Anda di halaman 1dari 25

PENGEMBANGAN EKSTRAKURIKULER TARI DAN KARAWITAN

BERBASIS CONTEMPORARY TIKTOK MUSIC UNTUK


MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK SISWA KELAS V SD
DI KECAMATAN SRANDAKAN TAHUN 2021/2022 KABUPATEN
BANTUL
Disusun untuk memenuhi tugas Metodelogi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Hieronimus Sujati, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Miftahul Lutfi Andrian


NIM : 18108241145
Kelas :6D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
PROLOG
Sejak bergulirnya era reformasi di negeri ini, dunia pendidikan juga
mengalami perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan yaitu kebijakan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik.
Sejalan dengan diberlakukannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yang menegaskan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara (pasal 1 butir 1). Selain itu, dalam pasal 4 ayat (4) menyatakan
bahwa paradigma pembiasaan yang harus dibangun adalah pemberian
keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas dalam
konteks kehidupan sosial kultural sekolah (Pus Kur).
Secara formal dan institusional, sekolah dasar masuk pada kategori
pendidikan dasar. Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 dan 2 merupakan
jenjang pendidikan yang dilandasi jenjang menengah; pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs.), atau bentuk lain yang sederajat (Susanto, 2016:69).
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Rahardjo dan La Sulo, 2010:34). Salah satu poin
yang terdapat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa peserta
didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini juga
ditegaskan dalam peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, Nomor
23 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, serta Nomor 24 Tahun 2006 untuk mengatur pelaksanaannya.
Menurut Akhmad Sudrajat (2008), pengembangan diri di sekolah
merupakan salah satu komponen penting yang diarahkan guna terbentuknya
keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara klasikal pada jam efektif,
namun seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler atau jam
efektif, baik melalui kegiatan yang dilembagakan seperti kegiatan
ekstrakulikuler di bawah pembimbing ekstrakulikuler terkait, maupun secara
temporer seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok,
bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok,
juga bisa melalui pemberian tugas mandiri seperti siswa diberikan tugas
mengkaji buku, mengunjungi nara sumber, atau mengunjungi tempat tertentu
untuk kepentingan pembelajaran siswa itu sendiri.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Karena pengembangan diri masuk dalam struktur kurikulum yang
dikembangkan, maka setiap sekolah dasar maupun menengah diharapkan
untuk malaksanakan kegiatan pengembangan diri sebagai salah satu kegiatan
untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik. Agar peserta didik dapat
menyalurkan bakat dan minatnya seiring dengan mencari ilmu.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri juga dapat dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi,
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Dengan
adanya pengembangan diri, peserta didik dapat menyalurkan bakat dan minat
sesuai dengan keinginannya untuk mendapatkan sebuah prestasi di luar mata
pelajaran yang diajarkan pada kegiatan belajar mengajar di kelas. (Masnur
Muslich, 2007: 30)
MENEMUKAN MASALAH
Tidak sedikit sekolah dasar yang ingin melaksanakan kegiatan
pengembangan diri terkendala oleh beberapa faktor, diantaranya seperti yang
terjadi di SD Negeri yang berada di kecamatan Sukasada. Menurut Sukradati,
dkk. (2013:3) dalam penelitiannya di SD Negeri Kecamatan Sukasada
menyebutkan, masih banyaknya model pengembangan diri yang belum
terkoordinir dengan baik, seperti contohnya masih ada sekolah dasar yang
belum melibatkan peran semua guru dalam pelaksanaan pengembangan diri,
tidak adanya tempat untuk melaksanakan kegiatan pengembangan diri,
dikarenakan lahan yang ada di sekolah sangat terbatas, adanya lahan namun
guru maupun yang mengajar tidak ada, atau bahkan lahan dan guru sudah ada
tetapi peserta didik tidak minat dengan kegiatannya. Dari berbagai masalah
tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan cara semua faktor harus saling
mendukung dan bersinergi untuk mewujudkan kegiatan pengembangan diri
khususnya di sekolah dasar.
