Anda di halaman 1dari 22

SARANA DAN PRASARANA ALAT

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI SERTA


INTERVENSI FISIOTERAPI

DisusunOleh:
Kelompok 2

1. Fitri Gunawati ( 113063C2121002)


2. Ni Made Risna (113063C2121003)
3. Veronika Boniti Margaretha (113063C2121005)

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sarana dan
Prasarana Alat Pemeriksaan Serta Intervensi Fisioterapi”
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Fisioterapi.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana
menggunakan alat alat fisioterapi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kristina Novita Leluni selaku
dosen pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin,13 September 2021

Penulis

Program StudiSarjanaFisioterapi Page ii


DAFTAR ISI

Halaman
COVER ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I SARANA DAN PRASARANA......................................................... 1
BAB II ALAT PEMERIKSAAN FISIOTERAPI.......................................... 2
A. Goniometer......................................................................................... 2
B. Chest Deep Caliper
C. Scoliometer......................................................................................... 2
BAB III ALAT INTERVENSI FISIOTERAPI.............................................. 3
A. Shortwave Diathermy ........................................................................ 3
B. Microwave Diathermy........................................................................ 3
C. Traksi.................................................................................................. 3
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 5

Program StudiSarjanaFisioterapi Page iii


BAB I
SARANA DAN PRASARANA

A. Sarana

- Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan fisioterapi seyogyanya menyediakan sarana
memadai dan memenuhi aspek kemudahan dan keselamatan
(safety) pengguna/masyarakat agar pelayanan fisioterapi berjalan
secara aman, dan optimal. Lokasi gedung/bangunan tempat
- penyelenggaraan pelayanan/poli fisioterapi rawat jalan,
terletak
dekat dengan loket pendaftaran, memperhatikan kemudahan
akses untuk mencapai lokasi bagi pasien rawat jalan maupun
rawat inap, dengan petunjuk arah yang mudah terlihat/dipahami.
- Gedung/ruang pelayanan fisioterapi rawat jalan harus didesain
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan kemudahan akses
bagi difabel/penyandang disabilitas serta kemudahan akses bagi
pasien rawat inap yang akan dilakukan intervensi di bagian
fisioterapi rawat jalan.
- Sarana penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas
dan praktik mandiri disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
dan daya dukung institusi terkait.

B. Prasarana

- Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi didukung pengelolaan


administrasi dengan kelengkapan prasarana administrasi manual
dan elektronik (komputer) dengan jumlah dan kualitas yang
memadai. Tersedia formulir rekam medik fisioterapi yang
dibutuhkan, termasuk dan tidak terbatas pada formulir-formulir
uji dan pengukuran.
- Fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan media informasi
yang cukup, baik cetak dan/atau elektronik untuk menunjang
kebutuhan pelayanan fisioterapi maupun sebagai upaya
meningkatkan kualitas/kompetensi sumber daya manusia.
- Penyelenggaraan pelayanan fisioterapi harus didukung daya
listrik yang sesuai kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan,
dan harus menggunakan stabilisator untuk menjamin kestabilan
tegangan dan keamanan peralatan elektroterapeutis yang digunakan

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 1


BAB II
ALAT PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

A. Goniometer

1. Definisi/Pengertian
Istilah “goniometer” berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu gonia
berarti sudut, dan metron yang berarti ukuran. Oleh karena itu,
goniometer adalah pengukuran sudut atau derajat, khususnya pengukuran
derajat yang terjadi pada sendi-sendi manusia dengan patokan tulang
pembentuk sendi.
Goniometer merupakan bagian penting dari evaluasi komprehensif
sendi dan jaringan lunak disekitar sendi. Pengukuran antropometri seperti
panjang tungkai, circumferentia (lingkar bagian tubuh), dan volume tubuh
juga merupakan bagian dari evaluasi komprehensif.

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 2


2. Fungsi/Tujuan Penggunaan Alat
● Fungsi goniometer antara lain :
- mengukur kemampuan gerak sendi aktif dan pasif
- menentukan ada atau tidak disfungsi
- menegakkan diagnosis
- menentukan tujuan dari tindakan atau intervensi
● Tujuan goniometer adalah sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara
Kerja goniometer untuk mengukur lingkup gerak sendi.

3. Prosedur Kerja/Cara Kerja


● Prosedur kerja goniometer antara lain :
Persiapan
o Berikan sapa dan salam kepada pasien
o Siapkan alat goniometer
o Pastikan tangan kita bersih
o Persilahkan pasien menempati posisi yg di tentukan
Pelaksanaan
- Jelaskan ke pasien tujuan pemeriksaan goniometri.
- posisikan pasien sesuai dengan tujuan pemeriksaan bisa dengan
- berdiri,duduk atau dengan berbaring.
- catatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya dilembar
medicalrecord

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 3


- pasien
- bersihkan alat dan diletakkan kembali pada tempatnya
- Cucilah tangan menggunakan sabun
● Cara kerja goniometer :

Metode fleksibilitas pergelangan tangan :

1. tempatkan goniometer di atas pergelangan tangan. Pegang di atas


sendi pergelangan tangan, sejajarkan pin instrumen dengan bagian
ibu jari tangan.Subjek harus merentangkan lengan lurus dan
keluar, menjaga pergelangan tangan lurus dalam
proses.Sejajarkan kedua tangan goniometer sehingga keduanya
ditutup dan diletakkan lurus di sisi tangan.
2. Ukur flex. Instruksikan subjek untuk menekuk pergelangan
tangan ke bawah sambil menjaga lengan dan jari tetap lurus.
Sesuaikan tangan ponsel dari goniometer agar sesuai dengan
tempat dan arah tangan yang baru.Pin dan tangan yang tidak
bergerak dari goniometer harus dijaga pada posisi awal.Baca
derajat rotasi tombol tengah, periksa tepat di bawah garis tengah
jarum ponsel. Ini harus menjadi ukuran fleksi.Meskipun ada
rentang keseluruhan antara 0 dan 90 derajat, pengukuran rata-rata
lebih dari 60 derajat.
3. Temukan hiperekstensi. Instruksikan subjek untuk menekuk
pergelangan tangan agar lengan dan jari tetap lurus. Sesuaikan
tangan ponsel dari goniometer agar sesuai dengan posisi tangan
yang baru.Seperti sebelumnya, Anda tidak harus menggerakkan
pin dan tangan goniometer stasioner.Baca sudut rotasi di bawah
garis tengah tangan yang bergerak sambil melihat dial
tengah.Seluruh rentang untuk hiperekstensi juga ada antara 0 dan
90 derajat, dengan rata-rata 60 derajat.
4. Ubah posisi goniometer. Posisikan sehingga pin ditempatkan di
atas sendi pergelangan tangan. Kedua lengan harus ditutup
memanjang dalam garis lurus.Subjek harus mengembalikan
pergelangan tangannya ke posisi awal semula. Lengan, tangan,

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 4


dan pergelangan tangan harus keluar.
5. Periksa deviasi radial. Instruksikan subjek untuk memutar
pergelangan tangannya ke arah ibu jari. Setelah subjek
merentangkan pergelangan tangan sejauh mungkin ke dalam,
rentangkan tangan seluler goniometer agar sesuai dengan posisi
tangan yang baru.Jangan gerakkan jarum atau tangan stasioner
goniometer.Baca pengukuran belok pada dial tengah di bawah
garis tengah hand mobile.Rotasi total ada dalam kisaran 0 hingga
45 derajat, tetapi rata-rata penyimpangan radial adalah sekitar 20
derajat.
6. Periksa deviasi ulnaris. Instruksikan subjek untuk memutar
pergelangan tangan ke arah yang berlawanan dari ibu jari. Saat
subjek tidak lagi dapat memutar pergelangan tangan ke luar,
rentangkan tangan yang bergerak goniometer agar sesuai dengan
arah dan tempat bergerak.Jaga tangan tetap dan pin tengah di
posisi awal.Baca ukuran rotasi pada dial tengah, periksa tepat di
bawah garis tengah tangan ponsel.Deviasi ulnaris rata-rata lebih
dari 30 derajat, tetapi seluruh rentang ada antara 0 dan 45 derajat.

B. Chest Deep Caliper

1. Definisi / Pengertian

The chest deep Caliper  adalah alat aluminium digunakan mengukur


secara akurat kedalaman dada baik inci atau sentimeter. 

2. Fungsi/ tujuan

The  chest deep Caliper  digunakan untuk mengukur kedalaman


dada di kisaran 0 sampai 24 inci, di 0,5 bertahap inch (0 60cm secara
bertahap 2cm). Serta mengukur ekspansi dada maksimum dari
istirahat hingga inspirasi penuh.

