah bak koagulasi
pada IPA Rawalumbu berjumlah 1 buah bak dengan debit 0,1 m kubik per detik dengan
panjang bak sebesar 1,68 m, lebar 1,5 m, dan tinggi muka air pada bak koagulan sebesar
1,3 m.

SLIDE 17
Koagulan yang digunakan pada IPA Rawalumbu menggunakan poly alumunium kloride
bentuk cair dengan rata-rata pemakaian dosis Poly Alumunium Chloride yang digunakan
di instalasi IPA 4 Rawalumbu rata-rata sebesar 23,5 ppm. Volume bak yang digunakan
untuk menyimpan larutan PAC pada IPA 4 Rawalumbu memiliki volume 3000 L.
Koagulan di pompa oleh pompa dosing yang berjumlah satu buah dengan kapasitas
pembubuhan maksimal sebesar 237 L/jam dengan tekanan maksimal 10 bar.
Pengoperasian pompa dosing tersebut dilakukan selama 24 jam. Dengan dosis koagulan
yang digunakan pada IPA 4 Rawalumbu maka kebutuhan PAC pada IPA 4 Rawalumbu
adalah sebagai berikut:

SLIDE 18

Berikut merupakan hasil jartest yang dilakukan saat PKP dengan didapatkan dosis
optimum sebesar 20 ppm yang ditentukan dari hasil kekeruhan yang dibawah 5 NTU
berdasarkan permenkes 492 tahun 2010. Dengan menggunakan dosis optimum maka
volume larutan PAC yang digunakan yakni sebanyak 2638 L/hari atau 109,9 L/jam
dengan stroke pompa yang digunakan sebesar 46,37% didapatkan dari......

SLIDE 19

Pada bak koagulasi dengan panjang.....lebar.....dan tinggi air pada bak.......didapatkan


volume bak koagulasi sebesar 3,276 m kubik dengan waktu tinggal pada bak koagulasi
selama 32,76 detik. Perhitungan gradient pada bak koagulasi dengan
rumus.............didapatkan hasil G sebesar 528,4 per detik dengan GT sebesar 17310.

SLIDE 20

Berikut rekpatulasi hasil perhitungan pada bak koagulasi dibandingkan dengan kriteria
desain didapatkan.....

 Untuk memenuhi kriteria dasain pada bak koagulasi perlu dilakukan evaluasi
terhadap dimensi bak koagulasi sehingga kriteria desain pada bak koagulasi dapat
memenuhi

SLIDE 21
Pada unit flokulasi IPA Rawalumbu, sistem flokulasi yang digunakan adalah sistem
flokulasi hidrolis yaitu vertical baffle channel dengan unit flokulasi berbentuk persegi
panjang, terdiri dari satu bak dengan jumlah kompartemen sebanyak lima buah. Setiap
bak memiliki arah aliran vertikal. Untuk bak flokulasi pertama yang alirannya berasal dari
bak koagulasi dan arah aliran vertical ke atas untuk bak flokulasi kedua. Struktur outlate
dari bak flokulasi terdapat pada bak flokulasi terakhir berupa pipa yang berada dibawah
bak kelima menuju bak sedimentasi. Dimensi dari kompartemen 1 sebesar........dan
dimensi pada kompartemen 2,3,4, dan 5 sebesar..........dengan tinggi kompartemen
sebesar 4,5 m.

SLIDE 22

Dari tabel dapat dilihat ketinggian muka air pada masing masing kompartemen bak
flokulasi. Nilai HL pada bak flokulasi sebesar 0,17 m didapatkan dari pengurangan muka
air pada kompartemen 5 dikurang muka air pada kompartemen 1. Selanjutnya dilakukan
perhitungan P dengan rumus sebagai berikut dengan suhu 27 derajat selsius maka
viskositas air sebesar......dan ro air sebesar......didapatkan P sebesar...... Pada
kompartemen 1 waktu tinggal air didapatkan sebesar......dengan G sebesar.....dan GT
sebesar........ Sedangkan ada kompartemen 2 waktu tinggal air didapatkan
sebesar......dengan G sebesar.....dan GT sebesar........ Dengan rumus yang sama maka
didapatkan hasil rekaptulasi sebagai berikut

