Anda di halaman 1dari 6

MERAIH INNER BEAUTY MELALUI MANAJEMEN BIOENERGI

Ir.Rd.Aas Rukasa

Apakah Beauty Itu?


The beauty that addresses itself to the eyes
is only the spell of the moment;
the eye of the body is not always that of the soul.
(George Sand)

Indera mata kita terbiasa mempersepsi beauty sebagai kemilau warna,


kerapihan bentuk, kehalusan tekstur dan lain-lain. Demi kepuasan indera mata
itulah maka kebanyakan kita berlomba-lomba memanipulasi penampilan luar,
menata ’panggung’, mengadopsi cara bertutur dan bahasa tubuh sedemikian rupa,
sebagai bagian dari upaya menanamkan kesan positif pada orang lain. Inilah yang
dikenal dalam dunia psikologi sebagai Impression Management, dalam bahasa-
gaulnya disebut “ja-im”, akronim dari ‘jaga image’. Jerih payah ini ada kalanya
demikian tak sebanding, karena beauty visual ini tidak tahan lama, belum lagi
standar pengukurannya yang senantiasa berubah. Tak heran jika Socrates
mengatakan: “Beauty is a short-lived tyranny”.
Sekalipun mata paling sering dipercaya untuk melakukan penilaian terhadap
kadar beauty suatu obyek, tapi sesungguhnya indera ini amat kurang memadai.
Tulisan ini akan mengeksplorasi beauty yang lain, yaitu beauty yang ‘dilihat’ oleh
seluruh indera kita, bukan beauty yang “only skin deep“.
Beauty yang sedang kita bicarakan ini mungkin kurang menonjol secara
visual. Tapi pemilik beauty yang satu ini akan selalu tampak mengesankan dan
menyejukkan mata bagi mereka yang melihatnya. Si Beauty selalu tampak percaya
diri, tampak nyaman dengan dirinya sendiri, bahkan juga menimbulkan kenyamanan
bagi orang lain. Ia menunjukkan gairah hidup, memiliki bahasa tubuh yang sesuai
dengan isi pembicaraan, memiliki empati yang tinggi, dan selalu melibatkan emosi
secara proporsional dalam berkomunikasi. Ia juga pendengar yang baik, mampu
menghidupkan suasana, dan mempunyai pengaruh terhadap orang-orang yang ada
di sekelilingnya.
Beauty yang demikian bersumber dari dalam, dari sikap mental. Sikap mental
yang matang, stabil, teruji, dan terpelihara ini akan memancarkan estetika yang
secara mistis memancar di wajah si Beauty. Dan hebatnya, pancaran keindahannya
ini dapat dirasakan oleh siapapun yang berada di sekitarnya!
Inner Beauty ini sangat berlawanan dengan cantik visual yang berkorelasi
terbalik dengan waktu. Artinya, jika semakin lama kualitas cantik visual semakin
menurun, Inner Beauty justru menguat seiring dengan bertambahnya waktu.
Dengan demikian, ungkapan Fay Weldon: “Beauty is the first present nature gives to
women and the first it takes away” boleh kita lupakan!

Apakah Rahasia Inner Beauty?

We ourselves possess Beauty when we are true to our own being


ugliness is in going over to another order
knowing ourselves, we are beautiful;
in self-ignorance, we are ugly
(Ambrose Bierce)
Rahasia Inner Beauty adalah sikap mental positif terhadap hidup, rasa hormat
pada lingkungan, dan adanya keinginan untuk ambil bagian dalam denyut
kehidupannya. Rasa ingin berharga dan berguna ini lalu mendorong si Beauty untuk
mengembangkan dirinya. Lalu dijalaninyalah olah mental yang sesuai dengan
kemampuan dan gaya pribadinya, disertai disiplin tentunya. Olah mental ini bisa
sangat bermacam-macam: olah tubuh (olah raga, menari), olah rasa (seni, praktek-
praktek relijius), peningkatan pengalaman berinteraksi dan berorganisasi, atau
kombinasi dari pilihan-pilihan tersebut di atas. Yang jelas, tak ada Inner Beauty yang
instan. Semua perlu proses, disiplin, dan kerja keras!
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana mungkin suatu olah fisik, olah rasa
dan olah pikir bisa memberi sumbangan begitu besar pada penampilan yang beauty?
Pendekatan bioenergi memiliki jawabannya.
Di dalam pendekatan bioenergi, tubuh – pikiran – perasaan dipandang
sebagai satu kesatuan. Tubuh dan pikiran saling mempengaruhi, sehingga apa yang
dilakukan tubuh pasti akan mewarnai pola pikir. Pada umumnya penggemar olah
tubuh seperti penari memiliki toleransi yang tinggi pada keragaman. Penghargaan
mereka terhadap kebebasan ini (baca: pola pikir) terbentuk karena mereka sering
melatih kelenturan tubuh agar mampu bergerak sebebas-bebasnya. Jadi kelenturan
di tubuh menghasilkan kelenturan yang serupa di pola pikir. Hal yang sama juga
terjadi pada para karateka yang cenderung bergaya defensif dalam pengambilan
keputusan, penggemar boxer yang cenderung menyerang, atau pesilat yang acapkali
piawai dalam berstrategi. Perbedaan karakter dalam pola pikir mereka disebabkan
oleh pola latihan fisik yang berbeda pula.