Kegiatan pengembangan diri sudah banyak diterapkan, seperti contohnya
kegiatan pengembangan diri di SD Negeri yang ada di kecamatan Sukasada,
walaupun masih ada kekurangan. Begitu pula sekolah dasar yang ada di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir di setiap sekolah dasar sudah
menerapkan kegiatan pengembangan diri. Salah satu sekolah dasar yang sudah
menerapkan kegiatan pengembangan diri yaitu SD N Koripan. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara singkat penulis dengan Kepala sekolah SD N
Koripan pada tanggal 20 Januari 2021 menyatakan bahwa, SD N Koripan
sudah menerapkan kegiatan pengembangan diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan juga kegiatan pelayanan konseling. Untuk kegiatan
pelayanan konseling masih dibimbing oleh guru wali kelas, dikarenakan SD N
Koripan belum ada guru khusus Bimbingan Konseling (BK). Sedangkan untuk
kegiatan ekstrakurikuler sudah ada dan sudah berjalan dengan baik.
Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SD N Koripan sudah memiliki guru
pembimbing di masing-masing bidang ekstrakurikuler, adapun kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di SD N Koripan antara lain; Pramuka, Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Drumband, ini sebagai ekstrakurikuler wajib
bagi setiap siswa. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan antara lain;
Karawitan, Seni Lukis, Seni Tari, Seni Musik, dan Study Sains.
Dijelaskan juga oleh Bapak Maryanto selaku guru olahraga di SD N
Koripan untuk ekstrakulikuler dilaksanakan setiap hari Senin sampai hari
Sabtu setelah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sudah selesai. Namun
jika hari libur, kegiatan ekstrakulikuler juga diliburkan. SD N Koripan juga
masih memiliki kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan diri
berupa ekstrakulikuler. Adapun kendala yang dihadapi oleh SD N Koripan
yaitu sarana dan prasaran yang masih kurang memadai untuk menampung
bakat dan minat peserta didik. Selain sarana dan prasarana yang kurang
memadai, ada pula siswa yang menginginkan adanya kegiatan ekstrakulikuler
selain ekstrakulikuler yang sudah ada. Kurangnya kegiatan pengembangan diri
dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik peserta didik.
INVENTARISASI MASALAH
Dari hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa SD N
Koripan memiliki beberapa permasalahan terkait pengembangan diri siswa
diantaranya minimnya tenaga pendidik yang mahir dalam bidang
pengembangan diri, sarana dan prasarana yang kurang memadai, sedikitnya
minat siswa terhadap ekstrakurikuler yang ada, dan kurangnya kegiatan
pengembangan diri yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa.
MEMBATASI MASALAH
Dari beberapa masalah yang ada peneliti menggaris bawahi bahwa
masalah yang ada tidak begitu komplek namun ada satu masalah yaitu
kurangnya peningkatan kecerdasan kinestetik yang menarik untuk diulas lebih
dalam. Kecerdasan jasmaniah-kinestetik atau disebut juga “cerdas jasmaniah”
adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk
menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu. Orang yang memiliki
kecerdasan ini biasanya memproses informasi melalui perasaan yang
dirasakan melaui aspek badaniah atau jasmaniah. Meraka sangat hebat dalam
menggerakan otot-otot besar dan kecil dan senang melakukan aktifitas fisik
dan berbagai jenis olahraga (Muhammad Yaumi, 2012: 105). Dalam hal
kinestetik, koordinasi antara tubuh dan gerakan merupakan hal yang paling
utama. Koordinasi gerak merupakan kemampuan untuk mengatur keserasian
gerak bagian-bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan
kontrol tubuh. Siswa yang koordinasi geraknya baik akan mampu
mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan
koordinasi gerak dinilai berdasarkan kemampuan melakukan gerakan-
gerarakan keterampilan (Husdarta dan Nurlan Kusmaedi, 2010: 109). Mirip
dengan skill yang biasa disebut keterampilan psikomotor, yang
mengkombinasikan interprestasi mental dengan respon fisik. Dimasa lalu
kecerdasan fisik dipelajari oleh anak-anak secara natural karena masa kecil
dipenuhi aktifitas luar rumah seperti menanjat pohon, bermain layang-layang,
lompat karet dll. Aktifitas-aktifitas tersebut merupakan cara alami untuk
meningkatkan kecerdasan fisik atau kinestetik (Andyda Meliala, 2004: 98).
Adapun komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-
kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan (Sonowat and Gogri dalam
Muhammad Yaumi, 2012: 17). Setiap anak pastinya mempunyai kecerdasan
kinestetik hanya saja tingkatannya yang berbeda. Kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap anak seyogyanya harus dikembangkan melalui kegiatan yang
berhubungan dengan pengembangan diri anak. Dalam kaitannya di lembaga
pendidikan, Pengembangan diri ini termasuk dalam tiga komponen struktur
kurikulum yang dikembangkan, yaitu: mata pelajaran, Muatan Lokal dan
pengembangan diri (Isjoni, 2010: 82).