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 5


C. .Scoliometer

1. Definisi / Pengertian

Scoliometer adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi status


Tulang belakang dan memeriksa kelainan bentuk dari tulang belakang
atau adolescent idiopathic scoliosis.Peralatan yang diperlukan untuk
pemeriksaan adalah scoliometer. Ada dua macam jenis scoliometer yang
dapat digunakan antara lain scoliometer atau inclinometer berbentuk
penggaris dan berbasi saplikasi:

2. Fungsi / Tujuan
Secara umum, perlu diberitahukan bahwa pemeriksaan dengan
scoliometer merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur
sudut rotasi batang tubuh (angle of trunk rotation/ATR); ATR digunakan
untuk menentukan tatalaksana selanjutnya, apakah perlu dilakukan
pencitraan radiografi dan rujukan ke dokter spesialis ortopedi atau tidak.
Pemeriksaan ini bersifat umum, aman, noninvasif, tidak menggunakan
sinar radiasi, tidak menimbulkan nyeri, dan dapat digunakan sebagai
skrining pada adolesen. Scoliometer memiliki tingkat sensitivitas,
spesifisitas, reliabilitas intrapenilai, dan reliabilitas antar penilai yang
cukup baik.

3. Prosedur/Cara kerja
Teknik prosedur pemeriksaan scoliometer merupakan hal yang
perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dengan scoliometer terutama
posisi pasien ketikadalam pemeriksaan.Posisi yang tidak tepat dapat
mengakibatkan positif palsu ataupun negative palsu.
Berikut merupakan prosedur pemeriksaan angle trunk
rotation (ATR) dengan scoliometer:

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 6


- Minta penderita atau orang yang
diperiksa (screenee)Untuk
membungkuk ke depan
perlahan,berhenti pada saat bahu
sejajardengan pinggul.
- Setelah itu, amati dari belakang
penderita. Perhatikan setiap
ketinggian tulang rusuk dan/atau
kesimetrisan di area punggung
bawah.
- Sebelum mengukur dengan
skoliometer, sesuaikan ketinggian
posisi membungkuk pasien ke
tingkat di mana deformitas tulang
belakang paling terlihat. Posisi ini
akan berbeda-beda tergantung pada
lokasi lengkungannya.
- Letakkan skoliometer melintasi
deformitas pada sudut yang tepat
terhadap tubuh, dengan penanda “0”
tepat di atas processus spinosus.
Tempelkan skoliometer secara
perlahan. Jangan menekan
scoliometer.
- Baca sudut rotasi batang tubuh
(angle of trunk rotation/ATR).
Pemeriksaan dianggap positif jika
pembacaan pada skoliometer adalah
7 derajat atau lebih  (≥20 ̊ sudut
Cobb) pada satu atau lebih tingkatan
tulang belakang regio thoraks atau
lumbar. Derajat rotasi yang lebih

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 7


rendah mungkin atau mungkin tidak
menunjukkan derajat skoliosis yang
lebih ringan.
- Ketidakmampuan untuk
melakukan forward bending
test yang disebabkan oleh nyeri di
punggung atau kekencangan
hamstring kemungkinan diakibatkan
oleh patologi lain, termasuk nyeri
punggung mekanis, herniasi diskus,
spondilolisis atau infeksi
- Dengan nilai cut-off ATR sama
dengan atau lebih besar dari 7
derajat, pemeriksaan dengan
skoliometer memiliki tingkat
sensitivitas tinggi sebesar 83,3% dan
spesifisitas tinggi sebesar 86,8%.
- Pada kelompok remaja muda dan
remaja dewasa (usia > 10 tahun),
pengukuran skoliometer ≥ 5 derajat
s/d 7 derajat atau > 10 derajat sudut
Cobb direkomendasikan untuk
dirujuk ke dokter spesialis ortopedi.
Namun pada pasien yang berisiko
tinggi mengalami perkembangan
penyakit, rujukan lebih awal perlu
dipertimbangkan disebabkan oleh
mayoritas intervensi non-bedah
memiliki tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi pada
kurva/kelengkungan vertebra yang
lebih kecil. Ini termasuk pasien

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 8


berusia <10 tahun dan yang memiliki
riwayat keluarga dengan skoliosis
berat.

4.

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 9


BAB II
ALAT INTERVENSI FISIOTERAPI

A. Shortwave Diathermy
1. Definisi/Pengertian
Short Wave Diathermy atau Diatermi Gelombang Pendek adalah salah
satu modalitas pemanasan dalam (deep heating) karena mampu
menembus jaringan dengan kedalaman sampai 4 – 5 cm, dimana keadaan
ini tidak dapat dicapai oleh alat pemanasan lainnya seperti : Micro Wave
Diathermy (MWD) maupun infrared. SWD cukup efektif untuk terapi
jaringan yang terletak lebih dalam / sulit dijangkau oleh MWD maupun
infrared. Transfer energi SWD melalui mekanisme konversi, yaitu dari
energi elektromagnetik menjadi energi termal.

2. Fungsi/Tujuan Penggunaan Alat


● Fungsi Shortwave Diathermy antara lain :
- Modalitas fisioterapi untuk memperoleh pengaruh panas dalam
jaringan lokal.
- Merileksasi otot.
- Meningkatkan metabolisme sel-sel.
- Mempercepat proses respon inflamasi.
- Merangsang penyembuhan jaringan.
● Tujuan Shortwave Diathermy adalah untuk memperlancar peredaran

Darah.

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 10


3. Prosedur Kerja/Cara Kerja Alat
● Cara Kerja Shortwave Diathermy adalah sebagai berikut :
- Rangkaian Power Supply ,Rangkaian ini bertugas menyuplai
tegangan keseluruh rangkaian Short Wave Diathermi.
- Kontrol DosisBerfungsi sebagai pengaturan intensitas yang akan
digunakan dalamterapi.Bagian ini mengontrol besarnya masukan
ke trafo HTT.
- TimerMerupakan sebagai pewaktu lamanya Short Wave Diathermi
melakukanterapi.Dengan otomatis pesawat Short Wave Diathermi
akan mati sesuaisetting waktu yang ditentukan oleh pemakai.
- Trafo HTT Merupakan trafo yang menghasilkan tegangan
tinggi.Tegangan tinggi yang dihasilkan menyerap elektron-elektron
di dalam tabung gelombang frekuensi tinggi.
- Tabung TriodaMerupakan pembangkit frekuensi tinggi atau tempat
terjadinya tumbukanantara elektron-elektron bebas dengan
tegangan tinggi yang di hasilkan oleh HTT,sehingga keluaran dari
tabung berupa gelombang frekuensi tinggi.
- Kontrol PengeluaranMerupakan sebagai pengatur efek panas yang
di hasilkan oleh pesawat SWDke pasien terapi.
- Elektroda CakramMerupakan keluaran pesawat SWD yang
berhubungan langsung dengan pasien.
4. Hal yang Perlu diperhatikan dalam Penggunaan Alat
● Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat antara lain :
- Kontraindikasi secara umum ,yaitu :

a. Trauma akut,inflamasi
b. Gangguan sirkulasi
c. Scar yang besar
d. Gangguan kognitif dan komunukasi sehingga sulit melaporkan
nyeri.
- Kontraindikasi secara khusus,yaitu :
a. Lensa kontak
b. Menstruasi dan kehamilan

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 11


c. Imaturitas tulang
d. Adanya logam seperti perhiasan dll.

B. Microwave Diathermy

1. Definisi/ Pengertian
Microwave diathermy (MWD) adalah alat terapi yang bertujuan
meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah, diikuti dengan perbaikan
sirkulasi, metabolisme dan otot-otot menjadi rileksasi.

2. Fungsi/Tujuan Penggunaan Alat


 Fungsi microwave diathermy

MWD modalitas fisioterapi yang bermanfaat dalam mengurangi


nyeri. MWD cocok untuk jaringan superficial dan struktur artikuler
yang dekat dengan permukaan kulit, contoh : permukaan anterior
pergelangan tangan dan lutut.

3. Prosedur / Cara Kerja


 Cara kerja
- tombol on di tekan tegangan PLN masuk ke dalam
rangakaian power supply. Power supply merubah tegangan
AC menjadi DC lalu tegangan masuk ke dalam blok blok
rangkaian. Sebelum melakukan theraphy alat ini harus di atur
frekuensi nya arusnya dan bentuk pulsa

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 12


- menekan tombol select atau memutar switch rotary, setelah
selesai dengan menekan tombol start alat akan bekerja. Arus
listrik akan di alirkan melalui elektroda ,
- ketika waktu habis maka timer akan memutus tegangan pada
osilator dan buzzer akan berbunya menandakan bahwa proses
therapy telah selesai.