Bagaimana Tubuh dan Pikiran Berhubungan?

Pendekatan bioenergi meyakini adanya perangkat yang menghubungkan


antara dimensi fisik (tubuh) dan mental (pikiran) yang dinamakan chakra. Ada tujuh
chakra utama yang letaknya inheren dengan kelenjar tubuh penghasil hormon-
hormon penting. Chakra ini memiliki penjelasan tentang mekanisme aspek-aspek
psikologis kita sebagai berikut:
(Gambar posisi chakra dan kelenjar pada tubuh)

(Tabel chakra, kelenjar dan aspek psikologis chakra)

Chakra lah yang melakukan pengolahan terhadap bioenergi yang kita ambil
dari alam sekitar kita. Hasil pengolahan tersebut memancar berupa medan
bioenergi tubuh yang biasa disebut aura. Kualitas aura yang dihasilkan
mencerminkan kondisi kesehatan, kondisi psikologis, serta pola pikir kita. Semakin
cemerlang aura tersebut, semakin baik. Aura yang cemerlang menggambarkan jiwa
dan raga yang sehat, dan ini dapat ‘dirasakan’ oleh orang lain. Aura bersifat
interaktif, berbaur dan ‘saling menyusupi’ dengan aura lain. Itulah sebabnya orang
merasa nyaman bersama si pemilik aura cemerlang, karena auranya yang mungkin
kurang cemerlang ‘ikut menikmati’ kenyamanan yang dimiliki si Aura Cemerlang.

Bagaimana Meraih Inner Beauty?

Aura cemerlang hanyalah salah satu persyaratan untuk memiliki Inner


Beauty. Syarat lainnya adalah:

1.Aura yang Terpusat


(Gambar Aura yang terpusat)

Aura yang terpusat mengandung arti bahwa pemiliknya mempunyai


kesadaran penuh atas dirinya, atas kehadirannya, dan atas peran yang harus
dimainkannya. Ia cepat beradaptasi dan tahu bagaimana menempatkan dirinya.
Tubuh, pikiran, dan perasaannya berada dalam satu gerak, menyatu, dan tidak
perpecah-pecah.
Agar memiliki aura yang terpusat, lakukan segala kegiatan Anda dengan
sepenuh hati. Jangan memikirkan hal lain ketika Anda makan, mandi, mencuci dan
sebagainya. Hadirkan tubuh, pikiran dan perasaan Anda pada kegiatan yang sedang
berlangsung, karena tubuh akan menjadi lebih baik ketika perasaan dan pikiran
Anda sepenuhnya hadir ‘menemani’ si tubuh tersebut. Kegiatan yang berat dan
membosankan juga akan berubah menjadi kenikmatan jika kita menghadirkan
seluruh diri kita sepenuhnya.
Latihan ini akan membiasakan diri Anda untuk merasa nyaman dalam
keadaan apapun. Bahkan ketika Anda sedang sakit, ‘kehadiran penuh’ ini akan
memberikan sensasi berbeda yang sangat layak dicoba. Selain bisa meningkatkan
kemampuan konsentrasi dan pengendalian diri, melatih fokus seperti ini juga bagus
untuk menanamkan auto sugesti positif pada saat kita sedang membutuhkannya.

2.Profil Aura yang ‘Plane’ (rata permukaan)


Gambar Aura yang tidak ‘plane’ (A) dan yang ‘plane’ (B))

Aura merupakan peta holografis dari pikiran, kondisi psikologis dan kondisi
kesehatan kita. Profil aura yang tidak ‘plane’ (A) menggambarkan seseorang yang
sangat menonjol strength-nya, tapi pada saat yang sama juga mempunyai weakness
point yang berada pada titik yang sangat mencemaskan karena melampaui batas
aman. Ini terjadi karena si pemilik aura cenderung memberi perhatian secara
berlebihan pada satu aktivitas tertentu, dalam hal ini adalah aktivitas yang
berhubungan dengan eksplorasi logika (lihat chakra ke-5nya, chakra tenggorokan).
Akibatnya sisi ego (lihat chakra ke-3, solar plexusnya) kurang mendapat perhatian,
bahkan menjadi titik lemah yang sangat serius baginya.
Kita sering menjumpai orang semacam ini. Walaupun mereka menonjol di
bidang eksplorasi pemikiran, tapi acapkali mereka menunjukkan respon yang
‘janggal’ dalam berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan
cara memperkaya diri dengan aktivitas yang bisa menjadi penyeimbang bagi
kekuatan logikanya (olah pikir), yaitu dengan aktivitas olah fisik, olah rasa, juga
berorganisasi atau berbaur dengan orang yang lebih beragam, dan sebagainya.
Permukaan yang rata pada aura B menggambarkan kondisi psikologis si
pemilik aura yang tenang (tidak reaktif), stabil, dan obyektif. Obyektif artinya tidak
berlebihan dalam memberikan reaksi, tidak emosional, tidak memihak, dan
proporsional dalam memandang segala sesuatu. Pemilik aura yang rata seperti ini
tidak mengekspresikan kegembiraan maupun kesedihan secara berlebihan, karena ia
percaya bahwa situasi emosional tersebut tidak bersifat permanen. Ia juga tidak
menghindar dari apa-apa yang tidak disukai apalagi dibencinya, karena tidak
menyukai sesuatu itu dalam pandangannya merupakan suatu weakness point yang
harus diperbaiki.

3.Aura yang Memiliki Ketahanan


(gambar aura yang memiliki ketahanan)
(gambar pola-pola yang terdapat dalam aura)

Secara ‘visual’, aura dianggap memiliki ketahanan jika polanya lengkap,


memiliki lapisan yang cukup tebal, kuat tetapi elastis. Aura tebal berarti pemiliknya
bukan hanya sehat, tapi juga menunjukkan energi hidup yang besar. Ia pantang
menyerah (aura kuat), dan memiliki respon terhadap tekanan yang sangat positif,
artinya: cepat dalam menormalisir kondisi psikologisnya (aura elastis). Kekuatan dan
kelenturan seperti ini bisa diupayakan melalui latihan fisik yang disiplin. Kelengkapan
pada auranya menghasilkan kebebasan dalam berpikir dan kemampuan melihat
banyak alternatif. Ini dimungkinkan karena aktivitas si pemilik aura yang sangat
beragam dan pengalaman hidup yang sangat kaya. Selain itu, memiliki aura
semacam ini juga akan membuat kita memiliki kepekaan yang memadai, sehingga
setiap kali kita terbawa pada situasi yang tidak proporsional atau ‘melampaui batas’,
tubuh akan memberi ‘isyarat’ akan adanya disharmoni.

4.Ritme Aura
Aura memiliki ritme, karena setiap chakra pendukungnya bekerja dengan
iramanya masing-masing. Agar irama yang berbeda di tiap chakra tersebut bisa
menyatu secara harmonis, maka sebaiknya kita ‘memberi ruang’ pada chakra-chakra
tersebut (baca: diri sendiri) untuk ‘mengekspresikan diri’. Musik, menyanyi,
berkebun, memelihara binatang, semua ini adalah beberapa contohnya. Aktivitas
yang tampaknya remeh ini memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kita
dalam mengelola stress. Pertama, pengayaan diri dengan aktivitas kecil ini ibarat
memasang balok-balok pemecah ombak besar di tepi pantai. Balok-balok tersebut
akan memecah ombak menjadi lebih kecil, sehingga tidak lagi memiliki kekuatan
untuk menggerus pantai yang sedang kita lindungi. Pantai merupakan gambaran dari
diri kita, ombak adalah stress atau tekanan hidup, balok-balok pemecah ombak itu
adalah aktivitas-aktivitas kecil tadi. Adanya aktivitas-aktivitas kecil ini bagaikan
mendistribusikan beban stress yang besar kepada banyak chakra, sehingga tidak
ada satu chakra yang akan menderita karena overload. Kedua, distribusi beban ini
akan membuat diri kita memiliki fleksibilitas dalam mengadaptasi kondisi yang
berubah-ubah.
Akhirnya, “Let the beauty of what you love be what you do” (Rumi). Semua
kualitas ini dapat dikembangkan sendiri jika kita 1) memiliki pemahaman yang cukup
tentang mekanisme bioenergi dan berlatih secara disiplin, atau 2) melakukan
aktivitas beragam yang memberikan perhatian secara memadai pada semua chakra
sebagaimana uraian di atas.

Pendiri “Cosmic Link”, pemberdayaan diri melalui pendekatan bioenergi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai