Anda di halaman 1dari 1

Wajah Islam Nusantara

Islam Nusantara memiliki distingsi tidak hanya dalam tradisi dan praktik keislaman
yang kaya dan penuh nuansa, tetapi juga dalam kehidupan sosial, budaya dan politik. Karena
itu, penyebutan Islam Nusantara dengan memandang praktik keagamaan adalah valid belaka.

Dalam pandangan penulis, islam satu hanya ada pada level al-qur’an. Tetapi al-qur,an
(beserta hadis) perlu rumusan rinci agar amar (perintah) al-qur,an dapat dilaksanakan setiap
dan seluruh umat muslim. Kaum muslimin Nusantara mengikuti mazhab dan aliran tertentu
yang kemudian menjadi otodoksinya yang bisa berbeda dengan umat islam di bagian lain
dunia islam. Ortodoksi Islam Nusantara adalah kalam (teologi) Asy’ariyah, fikih syafi’i dan
tasawuf al-Ghazali. Pembentukan ortodoksi islam nusantara terkait dengan perbedaan-
perbedaan (khilafiyah atau furu’iyah) di kalangan ulama otoritatif sesuai mazhab dan
alirannya. Selanjutnya juga terkait dengan dinamika dan perkembangan historis kaum muslim
nusantara sendiri. Sejak abad ke-17 misalnya, para ‘ulama jawi (Nusantara) yang kembali
dari makkah dan madinah pusat jaringan ulama kosmopolitan di mana mereka termasuk di
dalamnya mereka mengkonsolidasi doktrin dan praksis ortodoksi Islam Nusantara. Ortodoksi
islam seperti itu diwarisi dan dipegangi setia kaum muslimin Nusantara sampai hari ini.

Karena itu, jika berbicara tentang Islam Wasatiyah Nusantara, representasinya paling
‘sempurna’ adalah islam indonesia. Inilah islam inklusif, akomodatif, toleran dan dapat hidup
berdampingan secara damai baik secara internal sesama kaum muslimin maupun dengan
umat-umat lain.

Anda mungkin juga menyukai