SIGNIFIKASI MASALAH
Menurut Seelfeldt dan Wasik memaparkan bahwa Anak usia tiga, empat,
dan lima tahun penuh dengan energi dan terus bergerak waktu mereka tumbuh
keterampilan motorik kasar dan halus menjadi lebih cepat dan kemampuan
mereka melakukan tugas yang menuntut keselarasan semakin baik (Prasetyo.
Y, Kamsiyati. S, n.d.) Selanjutnya diperkuat oleh Pertiwi (2014: 2) kecerdasan
kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya kita mampu
melakukan gerakan-gerakan yang bagus, berlari, menari, membangun sesuatu,
semua seni dan hasta karya. Kecerdasan kinestetik akan membuat anak
mampu melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan fisik
seperti bergerak, berlari, dan berkomunikasi menggunakan tubuhnya. Hal-hal
tersebut sangat berguna bagi kehidupannya supaya anak dapat menjadi pribadi
yang baik.
Selain itu, anak masih canggung dalam bergerak, malu-malu dan tidak
percaya diri dalam menggerakkan tubuhnya. Mengembangkan kecerdasan
kinestetik pada anak dapat dilakukan melalui pembelajaran seni, khususnya
seni tari dan karawitan.
Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut masa
Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan
fisik, kognitif, sosial dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik
oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak
usia dini. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa usia dini seluruh
aspek perkembangan kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar
biasa. Berdasarkan hasil studi longitudinal Bloom (Juntika Nurikhsan, 2007 :
138) menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun kepasitas kecerdasan sudah
mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80 % dan usia 13 tahun mencapai 92
%. Pada masa usia dini merupakan masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan
oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama
dalam mengembangkan potensi fisik (motorik), intelektual, emosional, sosial,
bahasa, seni dan moral spiritual.
ANALISIS MASALAH
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan kinestetik peserta didik antara lain
pengembangan diri melalui ekstrakurikuler. Menurut Sigit Muryanto
(2011:37) tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah dasar antara lain:
1. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca,menulis, dan
berhitung.
2. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Belajar bergaul dengan kelompok sebaya.
4. Belajar bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Mempelajari peran jenis kelamin yang sesuai.
6. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
7. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan.
8. Mengembangkan hati nurani dan sistem nilai sebagai pedoman perilaku.
9. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
10. Mengembangkan konsep diri yang sehat.
Menurut Novan Ardi (2013:108) kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan
pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka serta dilakukan di
dalam maupun di luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan.
Adapun indikator variabelnya antara lain analisis kebutuhan, menetapkan jenis
ekstrakurikuler yang dikembangkan, menyusun program kegiatan,
melaksanakan kegiatan, serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan
pengembangan diri menurut Heri Wibowo (2010:12) yaitu aktivitas yang
mengajari diri sendiri hal-hal yang baik, yang berpotensi mendorong diri kita
untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasi waktunya
tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jadi, lebih jelasnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan
complements) kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu bentuk
penyaluran pengembangan kecerdasan kinestetik siswa. Melalui
ekstrakurikuler di bidang seni seorang siswa dengan kecerdasan kinestetiknya
dapat terwadahi dengan baik. Dengan dukungan dari sekolah dan guru siswa
dapat melejit dan membawa prestasi di bidang seni yang pada akhirnya
berimbas pada sekolah itu sendiri.
MEMBATASI VARIABEL BEBAS
Depdiknas dalam Kemendikbud (2016:2) mendefinisikan bahwa
ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar mata pelajaran dan pelayanan
bimbingan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah. Menurut
Novan Ardy (2013: 108) kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan
pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka serta dilakukan
didalam maupun diluar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan.
Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah sebuah kegiatan di luar kurikulum yang membantu
peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik sesuai dengan tugas perkembangannya melalui kegiatan yang
diselenggarakan oleh pendidik maupun tenga kependidikan di
sekolah/madrasah. Dengan menjadi sarana dalam mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik berarti ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang penting dan bermanfaat bagi siswa dalam menjalani tugas
perkembangannya.
Dalam Kemendikbud (2016:6) “kegiatan ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan
karir.” Hal itu dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan
minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk
pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
2. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta
didik.
3. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam
suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga
menjunjung prses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler
harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang
dan lebih menarik bagi peserta didik.
4. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki berbagai fungsi seperti yang telah
diuraikan, harapannya kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya meningkatkan
perluasan minat, pengembangan potensi, dan pembentukan karakter, tetapi
juga mendukung makin sinerginya kehidupan sosial di lingkungan sekolah
serta kesiapan peserta didik di jenjang sekolah berikutnya dan perencanaan
karier.
Adapun tujuan ekstrakurikuler menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam mengembangkan
bakat dan minat masing-masing individu. Bukan hanya bakat dan minat,
melainkan ilmu kemasyarakatan yang nantinya akan dibawa oleh masing-
masing peserta didik di dalam kehidupannya seperti bekerjasama, mandiri,
dan kemampuan-kemapuan yang lainnya. Selain itu, peserta didik juga akan
mendapatkan pengalaman-pengalaman
Salah satu bentuk ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan potensi
kecerdasan kinestetik siswa yakni lewat ekstrakurikuler tari dan karawitan, di
mana tari sebagai media ekspresi dalam pembelajarannya dapat
menyenangkan anak serta dapat mengembangkan kemampuan anak. Unsur
penting dalam tari salah satunya adalah musik. karawitan merupakan musik
pengiring suatu tari. Di balik musik yang mampu memberikan berbagai
pengaruh terhadap manusia, menyimpan peristiwa penciptaan yang jarang
diketahui oleh publik. Proses penciptaan musik, adalah peristiwa penting di
mana pemikiran dan konstruksi artistik dari komposer itu mewujud.
Sedangkan musik tiktok adalah sebuah musik baru yang mulai digemari oleh
kalangan anak-anak dan remaja.
NOVELTY
Peneliti bermaksud menggabungkan ketiganya sehingga menghasilkan
sebuah karya berupa Contemporary Tiktok Music dengan harapan dapat
meningkatkan kecerdasan kinestetik peserta didik. Dari apa yang telah terjadi
belakangan ini membuka pemikiran peneliti untuk menggabungkan seni
tradisional tari dan karawitan dengan musik tiktok yang sedang melambung
peminatnya di kalangan ank-ank dan remaja. Sehingga akan tercipta sesuatu
yang menarik dan diharapkan dapat mewujudkan tujuan penelitian.
Merumuskan judul
Masalah yang terjadi kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi
sehingga sangat menarik untuk dibahas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Ekstrakurikuler Tari
dan Karawitan Berbasis Contemporary Tiktok Music Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Siswa Kelas V SD Di Kecamatan
Srandakan Tahun 2021/2022 Kabupaten Bantul”.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka muncul beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: Seiring perkembangan zaman
ekstrakurikuler tari dan karawitan semakin tidak diminati oleh peserta didik
karena dirasa kurang moderen. Sehingga perlu adanya motivasi positif berupa
perubahan konsep baru ekstrakurikuler tari dan karawitan yang dipadukan
dengan musik tiktok agar lebih fress dan menarik untuk peserta didik.
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada kurangnya
kecerdasan kinestetik kelas V SD di Kecamatan Srandakan.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
proses pengembangan ekstrakurikuler tari dan karawitan berbasis
contemporary tiktok music untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa
kelas V SD di Kecamatan Srandakan tahun 2021/2022 Kabupaten Bantul?
5. Kebaruan Penelitian
Dalam penelitian ini, produk yang akan dikembangkan adalah perpaduan
antara musik moderen dengan musik tradisional sehingga diharapkan akan
menarik minat peserta didik untuk mengasah potensi dirinya. Produk ini
berbasis musik kontemporer antara gamelan jawa dengan musik tiktok.
6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan ekstrakurikuler
inovarif tari dan karawitan berbasis contemporary tiktok music untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa kelas V SD di Kecamatan
Srandakan tahun 2021/2022 Kabupaten Bantul.
7. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran secara umum bagaimana proses pengembangan
ekstrakurikuler tari dan karawitan berbasis contemporary tiktok music
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa kelas V SD di
Kecamatan Srandakan tahun 2021/2022 Kabupaten Bantul.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Membantu mengembangkan potensi dalam diri siswa melalui proses
pengembangan diri pada kegiatan ekstrakulikuler, sehingga siswa lebih
terbiasa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari dan supaya
bermanfaat bagi kehidupannya.
