(M.SC) Pengaruh Modifikasi Permukaan Stainless Steel 316 L Terhadap Keausan Die Drawn UHMWPE
(M.SC) Pengaruh Modifikasi Permukaan Stainless Steel 316 L Terhadap Keausan Die Drawn UHMWPE
diajukan oleh:
Widi Widayat
18072/I-1/1757/02
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Nya. Shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW dan keluarganya yang dimuliakan Nya. Atas
pertolongan dan kemurahan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang
berjudul: Pengaruh Modifikasi Permukaan Stainless Steel terhadap Keausan Die Drawn
UHMWPE, yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjan S2 pada
Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik, Program Pasca Sarjana, Universitas
Terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil sehingga membantu terselesaikannya tesis ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan
1. Bapak Ir Sutrisno, MSME, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT-UGM
2. Bapak Ir. Heru S.B.R., M.Eng., Ph.D. selaku Pengelola Program Pasca Sarjana, Jurusan
3. Ibu Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan yang sangat banyak dan berharga dalam penyusunan dan
penyelesaian tesis.
4. Ir. B.A Tjipto Sujitno, MT., APU., selaku pembimbing pendamping yang telah
iv
5. Bapak J. Karmadi, selaku supervisor mesin PVD DC sputtering P3TM BATAN yang
6. Bapak Aryadi, yang sangat terbuka dan banyak membantu dalam penggunaan microscales
7. Bapak Sunarto, yang sangat banyak membantu di laboratorium implantor ion P3TM
BATAN.
8. Ibu Nining, yang tekun dan sabar membantu di laboratorium patologi klinik KH UGM.
10. Keluarga besar yang selalu saling mendoakan dan membantu dalam mencapai cita-cita.
Semoga karya ini dapat memberikan semangat dan kekuatan untuk perbaikan di segala
bidang bagi penulis dan bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2.Tujuan Penelitian...................................................................................................... 3
vi
3.3.1. Perlakuan Permukaan ........................................................................................... 18
3.3.2. Kekasaran Permukaan .......................................................................................... 19
3.3.3. Uji Keausan .......................................................................................................... 19
3.3.4. SEM dan Foto Makro ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik hubungan volume keausan UHMWPE dan jarak .................................... 25
Gambar 4.2. Nilai rata-rata faktor keausan dengan tingkat kepercayaan 95% ........................ 26
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN
STAINLESS STEEL 316 L TERHADAP KEAUSAN
DIE DRAWN UHMWPE
ABSTRAK
Kata kunci: die drawn UHMWPE, stainless steel 316 L, plasma nitriding, TiN sputtering,
implantasi ion N, faktor keausan
xii
EFFECT OF SURFACE MODIFICATION
OF STAINLESS STEEL 316 L TO THE WEAR
OF DIE DRAWN UHMWPE
ABSTRACT
Austenistic stainless steel and UHMWPE is one of most commonly used metal-plastic
combination materials for knee replacement. As a tribo component, both of them are
subjected to friction and wear. Wear is a major factor since its debris potential to stimulate
reaction with the tissue. Attempts are conducted to reduce friction and wear such as die drawn
UHMWPE that successfully reduces its wear rate. As applied in many components subjected
to friction, surface modification is another consideration to reduce the wear rate of the
implanted components. The aim of this research is to study the effect of surface modification
of the 316 L stainless steel substrate (SS) by TiN sputtering, plasma nitriding, and N+
implantation to the wear of the die drawn UHMWPE.
The specimens are tested in a unidirectional pin on plate wear test rig and using 25%
serum and 75% distillated water as lubricant. The effect of surface modification is analyzed
based on the change of surface properties: hardness, roughness, profile and also on the wear
surface of the specimens
The result shows that surface modification increase the hardness, increase surface
roughness of all of modified SS but ion implanted SS and also leave a certain profile. It also
increases the wear resistance and reduce the wear factor of their counterface. The wear factor
are 2,52.10-8 ± 5,53.10-9; 3,58.10-8 ± 7,19.10-9; 4,37.10-8 ± 5,86.10-9 mm3/Nm for die drawn
UHMWPE coupled with ion implanted SS, plasma nitrided SS,and TiN sputtered SS
respectively lower than counterface of virgin SS with 5,30-8 ± 2,75.10-9 mm3/Nm. The
scratches on all of the SS specimen’s surfaces show that the surface modifications are not
strong enough to protect the metal surfaces from abrasive particles.
Keywords: die drawn UHMWPE, stainless steel 316 L, plasma nitriding, TiN sputtering,
N+implantation, wear factor
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
arthritis atau kerusakan sendi karena sebab lain seperti kerusakan mekanis akibat
kecelakaan. Sendi lutut merupakan sendi terbesar pada tubuh. Sendi lutut buatan
Berbagai bahan telah diuji coba sebagai bahan pengganti sendi manusia.
Ada tiga bahan paduan yang banyak digunakan sebagai bahan komponen femoral
yaitu paduan titanium, austenistic stainless steel dan paduan cobalt (Dearnley,
Tibial component
femoral flange
patella
PE plate
metal backup
Gambar 1.2. Tricomptot knee
Seperti halnya komponen tribologi lain, sendi buatan juga akan mengalami
gesekan dan keausan. Keausan dapat terjadi baik pada komponen lunak:
UHMWPE, maupun pada komponen keras yaitu logam. Terjadinya keausan akan
penting untuk diperhatikan karena dapat memicu reaksi yang merugikan dengan
lingkungan biologis tubuh dan osteolysis (bone loss). Pada tubuh manusia,
menjadi osteolysis (Howie dkk, 1988; Murray dan Rushton, 1990; Marrs dkk,
Salah satu metode pemrosesan material menghasilkan apa yang disebut oriented
UHMWPE yang menghasilkan faktor keausan yang lebih rendah sekitar 25%
pada komponen logam dianjurkan dalam usaha untuk mengurangi jumlah partikel
yang bisa terlepas dari logam maupun UHMWPE, selain itu adanya lapisan pada
permukaan logam juga bisa menghambat keluarnya ion logam (Ward, 1998).
Berbagai metode modifikasi permukaan logam dilakukan oleh para peneliti untuk
meningkatkan ketahanan ausnya, seperti yang dilakukan oleh: Ward dkk (1998),
terhadap laju keausan UHMWPE telah dilakukan dalam penelitian lain namun
belum ada yang menggunakan pasangan logam dan die drawn UHMWPE.
1.2. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
adalah munculnya partikel keausan baik dari UHMWPE maupun logam. Keausan
mengarah pada gangguan kinerja sendi buatan sedangkan partikel keausan yang
karena itu perhatian utama adalah upaya untuk mengurangi keausan pada material
yang digunakan.
pendekatan yang digunakan untuk mengatasi keausan material sendi buatan. Die
orientasi molekul-molekul yang sesuai dengan arah tarikan. Die drawn UHMWPE
menghasilkan faktor keausan yang lebih rendah sekitar 25% (pada arah pararel
terhadap arah tarikan) dibandingkan dengan material asli ketika diuji gesek
Meskipun komponen logam mempunyai kekuatan dan kekerasan yang jauh lebih
(third body damaged) yang dapat mempercepat keausan polymer. Penelitian Dong
steel maupun paduan Co-Cr, terjadi goresan di kedua permukaan logam tersebut
TiAl4V, menggunakan metode PVD DLC (diamond like coating), implantasi ion
meneliti tentang sifat keausan lapisan berbasis nitrida (TiN, TiAlN, ZrN) di
permukaan 316 stainless steel dan potensialnya pada aplikasi orthopaedic. Dalam
permukaan seperti implantasi ion atau plasma nitriding mungkin bisa memberikan
keuntungan yang lebih baik daripada menggunakan metode deposisi lapisan yang
digunakannya.
6
2.2.1. UHMWPE
panjang dari substansi tunggal yaitu molekul dari ethylene. Sifat mekanis
tajam sifat mekanis terjadi jika berat molekular dari molekul Polyethylene
melebihi satu juta dan mengandung lebih dari 35.000 kelompok ethylene.
masih menghasilkan partikel keausan dalam jumlah yang besar, oleh karena itu
Ketahanan aus UHMWPE masih dapat ditingkatkan dengan metode die drawn.
logam termasuk SS 316 L juga bisa mengalami keausan saat berpasangan gesek
dengan UHMWPE yang kekerasannya jauh lebih rendah dari logam. Keausan
akan meningkatkan koefisien gesek, dan memperparah keausan yang terjadi baik
COMPOUND LAYER
DIFFUSION ZONE
COATING
SUBSTRATE SUBSTRATE
HARDNESS HARDNESS
DIFFUSING ELEMENT
COATING ELEMENT CONCENTRATION
CONCENTRATION
dengan bahan yang lebih tahan aus. Kedua, mengeraskan permukaan dengan
terdifusi. Pada jenis pertama terdapat batas antara lapisan keras dan substrat
sehingga sifat ketahanan aus didapat dari lapisan yang terjadi dan substrat tidak
mengalami perubahan sifat. Sedangkan pada jenis kedua yang muncul adalah
8
daerah yang berubah sifatnya dan tidak terdapat batas jelas karena adanya elemen
elemen asing dan substrat. Proses yang termasuk dalam jenis pertama antara lain
sputtering dan plasma nitriding sedangkan implantasi ion termasuk jenis kedua.
momentum dari tumbukan atom berenergi tinggi yaitu ion-ion bahan gas yang
substrat dan membentuk lapisan tipis antara 10-7 hingga 10-4 m (Grainger, 1989).
+
Substrat (anoda)
Sputter Reaktif
gas gas
Target (katoda)
Implanted Ion
_
Pendingin
target vakum
Gambar 2.3. Skema interaksi ion datang Gambar 2.4. Skema sputtering
pada suatu permukaan (Seshan, 2002)
bertekanan rendah, gas akan terionosasi dan ion gas mendapat energi karena
pengaruh medan listrik. Di dekat katoda adalah daerah dengan medan listrik yang
sangat besar yang disebut dark space atau sheath dan ion dipercepat melewatinya
9
ke arah target (katoda). Ion gas menumbuk permukaan target. Jika energi kinetik
ion datang (incident ion) tersebut lebih besar daripada energi perpindahan kisi
(energi untuk berpindah satu spasi atom dari posisi semula) atom target, maka
Selanjutnya jika energi tersebut lebih besar dari energi ikat permukaan (surface
binding energi) maka atom di permukaan akan mendapat transfer energi dan
terpantul melewati sheats yang akan menambah energinya untuk bergerak ke arah
Pada pelapisan plasma nitriding dan pelapisan oxida atau nitrida seperti
TiN dapat digunakan metode reactive sputter deposition yang menggunakan gas
reaktif seperti gas nitogen. Metode ini menggunakan target logam (Ti) dan sumber
gas reaktif (N) seperti pada Gambar 2.4. Saat atom target (Ti) terlempar dan
terdeposisi di permukaan substrat, akan terjadi reaksi pada permukaan lapisan (Ti)
yang baru saja terbentuk dengan gas (N) dan membentuk lapisan keras tipis
(hingga 100 keV) akan menyebabkan ion target akan menembus masuk ke bawah
permukaan substrat sehingga tidak terjadi sputtering karena energi ion target
tersebut terdeposisi jauh dibawah permukaan substrat dan ion target tersebut
terjebak didalam substrat (implanted ion pada Gambar 2.3). Implantasi ion
masuknya bahan implant maka bisa terbentuk larutan padat (solid solution) atau
10
(Hutchings, 1995).
Pada implantor ion BATAN, sumber ion menghasilkan ion dengan jalan
ionisasi dimana untuk sumber ion dari gas, ionisasi terjadi karena gas memasuki
ruang dengan beda potensial, sedangkan untuk sumber ion dari bahan padat,
ion yang dihasilkan tidak homogen. Untuk membersihkan ion yang diinginkan
dengan kekerasan, oleh karena itu uji kekerasan digunakan untuk mengetahui
perubahan sifat ini. Kekerasan yang terukur tidak sepenuhnya mewakili nilai
Meskipun demikian ini merupakan metode yang paling mudah diterapkan untuk
sangat berpengaruh pada laju keausan UHMWPE. Pengujian terhadap variasi nilai
dkk, 1998). Permukaan logam yang mengalami keausan akan meningkatkan nilai
kekasaran logam juga bisa berasal dari hasil modifikasi permukaan terutama bila
2.2.4. Keausan
permukaan benda akibat gerak relatif dari permukaan tersebut terhadap benda
Burnishing, merupakan daerah yang mengalami keausan tinggi dan nampak lebih
Scratching, merupakan akibat dari adanya third body wear dan atau ketidakrataan
permukaan.
Abrasion, nampak seperti cabikan atau rumbai disebabkan adanya third body wear
gesek, maka akan terbentuk three-body abrasive wear (Hutchings, 1992). Bahan
abrasiv tersebut bisa berupa partikel keausan yang berasal dari: partikel austenistic
akibat keausan langsung permukaan SS, produk korosi SS yang berisi campuran
oksida besi dan hydroxides, atau terbentuknya senyawa Cr (Ward dkk, 1998). Bila
13
di permukaan SS juga bisa menjadi sumber munculnya partikel abrasiv bila terjadi
delaminasi.
pengujian aus yang sederhana hingga yang rumit. Pengujian yang kompleks
seperti simulator sangat mahal dan memakan waktu banyak untuk perencanaan
operasinya sedangkan pengujian yang bersifat screening test jauh lebih murah dan
mudah pengoperasiannya. Uji keausan jenis pin on plate adalah salah satu jenis
yang banyak digunakan karena meskipun jenis ini tidak dapat mewakili bentuk
bentuk permukaan dan pola gerakan (Jones dkk, 1999; McGloughlin dan
Kavanagh, 2000). Data yang bisa diperoleh dari pengujian ini adalah pengurangan
berat akibat keausan dan diolah menjadi nilai laju keausan dan faktor keausan
2.2.5. Kekasaran
kecil dari suatu permukan (Hutching, 1992). Stylus profilometer adalah salah satu
melewatkan ujung peraba pada permukaan spesimen dan datanya diolah di unit
pengolah datanya. Kekasaran (roughness) adalah salah satu parameter dari profil
kekasaran suatu permukaan lebih dulu perlu ditetapkan Cut-off lenght (λc) yang
akan digunakan. Cut-off lenght (λc) adalah filter yang memisahkan data suatu
kekasaran (Ra) yang didefinisikan sebagai rata-rata deviasi suatu permukaan dari
garis rata-ratanya. Ilustrasi dan definisi beberapa parameter secara lebih lengkap
2.2.6. HIPOTESIS
CARA PENELITIAN
3.1. Bahan
pada kotak pelumas. PE yang digunakan adalah GUR 1120 UHMWPE yang
diproses die drawing dengan drawing rasio 2, mempunyai berat molekul 4,4 juta
(g/mol), berat jenis 0,935 g/cm3. Spesimen UHMWPE dimesin dari balok
UHMWPE hasil proses drawing untuk mempoleh bentuk pin berujung kerucut
silinder bertingkat pada pin berguna untuk memasang pin pada batang pemegang
pin.
Ujung kontak
(blood serum) dengan 75% air destilasi sebagai pelumas pada uji keausan (Jones
dkk, 1999; Marrs dkk,1999). Serum diperoleh dengan jalan mengekstraksinya dari
kedokteran hewan UGM. Alat ini bekerja berdasar gaya sentrifugal yang akan
3.2. Alat
10. Alat uji keausan jenis pin on plate unidirectional movement di Teknik
Mesin UGM
MULAI
PEMBUATAN SPESIMEN
STAINLESS STEEL
UJI KEAUSAN
PENGUKURAN KEKASARAN
PLAT
ANALISA DATA
SELESAI
mulai nomer 100,300, 500, 800, 1000 dan 2000 pada mesin poles dan kemudian
Dua buah pelat dibiarkan dalam kondisi tanpa lapisan. Masing-masing dua
buah plat yang lain akan dilapisi dengan menggunakan metode PVD sputtering
TiN, plasma nitriding dan implantasi ion N. Nilai parameter dipilih berdasar nilai
yang pernah digunakan di P3TM BATAN dan dikonfirmasi dengan kondisi diatas
Target Ti √ - -
Daya (keV) 3 3 70
permukaan. Permukaan SS yang telah dimodifikasi diuji dengan beban dan waktu
pengaruh lapisan yang terbentuk terhadap nilai kekasaran permukaan plat SS.
Pengukuran dilakukan dua kali untuk setiap spesimen. Pengukuran juga dilakukan
keausan pada permukaan plat SS. Semua pengukuran dilakukan dengan cut-off
Uji keausan dilakukan dengan alat uji keausan jenis pin on plate
mm/detik sedangkan pin UHMWPE dalam posisi diam. Sebelum beban utama
sehingga ujung pin dalam kondisi berhubungan dengan permukan pelat tetapi
ditempatkan pada batang beban sedemikian hingga ujung kontak pin UHMWPE
langkah) dan kemudian dihentikan untuk menimbang pin. Siklus ini diulang lagi
20
hingga mencapai 4 kali penimbangan. Setiap pengulangan siklus, pelat dan kotak
1 3
2
4
Keterangan
1. beban penyeimbang
6
2. beban utama
7
9 3. lengan beban
8
4. pemegang pin UHMWPE
6
5. landasan dan arah gerak
1 2 6. kotak pelumas
3
7. pin UHMWPE
5 8. pelat SS
9. pelumas
akan menimbulkan penambahan berat yang harus diperhitungkan. Oleh karena itu
untuk digunakan metode wet weighing sebagai berikut: spesimen uji keausan dan
dalam cairan pelumas secara terpisah selama pengujian berlangsung. Pada saat
pengurangan berat yang dicatat adalah jumlah dari pengurangan berat spesimen
SEM dan EDAX digunakan untuk mengamati hasil profil yang terbentuk pada
digunakan dalam penelitian ini menghasilkan data seperti pada Tabel 4.1.
C Si S P Mn Ni Cr Mo Cu
Rata-
0,0157 0,4210 0,0042 0,0313 1,2758 10,3612 21,4772 1,8824 0,6690
rata
Ti Sn Al Ca W Zn Fe
Rata-
0,0033 0,0128 0,0060 0,0007 0,031 0,0305 63,79
rata
pengaruh di daerah sekitar permukaan saja baik berbentuk lapisan baru maupun
22
23
0,01 – 0,02 µm. Pengukuran kekasaran awal dilakukan dua kali terhadap setiap
dari Ra 0,0123 menjadi 0,0204 µm pada pelat berlapis TiN dan 0,0265 µm pada
kekasaran setelah dilakukannya pengujian keausan, seperti pada Tabel 4.4. Untuk
pengukuran dengan arah tegak lurus terhadap bekas lintasan UHMWPE dan
diambil dari beberapa titik karena bentuk keausan permukaan logam yang tidak
merata. Nilai kekasaran dari beberapa titik tersebut menunjukkan nilai yang
meningkat dan rata-ratanya: 0.1453, 0.0287, 0.0229, dan 0.0172 µm untuk pelat
asli, pelat berlapis TiN, plasma nitrided SS, dan ion implanted SS.
TiN Plasma N+
Tanpa
Spesimen sputtered nitrided Implanted
modifikasi
SS SS
Rata-rata
sebelum uji 0,0123 0,0265 0,0204 0,0123
keausan
0.1455 0.0301 0.0228 0.0174
Kekasaran Setelah uji
0.0918 0.0307 0.0260 0.0170
permukaan keausan
0.2188 0.0252 0.0198 0.0171
Ra (µm) (37,032 km)
0.1250 0.0242
Rata-rata
setelah uji 0.1453 0.0287 0.0229 0.0172
keausan
25
air destilasi dilakukan dengan interval 388.939, 351.706, 296.444, dan 306.664
langkah yang setara dengan 19,447; 17,585; 14,822; dan 15,333 km. Untuk
uji gesek yang digunakan pada percobaan awal yang menggunakan pelumas air
destilasi, yaitu 270.000 langkah. Pada praktiknya terdapat perbedaan interval yang
disebabkan terjadinya keausan yang terlalu rendah sehingga sulit diukur. Hal ini
VOLUME KEAUSAN-JARAK
0.7
Volume keausan (mm3)
0.6 SS
sputtered
0.5
PN
0.4
implan
0.3
0.2
0.1
0.0
0 20 40 60 80
Jarak (km)
keausan yang terukur dengan massa jenisnya. Grafik volume keausan terhadap
jarak tempuh gesekan ditampilkan pada Gambar 4.1. Kurva keausan UHMWPE
yang lebih tinggi dari yang berpasangan dengan SS hasil modifikasi. Pasangan
FAKTOR KEAUSAN
Rata-Rata faktor keausan (mm3/Nm)
6.00E-08
5.30E-08
5.00E-08
4.37E-08
4.00E-08 3.58E-08
3.00E-08 2.52E-08
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
ion implant PN sputtering SS
Gambar 4.2. Nilai rata-rata faktor keausan dengan tingkat kepercayaan 95%
keausan yang lebih rendah daripada SS tanpa lapisan. Rata-rata faktor keausan
nitrided SS, TiN sputtered SS dan SS tanpa lapisan dengan tingkat kepercayaan
gerakan pin UHMWPE yang ditandai anak panah. Pada semua permukaan pelat
tersebut nampak garis tebal maupun tipis yang pararel dengan arah gerakan pin
27
1 mm 1 mm
1 mm 1 mm
dilakukan (Gambar 4.8, 4.9, 4.10). Terlihat permukaan SS yang diimplantasi ion
N (Gambar 4.8) mempunyai permukaan profil yang halus dan rata seperti pada
gelombang yang terlihat tipis, sedangkan pada SS yang di sputter TiN (Gambar
4.10) terlihat gelombang yang lebih terlihat menonjol, lebih banyak dan rapat.
28
alur-alur berjajar dengan batas yang jelas (Gambar 4.11). Goresan juga nampak
pada pin pasangan sputtered SS namun dengan batas yang lebih tipis (Gambar
4.11). Pada Gambar 4.13 dan 4.14 yang merupakan permukaan pasangan plasma
nitrided SS dan ion implanted SS tidak terlihat garis–garis seperti kedua pin yang
dengan EDAX juga menunjukkan adanya penambahan unsur sesuai dengan bahan
ketahanan aus SS yang terlihat dari hasil pengukuran kekasaran permukaan pasca
uji gesek dan foto makro lintasan gesek. Pelat dengan kekerasan yang lebih tinggi
30
mempunyai kekasaran permukaan pasca uji gesek yang lebih rendah (Tabel 4.4)
dan kerusakan permukaan yang lebih ringan (Gambar 4.4-4.6) sehingga tidak
UHMWPE-SS asli terjadi goresan yang jelas pada kedua permukaan spesimen
bahan dengan urutan yang sama hingga pada pasangan UHMWPE-ion implanted
SS yang mengalami kerusakan paling ringan. Efek tersebut juga nampak bila
selain itu ada faktor lain yang juga mempengaruhi keausan UHMWPE dalam
Sifat lapisan tipis yang terbentuk melalui kedua proses yang digunakan
rendah, maka peningkatan kekasaran yang terjadi bisa diartikan sebagai akibat
dari terbentuknya profil lapisan yang khas. Hal tersebut dapat terlacak dengan
peningkatan kekasaran pada semua pelat yang dimodifikasi kecuali pada pelat
yang diimplantasi ion N. Dong, dkk (2000) juga mendapatkan hal yang sama pada
Dari hasil pengamatan dengan SEM, meskipun tidak dapat terlihat bentuk
detail partikel penyusun lapisan, namun dengan Gambar yang dihasilkan dapat
dinyatakan bahwa ada perbedaan profil yang terjadi akibat modifikasi permukaan.
implantasi ion menghasilkan permukaan rata dan halus seperti SS asli sedangkan
plasma nitrided SS profilnya lebih kasar dan sputtered SS nampak paling kasar.