SLIDE 23

 Waktu tinggal total yang didapatkan pada bak flokulasi selama 525 detik atau 8,45
detik yang dimana tidak memenuhi kriteria desain menurut.......sebesar......
 Nilai G pada semua kompartemen tidak memenuhi kriteria desain
menurut.......sebesar......
 Sedangkan nilai GT total pada bak koagulasi telah memenuhi kriteria desain
menurut.........sebesar......
 Maka dari itu untuk memenuhi kriteria desain maka bak flokulasi perlu dilakukan
evaluasi desain dimensi sehingga kriteria desain dapat memenuhi
SLIDE 24

Pada unit di IPA 4 Rawalumbu unit sedimentasi berjumlah satu buah yang dilengkapi
dengan tube settler dengan diameter sebesar 50 mm. Flok-flok yang telah terbentuk
pada bak flokulasi dibawa bersama aliran menuju bak sedimentasi melalui inlet
berupa pipa yang juga merupakan outlet dari bak flokulasi. Flok-flok yang berat akan
mengendap dengan sendirinya secara gravitasi pada bak penampungan lumpur. Flok-
flok yang ringan akan menempel pada settler yang mempunyai kemiringan 60° dengan
tinggi 1 meter. Air bersih akan mengalir melalui gutter menuju unit filtrasi. Gutter dengan
v-notch pada unit sedimentadi IPA 4 Rawalumbu berjumlah 8 buah. Pembuangan lumpur
dilakukan satu jam sekali ke saluran pembuangan lumpur yang dimana saluran ini
disatukan dengan buangan hasil backwash filter. Saluran pembuangan lalu mengalir ke
dalam Kali Rawalumbu. Dimensi bak sedimentasi pada IPA 4 Rawalumbu memiliki
panjang 14,5 m lebar 5 meter dengan ketinggian muka air sebesar 4,5 meter.

SLIDE 25

Perhitungan evaluasi pada bak sedimentasi antara lain........

(0,8851 x 10-6 viskositas kinematis)

SLIDE 26

Sehingga didapatkan rekaptulasi hasil perhitungan pada bak sedimentasi dibandingkan


dengan kriteria desain.........

SLIDE 27

Pada PDAM Tirta Bhagasasi, Instalasi Rawalumbu, Kota Bekasi sumber air baku berasal
dari Sungai Kalimalang. Air baku tersebut dilakukan evaluasi kualitas air baku pada
beberapa parameter yaitu parameter fisik, dan parameter kimiawi. Evaluasi tersebut
bertujuan untuk mengetahui kualitas air baku sehingga dapat ditentukan pengolahan air
yang tepat pada IPA PDAM Tirta Bhagasasi Rawalumbu. Pemeriksaan tersebut biasanya
dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada musim kemarau dan musim penghujan.
Namun pada tahun 2020, pemerikasaan hanya dilakukan sekali yakni pada bulan
Desember 2020 dikarenakan situasi pandemi yang kurang memungkinkan dalam
pemeriksaan kualitas air baku. Sedangkan pemerikasaan air baku pada tahun 2021
belum dilakukan sehingga data terbaru mengenai kualitas air baku pada Sungai
Kalimalang yakni pengukuran yang dilakukan pada bulan Desember 2020. Pengukuran
dilakukan oleh PDAM Tirta Bhagasaso Kota Bekasi. Berdasarkan dari hasil pemeriksaan
kualitas air baku di laboratorium PDAM Tirta Bhagasasi Kota Bekasi yang dibandingkan
dengan baku mutu kelas I pada PP Nomor 82 Tahun 2001 dapat dilihat pada tabel.
Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa terdapat beberapa parameter yang melebihi
standar kualitas air baku, antara lain kekeruhan, DO, dan mangan. Nilai yang melebihi
batas baku muku disebabkan karena Sungai Kalimalang yang menjadi sumber air baku
juga menjadi saluran sebagai air buangan dari limbah domestik dan industri tekstil yang
berada di sepanjang Sungai Kalimalang. Selanjutnya air baku diproses sehingga dapat
memenuhi baku mutu air minum Permenkes 492 Tahun 2010 Lampiran III dengan cara,
sebagai berikut :

1. Parameter kekeruhan dapat dikurangi pada unit koagulasi – flokulasi –


sedimentasi dengan pemberian koagulan.

2. Parameter DO dapat ditambahkan dengan cara aerasi, tetapi pada IPA 4


Rawalumbu tidak terdapat unit aerasi sehingga dapat dilakukan dengan proses
koagulasi hidrolis – sedimentasi – filtrasi.

3. Parameter mangan dapat dihilangkan dengan proses koagulasi – flokuasi

SLIDE 28

Analisis mengenai kualitas air minum pada PDAM Tirta Bhagasasi IPA Cabang
Rawalumbu dilakukan secara rutin oleh PDAM Tirta Bhagasasi dimana hal ini untuk
menjaga kualitas produksi air minum yang akan didistribusikan kepada masyarakat.
Parameter yang diukur berupa parameter mikrobiologi, parameter fisik, parameter
kimiawi serta beberapa parameter tambahan yang mengacu pada baku muku standar air
minum Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Hasil pengujian air
produksi PDAM Tirta Bhagasasi IPA Cabang Rawalumbu dari PDAM Tirta Bhagasasi
terhadap yang dilakukan pada bulan Januari 2021 dapat dilihat pada tabel. Dari hasil
pengukuran kualitas air produksi PDAM Tirta Bhagasasi IPA Cabang Rawalumbu yang
dapat dilihat dari Tabel, maka dapat disimpulkan bahwa air produksi PDAM Tirta
Bhagasasi IPA Cabang Rawalumbu pada keseluruhan parameter yang diukur telah
memenuhi baku mutu Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sehingga dapat
dikatakan bahwa air produksi PDAM Tirta Bhagasasi IPA Cabang Rawalumbu telah layak
digunakan sebagai air minum.

SLIDE 29

Sistem pergudangan pada PDAM Tirta Bhagasasi IPA Rawalumbu Kota Bekasi tidak
terdapat gudang bahan kimia yang dimana gudang ini berfungsi sebagai tempat
penyimpangan koagulan PAC dan desinfektan. Sistem yang digunakan pada IPA
Rawalumbu yakni dengan pemesanan koagulan PAC dan desinfektan rutin tiap
minggunya. Oleh karena itu pasokan PAC dan desinfektan terus dikontrol tiap waktu agar
tidak habis sebelum pasokan datang. PAC yang datang langsung dimasukan ke dalam
tempat penyimpanan berupa toren dengan kapasitas sebesar 8000L. Toren tersebut
berada di ruangan yang juga berdampingan dengan bak pelarutan PAC dan desinfektan.
Untuk sistem monitoring IPA PDAM Tirta Bhagasasi Cabang Rawalumbu belum
menggunakan SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). SCADA merupakan
sistem pengontrolan kendali berbasis komputer. Penggunaan SCADA dapat
mempermudah monitoring karena seluruh data pada unit-unit IPA bisa didapatkan secara
otomatis. Sistem monitoring pada IPA Rawalumbu masih dilakukan secara manual. Oleh
operator yang terbagi dalam empat shift dengan lama tiap shift yakni enam jam dan
operator jaga bertugas berjumlah tiga orang tiap shift-nya. Pada pelaksanaan PKP tidak
ditemukannya kendala dalam sistem monitoring juga dalam sistem pergudangan.
Pergudangan dilakukan secara efektif dengan perhitungan yang optimal sehingga tidak
terjadi tertimbunnya pasokan PAC ataupun desinfektan yang dimana pada IPA
Rawalumbu tidak terdapat ruang untuk penyimpanan. sedangkan untuk sistem
monitoring masih berjalan dengan maksimal meskipun penggunaan SCADA dapat
mempermudah sistem monitoring yang ada pada IPA Rawalumbu.

SLIDE 30 31 BACA
SLIDE 32

Berikut daftar pustaka yang digunakan pada laporan PKP ini. Sekian pemaparan hasil
laporan evaluasi operasional unit intake, koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi ipa 4 di
pdam tirta bhagasasi , instalasi rawalumbu, kota bekasi. Terima kasih, mohon maaf bila
ada kesalahan kata.

Anda mungkin juga menyukai