Anda di halaman 1dari 2

Sebuah pertanyaan yang selalu saja muncul karena masih awamnya masyarakat bahkan seorang

fisioterapis sendiri terhadap hakikat dan makna dari profesi Fisioterapis.

“Apa Fisioterapi itu?”

Menjawab pertanyaan seperti ini tidaklah bisa sesederhana seperti “ fisioterapi adalah bentuk
pelayanan kesehatan profesional yang objeknya adalah gerak-fungsi tubuh individu maupun
kelompok mencakup preventif, pemeliharaan, restoratif, dan pendekatan berbasis bukti, apabila
gerak-fungsi mereka terancam oleh karena proses penuaan, cidera, penyakit, gangguan, kondisi
atau faktor lingkungan ”.

Pengertian Fisioterapi haruslah berangkat dari pengetahuan dan ilmu, sehingga fisioterapi bisa
memiliki batang keilmuan sendiri dan sah untuk di anggap sebagai rumpun ilmu sendiri. Ilmu yang
menurut The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Filsafat Ilmu adalah sebuah rangkaian aktivitas
yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman,
kemasyarakatan, atau perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan haruslah dimiliki sifat-sifatnya ini dalam
batang keilmuan fisioterapi.

Metode dan Pengetahuan adalah alas dan dasar dari pembentuk aktivitas keilmuan, metode dan
pengetahuan haruslah bersifat nalar atau rasional bukan berdasarkan perasaan-perasaan atau
naluri. Jadi ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dan pengamatan empiris.
Setelah mendapatkan pengertian tersebut maka kita kemudian bisa menyepakati bahwa fisioterapi
sebagai ilmu pengetahuan, dan kemudian kita merujuk kepada pengertian dari fisioterapi seperti
halnya dari APTA, CPA, CSP, NZSP, dan WCPT bahkan WHO maka dapat kita tarik garis besar
kesimpulan bahwa akar batang tubuh dari Fisioterapi adalah Motion and Function dengan batang
tubuh keilmuannya adalah Restore, Improve, Prevent, Maximize yang dalam metode
pengaplikasiannya tidak ada pembatasan karena terus bergeraknya, atau terus tumbuhnya ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri, sehingga penyebutan metode pengaplikasian hanya akan
membatasi pengembangan dari pohon keilmuan fisioterapi itu sendiri.

Batang tubuh keilmuan ini pada akhirnya karena ditinjau dari kaca mata kerucut keilmuan yang ideal
dan kemampuan manusia yang terbatas dalam penguasaan suatu bidang, maka munculah
peminatan fisioterapi yang menjadi batang dari pohon keilmuan fisioterapi ini, diantaranya adalah
peminatan terhadap Muskuloskeletal, Neuromuscular, Kardiorespirasi, dan Integument. Keurucut
keilmuan yang ideal haruslah memiliki standar kompetensi yang jelas, baik dari pendidikan, standar
kebutuhan pelayanan, mutu pelayanan, SOP yang berakhir dengan munculnya citra yang menjadi
pandangan dalam pengenalan sebuah profesi.

Meski demikian, kebijakan pemerintah dalam mendeskripsikan tentang jenjang pendidikan menjadi
suatu hal yang membuat pekerjaan baru dalam mendefinsikan fisioterapi dalam ranah pendidikan,
kompetensi, maupun pelayanan. Tetapi memang hal inilah yang memang wajib ditaati, sehingga
munculah program studi DIII, DIV, SI, dan Profesi Fisioterapi. Kebijakan pemerintah ini jika kita
ibaratkan dalam pohon keilmuan adalah seperti buah, hasil pencapaian yang akan dihasilkan dari
sebuah pohon keilmuan yang berproses untuk dipetik dan dinikmati sesuai dengan kebutuham.
ilmu pengetahuan dapat kita ketahui pada bagian prosesnya, sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
manusia, yang diusahakan dengan menggunakan rasio / akal budinya secara rasional (kritis, logis,
dan sistematis) untuk menghadapi dan memikirkan berbagai macam hal yang menjadi lingkup bahan
kajiannya, untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan, sebagai kekayaan mental yang
dapat berguna menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan dan permasalahan yang mungkin
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar proses keterkaitan tersebut sampai pada tujuan
yang dapat diandalkan, kita perlu mengkuti cara-cara serta langkah-langkah yang merupakan
prosedurnya. Karena kegiatan ilmu pengetahuan itu pada pokoknya adalah kegiatan berpikir, maka
telah diperkenalkan berbagai macam cara berpikir, langkah-langkah yang perlu kita jalani untuk
sampai pada tujuan yang kita harapkan. Berkenaan dengan hal yang dibahas, pertama-tama kita
perlu menemukan rumusan masalahnya. Rumusan masalah tersebut memicu kita berpikir untuk
memberikan jawaban yang jelas dan benar. Dalam rangka usaha memberikan penjelasan,
berdasarkan kerangka berpikir serta landasan teoritis yang telah kita susun, kita dapat memberikan
rumusan hipotesis sebagai perkiraan jawaban yang masih bersifat sementara dan perlu dibuktikan
terlebih dahulu. Terhadap jawaban yang bersifat sementara tersebut, kita perlu melakukan uji
hipotesis, yaitu melakukan pembuktian di lapangan. Setelah diuji dan diteliti kecocokannya di
lapangan, barulah kita memperoleh hasil apakah hipotesis tersebut dapat kita terima sebagai
pengetahuan yang benar dan dapat kita terima, atau kah masih perlu hipotesis direvisi terlebih
dahulu untuk menghasilkan pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan. Setelah menjalani
proses kegiatan berpikir dengan cara cara dan langkah-langkah sebagai prosedur yang mesti kita
jalani, barulah kita dapat menemukan rumusan pengetahuan yang diandalkan, yang merupakan
produk dari kegiatan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai