Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

NAMA : DINA MAYA RIANTI

NIM : 200502014

KELAS : 3A PERBANKAN SYARIAH

MATKUL : AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH

A. PENGARUH ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN AKUNTANSI

Sebelum pemerintah Islam berdiri, peradaban umat manusia didominasi oleh dua
bangsa yang memiliki teritori yang luas, yaitu Bangsa Romawi dan Persia, di mana Syam ( saat
ini meliputi Syiria, Lebanon, Yordania, Palestina dan Israel) merupakan jajahan Romawi,
sedangkan Irak dijajah Persia. Adapun perdagangan bangsa Arab Mekkah terbatas ke Yaman
pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas.

Pada saat itu, akuntansi telah diterapkan dalam bentuk perhitungan barang dagangan
oleh para pedagang. Di mana perhitungan tersebut dimaksud mengetahui perubahan-
perubahan, dan untung rugi, serta menggunakan akuntansi untuk transaksi utang- piutang
mereka.

Selain itu orang-orang Yahudi pada saat itu juga melakukan perdagangan dan juga telah
menggunakan Akuntansi untuk transaksi Utang-piutang mereka (Syahatah, 2001).

Praktik Akuntansi pada masa Rasulullah mulai berkembang setelah turunnya perintah
Allah SWT dalam Al-Qur’an untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai (2 : 282) dan
untuk menunaikan Zakat (2 : 110 & 177, 9 : 18 & 71, 22 : 78, 58 : 13). Perintan Allah SWT untuk
mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai telah mendorong setiap individu untuk senantiasa
menggunakan dokumen ataupun bukti transaksi. Adapun perintah Allah SWT untuk
menunaikan Zakat telah mendorong Ummat Islam untuk mencatat dan menilai asset yang
dimilikinya, karena ketentuan pembayaran Zakat dihitung berdasarkan Presentase tertentu dari
asset yang dimliki seseorang yang telah memenuhi kriteria Nisab dan Haul.
PRAKTEK AKUNTANSI PEMERINTAHAN ISLAM

a. Pada zaman Rasulullah SAW cikal bakal akuntansi dimulai dari fungsi pemerintahan untuk
mencapai tujuannya dan penunjukkan orang-orang yang kompeten (Zaid, 2000);

b. Pemerintahan Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji, terspesialisasi dalam peran
dan tugas tersendiri(Hawary, 1988);

c. Perkembangan pemerintahan Islam hingga Timur Tengah, Afrika, dan Asia di zaman Umar bin
Khatab, telah meningkatkan penerimaan dan pengeluaran negara;

d. Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggung jawaban


penerimaaan dan pengeluaran negara;

e. Umar bin Khatab mendirikan lembaga yang bernama Diwan (dawwana = tulisan);

f. Reliabilitas laporan keuangan pemerintahan dikembangkan oleh Umar bin Abdul Aziz (681-
720M) dengan kewajiban mengeluarkan bukti penerimaan uang (Imam, 1951);

g. Al Waleed bin Abdul Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan
tidak terpisah seperti sebelumnya (Lasheen, 1973);

h. Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa
Daulah Abbasiah;

i. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti Akuntansi peternakan, Akuntansi


pertanian, Akuntansi perbendaharaan, Akuntansi konstruksi, Akuntansi mata uang, dan
pemeriksaan buku / auditing (Al-Kalkashandy, 1913);

j. Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi :

1) Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivabale subsidiary ledger), menunjukkan utang


individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta utang hewan ternak dan cicilan. Utang
individu dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen,
1973);

2) Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran);

3) Jaridah Al Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat;

4) Jaridah Al Musadareen, mencatat penerimaan denda / sita dari individu yang tidak
sesuai syariah, termasuk korupsi.

k. Laporan Akuntansi yang berupa :


1). Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap bulan (Bin
Jafar, 1981);

2). Al Khitmah Al Jame’ah, laporan keuangan komprehensif gabungan antara income statement
dan balance sheet (pendapatan, pengeluaran, surplus / defisit, belanja untuk aset lancar
maupun aset tetap), dilaporkan pada akhir tahun;

Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat diklasifikasikan pada laporan keuangan
dalam 3(tiga) kategori yaitu collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (Al-
Khawarizmi, 1984).

Evolusi perkembangan pengelolaan akuntansi mencapai tinggat tertinggi pada masa Daulah
Abbasiyah dikelompokkan menjadi beberapa spesialisasi antara lain : akuntansi peternakan,
akun tansi pertanian, akuntansi bendahara, akuntansi kontruksi, akuntansi mata uang dan
sistem pembukuan yang menggunakan mode buku besar.

Buku Besar - Jaridah Al-kharaj (merupakan pembukuan pemerintah terhadap


hutang pada individu).

- Jaridah An-Nafaqat (merupakan pembukuan yang digunakan untuk


mencatat pengeluaran Negara)
- Jaridah Al-Mal (merupakan pembukuan yang digunakan untuk
mencatat penerimaan dan pengeluaran zakat)
- Jaridal Al-Musadareen (merupakan pembukuan yang digunakan
penerimaan sita/denda tidak sesuai syariah)

Berbagai laporan akuntansi yang ikut dikembangkan pada masa Daulah Abbasiyah

Laporan - Al-khitmah (menun jukkan total pendapatan dan pengeluaran yang


dibuat setiap bulan (bin jaffar,1981 dalam zaid, 2002)

- Al-khitmah Al Jame`ah (laporan keuangan komperehensif berisikan


laporan laba rugi dan neraca yang di laporkan pada akhir tahun).
- Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat
diklasifikasikan dalam 3 laporan keuangan yaitu :
Collectable debts, doubtful debts, uncollectable debts
(lasyin, dalam zaid,2001).

Masa Rasululah & Khaifah Abu Bakr Ash-Shiddiq

Kewajiban dalam menunaikan Zakat berdampak pada didirikannya institusi Baitul Maal
oleh Rasulullah SAW yang berfungsi sebagai lembaga penyimpan Zakat beserta pendapatan lain
yang diterima oleh negara. Pada pemerintaha Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji
berdasarkan spesialisasi dalam peran dan tugas masing-masing. Adnan dan Labatjo (2006)
memandang bahwa praktik Akuntansi pada lembaga baitulmal di zaman Rasulullah baru berada
pada tahap penyiapan personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga keuangan negara.
Pada masa tersebut, harta kekayaan yang diperoleh negara langsung didistribusikan setelah
harta tersebut diperoleh. Dengan demikian, tidak terlalu diperlukan pelaporan atas penerimaan
dan pengeluaran Baitulmaal. Hal sama pun berlanjut pada masa Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Masa Khalifah Umar Ibn Khattab

Perkembangan pemerintahan Islam hingga meliputi Timur Tengah, Afrika dan Asia di
Zaman Khalifah Umar Ibn Khattab telah meningkatkan penerimaan negara secara signifikan.
Dengan demikian, kekayaan negara yang disimpan di Baitulmaal juga makin besar. Para
sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggung jawaban penerimaan
dan pengeluaran negara. Selanjutnya, Khalifah Umar Ibn Khattab mendirikan unit khusus
bernama Diwan, yang bertugas membuat laporan keuangan Baitulmaal sebgaii bentuk
akuntabilitas Khalifah atas dan Baitulmaal yang menjadi tanggung jawabnya (Zaid, 2001)

Masa Daulah Bani Umayyah

Pada masa khalifah Umar bin abdul Aziz (681-720 M), dikembangkannya reliabilitas laporan
keuangan Pemerintahan berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan Uang. Kemudian pada
masa Khalifah Al Waleed bin Abdul Malik (705715 M), mengenalkan catatan dan Register yang
terjilid dan tidak terpisah seperti sebelumnya (Lasyin, 1973, dalam Zaid, 2001)

Masa Daulah Abbasiyah

Evolusi perkembangan pengelolaan buku Akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada


masa Daulah Abbasiyah. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi, antara lain
Akuntansi Peternakan, akuntansi Pertanian, Akuntansi Bendahara, Akuntansi Konstruksi,
Akuntansi Mata Uang dan Pemeriksaan buku (auditing) (Zaid, 2001). Pada masa itu, sistem
pembukuan telah menggunakan model buku besar, yang meliputi sebagai berikut :

1. Jaridah Al-Kharaj (mirip receivable subsidiary ledger), merupakan pembukuan pemerintah


terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta hewan ternak yang
belum dibayar dan cicilan yang telah dibayar (Lasyin, 1973, dalam Zaid, 2001). Piutang dicatat di
satu kolom dan cicilan pembayaran dikolom yang lain.

2. Jaridah An-Nafaqaat (jurnal pengeluaran), merupakan pembukuan yang digunakan untuk


mencatat pengeluaran Negara
3. Jaridah Al-Maal (Jurnal Dana), merupakan pembukuan yang digunakan untuk
mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat.

4. Jaridah Al-Musadareen, merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat penerimaan


denda atau sita dari individu yang tidak sesuai dengan Syari’ah, termasuk dari Pejabat yang
korup.

Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi, antara lain sebagai
berikut :

1. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap


bulan (Bin Jafar, 1981 dalam Zaid, 2001)

2. Al-Khitmah al-Jame‟ah, laporan keuangan komprehensif yang berisikan


gabungan antara laporan laba-rugi dan neraca (pendapatan, pengeluaran, surplus
dan defisit, belanja untuk asset lancar maupun Asset Tetap) yang dilaporkan di Akhir
Tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat, utang zakat, diklasifikasikan dalam
laporan keuangan menjadi 3 Kategori, yaitu Collectable Debts dan Uncollectable Debts
(Lasyin, dalam Zaid, 2001)

HUBUNGAN PERADABAN ISLAM DENGAN BUKU POCIOLI

Pada tahun 1494, seorang itali bernama Luca Pocioli menerbitkan buku dengan judul
Summa de Arithmatica Geometria , proportioni et proportionalita. Buku tersebut membahas
lima bagian yang banyak membahas tentang ilmu Matematika. Salah satu bab membahas
tentang pembukuan yang dilakukan di venice lebih dari 200 tahun sebelumnya dan masih
digunakan pad masa itu, pada masa itu mode ini dikenal dengan mode Venice.

Melalui buku tersebut, Pacioli dianggap sebagai orang pertama yang menggagas sistem
tata buku berpasangan (double entry bookkeeping), sebuah sistem baru dan dianggap sebagai
revolusi dalam seni pencatatan dalam bidang ekonomi dan bisnis. Hendriksen menyatakan
bahwa jurnal yang dibuat Pacioli sudah mirip dengan yang digunakan sekarang. Debit dicatat
sebelah kiri (deve dare/debere) dan kredit disisi kanan (deve avare/creed). Dalam berbagai ,
Pacioli kemudian disebut sebagai “Bapak Akuntansi”.

Buku Summa de Arithmetica yang dibuat oleh Pacioli menimbulkan banyak


pertentangan. Salah satunya perkembangan akuntansi yang ditulis oleh Pacioli sebenarnya
bukanlah terjadi di Republik Italia kuno. Melainkan yang terjadi adalah Italia mengetahui
tentang akuntansi dan ilmu itu sampai kepada mereka dari bangsa lain. Jadi Pacioli hanyalah
menulis dan menjelaskan dari apa yang telah terjadi dan dipraktikkan pada masa itu, yang
beredar di antara para guru dan murid sekolah aritmatika dan perdagangan.

Selain itu, mengingat sejak abad ke-8 M, bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabia
dan India dan berhenti di Italia untuk berdagang suatu barang mewah yang tidak diproduksi
oleh Eropa. Sedangkan Pacioli baru menerbitkan buku Summa de Arithmetica pada Abad ke-15
yang menurut sejarah pada akhir abad tersebut Eropa sedang terhenti perkembangannya dan
tidak dapat diharapkan adanya kemajuan yang berarti dalam metode akuntansi. Pacioli juga
dicurigai menulis bukunya didasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang
menerjemahkan buku Aljabar yang ditulis dalam bahasa Arab, yang berisikan dasar-dasar
bookkeeping.

Dalam sejarah Islam, lebih satu abad sebelum buku Pacioli diterbitkan, telah ada
manuskrip tentang akuntansi yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kiyah Al
Mazindarani dengan judul Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqaat pada tahun 1363 M yang
menggambarkan praktik double entry bookkeeping masyarakat Muslim pada saat itu. Beberapa
kaidah dalam manuskrip tersebut yang terkait dalam praktik double entry adalah sebagai
berikut.

1. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber-sumber


pemasukan tersebut.

2. Harus mencatat pengeluaran dihalaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran-


pengeluaran tersebut.

Double entry bookkeeping diduga berasal dari Spanyol dengan alasan bahwa
kebudayaan dan teknologi Spanyol pada abad pertengahan tersebut jauh lebih unggul
dibanding dengan peradaban Italia dan Negara Eropa lainnya. Sementara pada waktu itu,
Spanyol adalah negara Muslim serta merupakan pusat kebudayaan dan teknologi di Eropa.

Beberapa ahli sejarah Barat menyimpulkan bahwa masyarakat yang dimaksud oleh
Pacioli dalam bukunya adalah masyarakat dan bahkan pemerintah Italia. Pendapat ini
dipandang bertentangan dengan fakta terkait mengenai tidak operasionalnya angka Romawi
untuk digunakan dalam praktik akuntansi yang sedemikian maju. Sementara, masyarakat
Muslim pada waktu itu telah mengembangkan penggunaan angka nol, yang kemudian disebut
dalam dunia akademik sebagai angka arab, untuk mengembangkan berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu bidang ilmu yang menonjol pada waktu itu adalah ilmu
matematika terutama bidang aljabar (algebra) yang ditemukan dan dikembangkan oleh para
ilmuwan Muslim yang sangat berkaitan dengan teknik double entry bookkeeping.
Pengembangan bidang ilmu tersebut sangatlah mungkin terkait dengan kebutuhan masyarakat
Muslim yang telah berkembang maju peradabannya pada waktu itu. Dengan demikian,
masyarakat yang dimaksud sangatlah mungkin masyarakat Muslim, termasuk masyarakat
berbagai daerah di Eropa yang terimbas oleh kemajuan yang dicapai oleh peradaban Islam saat
itu.

Kemiripan praktek akuntansi kekalifahan islam dengan buku paccioli

1. Istilah zornal (sekarang journal) telah lebih dahulu digunakan oleh kekhalifahan islam
dengan istilah jaridah untuk buku catatan keuangan.
2. Penggunaan kalimat “ in the name of god “ di awal buku catatan keuangan, telah lebih
dahulu digunakan oleh kekhalifahan islam dengan kalimat “in the name of Allah, the
most Gracious, the most Marciful”
3. Double entry yamg ditulis oleh pocioli, telah dipraktekkan dalam pwmerintahan islam.

Dalam sejarah islam, lebih dari satu abad sebelum buku Pacioli diterbitkan, telah ada manuskrip
tentang akuntansi yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad dengan judul Risalah Falakiyah
kita As Siyakat pada tahun 1363 M. antara lain :

1. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber


pemasukannya.
2. Harus mencatat pengeluaran di sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran tersebut.

PENDEKATAN PENDEKATAN dalam MENGEMBANGKAN AKUNTANSI SYARIAH

1. Pendekatan berbasis akuntansi kontemporer (indukatif)


Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang
dipelopori oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang sesuai
dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang bertentangan dengan
ketentuan syariah. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa
pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang memerlukannya.
Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha (boleh) yang menyatakan
bahwa segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya. Adapun argumen yang menentang
pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang
kehidupannya wajib berlandaskan pada wahyu dan dipandang merusak karena
mengandung asumsi yang tidak Islami.

2. Pendekatan dedukatif dari ajaran islam


Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah,
antara lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikit lainnya.
Mereka berpandangan bahwa tujuan akuntansi syariah adalah pemenuhan kewajiban
zakat. Pendekatan ini diawali denngan menentukan tujuan berdasarkan prinsip ajaran
Islam yang terdapat dalam Al-Qur‗an dan Sunnah. Kemudian tujuan tersebut dignakan
untuk mengembangkan akuntansi kontemporer. Argumen yang mendukung pendekatan
ini menyatakan bahwa pendekatan ini akan memminimalisasi pengaruh pemikiran
sekuler terhadap tujuan dan akuntansi yang dikembangkan. Adapun argumen yang
menentang menyatakan bahwa pendekatan ini sulit dikembangkan dalam bentuk
praktisnya.

3. Pendekatan hybrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam
dan persoalan masyarakat yang akuntansi syariah mungkin dapat bantu
menyelesaikan. Pendekatan ini dipelopori oleh pemikir akuntansi syariah Shahul
Hameed. Pendekatan Hibrid secara parsial telah diterapkan di lingkungan beberapa
perusahaan konvensional. Pendekatan ini mengapresiasi perkembangan akuntansi sosial
dan lingkungan di Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu
diaplikasikan dalam akuntansi syariah. Dan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh
pemikir akuntansi Islam adalah mengembangkan triple bottom line menjadi fourt
bottom line (ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesesuaian syariah).

Penerapan Pendekatan Hybrid

 Pendekatan hybrid secara persial telah diterapkan di lingkungan beberapa perusahaan


konvensional.
 Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan dan non keuangan perusahaan disclosure
perusahaan yang memperhatikan tidak hanya masalah ekonomi melainkan juga masalah
sosial dan lingkungan.
 Lembaga yang memperhatikan ini adalah GRI dan ACCA. GRI bergerak dalam mengkaji
dan membuat standar pelaporan perusahaan dengan konsep triple bottom line
(ekonomi, sosial dan lingkungan )
 ACCA adalah organisasi profesi akuntan di UK yang banyak mendorong
pengungkapanlebih luas hal yal yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
 Pendekatan hybrid mengapresiasi apa yang telah dikembangankan di barat dan
menganggap itu perlu di aplikasikan dalam akuntansi syariah.
 Aspek selanjutynya yang perlu dilakukan oleh mengembangkan triple bottom line
(economic, social, environmental & syariah compliance ).

Anda mungkin juga menyukai