2) Bagi Guru
Mempermudah guru dalam membantu keaktifan dan rasa percaya diri
siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
3) Bagi Peneliti
Dapat mengetahui proses pelaksanaan pengembangan diri melalui
kegiatan ekstrakulikuler siswa kelas V SD di Kecamatan Srandakan.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk
memberikan masukan yang baru terkait dengan pelaksanaan
pengembangan diri siswa serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian
yang akan datang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik, yakni kemampuan untuk menggunakan seluruh
tubuhnya untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan atau
menggunakan tangan-tangan untuk menghasilkan dan mentransformasikan
sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keahlian-keahlian fisik khusus seperti
koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturandan kecepatan.
(Howard Gardner 2001:3). Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
menyelaraskan pikiran dengan badan sehingga apa yang dikatakan oleh
pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan-gerakan badan yang indah,
kreatif, dan mempunyai makna. Definisi ini merujuk pada tulisan yang
mengatakan bahwa “...Sebuah keselarasan antara pikiran dan tubuh, dimana
pikiran dilatih untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya dan tubuh
dilatih untuk dapat merespon ekspresi kekuatan dari pikiran” (Linda C, Bruce
C dan Dee D, 2002). Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki tipe
belajar yang mengandalkan tangan atau tubuhnya atau disebut dengan cara
belajar kinestetik. Mereka merespon sesuatu dengan baik pada komunikasi
nonverbal. Mereka juga cepat belajar gesture, yakni menyampaikan sesuatu
dengan bagian tubuhnya, terutama tangan. Kecerdasan kinestetik berhubungan
erat dengan motorik. Motorik merupakan perkembangn pengendalian gerakan
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan
spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar motorik halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih misalnya, kemampuan memindahkan
benda dari tangan, mencoret-coret menyusun balok, menggunting, menulis,
dan sebagainya.
2. Pengembangan Diri
Menurut Muhaimin dalam Sudirman Anwar (2011: 8) Pengembangan diri
yaitu kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum
sekolah atau madrasah. Kegiatan ini merupakan upaya pembentukan watak
peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan
pembelajaran dan pengembangan karier, serta kegiatan ekstrakurikuler yang
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Menurut Heri Wibowo (2010: 12) pengembangan diri adalah aktivitas
yang mengajari diri sendiri hal-hal yang baik, yang berpotensi mendorong diri
kita untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya. Artinya, pengembangan diri
adalah pendidikan (termasuk di dalamnya pendidikan formal) yang sengaja
dilakukan bagi diri sendiri untuk mencapai optimalisasi potensi yang
dimungkinkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan diri
adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, dan minat yang difasilitasi oleh konselor, guru, dan tenaga profesional
lain. Perlunya pengembangan diri adalah untuk dapat meningkatkan
kemampuannya dalam meguasai lingkungan dan kelangsungan hidupnya. Hal
ini senada dengan Franken dalam Nilam Widyarini (2013:4) “Perilaku
manusia merupakan usaha untuk beradaptasi dengan lingkungan. Selanjutnya
Nilam Widyarini mengungkapkan “Adanya kebutuhan untuk menguasai
lingkungan mendorong manusia untuk terus belajar dan mengembangkan
diri.”
Berdasarkan hal tersebut, pengembangan diri perlu dikembangkan oleh
setiap orang, bahkan sejak masa kecil. Sekolah Dasar merupakan institusi
yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan dan bakat minat
generasi muda, dalam hal ini anak umur enam sampai dua belas tahun. Namun
dalam pelaksanaannya memerlukan program yang matang untuk dapat
mewadahi pengembangan diri peserta didik. Agar nantinya, mendapatkan apa
yang di harapkan dari berlatih sesuai dengan bakat dan minatnya sedari masih
di usia dini. Peran guru pembimbing dan sekolah menjadi peran yang sangat
sentral, demi terwujudnya generasi muda yang memiliki bakat dan minat
dibidangnya untuk menentukan karir dimasa depan.
Sejalan dengan hal itu, Kemendiknas (2011:14) dalam Buku “Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter” mengemukakan bahwa pengembangan diri
dikembangkan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut terdiri dari:
a. Kegiatan Pembudayaan dan Pembiasaan
Kegiatan Pembudayan dan pembiasaan terdiri dari beberapa kegiatan
yaitu:
1) Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan
pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau penuh
pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas
2) Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari
Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket
kelas, salat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum
pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila
bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman-teman
3) Kegiatan Spontanitas
Kegiatan spontanitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara spontan saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan
ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk
masyarakat apabila terjadi bencana.