Hasil ini sesuai dengan pengukuran kekasaran permukaan hasil modifikasi dimana
4.3).
temperatur dan rotasi substrat (Dearnley, 1999), kedua proses sputtering tidak
kontinyu karena target yang terkontaminasi gas reaktif yang digunakan. Hal ini
yang datang berikutnya (Mattox, 1998). Tidak seperti kedua metode di atas,
permukaan yang terbentuk, maka nilai faktor keausan yang lebih tinggi pada pada
efek modifikasi permukaan dengan efek kerusakan permukaan karena aus, sulit
tersebut. Dalam hal ini, sputtering dan plasma nitriding meningkatkan kekasaran
kekasaran. Bila berdasar pada Besong dkk dalam DTI CAM1 project,1997; yang
terjadi pada awal gesekan terjadi, terutama saat jarak tempuh masih rendah dan
keausan permukaan logam yang dimodifikasi belum terjadi atau masih sangat
rendah. Pada grafik laju keausan, hal ini dapat terlihat pada daerah dibawah
plasma nitrided dan sputtered SS lebih tinggi daripada yang berpasangan dengan
ion implanted SS. Setelah jarak tempuh makin bertambah dan mulai terjadi
pelat SS. Tingkat kerusakan permukaan SS yang paling parah terjadi pada SS asli,
dimana nampak jejak-jejak goresan berukuran besar dan merata. Sedangkan pada
terlihat dengan ukuran jejak goresan yang lebih kecil dan tipis.
muncul goresan halus pada semua pelat dan terus bertambah parah dengan
betambahnya jarak tempuh seperti terlihat pada Gambar 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6.
Pada Gambar 4.3 terlihat goresan di permukaan SS asli berupa goresan tebal dan
34
tipis yang hampir memenuhi semua bekas lintasan pin. Sedangkan pada Gambar
4.4, 4.5, dan 4.6 terlihat goresan di permukaan SS hasil modifikasi yang terlihat
jauh berkurang. Goresan pada semua permukaan SS hasil modifikasi tidak banyak
berubah hingga akhir pengujian. Tingkat kerusakan permukaan pelat yang terjadi
goresan yang bervariasi dari yang tipis hingga tebal. Mengingat kekerasan
pasangan gesek yang digunakan adalah UHMWPE yang kekerasannya jauh lebih
maupun yang tidak menunjukkan adanya pengaruh partikel hasil keausan (wear
austenistic akibat keausan langsung permukaan SS, produk korosi SS yang berisi
campuran oksida besi dan hydroxides, atau terbentuknya senyawa Cr (Ward dkk,
1998). Sedangkan pada pelat berlapis, partikel abrasif tersebut berasal dari
membentuk lapisan. Delaminasi bisa terjadi karena kurang kuatnya daya ikat
terhadap permukaan. Lapisan pada suatu substrat yang sangat halus lebih lemah
daya ikatnya daripada yang lebih kasar permukaannya (Ward dkk, 1998). Hal ini
juga mungkin berhubungan dengan efek lapisan es tipis. Tekanan pada ujung
kontak antara pin dan lapisan tipis keras di permukaan SS yang lebih lunak
35
menyebabkan retak dan pada lapisan tersebut karena permukaan SS tidak mampu
bisa dihubungkan langsung dengan jumlah partikel yang terjadi, namun bisa
yang terjadi dan semakin banyak partikel keausan yang dihasilkan. Partikel
keausan logam yang terjadi berperan sebagai partikel abrasiv. Partikel tersebut
sehingga mempercepat keausan UHMWPE dan juga permukaan stainless steel itu
sendiri. Oleh karena itu selain goresan pada permukaan SS, efek partikel abrasive
juga terlihat pada bentuk keausan yang terjadi pada permukaan pin UHMWPE
terutama yang berpasangan dengan SS asli dan TiN sputtered SS (Gambar 4.11
dan 4.12). Pada permukaan kedua pin tersebut nampak bagian yang aus berupa
jejak yang searah arah gesekan berupa garis melintang lurus seperti bekas goresan
benda tajam dan keras yang merupakan ciri keausan karena adanya partikel
abrasive.
proses modifikasi permukaan yang digunakan memberikan efek yang lebih baik
yaitu menurunkan nilai faktor keausan. Kurva keausan pada grafik volume
36
signifikan atau bisa dikatakan telah terjadi penurunan nilai faktor keausan yang
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
rendah daripada SS asli, jejak goresan yang jauh berkurang dan rendahnya
37
38
5.2. Saran
Berdasar hasil yang diperoleh terdapat beberapa hal yang mungkin bisa
Dearnley, P.A., 1999, A review of metallic, ceramic and surface treated metals
used for bearing surfaces in human joint replacement, Proc Instn Mech
Engrs., Vol. 213 Part II, hal.
Dharmastiti, R., Barton, D.C., Fisher, J., Edidin, A.dan Kurtz, S., 2001, The wear
of oriented UHMWPE under isotropically rough and scratched cunterface
test conditions, Bio-Medical Materials and Engineering 11 hal. 241-256.
Dong, H., Shi, W., dan Bell, T., 1999, Potential of improving tribological
performance of UHMWPE by engineering the Ti6Al4V counterfaces,
Wear 225-229, hal.146-153.
Dumbleton, J.H., 1991, Wear and Prosthetic Joint, Joint Replacement Arthoplasty,
Churchill Livingstone, New York, hal. 47-57
Hailey, J.L., Ingham, E., Stone, M., Wrowblewski, B.M., Fisher, J., 1996,
ultrahigh molecular weight polyethylene wear debris generated in vivo
and in laboratory test; the influence of the conterface roughness.
Proceeding of the institution of Mechanical Engineers, 210:H, hal3-10.
Howwie, D.W., Vernon-Roberts, B., Oakeshott, R., Mantley, B., 1998, The rat
model of resorption of bone at the cement-bone interfacein the presenceof
polyethylenewear particles, JournalBone and Joint Surgery, 70:A, hal.
257-263
Ingham, E., Fisher, J., 2000, Biological reaction to wear debris in total jaoint
replacement. Proceeding of the institution of Mechanical Engineers,
214:H, hal. 21-37.
Jones, V.C., Barton, D.C., Fitzpatrick, D.P., Auger, D.D., Stone, M.H., Fisher, J.,
1999, An experimental model of tibial counterface polyethylene wear in
mobile bearing knees: The influence of design and kinematics. Bio-
Medical Materials and Engineering 9, hal189-196
39
40
Marrs, H., Barton, D.C., Jones, R.A., Ward,I.M., Fisher, J.,1999, Comparative
wear under four different tribological conditions of acetylene enhanced
cross-linked ultra high molecular weight polyethylene. Journal of
Material Science: Material in Medicine, 10, hal. 333-342
Murray, D.W., Rushton, N., 1990, Macrophages stimulate bone resorption when
they phagocytose particles. Journal Bone and Joint Surgery, 72:B,
hal.988-992.
Ward, L.P., Subramanian, C., Stranfford, K.N. dan Wilks, T.P., 1998, Sliding
wear studies of selected nitride coatigs and their potential for long-term
use in orthopaedic applications, Proc. Instn. Mech. Engrs., Vol. 212 Part
II hal. 303-315.
LAMPIRAN 1
Komposisi Permukaan SS
LAMPIRAN 2
0HDQOLQH
5W
O
5065D
46
LAMPIRAN 3
pin I II III IV
K1 1.042568 1.042592 1.042591
K2 1.151681 1.151700 1.151691
P1 1.265094 1.265090 1.265094 1.265088
P2 1.275498 1.275515 1.275505 1.275505
P3 1.260572 1.260590 1.260585 1.260573
P4 1.200651 1.200664 1.200656 1.200652
P5 1.266900 1.266897 1.266905 1.266888
P6 1.255421 1.255398 1.255403 1.255403
P7 1.260870 1.260858 1.260844 1.260836
P8 1.202355 1.202337 1.202329 1.202342
pin I II III IV
K1 1.042634 1.042640 1.042636
K2 1.151750 1.151758 1.151754
P1 1.265050 1.265059 1.265071 1.265064
P2 1.275478 1.275486 1.275474 1.275488
P3 1.260525 1.260549 1.260548 1.260552
P4 1.200602 1.200621 1.200615 1.200584
P5 1.266777 1.266796 1.266801 1.266790
P6 1.255301 1.255320 1.255337 1.255325
P7 1.260857 1.260834 1.260824 1.260824
P8 1.202338 1.202318 1.202312 1.202309
47
LAMPIRAN 4
Perhitungan dari data pin 1 (P1) setelah pengujian pertama (19,45 km)
0,000085
=
0,000935
= 0,091779 mm3
0,091779
=
180 x 19.450
-8 mm 3
= 2,62. 10
Nm
49
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
Foto Alat-alat Penelitian
e. PVD DC Sputtering
f. Ion implantor