4. Hal yang harus di perhatikan


Penting untuk diingat bahwa gelombang mikro bisa
berbahaya, lensa mata dan jaringan reproduksi seperti testis dan
ovarium sangat beresiko . perlindungan parsial dapat diberikan
dengan menyaring ruangan dimana diathermy microwave
dilakukan.

C. Traksi

1. Definisi / Pengertian
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh.
Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi,
mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi
deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan
patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang
mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer &
Bare, 2001 ).
Traksi merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi
ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).

2. Fungsi/Tujuan Penggunaan Alat


Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk
mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur, untuk
mengurangi deformitas, untuk menambah ruang diantara dua permukaan
antara patahan tulang.
 Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus
dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis
tarikan yang diinginkan (Barbara, 1998) atau juga ;
- mengurangi dislokasi atau sublukasi
- memeprtahankan ke sejajajaran tulang
- mengurangi spasme otot, mereduksi
- mencegah deformitas (memperbaiki letak sendi panggul pada
penyakit Congenital Dislocation of the Hip (CDH)

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 13


- mengistirahatkan bagian yang sakit/trauma agar tidak terjadi
kerusakan jaringan lunak
- memperluas bagian sendi untuk prosedur arthroscopy.

3. Prosedur dan Cara Kerja


 Prosedur penerapan traksi
- Mesin dan perangkat traksi diuji dan dicoba fungsi kinerjanya
- pasien/kalien diposisikan stabil dan rileks tiduran terlentang dibad-
traksi,bantal di bawah kepala fleksi kepala 20-30 derajat untuk
kasus facets atau lardosis dengan ganjal handuk untuk kasus
disucus.
- intruksikan kepada pasien/kalien untuk tidak bergerak selama
terapi
- ukur tensi,pulse,berat badan,tentukan beban tarikan.
- pasang cervical belt dengan tepat,tidak mencekik dan tidak terlalu
longgar dibawah dagu
- aturdosis beban 20-30% berat badan dan beban saat istirahat 5-
10% BB,waktu total 15-30 menit dengan hold 5-10 detik,rest 5-10
detik.
- kontrol selama traksi; diperhatikan mimic,mata pernapasan. bila
timbul
- keluhan pusing mual,atau kesadaran menurun maka traksi segera
- dihetikan dan dilakukan pemeriksaan tanda fital.

4. Hal yang perlu diperhatikan


 Pengkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi,
dan imobilitas harus diperhitungkan.Traksi membatasi mobilitas dan
kemandirian seseorang.Peralatannya sering terlihat mengerikan, dan
pemasangannya tampak menakutkan.Kebingungan, disorientasi, dan
masalah perilaku dapat terjadi pada pasien yang terkungkung pada tempat
terbatas selama waktu yang cukup lama.Maka tingkat ansietas pasien dan
respon psikologis terhadap traksi harus dikaji dan dipantau.Bagian tubuh
yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskuler (misal : warna, suhu,
pengisian kapiler, edema, denyut nadi, perabaan, kemampuan bergerak)
dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan
perlu dilakukan pengkajian terus menerus.Imobilisasi dapat menyebabkan
terjadinya masalah pada system kulit, respirasi, gastrointestinal,
perkemihan, dan kardiovaskuler.Masalah tersebut dapat berupa ulkus
akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 14


nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih.Adanya nyeri tekan
betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif
(ketidaknyamanan pada betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat)
mengarahkan adanya trombosis vena dalam.Identifikasi awal masalah
yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi
segera untuk mengatasi masalah tersebut.
 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan utama
paasien karena traksi dapat meliputi yang berikut :
- Kurang pengetahuan mengenai program terapi
- Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi
- Nyeri dam ketidaknyamanan yang berhubungan dengan traksi dan
imobilisasi.
- Kurang perwatan diri : makan, hygiene, atau toileting yang
berhubungan dengan traksi
- Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit

dan traksi.
 Intervensi
o Dx. 1
 Dorong klien latihan aktif untuk daerah yang dapat dilakukan
 Dorong klien pada aktivitas terapeutik dan pertahankan
rangsangan lingkungan.Ex : TV, radio, kunjungan keluargaKaji
derajat imobilitas yang dihasilkan karena adanya traksi dan
perhatikan persepsi klien terhadap imobilisasi

o Dx. 2
 Tingkatkan bagian tubuh yang sakit dengan meninggikan kaki
tempat tidur
 Berikan tindakan kenyamanan (contoh : sering ubah posisi,
pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan
teknik manajemen stres (contoh: nafas dalam, visualisasi) dan
sentuhan terapeutik
 Berikan pijatan lemah pada area luka sesuai toleransi bila
balutan telah dilepas
 Selidiki keluhan nyeri luka, kemajuan yang tak hilang dengan
analgesik
 Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, relaksan otot
 Berikan pemanasn lokal sesuai indikasi

o Dx. 3
 Ubah posisi dengan sering geraka pasien dengan perlahan-
lahan dan beri bantalan pada tonjolan tulang dengan pelindung
 Beri penguatan pada balutan awal sesuai dengan indikasi.
Gunakan teknik aseptik dengan tepat
 Pertahankan klien tetap kering. Bebas keriput
 Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 15


o Dx. 4
 Kaji hambatan terhadap partisipasi terhadap perawatan diri
 Berikan waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas dan
tingkatkan kesabaran 
 Antisipasi kebutuhan kebersihan dan bantu klien sesuai dengan
kebutuhan

o Dx. 5
 Dorong ekspresi ketakutan masalah klien
 Diskusikan tindakan keamanan
 Dorong klien untuk menggunakan manajemen stres. Ex:
bimbinan imajinasi, nafas dalam

o Dx. 6
 Instruksikan klien, keluarga untuk melakukan perawatan
mandiri
 Dorong klien melakukan program latihan berkesinambungan
 Tekankan diet seimbang dan pemasukan cairan yang adekuat
 Anjurkan penghentian merokok
 Indentifikasi tanda gejala yang memerlukan evaluasi medik.
Ex: edema, eritema, dan sebagainya

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 16


BAB III
KESIMPULAN

- Alat uji dan alat intervensi merupakan prasarana dalam bidang


fisioterapi . Dalam penggunaan nya pun diperlukan keahlian seorang
fisioterapis agar tidak terjadi kesalahan .
- Tujuan utama dari alat uji dan intervensi merupakan sebagai tolak
ukur fisioterapis dalam melakukan tindakan
- Banyak hal yang harus di perhatikan dalam penggunaan alat intervensi
agar tidak membahayakan pasien ataupun klien
- Fisioterafis harus bisa mengutamakan kenyamanan pasien ataupun
klien seperti memperhatikan posisi pasien yang benar agar merasa
nyaman saat di terapi
- Fisioterapis harus memeriksa alat intervensi sebelum digunakan untuk
menerapi pasien agar keselamatan pasien terjaga.

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 17


DAFTAR PUSTAKA

Hikia P,S.Kep,Ns indra (2011). mengenal traksi tanggal akses 25 november 2011
dari ;http://indrahizkia.blogspot.com/2011/11/mengenal-traksi.html
& Keperawatan Ahlinya asuhan (2014) . Traksi diakses pada tanggal 9 april 2014
dari; https://ahlinyaasuhankeperawatan.blogspot.com/p/traksi.html
Arsanto (2012).shortwave diathermy diakses tanggal 14 september 2021
dari ;https://www.rspantiwaluyo.com/berita-154-short-wave-diathermy.html
akhmad rosul rais (2017). SWD “ENRAF NONIUS-CURAPLUS 419”
diaksestanggal14september2021dari;
https://id.scribd.com/document/366950067/Short-Wave-Diathermy
Radian Nyi Sukmasari (2016). Detik health diakses tanggal 14 september 2021
dari ; https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3330603/kenali-berbagai-
macam-fisioterapi-untuk-bantu-atasi-nyeri-punggung-bawah
Hamidahhilyas.microwave diathermy unit diakses tanggal 14 september 2021
dari ; https://pdfcoffee.com/microwave-diathermy-unit-pdf-free.html
Siti muthiah ;hendrik;Suharto(2013).Media Fisioterapi Politeknik Makassar.alat
ukur fisioterapi,goniometer diakses 14 september 2021 dari
;journal.poltekkes-mks.ac.id

Program StudiSarjanaFisioterapi Page 18

Anda mungkin juga menyukai