4) Kegiatan Keteladanan
Kegiatan keteladanan merupakan perilaku, sikap guru, tenaga
kependidikan, dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan
bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang
lebih awal dibanding peserta didik), kebersihan, kerapihan, kasih
sayang, kesopanan, perhatian, jujur, kerja keras dan percaya diri.

BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kombinasi desain atau model concurrent embeddeddengan metode kualitatif
sebagai metode primer.Menurut Johson dan Cristen 2007 dalam Sugiyono
(2011, Metode Penelitian Kombinasi, hlm. 404) mengemukakan bahwa
:Penelitian metode campuran (mixed methods) merupakan pendekatan
penelitian yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi
pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan penggabungan kedua
pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan penelitian ini lebih
kompleks tidak sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, dari
pada melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebutsecara kolektif
sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan metode campuran berbeda
dengan penggunaan banyak metode. Pengertian pertama mencakup
penggunaan beberapa metode dalam konteks penelitian yang menggunakan
pendekatan berbeda yaitu kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan pengertian
yang kedua menggunakan metode dalam konteks penelitian yang
menggunakan pendekatan yang sama, yaitu kuantitatif atau kualitatif. Oleh
karena itu, yang dimaksud dengan metode campuran ialah menggunakan dua
atau lebih metode yang diambil dari dua pendekatan yang berbeda yaitu
pendekatan kualitatif atau kuantitatif (dapat sebaliknya). Penggunaan dalam
penelitian yang dimaksud yaitu penelitian yang sedang dilaksanakan untuk
memperoleh data kuantitatif dan kualitatif yang digunakan sebagai bukti
empiris dalam menjawab rumusan masalah penelitian. Konsekuensinya,
dengan penggunaan metode campuran temuan penelitian akan lebih baik,
lengkap dan komprehensif.
Metode penelitian menurut Sugiyono adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam
penelitian dan pengembangan ini mengacu pada model pengembangan Borg
dan Gall yang dimodifikasi dari Sugiyono. Menurut Goll, Gall & Borg dalam
“Educational Research”menjelaskan R&D dalam pendidikan adalah sebuah
model pengembangan berbasis Industri dimana temuan penelitian digunakan
untuk merancang produk dan prosedur baru yang kemudian secara sistematis
diuji dilapangan, dievaluasi dan Model pengembangan penelitian ini
menggunakan (Research and Development) R&D. Metode R&D adalah
penelitian yang digunakan untuk menghasilakan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2009).Model pengembangan dapat
berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model
prosedural adalah model bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-
langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual
adalah model yang bersifat analitis yang memberikan komponen-komponen
produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antar komponen. Model
teoretik adalah merupakan model yang menunjukkan hubungan perubahan
antar peristiwa.Dalam pengembangan ini menggunakan model pengembangan
prosedural, yang sudah dijelaskan diatas, selain menghasilkan produk
pengembangan prosedural juga menghasilkan komponen-komponen produk
yang akan dikembangkan serta keterkaitan dengan komponen-komponen
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk
dimana produk yang dihasilkan telah ada, dan produk tersebut dibuat untuk
disempurnakan, sehingga dapat digunakan menunjang jalannya kegiatan
proses pembelajaran disekolah.
Produk tersebut berupa secrapbookpembelajaranmengenai kesiapsiagaan
banjir.
a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalahe ksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi implementasi yaitu salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi dan penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan
uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau prilaku yang
diamati dari suatu individu,kelompok, masyarakat dan atau organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks yang dikaji dari sudut pandang yang
utuh, komprehensif dan holistik.
Ciri-ciri metode penelitian kualitatif:
1) Naturalistic inquiry yaitu mempelajari situasi dunia nyata secara
alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang
timbul.
2) Inductive analysis yaitu mendalami rincian dan kekhasan data guna
menemukankategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3) Holistic perspective yaitu seluruh gejala yang dipelajari dipahami
sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-
bagiannya.
4) Qualitative data yaitu deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara
mendalam
5) Personal contactand insight yaitu peneliti punya hubungan langsung
dan bergaul erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang
dipelajari.
