Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA (Versi 812 Halaman)

SEJAUH MANA UU CIPTA KERJA MEMBERIKAN PELUANG USAHA BAGI


PENGEMBANGAN ASURANSI SYARIAH?

Aura Juliana Sirait (1906402954) | MK Teori Asuransi Syariah

Data Global Islamic Finance Report 2019 telah menempatkan Indonesia menjadi peringkat tertinggi
mengenai kepemimpinan dan keuangan Islam global dengan capaian nilai 81,93. Dekade ini menjadi waktu
yang tepat untuk mengembangkan dan memajukan bisnis keuangan syariah di Indonesia.

Pembentukan UU Cipta Kerja ini menjadi langkah nyata pemerintah dalam mencapai visi-visi yang sudah
ditargetkan sejak awal. UU Cipta Kerja merupakan upaya yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja
dengan skala besar disertai perizinan yang lebih sederhana dibandingkan sebelumnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, terdapat aturan mengenai spin-off unit syariah yang
kemudian diatur lebih lanjut pada POJK 67 tahun 2016 pasal 17, yaitu setiap unit syariah wajib
menyampaikan rencana kerja pemisahan unit syariah paling lambat pada 17 Oktober 2020.

Hal tersebut berkaitan erat dengan hadirnya UU Cipta Kerja, dimana dalam UU ini terdapat berbagai
peraturan yang mengatur pendirian usaha, meskipun tidak secara langsung membahas mengenai asuransi
syariah. Namun, aturan-aturan ini memberikan peluang besar untuk pengembangan asuransi syariah di
Indonesia.

• Pasal 10

Usaha asuransi merupakan salah satu kegiatan usaha berisiko tinggi, maka dalam pasal 10 diatur bahwa
pemerintah akan menerbitkan sertifikat standart usaha dan standart produk bagi usaha tersebut. Hal ini
dapat membantu pengembangan asuransi syariah karena adanya sertifikat tersebut dapat meningkatkan
kualitas perusahaan dan perusahaan menjadi lebih terpandang untuk memancing para investor.

• Pasal 24

Dalam pasal 24 ini disebutkan bahwa analisis Amdal menjadi dasar uji kelayakan lingkungan hidup
yang dilakukan oleh lembaga uji kelayakan pemerintah pusat. Hal ini bertentangan dengan aturan
sebelumnya dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 yang dimana analisis tersebut dilakukan oleh Komisi
Penilaian Amdal. Sehingga mendorong semakin mudahnya perusahaan-perusahaan asuransi syariah
baru didirikan karena melemahnya keberadaan Amdal, namun hal ini lama kelamaan dapat menjadi
ancaman bagi lingkungan. Untuk perusahaan asuransi syariah yang sudah ada, Amdal perlu menjadi
fokus penting yang harus diperhatikan agar lingkungan perusahaan juga tetap terjaga.

• Pasal 76

Pasal 76 membicarakan tentang penyederhanaan investasi pada sektor tertentu. Sektor keuangan
syariah pun termasuk didalamnya. Pemerintah mempermudah pelaku usaha untuk melakukan investasi,
maka hal ini berdampak besar untuk peluang pengembangan asuransi syariah. Jika pelaku usaha dapat
semakin mudah berinvestasi, maka semakin mudah pula untuk memajukan perusahaan.

• Pasal 81

Dalam pasal 81 dibahas mengenai ketenagakerjaan, seperti terkait pelatihan kerja. Pelatihan kerja dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, swasta maupun perusahaan. Hal ini dapat mendorong kemajuan bagi
industri asuransi syariah karena dengan adanya pelatihan kerja maka kualitas SDM di perusahaan
asuransi syariah turut meningkat dan dapat semakin profesional. Kualitas SDM ini sangat berpengaruh
bagi tumbuh kembangnya perusahaan, sehingga hal ini dapat menjadi perhatian perusahaan.

Selain itu juga terkait pendayagunaan tenaga kerja dalam perusahaan. Aspek yang menyangkut
penggunaan tenaga kerja asing, pemberian dan perhitungan upah, waktu kerja, pemberian cuti, dan
pemberian kompensasi setelah masa kerja. Keberadaan asuransi syariah tentunya dapat membuka
lapangan kerja baru, maka diperlukan adanya bentuk kerja sama dan kesepakatan yang jelas antara
perusahaan dan tenaga kerja sesuai dengan aturan yang berlaku.

• Pasal 111

Dalam pasal 111 membicarakan tentang perpajakan. Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan
filosofi yang berbeda dengan kegiatan usaha yang bersifat konvensional. Namun, penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha berbasis syariah tersebut tetap merupakan objek pajak
menurut Undang-Undang ini. Sehingga perusahaan asuransi berbasis syariah tetap dikenakan pajak
seperti usaha-usaha konvensional lainnya.

Dari beberapa pasal yang saya jabarkan diatas, dapat saya simpulkan bahwa UU Cipta Kerja ini memberi
peluang besar bagi pengembangan industri asuransi syariah karena adanya berbagai kemudahan baru yang
dapat dirasakan. Di samping itu, perlu juga diperhatikan hal-hal yang memudahkan namun dapat
berdampak buruk seperti pasal 24 terkait Amdal. Dengan berbasis syariat-syariat Islam, perusahaan tetap
perlu mengutamakan ajaran-ajaran Islam dalam penerapan operasional perusahaan agar perusahaan dapat
berkembang pesar dan target Indonesia sebagai pusat keuangan Islam global dapat segera terwujud.

Anda mungkin juga menyukai