6) Dynamic systems yaitu memperhatikan proses; menganggap
perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu
maupun budaya secara keseluruhan.
7) Unique case orientation yaitu menganggap setiap kasus bersifat khusus
dan khas.8.Context Sensitivity yaitu menempatkan temuan dalam
konteks sosial, historis dan waktu.
8) Emphatic Netrality yaitupenelitian dilakukan secara netral agar
obyektif tapi bersifat empati.
9) Design flexibility yaitu desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka
beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
b. Metode Kuantitatif
Metode KuantitatifPenelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.Metode
kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena
berlandasan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah
atau scientifickarena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit
atau empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistic
Ciri-ciri metode penelitian kuantitatif
1) Metode penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengukur satu atau
lebih variable penelitian. Lebih dari itu penelitian kuantitatif
dilakukan untuk mengukur hubungan atau korelasi atau pengaruh
antara dua variabel atau lebih.
2) Metode penelitian kuantitatif Permasalahan penelitiannya adalah
menanyakan tentang tingkat pengaruh atau keeratan hubungan antara
dua variabel atau lebih.
3) Penelitian kuantitatif dilakukan untuk menguji teori yang sudah ada
yang dipilih oleh peneliti
4) Metode penelitian kuantitatif memfungsikan teori sebagai titik tolak
menemukan konsep yang terdapat dalam teori tersebut, yang
kemudian dijadikan variabel.
5) Penelitian kuantitatif menggunakan hipotesis sejak awal ketika
peneliti telah menetapkan teori yang digunakan.
6) Penelitian kuantitatif lebih mengutamakan teknik pengumpulan data
kuesioner.
7) Penelitian kuantitatif penyajian datanya berupa table distribusi
pilihan jawaban para responden yang ditentukan oleh peneliti berupa
angka.
8) Penelitian kuantitatif menggunakan prespektif etik, yaitu data yang
dikumpulkan dibatasi atau ditentukan oleh peneliti dalam hal pilihan
indicator atau atribut variabel bai jumlah maupun jenisnya.
9) Metode penelitian kuantitatif menggunakan definisi operasionalisasi
kerena hendak mengukur variabel, karena definisi operasional pada
dasarna merupakan petunjuk untuk mengukur variable
10) Penelitian kuantitatif penentu ukuran jumlah responden atau sampel
dengan menggunakan presentase, rumus atau table populasi-sampel,
sebagai penerapan prinip keterwakilan.
11) Peneliti kuantitatif menggunakan alur penarikan kesimpulan
berproses secara deduktif, yaitu konsep, variabel ke data.
12) Metode penelitian kuantitatif instrument penelitiannya berupa
kuesioner atau angket, yang juga berfungsi sebagai teknik
pengumpulan datam.
13) Analisis yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dilakukan
setelah data terkumpul, dengan menggunakan perhitungan angka-
angka atau analisis statistic.
14) Penelitian kuantitatif kesimpulannya berupa timgkat hubungan antar
variabel, sedangkan dalam penelitian kualitatif kesimpulannya
berupa temuan konsep yang tersembunyi di balik data rinci
berdasarkan interpretasi atau kesepakatan dari para responden atau
informan.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian ini akan dilaksanakan di SD yang berada di Kecamatan
Srandakan Mulai dari Maret hingga April untuk melakukan observasi dan
wawancara serta pembuatan proposal, April sampai Mei pengumpulan data,
Mei hingga Juni pengembangan produk dan validasi data, Juli perbaikan
produk, dan Agustus Finalisasi.
3. Model Pengembangan
Model pengembangan dalam penelitian ini mengacu terhadap model
pengembangan dari sugiyono (2017) yangtelah disebutkan diatas, akan tetapi
pada penelitian ini tidak semua langkah pengembangan diterapkan, hal ini
dikarenakan penelitian yang dilakukan masih bersifat dalam skala yang
terbatas dean tidak mencakup dalam penelitian yang lebih luas. Oleh karena
itu, tahap pengembangan diawali dengan melakukan perencanaan dengan
identifikasi potesi masalah, membuat desain baru, validasi desain, revisi
desain, validasi desain, dan yang terakhir uji coba produk.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam instrumen penelitian ini menggunakan metode kombinasi desain atau
modelconcurrent embeddeddengan metode kualitatif sebagai metode primer,
Menurut Moleong (2006:121) bahwa: pada penelitian kualitatif, peneliti
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir
data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya sehingga
pengertian manusia sebagai instrumen penelitian sangan tepat karena ia
menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Sikap peneliti, tutur
kata, keramahan, kesabaran, serta keseluruhan penampilan akan sangat
berpengaruh terhadap isi jawaban responden atau subyek penelitian yang
diterima oleh peneliti. Hal ini selaras dengan apa yang diutarakan Nasution
(Sugiono, 2017:223) bahwa: dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain
dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara
pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian ini. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas
itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya.
Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif, data
dianalisis secara statistik deskriptif. Data kualitatif berupa komentar dan saran
perbaikan produk dari ahli materi dan ahli media kemudian dianalisis dan
dideskripsikan secara deskriptif kualitatif untuk merevisi produk yang
dikembangkan. Kemudian data kuantitatif diperoleh dari skor penilaian ahli
materi, ahli media, dan skor hasil angket siswa. Data kuantitatif yang berasal
dari angket ahli materi dan ahli media serta angket dari siswa kemudian
dihitung skor rata-ratanya dengan rumus yang diadaptasi dari Arikunto (2006 :
264):
Skor rata-rata = skor total : banyak butir
Skor rata-rata keseluruhan = skor total keseluruhan : banyak butir keseluruhan
Kemudian diubah menjadi nilai kualitatif dengan membandingkan skor dari
reviewer baik dari ahli materi, ahli media, maupun siswa dengan skor ideal
yang dihitung menggunakan acuan tabel konversi nilai yang diadopsi dari
Sukardjo (2005), sebagai berikut:
Tabel 1. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif skala 1-5
Rentang Skor kategori
x>Xi+1,80 Sbi Sangat Layak
Xi+ 0,60 Sbi<x≤Xi+ 1,80 Sbi Layak
Xi-0,60 Sbi<x≤Xi+ 0,60 Sbi Cukup Layak
Xi-1,80 Sbi<x≤Xi-0,60 Sbi Kurang Layak
x≤Xi-1,80 Sbi Sangat Kurang Layak

Keterangan :
Rerata Ideal (Xi): 1/2 x (skor maksimal + skor minimal)
Simpangan Baku Skor Ideal (Sbi): 1/6 x (skor maksimal –skor minimal)
X: skor rata-rata hasil implementasi
5. Teknik Analisi Data
Kegiatan menganalisa data dalam suatu penelitian merupakan kegiataninti
yang pada akhirnya akan melahirkan hasil dari sebuah penelitian. Analisisdata
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yangdiperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengancara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukansintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yangpenting dan
mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinggamudah
difahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Penelitian ini adalah penelitian kombinasi (mixed methods) dengan desain
concurrent embedded dimana penelitian kuantitatif digunakan sebagai metode
primer dan penelitian kualitatif sebagai metode sekunder.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan
Model Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Ali, Muhammad. (2005). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru.
Ardi Novan Wiyani. (2013). Manajemen Kelas. Yogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Gardner, Howard. Frame of Mind The Theory of Multiple Intelligence. Amerika:
basic books, 1983.
Husdarta dan Nurlan Kusmaedi, 2010, Pertumbuhan dan Perkembangan
(Olahraga dan Kesehatan). Bandung: Alfabeta
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, Bruce,etal.,ModelofTeaching.Boston: Allyn and Bacon, 1996.
Kemendikbud. (2016). Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah
Dasar. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar.
Kemendikbud. (2016). Pedoman Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud RI.
Masnur Muslich, (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Meliala, Andyda. (2004). Anak Ajaib-Temukan dan Kembangkan Keajaiban
Anak Melalui Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Andi
Muryono, Sigit. (2011). Empati, Penalaran Moral dan Pola Asuh. Telaah
Bimbingan Konseling. Samarinda: Gala Ilmu Semesta.
Nurihsan Juntika, Teori Kepribadian,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2007.
Prasetyo. Y, Kamsiyati. S, B. T. (n.d.). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak
Melalui Metode Bermain Gerak Dan Lagu Padas Anak Kelompok A
Taman Putera Mangkunegaran Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. 2014.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Susanto, Ahmad. (2016), Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada Media Group.
Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains
Bandung:Rosdakarya, 2014.
Syamsu, Juntika. (2007), Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:Remaja
Rosda Karya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja.Jakarta: Rajawali Press.
Yuami, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. (Jakarta:
KencanaPrenada Media Grup).

Anda mungkin juga menyukai